Anda di halaman 1dari 15

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DALAM PEMBELIAN BARANG

INTERIOR OTOMOTIF REKONDISI PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR


8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

Anton

Magister Hukum Universitas Bandar Lampung


Jl. Z.A. Pagar Alam No. 26 Labuhan Ratu Bandar Lampung 35142

ABSTRAK
Tujuan dari pembuatan jurnal ini untuk memaparkan mengenai perlindungan hukum
bagi konsumen terhadap masalah-masalah yang terjadi pada kegiatan jual-beli barang yaitu
produk interior otomotif rekondisi khususnya jok rekondisi yang ditawarkan oleh pelaku usaha
interior otomotif rekondisi independen yang merugikan konsumen perspektif Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Metode penelitian adalah penelitian
normatif. Simpulannya adalah kedudukan para pihak dalam pembelian barang interior otomotif
rekondisi ini adalah tidak seimbang yang dimana konsumen disini berada diposisi yang lemah.
Mekanisme dalam pembelian barang interior otomotif rekondisi ini adalah sama dengan jual
beli pada umumnya. Perlindungan hukum bagi konsumen dalam pembelian barang interior
otomotif rekondisi berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen yaitu memberikan perlindungan hukum dalam bentuk pengembalian uang atau
penggantian barang yang sejenis.

Kata kunci : Perlindungan hukum, konsumen, barang rekondisi.

PENDAHULUAN Perkembangan zaman yang


Latar Belakang
semakin maju mempengaruhi gaya
Manusia dalam memenuhi segala
kehidupan yang semakin modern dan telah
kebutuhannya, memerlukan bantuan dari
menunjukkan kemajuan yang luar biasa
manusia lainnya. Hal ini telah menjadi sifat
sehingga dapat mengakibatkan munculnya
manusia yang tidak bisa hidup sendiri tanpa
berbagai macam produk yang semakin
memerlukan manusia lain. Keperluan untuk
berkualitass dimata konsumen, selain
memenuhi kebutuhan tersebut didapati dari
dengan terus meningkatkan kualitas
beragam cara salah satunya yaitu jual beli.
produknya, pelaku usaha haruslah memiliki
Dalam KUH Perdata Pasal 1457:
sistem pemasaran yang baik.
“Yang dimaksud dengan jual beli adalah
Salah satu prinsip di bidang
suatu persetujuan, dengan mana pihak satu
ekonomi adalah mencari keuntungan
mengikatkan dirinya untuk menyerahkan
sebanyak mungkin dengan pengorbanan
suatu kebendaan, dan pihak lain untuk
atau pengeluaran yang sekecil-kecilnya.
membayar harga yang dijanjikan”.
Beberapa pelaku usaha sangat menjunjung
tinggi prinsip ini, sehingga demi
memperoleh keuntungan yang besar, Pada kenyatannya konsumen
mereka akan melakukan perbuatan- kurang peduli dengan hak-hak yang
perbuatan yang merugikan konsumen. dimilikinya, dikarenakan mereka tidak
Dalam perkembangan zaman yang mengetahui secara jelas dan pasti hak-hak
semakin dinamis dan semakin modern tersebut dilindungi oleh Undang-Undang.
dewasa ini, perkembangan ilmu Disinilah kegunaan hukum perlindungan
pengetahuan dan teknologi juga semakin konsumen untuk menjaga hak konsumen
pesat. Dimana dalam perkembangan ilmu yang seringkali diabaikan oleh pelaku
pengetahuan dan teknologi mempengaruhi usaha dalam transaksi barang rekondisi
kondisi perdagangan yang juga semakin Seperti yang terlihat dalam
banyak dan beragam. Kondisi perdagangan fenomena yang sedang terjadi saat ini yaitu
yang semakin beragam menyebabkan perkembangan dunia bisnis khususnya di
timbulnya masalah-masalah yang bidang otomotif yang semakin pesat, hal ini
beranekaragam pula. Salah satu penyebab seiring dengan perkembangan dalam
terjadinya masalah perdagangan yakni bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
karena kebutuhan masyarakat yang tinggi Perkembangan ini pada umumnya akan
terhadap suatu barang namun dihadapkan pada situasi persaingan usaha
menginginkan harga yang rendah dengan yang sangat ketat yang dapat menimbulkan
kualitas yang terbaik. berbagai dampak kepada perusahaan
Karena kebutuhan masyarakat yang ataupun pelaku usaha itu sendiri. Salah satu
tinggi, muncul fenomena daur ulang barang cara agar perusahaan dapat bersaing adalah
atau disebut barang rekondisi. Rekondisi dengan memberikan apa yang diharapkan
dapat berarti diperbaharui, diperbaikan dan oleh pelanggan mengenai kualitas dari
pengkondisian ulang, sehingga mendekati produk mobil itu sendiri.
