Anda di halaman 1dari 44

1

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

RISIKO DAN PENANGANAN PADA PRODUKSI


JAMUR TIRAM BAPAK JAMIL DI DESA KARTIKA
BHAKTI KECAMATAN SERUYAN HILIR TIMUR
KABUPATEN SERUYAN

Oleh:
PUJI SUSANTO
NPM : 1354201000335

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN


UNIVERSITAS DARWAN ALI
KUALA PEMBUANG
2016
RISIKO DAN PENANGANAN PADA PRODUKSI
JAMUR TIRAM BAPAK JAMIL DI DESA KARTIKA
BHAKTI KECAMATAN SERUYAN HILIR TIMUR
KABUPATEN SERUYAN

LEMBAR JUDUL

Oleh:
PUJI SUSANTO
NPM : 1354201000335

Diajukan sebagai Syarat Menyelesaikan Mata Kuliah Praktek Kerja


Lapangan dan Syarat Penyusunan Skripsi

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN


UNIVERSITAS DARWAN ALI
KUALA PEMBUANG
2016

1
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

NAMA : PUJI SUSANTO


NPM : 1354201000335
PROGRAM STUDI : AGRIBISNIS
JENJANG PENDIDIKAN : STRATA 1 PERTANIAN (S1)
JUDUL LAPORAN : : RISIKO DAN PENANGANAN PADA
PRODUKSI JAMUR TIRAM BAPAK
JAMIL DI DESA KARTIKA BHAKTI
KECAMATAN SERUYAN HILIR TIMUR
KABUPATEN SERUYAN

Mengetahui

Dekan Pertanian, Pembimbing PKL

Tirsa Neyatri B, M. EP Rabiatul Wahdah, SP., M.S.


NIK.120911119 NIDN : 150911157

2
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

NAMA : PUJI SUSANTO


NPM : 1354201000335
PROGRAM STUDI : AGRIBISNIS
JENJANG PENDIDIKAN : STRATA 1 PERTANIAN (S1)
JUDUL LAPORAN : : RISIKO DAN PENANGANAN PADA
PRODUKSI JAMUR TIRAM BAPAK
JAMIL DI DESA KARTIKA BHAKTI
KECAMATAN SERUYAN HILIR TIMUR
KABUPATEN SERUYAN

Tanggal : ........................... Tanggal : ...........................

Penguji 1 Penguji 2

Rabiatul Wahdah, SP., M.S. PARISA SWASTI Rn. SP,. MM.


NIDN : 150911157 NIDN. 1113037201

Menyetujui,
Dekan Pertanian

Tirsa Neyatri B, M. EP
NIK. 120911119

3
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil Kegiatan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) yang berjudul Risiko dan Penanganan pada Produksi Jamur
Tiram Bapak Jamil Di Desa Kartika Bhakti Kecamatan Seruyan Hilir Timur
Kabupaten Seruyan dengan baik. Penulisan hasil PKL ini merupakan salah
bentuk laporan terhadap apa yang telah penulis kerjakan selama melakukan
Praktek Kerja Lapangan, sehingga apabila laporan ini dinilai dengan layak dan
baik dapat memenuhi syarat sebagai guna penyusunan skripsi.
Terwujudnya karya ini tidak terlepas dari dukungan serta bantuan dari
berbagai pihak. Penulis menghaturkan terima kasih kepada berbagai pihak dan
semoga Allah SWT memberikan rahmat dan keberkahan yang melimpah. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pihak lainnya.

Kuala Pembuang, Desember 2016

Penulis

4
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL....................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING...........................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...................................................................iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
DAFTAR GRAFIK...............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 4
1.3 Tujuan.............................................................................................. 4
1.4 Manfaat............................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
2.1 Gambaran Umum Jamur Tiram Putih........................................................6
2.2 Risiko............................................................................................... 7
2.3 Risiko Produksi (Operasional).................................................................8
2.4 Manajemen Risiko............................................................................... 9
BAB III METODE KEGIATAN............................................................................12
3.1 Tempat Praktek Kerja Lapangan (PKL)...................................................12
3.2 Waktu Praktek Kerja Lapangan (PKL).....................................................12
3.3 Teknik Pengumpulan Data...................................................................12
3.4 Data yang digunakan..........................................................................12
3.5 Metode Analisis Data..........................................................................12
3.6 Jadwal PKL..................................................................................... 13
3.7 Biodata Mahasiswa PKL.....................................................................13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................14
4.1 Profil Usaha Tempat PKL....................................................................14
4.1.1. Identitas Responden.......................................................................14
4.1.2. Latar Belakang Berdirinya Usaha.......................................................14
4.2 Budidaya Jamur Tiram Putih.................................................................14

