Anda di halaman 1dari 2

BIOETHANOL DARI KULIT PISANG

Kulit pisang merupakan limbah jika tidak dimanfaatkan, maka dalam waktu yang relatif
panjang akan terakumulasi sehingga dapat menjadi masalah tersendiri terkait dengan pencemaran
lingkungan. Kandungan pati dari kulit pisang khususnya kulit pisang kepok cukup tinggi dimana
memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol melalui proses
fermentasi menggunakan ragi saccharomyces cereviciae dan juga hidrolisis. Pada umumnya kulit
pisang belum dimanfaatkan secara nyata dan hanya di buang sebagai limbah organik saja atau
digunakan sebagai makanan ternak seperti kambing, sapi, dan kerbau. Jumlah kulit pisang yang
cukup banyak akan memiliki nilai yang menguntungkan apabila bisa dimanfaatkan sebagai bahan
baku pembuatan etanol, biogas, dll.

Komponen kulit pisang terbesar adalah air dan karbohidrat. Karbohidrat dalam limbah kulit pisang
dapat dimanfaatkan sebagai nutrisi pakan ternak. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, kini kulit pisang dapat difermentasi menjadi bioetanol dengan bantuan Saccharomyces
cereviceae. Bioetanol merupakan salah satu energi alternatif yang digunakan saat ini yang diharapkan dapat
menggantikan sumber energi minyak bumi yang telah ada yang merupakan cairan hasil fermentasi gula dari
sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme.
Dalam pembuatannya langkah pertama yakni mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Kulit
pisang dipotong kecil-kecil kemudian dikeringkan menggunakan oven dengan suhu sekitar 70oC. Setelah
mongering, kulit pisang diperhalus dan diayak menggunakan penyaring. Tepung kulit pisang tersebut
kemudian dianalisis kadar selulosa, hemiselulosa dan juga ligninnya. Selanjutnya tepung kulit pisang
dilakukan pretreatment-an menggunakan larutan basa seperti NaOH. Setelah itu, tepung kulit pisang dibilas
dengan air suling kemudian dikeringkan dan dianalisa kadar lignoselulosanya.
Langkah selanjutnya ialah tahap hidrolisis mengguanakan larutan asam. Hidrolisis adalah suatu
proses antara reaktan dengan air agar suatu senyawa pecah terurai. Proses hidrolisis ini bertujuan untuk
menentukan jumlah glukosa yang dihasilkan untuk kemudian dilakukan fermentasi menjadi bioetanol.
Tepung kulit pisang yang telah di pretreatment-an tadi ditambahkan larutan asam dan dipanaskan dengan
suhu sekitar 121oC. Setelah dilakukan pemanasan, sampel dianalisis kadar glukosa reduksinya
menggunakan jenis metode Nelson-Somogyi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya
reaksi hidrolisis diantaranya yaitu katalisator, waktu hidrolisis, suhu, derajat keasaman. Reaksi yang terjadi
pada tahap ini yaitu :

Selamjutnya ialah tahap fermentasi menggunakan ragi roti yakni Saccharomyces cereviceae.
Fermentasi bioetanol dapat didefenisikan sebagai proses penguraian gula menjadi bioetanol dan
karbondioksida yang disebabkan enzim yang dihasilkan oleh massa sel mikroba. Setelah tepung kulit pisang
di hidrolisis, masukkan kedalam wadah atau Erlenmeyer kemudian tambahkan ragi Saccharomyces
cereviceae dengan konsentrasi tertentu. Setelah itu,tutup rapat wadah itu dan diinkubasi dengan suhu 30oC
selama kurang lebih 72 jam. Semakin lama waktu fermentasi maka jumlah bioethanol yang dihasilkan akan
lebih banyak. Sebaliknya, semakin banyak penggunaan ragi dalam proses fermentasi maka kadar bioethanol
yang dihasilkan semakin rendah. Kira-kira seperti inilah reaksi yang terjadi :

Selamjutnya, hasil fermentasi dianalisis kadar etanolnya dengan cara titrasi. Untuk memisahkan
etanol dari sampel larutan kulit pisang fermentasi disasing dari filtratnya kemudian dimasukkan kedalam
wadah destilasi atau menggunakan labu distilasi untuk dimurnikan. Uap yang dihasilkan oleh proses
distilasi kemudian didinginkan dalam kondenser sehinnga produk yang lebih murni akan masuk ke dalam
wadah terpisah.

Sumber :
Dyah Tri Retno dan Wasir Nur. Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang. Jurusan Teknik Kimia FTI
UPN”Veteran” Yogyakarta. Yogyakarta. 2011

Syamsul Bahri, Amri Aji, Fadlina Yani. Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang Kepok dengan Cara
Fermentasi menggunakan Ragi Roti. Jurnal Teknologi Kimia Unimal. 2018. Vol. 2: Hal 85-100

Asih Sukowati, dkk. Produksi Bioetanol dari Kulit Pisang Melalui Hidrolisis Asam Sulfat. Fakultas
Pertanian Universitas Lampung. Lampung. 2014

Arifani Bestari, dkk. Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kadar Bioetanol dari Limbah Kulit Pisang
Kepok dan Raja. Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro. Semarang.

Anda mungkin juga menyukai