kualitas barang baru. Barang rekondisi Akibat dari ketatnya persaingan
adalah barang yang tidak memenuhi usaha yang terjadi di lapangan, maka para
standar kualitas, atau cacat produksi yang pelaku usaha khususnya dibidang otomotif
dikeluarkan ke pasar dan dijual lagi dengan akan berlomba-lomba untuk menghasilkan
harga yang jauh lebih rendah. Dalam hal produk yang nantinya digemari oleh
ini konsumen dirugikan, karena konsumen konsumen. Namun, akhir-akhir ini sedang
menjadi subjek aktifitas bisnis untuk marak diberitakan mengenai fenomena
meraup keuntungan yang sebesar-besarnya daur ulang produk tertentu (rekondisi).
oleh pelaku usaha. Barang rekondisi merupakan barang yang
sudah rusak lalu diperbaiki lagi oleh pelaku
usaha (bukan pabrik) yang memiliki yang benar, jelas, jujur mengenai keadaan
keahlian dalam merakit barang. Para dan kondisi serta jaminan barang dan/atau
perakit barang rekondisi memiliki banyak jasa yang digunakannya.”
barang yang sejenis, itu karena dalam Berdasarkan hal tersebut, maka
perakitan barang rekondisi, perakit akan pembahasan difokuskan pada kedudukan
mengambil komponen yang diperlukan dari para pihak dalam pembelian barang
barang lainnya. Artinya pembuatan barang rekondisi dan mekanisme dalam pembelian
rekondisi menggunakan barang bekas, barang rekondisi serta perlindungan hukum
namun jika komponen tidak ada maka bagi konsumen dalam pembelian barang
perakit akan membeli komponen ditempat rekondisi perspektif Undang-Undang
lain tapi dengan kualitas yang tidak bagus. Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Kemudian untuk menarik perhatian Konsumen.
konsumen maka pelaku usaha menawarkan
Tujuan
harga yang sangatlah murah dengan
Pembuatan jurnal ini bertujuan
menggunakan merek asli seolah-olah
untuk memaparkan mengenai perlindungan
barang tersebut asli dari pabrik
hukum bagi konsumen terhadap masalah-
pembuatnya.
masalah yang terjadi pada kegiatan jual-
Peredaran barang rekondisi ini
beli barang yaitu produk interior otomotif
timbul dalam masyarakat ketika pembeli
rekondisi yang ditawarkan oleh pelaku
tidak mengetahui dan tidak memahami
usaha interior otomotif rekondisi
bahwa barang yang dibeli adalah barang
independen yang merugikan konsumen
rekondisi. Hal ini lebih diperburuk lagi oleh
perspektif Undang-Undang Nomor 8
oknum pelaku usaha atau penjual yang
Tahun 1999 tentang perlindungan
tidak memberikan keterangan, penjelasan,
konsumen.
dan informasi yang jelas mengenai status
barang yang ditawarkan kepada konsumen. METODE
Metode yang digunakan untuk
Dalam hal ini keberadaan barang rekondisi
pemaparan dalam jurnal ini adalah metode
telah berlawanan dengan Undang-Undang
normatif. Dimana metode pemaparan
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
hukum normatif adalah metode yang
Konsumen, sebagaimana yang telah
mengkaji tentang data kepustakaan
disebutkan dalam Pasal 4 huruf c yang
mengena ibahan hukum primer, seperti
berbunyi:
rancangan undang-undang, hasil penelitian,
“pada hakikatnya konsumen
atau pendapat pakar hukum. Pendekatan
memiliki hak untuk mendapatkan informasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan
pendekatan perundang-undangan dan refleksi dari preferensi individual.
pendekatan konseptual. Special features yaitu aspek yang
menambah fungsi dasar dari suatu produk
PEMBAHASAN
dan pengembangannya. Conformance
Pengaruh Kualitas Suatu Produk
Terhadap Kepuasan Konsumen berkaitan dengan tingkat kesesuaian
Menurut Menurut Goetsh & Davis
terhadap spesifikasi yang ditetapkan
yang dikutip dari Hendyana (2014),
sebelumnya berdasarkan keinginan
“kualitas produk merupakan suatu kondisi
pelanggan. Reliability berkaitan dengan
dinamis yang berhubungan dengan produk,
kemungkinan suatu barang berhasil
jasa, manusia, proses dan lingkungan yang
menjalankan fungsinya setiap kali
memenuhi atau melebihi harapan”.
digunakan dalam periode waktu tertentu
Hal tersebut dapat diartikan bahwa
dan dalam kondisi tertentu pula.
semakin besar kualitas yang diberikan dari
Durability merupakan umur
produk tersebut maka semakin besar untuk
ekonomis berupa ukuran daya tahan atau
dapat memenuhi keinginan dari pelanggan
masa pakai barang. Perceived quality
sehingga produk tersebuk akan semakin
berhubngan dengan perasaan pelanggan
berkualitas.
mengenai keberadaan produk tersebut
Untuk menentukan produk yang
sebagai produk yang berkualitas. Service
berkualitas dalam Paula (2012) yang
ablility yaitu penanganan layanan purna
dikutip dari Kotler & Amstrong yaitu harus
jual berupa penanganan keluhan
diperhatikan dari beberapa dimensi.
pelanggan”.
