PRAKTIKUM BIOKIMIA
JUDUL :
IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT
Disusun Oleh :
Kelompok :1
Kelas : 3A
Tanggal Praktikum : 8 September 2020
I. TUJUAN PERCOBAAN
1.1 Mahasiswa mengetahui beberapa cara identifikasi karbohidrat
1.2 Mahasiswa mampu menjelaskan karakteristik dari identifikasi karbohidrat
1.3 Mahasiawa mampu menjelaskan identifikasi karbohidtrat berdasarkan
karakteristik tersebut
c. Polisakarida
Polisakarida merupakan gabungan beberapa molekul monosakarida.
Polisakarida di dalamnya terikat lebih dari satu gula sederhana yang
digabungkan dalam ikatan glikosida Disebut oligosakarida jika tersusun
atas 3-6 molekul monosakarida dan disebut polisakarida jika tersusun
atas lebih dari 6 molekul monosakarida. Polisakarida dikelompokkan
menjadi 3 golongan yaitu (Sastrohamidjojo H, 2005):
- Pati merupakan sumber kalori yang sangat penting karena sebagian
besar karbohidrat dalam makanan terdapat dalam bentuk pati. Amilosa
adalah jenis pati berantai lurus tersusun atas 20-30 unit glukosa setiap
cabangnya disebut amilopectin.
- Serat merupakan komponen dinding sel tanaman yang tak dapat dicerna
oleh sistem pencernaan manusia. Serat bermanfaat untuk merangsang
alat cerna agar mendapat cukup getah cerna, membentuk volume
sehingga menimbulkan rasa kenyang dan membantu pembentukan
feces.
- Glikogen disebut juga pati binatang, adalah jenis karbohidrat semacam
gula yang disimpan di hati dan otot dalam jumlah kecil sebagai
cadangan karbohidrat. Simpanan glikogen hati kurang lebih 4,0% dari
berat hati.
2.3 Identifikasi Kualitatif Karbohidrat
Adanya karbohidrat dalam makanan dapat diidentifikasi secara
kualitatif maupun kuantitatif. Uji kualitatif karbohidrat yang mendasarkan
pada pembentukan warna dapat dilakukan dengan cara :
2.3.1 Uji molisch
Uji ini berlaku umum, baik untuk aldosa maupun ketosa.
Caranya adalah karbohidrat ditambah H2SO4 melalui dinding-
dinding tabung. Asam sulfat akan menyerap air dan membentuk
furfural yang selanjutnya dikopling dengan α-naphtol
membentuk senyawa gabungan berwarna ungu. Jika yang
dideteksi pentose akan terbentuk furfural, sementara itu jika
aldosa yang dideteksi akan terbentuk hidroksimetilfurfural
(Abdul, 2007).
2.3.2 Uji Benedict
Uji benedict positif untuk gula pereduksi/ gula inversi seperti
glukosa dan fruktosa. Caranya gula reduksi ditambahkan dengan
campuran CuSO4 (tembaga sulfat), natrium sitrat (NaSO3) dan
natrium karbonat (NaCO3) lalu dipanaskan maka akan terbentuk
endapan kupro oksida (Cu2O) yang berwarna merah coklat
(Abdul, 2007).
2.3.3 Uji Fehling
Uji ini hampir sama dengan uji benedict yang bertumpu pada
adanya gula pereduksi pada karbohidrat. Cara ujinya: gula
reduksi ditambah campuran larutan CuSO4 dalam suasana
alkalis (dengan ditambah NaOH) dan ditambah 17 dengan
Chelating agent, lalu dipanaskan maka akan terbentuk endapan
kupro oksida (Abdul, 2007).
2.3.4 Uji Iodin
Polisakarida dengan penambahan iodium akan membentuk
kompleks adsorpsi berwarna yang spesifik. Amilum atau pati
yang dengan iodium menghasilkan warna biru, dekstrin
menghasilkan warna merah anggur, sedangkan glikogen dan
sebagian pati yang terhidrolisis akan membentuk warna merah
(Maria, 2010).
