cottonii) DI UKM
POKLAHSAR MINA SENTOSA DESA PATUGURAN KECAMATAN REJOSO
KABUPATEN PASURUAN
Oleh :
NIM. 145080300111021
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
PROSES PEMBUATAN KUE KERING RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DI UKM
POKLAHSAR MINA SENTOSA DESA PATUGURAN KECAMATAN REJOSO
KABUPATEN PASURUAN JAWA TIMUR
Universitas Brawijaya
Oleh :
NIM. 145080300111021
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
PROSES PEMBUATAN KUE KERING RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DI UKM
POKLAHSAR MINA SENTOSA DESA PATUGURAN KECAMATAN REJOSO
KABUPATEN PASURUAN JAWA TIMUR
Oleh :
NIM. 145080300111021
pada tanggal
SK Dekan No. :
Tanggal :
1. PENDAHULUAN
1.2 Maksud
1. Untuk memperoleh ketrampilan dan data secara teknis tentang proses produksi
kue kering rumput laut (E. cottonii) di UKM POKLAHSAR Mina Sentosa Desa
Patuguran Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan.
2. Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan usaha produksi usaha produksi
produk diversifikasi rumput laut (E. cottonii) di UKM POKLAHSAR Mina Sentosa
Desa Patuguran Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan.
1.3 Tujuan
1. Mempelajari proses pembuatan produk diversifikasi rumput laut seperti kue
kering rumput laut.
2. Mengetahui analisa kelayakan usaha produk diversifikasi rumput laut seperti kue
kering rumput laut
3. Mengetahui kandungan gizi dan produk diversifikasi rumput laut seperti kue
kering rumput laut
1.4 Kegunaan
Hasil praktek kerja magang (PKM) mengenai proses pembuatan abon ikan lele dan
crispy kulit ikan lele diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan keterampilan
mahasiswa, yang memadukan teori yang didapatkan di bangku kuliah dengan praktek yang
ada di lapangan. Sedangkan usulan PKM ini diharapkan berguna bagi :
1. Lembaga akademisi atau perguruan tinggi, sebagai informasi keilmuan untuk
mengadakan penelitiian lebih lanjut.
2. Pihak UKM POKLAHSAR Mina Sentosa, sebagai bahan informasi bagi
pengembangan usahanya di masa yang akan datang.
3. Sebagai informasi bagi masyarakat luas mengenai proses pengolahan kue kering
rumput laut.
2.1 E. cottonii
Division : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Bangsa : Gigartinales
Suku : Solierisceae
Marga : Eucheuma
Komposisi Nilai
Kadar abu (%) 29,97
Kadar protein (%) 5,91
Kadar lemak (%) 0,28
Kadar karbohidrat (%) 63,84
Serat pangan tidak larut air (%) 55,05
Serat pangan larut air (%) 23,89
Serat pangan (%) 78,94
Sumber : Herdiani (2004)
Rumput laut merupakan bahan makanan berserat tinggi yang dapat mengikat
asam empedu sehingga mampu menurunkan kadar kolesterol dalam darah dengan
cepat. Kolesterol tinggi dapat memicu terjadinya penyakit jantung. Serat rumput laut
juga bisa memperlambat proses penyerapan gula dalam darah, yang berarti menekan
resiko terjadinya penyakit kencing manis (Ariyadi, 2004). Semua rumput laut kaya akan
kandungan serat yang dapat mencegah kanker usus besar. Rumput laut juga
membantu pengobatan tukak lambung, radang usus besar, susah buang air besar, dan
gangguan pencernaan lainnya (Anggadiredja et.al., 2006).
Kue kering termasuk salah satu jenis cookies yang renyah dan agak keras
dengan rasa yang bermacam-macam, berukuran kecil dan tipis (Smith, 1972). Kue
kering atau cookies termasuk friable food, sifat tekstural friable food yang penting
adalah porous dan mudah terpecah menjadi partikel-partikel yang tidak teratur selama
pengunyahan yang dikenal dengan istilah remah (Matz, 1962). Kue kering tidak
memerlukan protein tinggi untuk pembuatannya sehingga penambahan rumput laut
digunakan sebagai alternatif bahan karena rumput laut mengandung protein yang tinggi,
rumput laut mampu meningkatkan sistem kerja hormonal, limfatik, dan juga saraf
(Anggadiredja et.al., 2006).
Pembuatan kue kering menurut Ratih (2011), proses pembuatan kue kering
rumput laut sangat sederhana dan mudah dilakukan. Proses produksi kue kering rumput
laut dapat dilihat dalam diagram alir berikut ini :
Kandungan dari rumput laut adalah karbohidrat, protein, lemak dan serat.
Rumput laut juga mengandung enzim, asam nukleat, asam amino, vitamin (A,B,C,D, E
dan K) dan makro mineral seperti nitrogen, oksigen, kalsium dan selenium serta mikro
mineral seperti zat besi, magnesium dan natrium. Kandungan asam amino, vitamin dan
mineral rumput laut mencapai 10 -20 kali lipat dibandingkan dengan tanaman darat.