5
4.3 Identifikasi sumber-sumber risiko..........................................................20
4.4 Penanganan Risiko berdasaarkan pengalaman Bapak Jamil...........................23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................25
5.1 Kesimpulan...................................................................................... 25
5.2 Saran.............................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................27
LAMPIRAN...........................................................................................................29

6
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Laporan tanaman sayuran semusim tahun 2016 Kabupaten Seruyan......1
Tabel. 1.2 Kandungan gizi dalam jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus).............2
Tabel 3.1 Jadwal kegiatan PKL..............................................................................13

7
DAFTAR GRAFIK

Gambar 1. Grafik Produktivitas Jamur Tiram Putih Bapak Jamil...........................3

8
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Proses strategi Pengelolaan risiko........................................................10


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sayuran adalah salah satu produk hortikultura yang merupakan bahan
makanan penting bagi tubuh. Minat masyarakat terhadap sayuran terus meningkat
dikarenakan adanya kesadaran dari masyarakat untuk mengikuti pola hidup sehat
dan yang telah menjadi gaya hidup masyarakat. Budidaya jamur tiram memiliki
prospek ekonomi yang baik. Jamur tiram merupakan salah satu produk komersial
dan dapat dikembangkan dengan teknik yang sederhana. Selain itu, konsumsi
masyarakat akan jamur tiram cukup tinggi, sehingga produksi jamur tiram sangat
diperlukan dalam skala besar.
Tabel 1.1 Laporan tanaman sayuran semusim tahun 2016 Kabupaten Seruyan
luas panen (Ha) produksi (kuintal)
Nama tanaman
habis/ dipanen
No. dan buah-buahan belum belum
dibongka habis/
semusim habis habis
r dibongkar
1 2 4 5 9 10
1 bawang merah - - - -
2 bawang putih - - - -
3 bawang daun - - - -
4 Kentang - - - -
5 Kubis - - - -
6 kembang kol - - - -
7 petsai/ sawi 1 - 5 -
8 wortel - - - -
9 lobak - - - -
10 kacang merah - - - -
11 kacang panjang 6 4 23 8
12 cabe besar - 1 - 4
13 cabe rawit 5 12 13 26
14 paprika - - - -
15 jamur 35 - 20 -
16 tomat - 3 - 6
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan 2016

9
Jamur merupakan salah satu jenis sayuran produk hortikultura yang
dapat dikembangkan dan diarahkan untuk memperbaiki keadaan gizi
masyarakat. Pengetahuan masyarakat tentang manfaat dan teknologi
produksi, pengolahan, serta produk olahan jamur masih sangat terbatas.
Dewasa ini masyarakat telah mengenal dan mengetahui bahwa jamur
merupakan sumber makanan yang mengandung gizi tinggi dengan kandungan
protein, karbohidrat, serat, mineral, dengan kandungan lemak rendah yang
bermanfaat bagi kesehatan.
Pada era modern saat ini, jamur sering dijadikan alternatif karena
rasanya yang enak dan teksturnya kenyal. Bahkan untuk masyarakat yang
vegetarian, jamur sering digunakan untuk menggantikan daging. Walaupun
rasanya hampir menyamai kelezatan daging, kandungan lemak jamur lebih
rendah sehingga lebih sehat untuk dikonsumsi. Selain itu, kandungan protein
jamur juga lebih tinggi dibandingkan dengan bahan makanan lain yang juga
berasal dari tanaman.
Tabel. 1.2 Kandungan gizi dalam jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus)

Zat Gizi Kandungan (gram)


Protein 13,8
Serat 3,5
Lemak 1,41
Abu 3,6
Karbohidrat 61,7
Kalori 0,41
Kalsium 32,9
Zat besi 4,1
Fosfor 0,31
Vitamin B1 0,12
Vitamin B2 0,64
Vitamin C 5
Sumber : Made Asmarani Dira (2016)

2
Jamur tiram putih memiliki tingkat risiko produksi lebih tinggi
dibandingkan dengan jenis tanaman hortikultura yang lain. (Pratami, 2013).
Hal tersebut karena jamur tiram putih memiliki kondisi tumbuh yang harus
sesuai dengan keadaan ideal, seperti suhu rendah, kelembaban tinggi, jenis
kayu tidak bergetah untuk serbuk kayu yang digunakan sebagai bahan baku
pembuatan media tanam atau baglog, dan tempat khusus pemeliharaan atau
kumbung.
Usaha budidaya jamur tiram putih Bapak Jamil memiliki tingkat
keberhasilan yang berbeda-beda dari tiap hasil produksinya. Pada umumnya
indikasi risiko dapat dilihat dari fluktuasi dari hasil produksi yang diperoleh
pada suatu periode tertentu yang dibandingkan dengan periode sebelumnya
atau sesudahnya pada lahan dan luasan yang sama.
40