2.3.5 Uji Anthron
Prinsip uji Antron sama dengan uji Seliwanof dan Molisch
yaitu menggunakan senyawa H2SO4 untuk membentuk
senyawa furfural lalu membentuk kompleks dengan pereaksi
Antron sehingga terbentuk warna biru kehijauan (Winarno,
2004).
2.3.6 Uji Bial
Uji Bial merupakan uji yang didasari oleh konversi pada gula
pentose seperti ribosa didalam keadaan asam dan panas menjadi
senyawa furfural, yang kemudian bereaksi dengan orsinol dan
mengeluarkan warna hijau. Reagen yang digunakan pada pengujian Bial
ini adalah pereaksi Bial yang mengandung 0,3% larutan orsinol
dan FeCl3 di dalam HCl pekat (Adisendjaja, 2016).
2.3.7 Uji Osazon
Uji Osazon memiliki prinsip proses pemanasan karbohidrat
yang memiliki gugus aldehida atau keton dengan fenilhidrazin
berlebih akan menghasilkan hidrazon atau osazon. Osazon akan
membentuk kristal dan titik lebur yang spesifik (Sumardjo,
2009).
2.3.8 Uji Tollens
Uji Tollen merupakan salah satu uji yang digunakan untuk
membedakan mana yang termasuk senyawa aldehid dan mana
yang termasuk senyawa keton. Selain dengan menggunakan Uji
Tollen untuk membedakan senyawa aldehid dan keton dapat
juga menggunakan Uji Fehling dan Uji Benedict. Aldehid lebih
mudah dioksidasi dibanding keton. Oksidasi aldehid
menghasilkan asam dengan jumlah atom karbon yang sama
(Hart, 1990).
2.4 Analisa Bahan
2.4.1 Glukosa
Sifat Fisik Sifat Kimia
Rumus molekul C6H12O6 Mudah larut dalam air, etanol dan
eter.
Berat molekul 180,16 g/mol
Titik leleh 146°C
Densitas 1,544 g cm-3
(Chen and Chou, 1993)
2.4.2 Maltosa
Sifat Fisik Sifat Kimia
Rumus molekul C12H22O11 Mudah larut dalam air dingin
Berat Molekul : 342,30 g/mo Sebagian larut dalam metanol
Berbentuk padatan Tidak larut dalam dietil eter
Titik lebur : 102,5°C Dapat dihidrolisis
Titik didih 2173 K
(Sciencelab, 2012)
2.4.3 Fruktosa
Sifat Fisik Sifat Kimia
Rumus Molekul C6H12O6 Mudah larut dalam air
Berat Molekul 180,16 g/mol
Titik leleh 95-105°C
(Hyvonen dan Koivistoinen, 1982)
2.4.4 Amilum
Sifat Fisik Sifat Kimia
Rumus molekul Tidak larut dalam air dingin dan
etanol 95% dingin
Berat molekul 50-500 juta Cepat mengembang pada suhu
37°C
Serbuk halus, tidak berbau, putih Stabil jika disimpan pada wadah
tertutup
(Allen, 2009)
VI. PEMBAHASAN
Praktikum Biokimia dengan judul Identifikasi Karbohidrat yang
dilaksanakan pada hari Selasa, 8 September 2020 pukul 13.00 – 15.40 WIB
secara online via MS Teams. Praktikum ini bertujuan supaya mahasiswa
mengetahui beberapa cara identifikasi karbohidrat, mahasiswa mampu
menjelaskan karakteristik dari identifikasi karbohidrat, mahasiawa mampu
menjelaskan identifikasi karbohidtrat berdasarkan karakteristik tersebut.
6.1 Identifikasi Karbohidrat
6.1.1 Tes Anthron
Tes anthron bertujuan untuk menentukan keberadaan semua
jenis karbohidrat termasuk monosakarida, disakarida, dan
polisakarida. Tes anthron ini menggunakan sampel larutan
glukosa, fruktosa, maltosa, amilum, dan menggunakan pereaksi
anthron.
Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat larutan
glukosa, fruktosa, maltosa, dan amilum agar mudah dalam
melakukan pencampuran dengan reagen anthron. Langkah
selanjutnya adalah memasukkan masing-masing sampel ke
dalam tabung reaksi yang selanjutnya akan dilanjutkan dengan
memberikan pereaksi anthron pada setiap sampel. Kemudian,
sampel diamati perubahannya. Hasil positif pada tes anthron
adalah larutan berwarna hijau kebiruan. Sesuai dengan literatur
dari (Abdul,2007), bahwa prinsip uji anthron yaitu
menggunakan H2SO4 untuk membentuk senyawa furfural lalu
membentuk kompleks dengan pereaksi anthron sehingga
terbentuk warna hijau kebiruan. Timbulnya warna hijau atau
hijau kebiruan menandakan adanya karbohidrat dalam larutan
sampel. Bahan-bahan yang di uji, terjadi perubahan warna
menjadi hijau kebiruan yang menandakan adanya karbohidrat
dalam larutan tersebut.
6.1.2 Uji Molisch
Uji molisch merupakan uji yang bertujuan untuk
mengidentifikasi adanya karbohidrat pada suatu sampel
menggunakan reagen asam sulfat.
Langkah pertama pada uji molisch ini yaitu serbuk
karbohidrat yang terdiri dari glukosa, fruktosa, maltosa dan
amilum ini masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian ditambahkan dengan 3 mL air suling lalu dikocok. Hal
ini bertujuan untuk melarutkan serbuk glukosa, fruktosa,
maltose dan amilum agar menjadi larutan yang homogen.
Kemudian larutan glukosa ditambahkan 6 tetes reagen molisch
menggunakan pipet tetes, reagen molisch berfungsi sebagai
reagen untuk identifikasi karbohidrat pada sampel. Setelah itu
ditambahkan asam sulfat pekat secara hati-hati tanpa
pengocokan. Penambahan asam sulftat berfungsi untuk
mendehidrasi karbohidrat dan dilakukan secara hati-hati agar
terbentuk dua lapisan zat cair. Menurut Poedjiadi (1994),
Penambahan asam sulfat pekat dilakukan tanpa pengocokan
dengan tujuan agar warna ungu pada cincin tidak terurai. Karena
bila terkena guncangan maka partikel alkohol yang melindungi
karbohidrat akan terurai. Hasil yang didapatkan dari semua
sampel pada uji ini adalah terbentuknya cincin berwarna ungu
pada larutan.
Hasil ini sesuai literatur Agustina (2017), yang menyatakan
bahwa dalam larutan molisch mengandung alkohol. Fungsi dari
alkohol dalm larutan ini ada dua yaitu untuk melindungi
partikel-partikel karbohidrat dari kontak langsung asam sulfat
pekat sehingga tidak terjadi kerusakan langsung senyawa
karbohidrat dan sampel serta sebagai pelarut α-naftol. Pada
penambahan H2SO4 bertujuan untuk kondensing agent dan
pembentuk senyawa multifurfural sehingga terbentuk rantai
karbon yang semakin pendek. Furfural ini kemudian bereaksi
dengan reagent molisch membentuk α-naftol yang membentuk
cincin berwarna ungu. Menurut Sudarmadji (2010), Mekanisme
terbentuknya cincin ungu ini adalah karbohidrat oleh asam sulfat
pekat akan dihidrolisis menjadi monosakarida. Lalu
monosakarida tersebut mengalami dehidrasi oleh asam sufat
pekat menjadi furfural dan golongan heksosa menghasilkan
hidroksi-metilfurfural. Pereaksi Molisch yang terdiri atas α-
naftol dalam alkohol akan bereaksi dengan furfural membentuk
senyawa kompleks berwarna ungu.
Berdasarkan hasil uji yang di dapat maka ke empat sampel
merupakan karbohidrat. Hal ini ditunjukkan dengan
terebntuknya cincin berwarna ungu pada larutan sampel.