Dimensi tersebut diantaranya:
Berdasarkan kualitas dimensi dari
“performance, aesthetics, special
produk tersebut, kualitas dalam produk
fitures, conformance, reliability,
interior otomotif juga berkaitan dengan
durability,perceived quality, dan service
kenyamanan yang dirasakan oleh pengguna
ability.”
itu sendiri. Kenyamanan yang dirasakan
Performance berhubungan dengan
oleh pelanggan salah satunya yaitu terdapat
aspek fungsional suatu barang dan
pada ergonomi jok mobil. Dalam jurnal
merupakan karakteristik utama yang
Nurfajriah dan Zulaihah (2010)
dipertimbangkan pelanggan dalam
menjelaskan ergonomi sebagai berikut:
membeli barang tersebut. Aesthetics
“Ergonomi adalah suatu cabang
merupakan karakteristik yang bersifat
ilmu sistematis untuk memanfaatkan
subyektif mengenai nilai-nilai estetika yang
informasi–informasi mengenai kemampuan
dan keterbatasan manusia untuk 1. Memberdayakan konsumen dalam
merancang sistem kerja, sehingga manusia memilih, menentukan barang dan/atau
dapat hidup dan bekerja dalam sistem yang jasa kebutuhannya, dan menuntut hak-
baik, efektif, aman, dan nyaman”. haknya
Disamping itu ergonomi 2. Menciptakan sistem perlindungan
memberikan peranan penting dalam konsumen yang memuat unsur-unsur
meningkatkan faktor keselamatan dan kepastian hukum, keterbukaan
kesehatan kerja, misalnya desain suatu informasi, dan akses untuk
sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri mendapatkan informasi itu
dan ngilu pada sistem kerangka dan otot 3. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha
manusia, desain stasiun kerja untuk alat mengenai pentingnya perlindungan
peraga visual. Maka dari itu, dalam konsumen sehingga tumbuh sikap jujur
merancang jok mobil tidak hanya dalam dan bertanggung jawab.
segi bentuk dan corak yang akan memikat Di dalam kehidupan sehari-hari
konsumen tetapi harus diperhatikan dari walaupun banyak konsumen yang telah
sisi ergonomi. dirugikan oleh pelaku usaha, masih banyak
konsumen yang tidak peduli akan hakhak
Pengertian Perlindungan Konsumen
mereka untuk mendapatkan suatu kepastian
Pengertian Perlindungan konsumen
hukum yang dapat melindungi meraka agar
terdapat pada Pasal 1 angka 1 Undang-
tidak dirugikan oleh pelaku usaha.
undang Nomor 8 Tahun tentang
Faktor-faktor yang membuat para
Perlindungan Konsumen yang mengatakan
konsumen kurang peduli terhadap hak-hak
segala upaya yang menjamin adanya
mereka salah satunya adalah mereka tidak
kepastian hukum untuk memberikan
mengetahui bahwa hak-hak mereka
perlindungan kepada konsumen, yang
tersebut telah dilindungi oleh
dimaksud dengan memberikan kepastian
undangundang. Perlindungan konsumen
hukum salah satunya adalah dengan
yang dilindungi oleh undang-undang ini
meningkatkan harkat dan martabat
adalah adanya kepastian hukum terhadap
konsumen serta membuka akses informasi
segala perolehan kebutuhan konsumen,
tentang barang/atau jasa baginya dan
yang meliputi segala upaya berdasarkan
menumbuhkembangkan sikap pelaku usaha
hukum untuk memberdayakan konsumen
yang jujur dan bertanggung jawab.
memperoleh atau menentukan pilihannya
Tujuan perlindungan konsumen
atas barang dan/atau jasa kebutuhan serta
umumnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
mempertahankan atau membela hak-
haknya apabila dirugikan oleh pelaku usaha konsumen yaitu syarat “untuk tidak
penyedia kebutuhan konsumen tersebut. diperdagangkan” yang menunjukkan
sebagai “konsumen akhir” dan sekaligus
Konsumen
membedakannya dengan konsumen
Di dalam peraturan perundang-
perantara. Jika melihat pada sifat
undangan di Indonesia pengertian
penggunaan barang atau jasa, konsumen
konsumen dapat dilihat pada Undang-
akhir adalah orang alami (natuurlijke
undang Nomor 8 tahun 1999 tentang
person) dan menggunakan produk
Perlindungan Konsumen (UUPK), menurut
konsumen tidak untuk diperdagangkan
UUPK yang dimaksud dengan konsumen
dan/atau tujuan komersial lainnya.
adalah:
“setiap orang permakai barang
Pelaku Usaha
dan/atau jasa yang tersedia dalam Sedangkan pelaku usaha adalah
masyarakat, baik kepentingan sendiri, istilah yang digunakan pembuat undang-
keluarga, orang lain maupun makhluk undang yang pada umumnya lebih dikenal
hidup lain dan tidak untuk dengan istilah pengusaha. Menurut Ikatan
diperdagangkan.” Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) terdapat
Sedangkan menurut peraturan empat kelompok besar kalangan pelaku
perundang-undangan lain yaitu Undang- ekonomi, tiga diantaranya termasuk
undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang kelompok pelaku usaha. Ketiga kelompok
Larangan Praktek Monopoli dan pelaku usaha tersebut adalah sebagai
Persaingan Usaha Tidak Sehat, berikut :
“yang dimaksud dengan konsumen 1. Investor, yaitu pelaku usaha penyedia
adalah setiap pemakai dan pengguna dana untuk membiayai berbagai
barang atau jasa, baik untuk kepentingan kepentingan, seperti perbankan, usaha
sendiri maupun untuk kepentingan orang leasing, penyedia dana lainnya dan
lain.” sebagainya.