35

30

25

20

15

10

0
Minngu I Minggu II Minggu III Minggu IV

Gambar 1.1. Grafik Produktivitas Jamur Tiram Bapak Jamil bulan November
2016
Hasil produksi yang beragam tersebut mempengaruhi jumlah
produktivitas sehingga menyebabkan adanya fluktuasi. Fluktuasi
produktivitas tersebut merupakan salah satu indikasi adanya risiko produksi
dalam usaha jamur tiram putih berdasarkan hasil produksi jamur yang
diperoleh yang dibandingkan dengan jumlah baglog yang diproduksi. Diduga
penyebab terjadinya risiko produksi yang dihadapi Bapak Jamil dalam
membudidayakan jamur tiram ini beragam. Oleh karena itu, risiko produksi

3
perlu diperhitungkan karena pada umumnya risiko akan berdampak pada
kerugian yang akan ditanggung oleh pemilik usaha.
Setiap risiko yang terjadi pada setiap tahapan proses produksi jamur
tiram putih ada penyebabnya atau sumbernya. Jika terjadi risiko produksi
pada usaha jamur tiram putih, maka hal tersebut tentu membawa dampak
yang merugikan bagi usaha Bapak Jamil. Kerugian akibat risiko produksi
yang dialami adalah terjadinya penurunan kualitas serta kuantitas hasil panen.
Untuk memperkecil dampak risiko yang terjadi pada proses produksi jamur
tiram putih, maka sangat perlu untuk mengidentifikasi atau mengetahui apa
penyebab dari risiko tersebut sehingga dapat diantisipasi dan ditangani.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan permasalahan yang akan
dibahas dalam laporan ini, yaitu :
1. Apa risiko yang terjadi pada proses produksi jamur tiram putih pada usaha
Bapak Jamil?
2. Bagaimana penanganan risiko pada proses produksi jamur tiram putih
Bapak Jamil?
1.3 Tujuan
1. Mengidentifikasi risiko pada setiap tahapan proses produksi jamur tiram
usaha Bapak Jamil.
2. Untuk mengetahui penanganan risiko pada proses produksi jamur tiram
Bapak Jamil.
1.4 Manfaat
Hasil dari PKL ini diharapkan mampu memberikan manfaat seperti:
1. Bagi produsen, PKL ini diharapkan berguna sebagai masukan dalam
mengambil kebijakan manajemen pengendalian risiko.
2. Bagi pembaca, PKL ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai
bahan acuan dan bahan perbandingan mengenai risiko untuk penelitian
selanjutnya.

4
3. Bagi penulis, PKL ini merupakan media untuk menerapkan ilmu yang
diperoleh selama perkuliahan dan merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pertanian di Universitas Darwan Ali Kuala
Pembuang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Jamur Tiram Putih


Jamur disebut juga cendawan, supa, atau mushroom. Jamur
merupakan salah satu jenis tumbuh-tumbuhan, yang tidak memiliki klorofil
atau zat hijau daun, sehingga kebutuhan karbohidrat harus dipenuhi dari luar.
Karena itu jamur hidup pada sisa mahluk hidup lain yang sudah mati
(saprofitik) atau hidup pada jasad mahluk lain (parasitik) (Suriawiria, 2002).