6.1.3 Tes Fehling
Tes fehling bertujuan untuk menguji kandungan gula
tereduksi (monosakarida atau disakarida) dalam suatu sampel.
Tes fehling ini menggunakan sampel larutan glukosa, fruktosa,
maltose, amilum, dan menggunakan pereaksi fehling A yaitu
larutan CuSO4 dan fehling B yang terdiri dari K-Na-tartrat dan
NaOH.Pada tes fehling ini sampel dicampurkan dengan pereaksi
fehling kemudian dipanaskan. Cara kerja yang dilakukan yaitu
dengan menambahkan perekasi fehling A dan fehling B,
kemudian dipanaskan sambil digoyang. Pemanasan dan
penggoyangan yang dilakukan bertujuan untuk mempercepat
terjadinya reaksi, dengan pemanasan maka suhu larutan akan
naik, sehingga mengakibatkan gerakan-gerakan molekul dalam
larutan semakin cepat dan terjadi tumbukan antar molekul yang
semakin besar. Karbohidrat pereduksi akan diubah menjadi
asam onat yang membentuk garam karena adanya basa,
sedangkan pereduksi fehling akan mengalami reduksi sehingga
tembaga (II) berubah menjadi tembaga (I) (Poedjiadi, 1994).
Hasil yang diperoleh dari uji ini adalah positif yaitu
terbentuk endapan merah bata. Endapan merah bata tersebut
adalah endapan dari Cu2O. Bahan-bahan yang di uji,seperti
glukosa dan maltosa, terjadi perubahan warna dan terbentuk
endapan warna merah bata (glukosa) endapan kuning (maltosa),
kecuali fruktosa (warna hijau) dan amilum (warna biru).
Fruktosa merupakan gugus ketosa yang tahan terhadap
oksidator, sedangkan pada uji fehling akan di uji daya oksidasi
dan reduksi dari suatu karbohidrat, sehingga fruktosa tidak
mengalami perubahan warna.
Menurut Sumardjo (2009), reaksi yang terjadi pada tes ini
adalah :
O H O ONa
C C
H OH H OH
HO H toC HO H Cu2O 2 H+
Cu++ NaOH H2O
H OH H OH
H OH H OH
CH 2 OH CH 2OH
glukosa
H OH H OH
HO H to C HO H Cu2O 2 H+
Cu++ H2O
H OH H OH
H OH H OH
CH 2OH CH2 OH
glukosa
6.1.5 Tes tollens
Tes tollens merupakan uji yang digunakan untuk
membedakan antara gugus aldehid dan keton. Reagensia Tollen
digunakan sebagai ragensia uji untuk aldehid. Aldehid itu
dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag+ dalam reagensia
Tollen direduksi menjadi logam Ag.
Pada percobaan ini digunakan sampel berupa
glukosa,maltose,fruktosa dan amilum. Langkah yang pertama
pada uji ini yaitu 2 mL larutan karbohidrat ditambah dengan 2
mL reagen iodin kemudian dipanaskan selama 10 menit. Dari
percobaan didapatkan hasil terbentuknya cermin perak pada
sampel glukosa,maltosa, dan fruktosa dan terbentuknya endapan
hitam pada sampel amilum.
Hasil yang di dapat sesuai literatur Sudarmo (2006), Uji
positif ditandai oleh terbentuknya cermin perak pada dinding
dalam tabung reaksi. Pereaksi Tollens sering disebut sebagai
perak amoniakal, merupakan campuran dari AgNO 3 dan amonia
berlebihan. Gugus aktif pada pereaksi tollens adalah Ag2O yang
bila tereduksi akan menghasilakan endapan perak. Endapan
perak ini akan menempel pada tabung reaksi yang akn menjadi
cermin perak. Pada sampel glukosa menunjukkan bahwa uji
tollens positif dan glukosa termasuk aldehid. Hal ini sesuai
bahwa glukosa merupakan gugus aldehid dan glukosa memiliki
gugus H bebas sehingga dapat bereaksi dengan AgNO3 dengan
memebentuk endapan cermin perak. Selanjutnya adalah sampel
fruktosa juga terdapat endapan cermin perak. Hal ini
menunjukkan bahwa uji tollens dengan fruktosa adalah positif.