Pada dasarnya secara harfiah yang 2. Produsen, yaitu pelaku usaha yang
dimaksud dengan konsumen adalah membuat, memproduksi barang
seseorang atau badan hukum yang membeli dan/atau jasa dari barang-barang
barang tertentu atau menggunakan jasa dan/atau jasa-jasa lain (bahan baku,
tertentu. bahan tambahan/penolong dan bahan-
Melihat dari definisi konsumen bahan lainnya). Mereka dapat terdiri
diatas bahwa terdapat didalam pengertian dari orang/badan usaha yang berkaitan
dengan pangan, orang/badan usaha bidang hukum pun memberikan pengakuan
yang memproduksi sandang, atas kedudukan seseorang.Hal ini terlihat
orang/badan usaha yang berkaitan dalam perjanjian jual beli.
dengan pembuatan perumahan, Dalam perjanjian jual beli
orang/badan usaha yang berkaitan kedudukan antara para pihak yaitu penjual
dengan jasa angkutan perasuransian, dan pembeli telah diatur secara yuridis.
perbankan, orang/badan usaha, yang Secara asas equality before the law atau
berkaitan dengan obatobatan, persamaan kedudukan dalam hukum,
kesehatan, narkotika, dan sebagainya. mengindikasikan bahwa semua orang sama
3. Distributor, yaitu pelaku usaha yang kedudukannya dalam hukum.
mendistribusikan atau Penerapan atas asas equality before
memperdagangkan barang dan/jasa the law dalam hukum perjanjian, khususnya
kepada masyarakat, seperti pedagang dalam perjanjian jual beli adalah diaturnya
secara retail, pedagang kaki lima, masing-masing hak dan kewajiban penjual
warung, supermarket, hypermarket, dan pembeli. Apabila diperhatikan dengan
rumah sakit, klinik, usaha angkutan, seksama, tampak bahwa hak dan kewajiban
Sedangkan menurut Pasal 1 angka 3 pelaku usaha bertimbal balik dengan hak
UUPK, disebutkan bahwa pelaku usaha dan kewajiban konsumen. Ini berarti hak
adalah: bagi konsumen adalah kewajiban yang
“setiap orang perorangan atau harus dipenuhi oleh pelaku usaha.
badan usaha, baik yang berbentuk badan Demikian pula dengan kewajiban
hukum maupun bukan badan hukum yang konsumen merupakan hak yang akan
didirikan dan berkedudukan atau diterima oleh pelaku usaha. Perlakuan
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum hukum yang sama antara penjual dan
negara Republik Indonesia, baik sendiri pembeli yang secara yuridis tersebut
maupun bersama-sama melalui perjanjian sebagaimana diatur diatas memberikan
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam kepastian hukum atas kedudukan penjual
berbagai bidang ekonomi.” dan pembeli yang sama. Namun secara
teoritis khususnya perlindungan konsumen
Kedudukan Para Pihak Dalam Pembelian
atau pembeli terdapat beberapa teori yang
Barang Rekondisi
Kedudukaan mempunyai banyak membahas mengenai kedudukan konsumen
arti bagi setiap orang, kedudukan dengan pelaku usaha.
menandakan adanya pengakuan terhadap Kedudukan Konsumen dalam
keberadaan dari seseorang tersebut.Dalam hubungannya dengan pelaku usaha dapat
dijelaskan melalui prinsip-prinsip tentang Adapun beberapa tahapan dalam
kedudukan konsumen dengan pelaku usaha proses transaksi jual beli yaitu mulai dari
berangkat dari doktrin atau teori yang penawaran hingga melakukan pembayaran.
dikenal dalam perjalanan sejarah hukum Bila calon konsumen menerima penawaran,
perlindungan konsumen. Adapun yang maka terjadilah transaksi, atau menurut
termasuk kelompok ini adalah Let The bahasa hukum terjadi perjanjian. Syarat sah
Buyer Beware atau Prinsip Kehati-hatian terjadinya perjanjian menurut Pasal 1320
Pada Konsumen, The Dua Care Theory KUH Perdata adalah: Kesepakatan mereka
atau Prinsip Kehati-hatian pada Pelaku yang mengikatkan dirinya, kecakapan
Usaha, The Privity Contract, Prinsip untuk membuat perikatan, ada suatu hal
Kontrak Bukan Syarat. tertentu dan kausa yang halal.