Kandungan gizi yang terdapat pada rumput laut memiliki peranan penting dalam
pemeliharaan funsi tubuh diantaranya adalah :
1. Tepung terigu
Tepung terigu berasal dari biji gandum. Tepung terigu diolah dengan
menyesuaikan kebutuhan konsumen. Di pasaran dijual tepung terigu cap cakra, cap
segitiga, dan cap kunci. Kegunaannya berbeda dari segi kuliner, misalnya terigu cap
kunci dan cap segitiga, untuk membuat masakan yang tidak perlu mengembang, seperti
kue (cake), bakpao, dan bolu. Bila akan memasak kue kering, pilihlah tepung terigu cap
kunci dan cap segitiga. Kedua macam tepung itu berbeda dalam kadar gluten. Bahan
makanan olahan dari tepung terigu, seperti mie, makaroni, spageti, dan vermiseli.
Dengan perkembangan teknologi dalam segi makanan olahan ini, telah banyak
diciptakan bermacam-macam bentuk, rupa, warna, dan rasa dengan kemasan yang
menarik dan higienis. Yang paling baru adalah makanan instan (Tarwotjo, 2007).
Tepung terigu merupakan tepung yang berasal dari bulir gandum. Tepung
terigu umumnya digunakan sebagai bahan dasar pembuat kue, mie dan roti. Kadar
protein tepung terigu berkisar antara 8 14%. Dalam pembuatan mie, kadar protein
tepung terigu yang digunakan berkisar antara 11 14,5% atau tepung terigu berprotein
tinggi (Gomez, 2007 dalam Lubis, 2013). G
2. Margarin
Menurut SNI (1994), margarin adalah produk makanan berbentuk emulsi
padat atau semi padat yang dibuat dari lemak nabati dan air, dengan atau tanpa
penambahan bahan lain yang diizinkan. Margarin dimaksudkan sebagai pengganti
mentega dengan rupa, bau, konsistensi rasa, dan nilai gizi yang hampir sama dengan
mentega. Margarin merupakan emulsi dengan tipe emulsi water in oil (w/o), yaitu fase
air berada dalam fase minyak atau lemak.
Margarin dimaksudkan sebagai pengganti mentega dengan rupa, bau
konsistensi rasa dan nilai gizi yang hampir sama dengan mentega. Margarin
mengandung 80 % lemak, 16 % air dan beberapa zat lain (Wahyuni & Made, 1998).
3. Gula
Gula adalah zat aditif yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan,
tetapi bahan ini tidak mempunyai nilai gizi. Zat manis tidak berkalori dan tidak ikut dalam
proses metabolisme tubuh. Oleh karena itu, bahan ini digunakan sebagai bahan
pengganti gula pada penderita kencing manis. Gula baik yang terbuat dari tebu maupun
dari kelapa diuraikan oleh zat dalam tubuh manusia menjadi glukosa. Gula sebagai
pemanis buatan merupakan bahan tambahan makanan yang berfungsi untuk
memberikan rasa manis dan membantu mempertajam terhadap rasa manis tersebut,
biasanya memiliki nilai kalori yang lebih rendah dari gula biasa dan hampir tidak
mempunyai nilai gizi (Putra, 2011).
Pada pengolahan dan pembuatan kue kering rumput laut penambahan gula
berfungsi untuk memberi rasa manis, menambah rasa lembut, membantu proses
penyebaran, juga sebagai pewarna kulit atau kerak kue (Smith, 1972).
4. Susu
Susu bubuk adalah susu yang diperoleh dengan cara mengurangi sebagian
besar air melalui proses pengeringan susu segar dan atau susu rekombinasi yang telah
dipasteurisasi, dengan atau tanpa penambahan vitamin, mineral, dan bahan tambahan
pangan yang diizinkan. Susu bubuk meliputi susu bubuk berlemak, rendah lemak, dan
tanpa lemak (BSN, 2006).
Kandungan air di dalam susu sangat tinggi, yaitu sekitar 87,5%, dengan
kandungan gula susu (laktosa) sekitar 5%, protein sekitar 3,5%, dan lemak sekitar 3-
4%. Susu juga merupakan sumber kalsium, fosfor, dan vitamin A yang sangat baik.
Mutu protein susu sepadan nilainya dengan protein daging dan telur, dan terutama
sangat kaya akan lisin, yaitu salah satu asam amino esensial yang sangat dibutuhkan
tubuh (Widodo, 2002).
5. Telur
Telur yang ditambahkan berperan menghasilkan produk yang lebih baik,
dapat memperbaiki proses creaming, pemberi flavor yang khas serta kenaikan nilai gizi
(Matz, 1972).