Menurut Sudarmo (2006), Meskipun fruktosa adalah keton, tapi
karena fruktosa memiliki gugus OH bebas sehingga dapat
bereaksi dalam uji ini dan membentuk endapan cermin perak.
Kemudian untuk sampel maltosa juga dihasilkan hasil yang
sama dengan kedua sampel lainnya karena maltosa juga
termasuk dalam gugus aldehid.
Pada percobaan terhadap larutan amilum pada saat
ditambahkan pereaksi tollens terjadi perubahan warna pada susu
yang awalnya berwarna putih susu berubah menjadi coklat dan
terbentuk endapan abu – abu sedangkan pada amilum yang
awalnya bening berubah menjadi warna putih susu dan terbentuk
endapan abu –abu, kemudian pada saat dipanaskan warna
larutan berubah lagi warna larutan dan endapan hitam. Pada
larutan amilum tidak tebentuk endapan cermin perak yang
terbentuk hanya endapan berwarna hitam. Dari pengamatan ini
dapat dinyatakan bahwa kedua larutan ini termasuk kedalam
senyawa keton karena tidak menghasilkan endapan cermin
perak. Amilum tidak dapat membentuk cermin perak karena
tidak mempunyai atom hidrogen yang terikat pada gugus
karbonnya. Kedua tangan gugus karbonnya sudah mengikat dua
gugus alkil sehingga aseton tidak mengalami oksidasi ketika
ditambah pereaksi tollens dan dipanaskan.
6.1.6 Tes Osazon
Tes osazon bertujuan untuk mengetahui perbedaan kristal
dari gugus aldehida maupun keton. Adapaun prinsip yang
dimiliki tes osazon adalah penambahan fenolhidrazin berlebih
untuk membentuk suatu osazon dan pada proses pemanasan
yang akan menentukan didihnya dan akan didinginkan untuk
pembentukan kristalnya. Menurut Fessenden (1986), pada uji
osazon didasari pada pemanasan karbohidrat yang memiliki
gugus aldehida atao keton bersama fenilhidrazin berlebihan akan
membentuk hidrazon atao osazon. Osazon yang terbentuk
mempunyai bentuk kristal dan titik lebur yang spesifik. Osazon
dari disakarida larut dalam air mendidih dan terbentuk kembali
biladidinginkan, namun sukrosa tidak membentuk osazon
karena gugus aldehida dan keton yang terikat pada monomernya
sudah tidak bebas, sebaliknya osazon monosakarida tidak larut
dalam air mendidih.
5ml larutan sampel (glukosa, maltosa, dan laktosa) masing
masing ditetesi 5 tetes asam asetat glasial dan ditambhakan 0,2
gram fenol hidrazin kemudian ditambahkan 0,1 gram kristal
natrium asetat lalu diaduk dan dipanaskan menggunakan
waterbath selama 25-30 menit. Dilanjutkan dengan pendinginan
menggunakan air mengalir dan diamati kristal dibawah
mikroskop menggunakan perbesaran kuat. Penambahan asam
asetat glasial bertujuan untuk mengubah gugus aldehid menjadi
ketosa, Penambahan fenolhidrazin dan natrium asetat bertujuan
untuk memperoleh osazon. Pemanasan bertujuan untuk
melarutkan semua campuran bahan dan pendinginan bertujuan
untuk mempercepat pembentukan kristal.
Hasil yang diperoleh adalah pada glukosa kristal berbentuk
jarum, pada maltosa kristal berbentuk seperti kelopak bunga
matahari, sedangkan pada laktosa kristal berbentuk seperti
landak.
2 Galaktosa
1%
3 Glukosa 1
%