Teori diatas sejalan dengan Mekanisme transaksi dalam jual
fenomena yang terjadi, konsumen yang beli barang rekondisi elektronik ini tidak
selalu dijadikan objek dalam aktivitas jual jauh berbeda dengan transaksi jual beli
beli untuk dieksploitasi sehingga konsumen pada umumnya, hampir sama. Adapun
membutuhkan wadah atau sarana untuk beberapa proses yang dilakukan dalam
meningkatkan kedudukannya menjadi transaksi jual beli barang rekondisi adalah
subjek dalam aktivitas jual beli yang harus mulai dari tahap pratransaksi sampai tahap
sejajar dengan penjual. Hal ini pun yang purnatransaksi atau dari tahap penawaran
menjadi dasar terbentuknya Undang- barang hingga tahap pembayaran yaitu
Undang Perlindungan Konsumen guna mulai dari adanya pertemuan antara penjual
menghilangkan ketimpangan kedudukan dan pembeli sehingga terjadinya proses
antara penjual dan pembeli atau konsumen, tawar menawar antara keduanya, yang
yang dimana konsumen selalu dirugikan kemudian konsumen diberi kesempatan
dalam aktivitas jual beli. untuk memilih barang yang diinginkan dan
konsumen disini menggunakan haknya
Mekanisme Dalam Pembelian Barang
yaitu untuk melanjutkan transaksi atau
Rekondisi
Jual beli terjadi pada saat pembeli tidak, sehingga terjadilah kesepakatan
atau pelanggan tertarik pada suatu hal yang antara penjual dan pembeli. Setelah
disajikan atau dijual oleh si penjual terjadinya kesepakatan timbullah hak dan
tersebut, dan ketika pembeli tersebut kewajiban antara kedua belah pihak, yang
membeli barang dari penjual maka dimana satu pihak menyerahkan barang dan
terjadilah proses jual beli. pihak lain membayar harga sesuai yang
disepakati atau yang disebut dengan tahap wawancaranya pada media online
pembayaran. kompas.com mengatakan bahwa:
“Penggantian jok kulit asli untuk
Penjualan Interior Jok Rekondisi di
mobil dengan dua baris tempat duduk
Indonesia
Saat ini, masalah klasik pada sekitar Rp 10 jutaan, untuk tiga baris
interior mobil lawas adalah memudarnya tempat duduk sekitar Rp 13 jutaan, itu
warna, atau bahan karet dan plastik yang pakai bahan asli yang diimpor dari luar
mulai kering karena pengaruh cuaca. negeri,"
Kejadian ini bahkan membuat bahan Untuk penggantian jok kulit asli
pelapis interior bisa robek atau terkelupas untuk mobil dengan bahan asli dari luar
karena bahan getas. negeri memang terbilang cukup mahal.
Bagi para pemilik mobil yang ingin Apalagi kondisi masyarakat yang ada di
merestorasi mobil bekas, mengganti bahan Indonesia yang memiliki kebutuhan hidup
interior dengan yang orisinil mungkin agak yang tinggi dan beragam terhadap suatu
sulit. Selain karena barangnya jarang, harga barang namun menginginkan harga yang
pelapis interior yang asli harganya bisa rendah dengan kualitas yang terbaik.
melambung tinggi. Oleh karena itu, Hal tersebutlah yang menyebabkan
sebagian besar masyarakat akan lebih sebagian besar masyarakat (konsumen)
memilih solusi lain agar mobil yang mereka lebih memilih menggunakan barang
miliki bisa terlihat seperti baru kembali. rekondisi (dalam hal ini, jok rekondisi) agar
Solusinya adalah dengan mengganti mampu mengganti jok mobil yang sudah
bahan pelapis jok bawaan dengan versi rusak dan sesuai dengan jumlah uang yang
aftermarket. Saat ini, para pemilik usaha dimilikinya.
interior otomotif biasanya tak hanya
Pelanggaran Terhadap Undang-Undang
menjajakan bahan pelapis dari kulit saja,
Nomor 8 Tahun 1999 tentang
tapi juga bahan fabric, untuk jok maupun Perlindungan Konsumen
Dalam penjualan jok rekondisi yang
panel-panel di interior lainnya. Seperti
dilakukan oleh beberapa pelaku usaha
perbaikan bahan setir, shift-knob, cover
interior otomotif independen telah
shift-knob, dasbor, panel trimming, pilar A-
melanggar beberapa pasal yang diatur
B-C, hingga berbagai panel dengan harga
dalam Undang-undang Perlindungan
bervariasi mulai sekitar Rp 2 jutaan.