5
Jamur tiram putih banyak ditemukan di alam bebas dan tumbuh pada
pohon ataupun kayu yang sudah lapuk, tumpukan daun, ataupun organisme
lain yang telah mati dan umumnya tumbuh secara bergerombol. Jamur
mengambil zat-zat makanan yang berasal dari organisme lain untuk
pertumbuhannya. Karena kondisi ketergantungan inilah maka jamur
digolongkan sebagai tanaman heterotrofik dan harus hidup secara saprofitik
atau secara parasitik. Menurut Suriawiria (2002) hidup saprofitik adalah
hidup pada sisa mahluk lain yang sudah mati, misalnya pada tumpukan
sampah, tumpukan kotoran hewan, serbuk gergajian kayu, ataupun pada
batang kayu yang sudah lapuk. Kemudian hidup secara parasitik adalah hidup
pada jasad mahluk lain, misalnya tumbuh-tumbuhan, hewan, atau manusia
yang masih hidup.
Pada awal tahun 1970-an, masyarakat Indonesia baru mulai mengenal
jenis jamur tiram putih, yang bibitnya didatangkan langsung dari negara
Taiwan (Suriawiria, 2002). Jamur tiram putih memiliki ciri fisik yang khas
yaitu tudungnya menyerupai cangkang kerang dengan diameter kurang lebih
antara 5 centimeter sampai 15 centimeter, dengan permukaan yang licin dan
dalam kondisi lembab menjadi agak berminyak. Bagian tepi sedikit
bergelombang dengan posisi tangkai berada di tengah tudung, tubuh buahnya
berwarna putih dan tebal. Nama jamur tiram putih didasarkan pada warna
tubuh buahnya (Suriawiria, 2002). Jamur tiram putih dalam bahasa latin
disebut Pleurotus ostreatus ini, hidup sebagai saprofit di pohon inangnya dan
tumbuh di alam secara liar di kawasan yang berdekatan dengan hutan,
Biasanya menempel pada kayu atau dahan kering yang telah lapuk atau mati.

2.2 Risiko
Risiko menunjukkan pada situasi dimana terdapat lebih dari satu
kemungkinan hasil dari suatu keputusan dan peluang kemungkinan-
kemungkinan tersebut diketahui atau dapat diestimasi. Risiko mengharuskan
manajer sebagai pengambil keputusan mengetahui semua kemungkinan hasil
dari suatu keputusan dan juga peluang dari kemungkinan-kemungkinan
tersebut. Ada beberapa pengertian tentang risiko itu sendiri. Menurut Umar
(2001) risiko merupakan suatu peristiwa yang dapat terjadi dimasa yang akan

6
datang akibat dari tindakan-tindakan yang telah ditempuh pada masa
sekarang.
Sebagian besar orang memandang risiko dan ketidakpastian
merupakan hal yang sama, namun sebenarnya secara ilmiah, risiko dan
ketidakpastian merupakan dua hal yang berbeda. Menurut Debertin (1987),
ketidakpastian adalah kemungkinan hasil dan kemungkinan kejadian tersebut
tidak dapat diketahui. Sedangkan risiko yaitu antara hasil dan kemungkinan
dari suatu kejadian yang dapat diketahui.
Sementara itu Kountur (2004) menyebutkan, risiko berhubungan
dengan ketidakpastian. Ketidakpastian ini terjadi akibat kurangnya tersedia
informasi yang menyangkut sesuatu yang akan terjadi. Ketidakpastian yang
dihadapi perusahaan dapat berdampak merugikan atau menguntungkan.
Apabila ketidakpastian yang dihadapi berdampak menguntungkan maka
disebut dengan istilah kesempatan (opportunity), sedangkan ketidakpastian
yang berdampak merugikan sebagai risiko, maka dari itu risiko didefinisikan
sebagai suatu keadaan yang tidak pasti yang dihadapi seseorang atau
perusahaan yang dapat memberikan dampak yang merugikan.
Menurut Hanafi (2007) kaitan antara risiko dan tingkat keuntungan
adalah berhubungan positif, semakin tinggi risiko maka akan semakin tinggi
tingkat keuntungan yang diharapkan. Jika suatu organisasi ingin menaikkan
keuntungan maka organisasi tersebut harus menaikkan risikonya.

2.3 Risiko Produksi (Operasional)


Menurut Soekartawi (2005) produksi adalah sesuatu yang dihasilkan
oleh suatu perusahaan baik berbentuk barang (good) maupun jasa (service)
pada periode waktu yang selanjutnya dihitung sebagai nilai tambah
perusahaan. Produksi dalam suatu perusahaan memegang peran penting
karena merupakan salah satu fungsi manajemen yang menentukan penciptaan
produk serta turut mempengaruhi peningkatan dan penurunan penjualan.
Artinya produk yang diproduksi harus selalu mengikuti standar pasar yang
diinginkan, bukan produksi atas dasar mengejar target perusahaan. Setiap
produk yang diproduksi perusahaan memiliki risiko, baik yang dapat

