“Pengaruh konsentrasi tepung sagu (Metroxylon sagu) terhadap mutu dan dodol pala
(Myristica fragans Houtt)”
Dosen Pengampu : Dr. Ir. Dekie Rawung, SU, MSc
Disusun oleh :
Nama : Hariati Lasaji
NIM : 17031105041
Program Studi Teknologi Pangan
Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado 2020 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pala (Myristica fragans Houtt) merupakan tanaman asli Indonesia, pala berasal dari “Malaise Archipel”, yaitu dari gugusan Kepulauan Banda dan Maluku, yang kemudian menyebar ke pulau–pulau lain di sekitarnya, termasuk Pulau Jawa (Sunanto, 1993). Buah pala terdiri dari tiga bagian utama, yaitu daging buah, fuli dan biji. Bagian daging dari buah pala segar merupakan bagian terbesar (83,3%). Namun sampai saat ini hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan, hal ini dikarenakan masyarakat yang hanya mengetahui pala sebagai minyak untuk di perjual belikan. Pemanfaatan daging buah pala untuk mendongkrak perekonomian petani sebagai produk pangan yang bernilai tinggi di pasaran dengan menjadikannya produk pangan semi basah (PSB). Pemanfaatan umum yaitu di buat sebagai manisan dan asinan. Menurut Direktorat Gizi (1997) dalam Soetanto (1998), Komposisi kimia daging buah pala (100 g) adalah: kalori 42 kal, air 88,10%, protein 0l,3%, lemak 0,2 g, kabohidrat 10,9 g, kalsium 32 mg, fosfor 24 mg, besi 1,5 mg, vitamin A 29 S.I , vitamin B1 0,00 mg dan vitamin C 22 mg. Untuk dodol pala yang di hasilkan dari daging buah pala juga sudah di kembangkan oleh Balai Riset dan Standarisasi Indag Manado. Menurut Haryadi (2006), dodol merupakan suatu olahan pangan yang dibuat dari campuran tepung beras ketan, gula kelapa, santan kelapa, yang didihkan hingga menjadi kental dan berminyak tidak lengket, dan apabila dingin pasta akan menjadi padat, kenyal dan dapat diiris. Dengan adanya inovasi pengembangan pengolahan pangan, maka sebagian kecil permasalahan tentang daging buah pala yang terbuang atau tidak ter-manfaatkan bisa terealisasi. Bahan baku untuk pembuatan dodol pala pada umunya menggunakan tepung ketan, tetapi untuk penelitian ini menggunakan konsentrasi dari tepung sagu. Jenis makanan ini berkadar air sekitar 10-40 % sehingga tidak efektif untuk partumbuhan bakteri dan khamir pathogen, tidak mudah rusak, serta tahan terhadap penyimpanan yang cukup lama tanpa proses pengawetan (Musaddad & Hartuti, 2003). Sagu (Metroxylon sagu) sebagai bahan lokal memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan (Widayanti. et al. 2016; Engelen et al. 2015; Ruku 2009; Jong. & Widjono 2007). Sagu juga dapat di olah seperti kua basah, kue kering, sirup fruktosa/glukosa dan bubur sagu. Tepung sagu memberi sifat kental sehingga membentuk tekstur dodol menjadi elastis. Kadar amilopektin yang tinggi menyebabkan sangat mudah terjadi gelatinisasi bila ditambah dengan air dan memperoleh perlakuan pemanasan. Hal ini terjadi karena adanya pengikatan hidrogen dan molekul-molekul tepung beras ketan (gel) yang bersifat kental. Tepung sagu memberi sifat kental sehingga membentuk tekstur dodol menjadi elastis. Semakin tinggi kadar amilopektin dari suatu bahan makanan maka kemampuan mengikat air semakin meningkat pula. Sehingga kadar air cenderung menurun seiring dengan meningkatnya konsentrasi penambahan tepung beras ketan. Hal ini terjadi karena adanya proses pengikatan air oleh gugus hidroksil amilopektin dari tepung sagu yang ditambahkan. 2.Rumusan Masalah a. Meningkatkan mutu dodol pala dengan konsentrasi tepung sagu?
3.Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi tepung sagu terhadap mutu dari dodol pala untuk diversifikasi produk olahan pangan lokal dan dapat diterima oleh konsumen. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah wawasan peneliti menciptakan produk diversifikasi pangan lokal baru, inovasi pengembangan produk bahan pangan lokal yang berasal dari tepung sagu (Metroxylon sagu) dan dodol pala (Myristica fragans Houtt)” dan bisa meningkatkan perekonomian petani.