Konsumen (UUPK), yaitu :
Menurut Edy, salah satu pemilik
1. Pasal 4 huruf c
usaha interior otomotif dalam
“Konsumen memiliki hak atas yang tidak mengetahui kondisi yang
informasi yang benar, jelas, dan jujur sebenarnya atas jok yang dijualnya.
mengenai kondisi dan jaminan barang Oleh karena itu, perbuatan yang
dan/atau jasa” dilakukan oleh distributor independen
Di dalam pasal ini mengatakan dalam penjualan jok tersebut telah
bahwa konsumen memiliki hak untuk melanggar ketentuan ini.
mengetahui dengan benar, jelas dan 2. Pasal 7 huruf b
jujur terhadap barang yang akan “memberikan informasi yang
dibelinya. Di dalam kasus penjualan jok benar, jelas dan jujur mengenai kondisi
rekondisi yang dilakukan oleh dan jaminan barang dan/atau jasa
distributor independen yang menjual serta memberi penjelasan penggunaan,
jok rekondisi dengan mengatakan perbaikan dan pemeliharaan”
bahwa jok tersebut adalah jok baru Sama halnya seperti penjelasan
sementara konsumen tidak pada pasal 4 huruf c di atas, pelaku
mengetahuinya merupakan suatu usaha harus memberikan informasi
kebohongan yang dapat merugikan secara benar, jelas dan jujur tentang
konsumen. kondisi barang yang dijualnya.
Konsumen yang membeli Jok Dalam kasus ini distributor
tersebut akan merasa bahwa jok yang independen seharusnya
dibelinya itu adalah jok asli yang memberitahukan kepada konsumen
bahannya di impor langsung dari luar bahwa jok yang ia jual adalah jok yang
negeri dan tidak berkualitas abal-abal telah direkondisi sehingga terlihat baru
apalagi memiliki cacat sebelumnya. bukan merupakan jok yang benar-benar
Jok yang dijual oleh distributor baru.
independen yang merupakan jok Jok yang dijual oleh distributor
rekondisi adalah jok bekas yang tidak independen memang terlihat baru
sesuai dengan penjelasan bahwa Jok karena dikemas sedemikian rupa dan
tersebut adalah baru, konsumen yang diberikan garansi selama satu tahun.
tidak mengerti akan dirugikan apabila Akan tetapi, pada kenyataan jok yang
membeli jok tersebut. Dengan harga dijual oleh distributor independen
yang lebih murah dibandingkan dengan tersebut adalah perangkat jok bekas
jok asli yang didaur ulang agar terlihat baru
Pihak distributor independen sehingga konsumen percaya bahwa jok
memanfaatkan kelemahan konsumen
tersebut adalah jok yang benar-benar undangan yang berlaku, jok rekondisi
baru. merupakan jok bekas yang telah
Pelaku usaha dalam hal ini adalah diperbaharui dan belum dilakukan tes
distributor independen, apabila mereka uji kelayakan untuk diedarkan kepada
memiliki itikad baik dalam konsumen.
memasarkan joknya, tentu praktik Pihak distributor independen yang
penjualan jok rekondisi seperti yang sebelumnya telah menjalani uji
terjadi di pasar otomotif Indonesia tidak sertifikasi terhadap perangkat jok
terjadi. maupun interior otomotif lain yang
Seharusnya, pihak distributor berkaitan yang dijualnya sebelum
independen menjual jok dengan jujur, mendapatkan izin mengedarkan jok
Sehingga konsumen dapat mengetahui ataupun interior otomotif lainnya di
secara pasti kualitas dan mutu jok Indonesia seharusnya tahu bahwa jok
tersebut dan tidak merugikan konsumen yang mereka pasarkan itu harus sesuai
untuk ke depannya. Oleh karena itu, dengan standar yang telah ditetapkan.
perbuatan distributor independen ini Namun, pada kenyataan pihak
telah melakukan pelanggaran terhadap distributor independen melakukan
pasal tersebut. kecurangan terhadap peredaran Jok
3. Pasal 7 huruf d dengan memasarkan jok rekondisi yang
“Pelaku usaha wajib menjamin dilarang oleh peraturan perundang-
mutu barang dan/atau jasa yang undangan yang berlaku, oleh karena itu
diproduksi dan/atau diperdagangkan pelaku usaha dalam hal ini adalah
berdasarkan ketentuan standar mutu distributor independen telah melanggar
barang dan/atau jasa yang berlaku” pasal ini.
Dengan adanya pasal ini setiap
Perlindungan Hukum Bagi Konsumen
pelaku usaha diwajibkan menjaga mutu
Dalam Pembelian Barang Interior
dan kualitas dari barang yang dijualnya, Otomotif Rekondisi Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
dengan demikian dalam kasus
tentang Perlindungan Konsumen
penjualan jok rekondisi pihak Kegiatan jual beli barang interior di
distributor independen telah melanggar bidang otomotif seperti jok motor maupun
pasal ini dimana barang yang jok mobil semakin berkembang pesat,
diperjualbelikannya tidak sesuai dalam pemenuhan kebutuhan otomotif,
dengan standar mutu yang telah sering kali produsen melakukan berbagai
ditetapkan oleh peraturan perundang- cara untuk mendapatkan keuntungan
dalam pemasaran produknya, sehingga Selanjutnya, untuk menjamin
terkadang dapat menyebabkan terjadinya bahwa suatu barang atau jasa dalam
penipuan akibat kurangnya informasi yang penggunaannya akan nyaman, aman
diterima konsumen dalam transaksi jual maupun tidak membahayakan konsumen
beli barang otomotif, sebagai contoh penggunaannya, maka konsumen diberikan
maraknya perdagangan barang interior hak untuk memilih barang atau jasa yang
otomotif rekondisi yang tidak memenuhi dikehendakinya berdasarkan atas
standar kualitas yang ditawarkan pelaku keterbukaan informasi yang benar, jelas,
usaha kepada konsumen dengan harga yang dan jujur. Jika terdapat penyimpangan yang
jauh lebih rendah dibandingkan dengan merugikan, konsumen berhak untuk
harga aslinya, tanpa memberikan informasi didengar, memperoleh advokasi,
secara lengkap dan benar. pembinaan, perlakuan yang adil,
Kesewenang-wenangan dari pelaku kompensasi sampai ganti rugi.