Telur terdiri dari protein 13 %, lemak 12 %, serta vitamin, dan mineral. Putih
telur jumlahnya sekitar 60% dari seluruh bulatan telur dan sekitar 50% protein serta
semua lemak yang terkandung di dalam telur berada di dalam kuning telur (Margono et
al., 2000).
6. Vanili
Ekstrak vanili alami mempunyai harga jual yang jauh lebih tinggi dibandingkan
vanili sintetis karena flavor ektrak vanili alami bersifat kompleks dan di dalamnya
terkandung senyawa-senyawa aldehid aromatik yang bernilai ekonomi tinggi
(Setyaningsih, 2006).
Buah vanili yang paling penting dan sangat dominan menurut Rismunandar
(1989) adalah zat vanilin. Di samping zat vanilin, masih ada zat-zat lain dalam jumlah
relatif sedikit yang terkandung dalam panili. Zat-zat tersebut dapat berupa asam cuka,
eugenol, methyl eter, vanilil athil ather, anisil ethil ether dan sebagainya.
7. Ovalet
Ovalet adalah bahan tambahan kue yang diklaim sebagai pengembang kue,
sebagaimana klaim yang dibuat pada SP, TBM dan Ovalet. Sebenarnya sesuai dengan
komposisi bahan yang digunakan pada ketiga jenis produk BTP tersebut tidak tepat jika
diklaim sebagai pengembang, melainkan seharusnya sebagai pelembut. Komposisi
ovalet juga mengandung turunan asam lemak dimana bisa berasal dari hewan atau
tumbuhan. Karenanya mengetahui sumber dari asam lemak adalah sangat penting
dalam masalah kehalalannya (Ndutyke, 2011).
Ovalet merupakan suatu bahan pengembangan atau emulsifier. Fungsi
emulsifier / pengembang adalah membentuk emulsi atau campuran atara gula dengan
telur sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Selain bisa membentuk emulsi antara
gula dengan telur, ovalet berfungsi juga melembutkan kue dan cake (Anni Faridah, dkk,
2008).
3. METODE DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA
PEMILIK
H. ILYAS
Anggadiredja, Jana T., Achmad Zatnika, Heri Purwoto, dan Sri Istini. 2006. Rumput
Laut. Jakarta : Penebar Swadaya.
Aslan, L.M. 1998. Rumput Laut. Kanisius, Yogyakarta.
Ariyadi,S. 2004. Pembuatan Dodol Rumput Laut. Kanisus, Yogyakarta.
Ghufron MH, Kordi K. 2011. Kiat Sukses Budidaya Rumput Laut di Laut dan Tambak.
Yogyakarta: Lili Publisher.
Handayani, Ratih dan Siti Aminah. 2011. Variasi Substitusi Rumput Laut Terhadap Kadar
Serat Dan Mutu Organoleptik Cake Rumput Laut (Eucheuma cottonii). Jurnal
Pangan dan Gizi Vol. 02 No. 03
Herdiani, Fanie. 2004. Pemanfaatan Rumput Laut (Eucheuma Cottonii) Untuk Meningkatkan
Kadar Iodium Dan Serat Pangan Pada Selai Dan Dodol. Jurnal.Teknol. dan
Industri Pangan, Vol. XV, No. 1
Lubis, Y., Erfriza, N., Ismaturrahmi., Fahrizal. 2013. Pengaruh Konsentrasi Rumput Laut
(Eucheuma Cottonii) dan Jenis Tepung pada Pembuatan Mie Basah. Rona
Teknik Pertanian, Vol. 6, No. 1.
Marzuki. 1986. Metodologi Riset. Fakultas Ekonomi. Universitas Islam Indonesia:
Yogyakarta.
Matz, S.A. 1972. Food Texture. The AVI Publishing Co, Inc, Wetport, connecticut.
Nafed, K. (2011). Rumput Laut dan Produk Turunannya. Warta Ekspor, Oktober 2011.
Nazir. 2003. Metode Penelitian. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Smith, W.H. 1972. Biscuit, Crackers and Cookies. Technology, Production and
Management Applied Science Publisher, London
Zada, Almira. 2009. Pengaruh Diet Rumput Laut Eucheuma Sp. Terhadap Jumlah Eritrosit
Tikus Wistar Dengan Diabetes Aloksan. Skripsi. UNDIP
rthur, Sutikno. 2009. Cara Pembuatan Roti Manis. http://uns.ac.id
Maliyati, Sru Anna dkk. 1992. Pengolahan Pangan Tingkat Rumah Tangga. Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan, IPB. Bogor
Muchtadi, Dedy dan Made Astawan. 1992. Metode Kimia Biokimia Dan Biologi Dalam
Evaluasi Nilai Gizi Pangan Olahan. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, IPB. Bogor
Wijandi, Soesarsono dan Illah Saillah. 2003. Memproduksi roti. Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan. Jakarta
Advertisements
LAMPIRAN