usaha akan mengakibatkan terjadinya Dalam hal jual beli barang rekondisi
ketidakpastian hukum. Oleh karena itu ini, pihak yang dirugikan yaitu konsumen
segala upaya memberikan jaminan akan yang dimana terlihat dalam tahap
kepastian hukum ukurannya ditentukan transaksinya yaitu mulai dari penawaran.
dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun Penawaran yang dilakukan pelaku usaha
1999 Tentang Perlindungan Konsumen terhadap konsumen yang dengan sengaja
untuk memberikan perlindungan konsumen tidak memberikan informasi secara benar,
baik dalam bidang hukum privat maupun jelas dan jujur tentang status barang yang
dalam bidang hukum publik. dijual.
Dengan adanya Undang-Undang Hal ini menunjukan bahwa penjual
Perlindungan Konsumen, terlihat bahwa tidak memiliki itikad baik dalam
masalah kenyamanan, keamanan, dan bertransaksi dengan melanggar
keselamatan konsumen merupakan hal kewajibannya sebagai pelaku usaha dan
yang paling pokok dan utama dalam juga berusaha mengelabuhi konsumen yang
perlindungan konsumen. Barang atau jasa tidak tahu dengan dalih barang yang
yang penggunaannya tidak memberikan mereka jual adalah barang baru dan asli
kenyamanan, terlebih lagi yang tidak aman walau sebenarnya barang yang mereka
atau membahayakan keselamatan tawarkan adalah barang rekondisi yang
konsumen jelas tidak layak untuk diedarkan jelas kualitasnya tidak bagus. Dalam hal ini
dalam masyarakat. pelaku usaha harus bertanggung jawab atas
segala kerugian yang ditanggung oleh
konsumen sebagaimana yang telah diatur di cacat atau bekas, dan tercemar tanpa
dalam Hukum Positif Indonesia. memberikan informasi secara lengkap dan
Berdasarkan substansi Pasal 19 benar atas barang yang dimaksud.”
diketahui bahwa tanggung jawab pelaku Larangan-larangan yang
usaha meliputi: Tanggung jawab ganti dimaksudkan ini hakikatnya yaitu untuk
kerugian atas kerusakan, Tanggung jawab mengupayakan agar barang dan/atau jasa
kerugian atas pencemaran, Tanggung yang beredar di masyarakat merupakan
jawab kerugian atas kerugian konsumen barang yang layak edar, antara lain asal-
Jual beli barang rekondisi ini telah usul, kualitas sesuai dengan informasi
melanggar Undang-Undang Perlindungan pengusaha baik melalui label, etiket, iklan,
Konsumen yang telah disebutkan dalam dan lain sebagainya.
Pasal 8 ayat 2 yang berbunyi: Kasus jual beli barang rekondisi ini
“Pelaku usaha dilarang telah melanggar ketentuan yang diatur
memperdagangkan barang yang rusak, dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang
cacat atau bekas dan tercemar tanpa Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
memberikan informasi secara lengkap dan Perlindungan Konsumen, maka timbul
benar atas barang dimaksud.” akibat hukum yang ditentukan dalam Pasal
Yang dimaksud disini adalah pelaku 19 ayat (1) yakni:
usaha yang menjual barang rekondisi tanpa “Pelaku usaha bertanggung jawab
memberikan informasi yang jelas, benar memberikan ganti rugi atas kerusakan,
dan jujur mengenai status barang yang ia pencemaran, dan/atau kerugian konsumen
jual. Perbuatan ini dapat dikatakan akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa
perbuatan melanggar hukum karena pelaku yang dihasilkan atau diperdagangkan”.
usaha disini telah melakukan perbuatan Dan ditentukan pada Pasal 19 ayat
yang melanggar hak-hak konsumen. (2) yakni:
Dalam hal jual beli, perjanjian telah “Ganti rugi sebagaimana dimaksud
dapat dikatakan sah saat terjadinya pada ayat 1 dapat berupa pengembalian
kesepakatan yang merupakan pertemuan uang atau penggantian barang dan/atau
kehendak dari pihak pelaku usaha dan jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau
konsumen. Dalam Undang-Undang perawatan kesehatan dan/atau pemberian
Perlindungan Konsumen pada Pasal 8 ayat santunan yang sesuai dengan ketentuan
(2) ditentukan bahwa: peraturan perundang-undangan yang
“pelaku usaha dilarang berlaku”.
memperdagangkan barang yang rusak,
KESIMPULAN benar, jelas dan jujur mengenai kondisi
Kedudukan para pihak dalam
barang yang dijual.
pembelian barang interior otomotif
Perlindungan hukum bagi
rekondisi yaitu pelaku usaha selaku penjual
konsumen dalam pembelian barang interior
dan konsumen selaku pembeli adalah tidak
otomotif rekondisi berdasarkan Undang-
seimbang yang dimana kedudukan
Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang
konsumen (pembeli) berada dalam posisi
Perlindungan Konsumen yaitu:
yang lemah ketika berhubungan dengan
“konsumen memperoleh
pelaku usaha (penjual), karena
kompensasi ganti rugi atas kerugian yang
ketidaktahuan konsumen mengenai barang
dialaminya karena barang yang diterima
yang dibeli serta kurangnya informasi yang
tidak sesuai sebagaimana mestinya dengan
diberikan oleh pelaku usaha mengenai
memberikan ganti rugi berupa
kondisi barang yang dijual, yang dimana
pengembalian uang atau penggantian
pelaku usaha (penjual) disini telah
barang yang sejenis/sesuai harga.”
melanggar kewajibannya yang merupakan
hak bagi konsumen (pembeli) untuk SARAN
Pelaksanaan Undang-Undang
mendapatkan informasi yang benar, jelas
Perlindungan Konsumen di Indonesia saat
dan jujur mengenai kondisi barang tersebut.
ini harus lebih ditegakkan lagi agar tujuan
Mekanisme dalam pembelian barang
dari Undang-Undang itu sendiri dapat
interior otomotif rekondisi adalah sama
terlaksana dengan baik, sehingga Undang-
dengan perjanjian jual beli pada umumnya,
Undang ini benar-benar dapat
yang terlihat dalam proses transaksinya
meningkatkan harkat dan martabat
mulai dari tahap pratransaksi (penawaran),
konsumen serta dapat memberikan
tahap transaksi (terjadinya jual beli), hingga
kepastian hukum yang jelas. Bagi
tahap purna transaksi (pembayaran).
konsumen harus lebih berhati-hati dalam
Namun dalam jual beli ini objeknya yang
memilih produk barang/jasa yang
berbeda karena objek jual belinya disini
diinginkan serta harus lebih teliti dalam
adalah barang rekondisi. Dalam tahap
memeriksa barang yang menjadi objek jual
transaksi ini konsumen kurang teliti dalam
beli dan tidak mudah tergiur dengan harga
melakukan pengecekan barang karena
murah yang ditawarkan oleh pelaku usaha.
merasa barang yang dibeli adalah barang
Bagi pelaku usaha dalam melakukan
baru, yang dimana pelsaku usaha (penjual)
transaksi jual ini juga harus memberikan
disini tidak memberikan informasi yang
keterangan sesuai dengan keadaan barang
yang dijual.Pemerintah sebagai perancang, Miru, A., dan Sutarman, Y. 2004. Hukum
pelaksana serta pengawas atas jalannya Perlindungan Konsumen. Jakarta: PT
hukum dan Undang-Undang tentang Raja Grafindo Persada.
Perlindungan Konsumen harus benar-benar Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. 2009.
memperhatikan fenomena yang terjadi pada Penelitian Hukum Normatif Suatu
kegiatan produksi saat ini supaya tujuan Tinjauan Singkat. Jakarta: PT
para pelaku usaha dalam mencari RajaGrafindo Persada.
keuntungan berjalan dengan lancar tanpa Subekti, R., dan Tjitrosudibio, R. 2002.
adanya pihak yang dirugikan. Terjemahan: Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (burgerlijk Wetboek).
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: Pradnya Paramita.
Christine S.T. Kansil. 2002. Pokok-Pokok
https://otomotif.kompas.com/read/2019/10
Pengetahuan Hukum Dagang
/22/072200415/biaya-rekondisi-
Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
interior-mobil-mulai-rp-2-jutaan.
Husni S., dan Neni, S.I. 2000. Hukum
Online. Diakses tanggal 23 Januari
Perlindungan Konsumen. Bandung:
2020.
Mandar Maju.
Indonesia. Undang-Undang tentang
Perlindungan konsumen. UU Nomor
8 Tahun 1999. LN No. 42 tahun 1999.
TLN No. 3821.
Kurniawan. 2011. Hukum Perlindungan
Konsumen, Problematika Kedudukan
Dan Kekuatan Putusan Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen
(BPSK). Malang: UB Press..
Marlyna, H. 2013. Perlindungan Hukum
Terhadap Konsumen Smartphone
Blackberry Dalam Kaitannya Dengan
Peredaran Produk Blackberry
Rekondisi Yang Dilakukan Oleh
Distributor Independen. Skripsi.

Anda mungkin juga menyukai