7
diprediksi kemungkinan terjadinya maupun yang tidak dapat diduga
kemungkinan terjadinya.
Kondisi terjadinya risiko produksi dipengaruhi oleh kualitas
kematangan manajemen yang dimiliki oleh manajer suatu perusahaan.
Seorang manajer dalam mengambil setiap keputusan harus selalu memikirkan
dampak yang akan timbul baik secara jangka pendek maupun jangka panjang
karena pada bagian produksi memiliki dampak menyeluruh terhadap
perusahaan. Seperti jika ingin menaikkan jumlah produksi maka harus
melihat kondisi persediaan bahan baku dan dipasaran tersedia dalam jumlah
yang mencukupi serta bahan baku memiliki kualitas yang sama untuk masa
produksi jangka panjang. Menurut Kountur (2006), risiko operasional
merupakan risiko yang pada umumnya bersumber dari masalah yang
disebabkan oleh faktor internal seperti manusia, teknologi, dan aturan serta
disebabkan pula faktor eksternal lainnya seperti alam.
a) Manusia
Banyak kejadian yang merugikan dalam perusahaan yang disebabkan oleh
manusia. Ada tiga kelompok besar penyebab-penyebab kejadian yang
merugikan dari faktor manusia, yaitu; (1) kompetensi, seseorang yang
tidak kompeten melakukan sesuatu dapat menyebabkan kejadian yang
merugikan. Misalnya orang tidak mampu melakukan sesuatu dengan baik,
lalai dalam melaksanakan tugas atau sakit (baik fisik ataupun mental)
maupun disebabkan oleh lemahnya sistem control manajemen yang
dilakukan pada masa produksi; (2) moral, kejadian yang merugikan yang
disebabkan oleh moral adalah adanya karyawan yang buruk seperti
mencuri, dengan sengaja merusak, merasa tidak puas kemudian mogok
kerja dan lain-lain; (3) selera, kejadian yang disebabkan oleh selera
biasanya dikarenakan perubahan selera konsumen yang tidak dapat
dipenuhi.
b) Aturan
Aturan yang dikeluarkan perusahaan dapat menjadi timbulnya risiko atau
suatu kejadian yang merugikan. Misalnya aturan tentang penggajian yang
dianggap karyawan tidak adil dapat menimbulkan gejolak yang akhirnya
mendorong karyawan untuk mogok kerja.
c) Teknologi

8
Teknologi menyangkut perangkat keras, seperti mesin, alat-alat, sistem dan
prosedur atau perangkat lunak berupa program-program komputer. Faktor-
faktor teknologi yang dapat menyebabkan suatu risiko adalah teknologi
yang tidak sesuai, teknologi yang sudah usang, teknologi yang tidak
berfungsi sebagaimana mestinya, teknologi yang tidak berkualitas dan
teknologi yang salah digunakan.
d) Alam
Kejadian merugikan yang disebabkan oleh faktor alam dikelompokan
kedalam tiga faktor, yaitu : (1) bencana alam, seperti gempa bumi, banjir
atau kebakaran dan (2) kondisi alam, seperti kelembapan yang disebabkan
oleh basah kering serta terjadinya risiko seperti kuman, virus dan penyakit,
binatang dan tumbuhan.
2.4 Manajemen Risiko
Manajemen risiko dapat didefinisikan sebagai langkah-langkah yang
berfungsi untuk membantu perusahaan dalam memahami dan mengatur
ketidakpastian atau risiko yang mungkin timbul selama proses usaha
(Darmawi,2005). Manajemen risiko berfungsi untuk mengenali risiko yang
sering muncul, memperkirakan probabilitas terjadinya risiko, menilai dampak
yang ditimbulkan risiko dan menyiapkan rencana penanggulangan dan respon
terhadap risiko.
Menurut Kountur (2006) manajemen risiko adalah cara bagaimana
menangani risiko yang ada dalam perusahaan tanpa memilih risiko-risiko
tertentu saja. Manajeman risiko merupakan suatu cara yang dapat dilakukan
pengambil keputusan untuk menghadapi risiko dengan cara meminimalkan
kerugian yang terjadi. Tujuan manejemen risiko adalah untuk mengelola
risiko dengan membuat pelaku usaha sadar akan risiko sehingga laju
organisasi bisa dikendalikan.
Untuk menangani terjadinya risiko perusahaan harus dapat melakukan
strategi pengelelolaan risiko. Fungsi-fungsi manajemen sangat berperan
dalam perumusan strategi pengelolaan risiko sehingga penentuan strategi
dapat dikonsep dalam manajemen risiko. Strategi pengelolaan risiko
merupakan proses yang berulang pada setiap periode produksi, hal ini dapat
dilihat pada Gambar 1.

9
Proses

Identifikasi Resiko Penanganan Evaluasi Risiko


Risiko
Daftar risiko Usulan

Ket :
Garis Proses
Garis Hasil
Sumber : Kountur, (2006)
Gambar 1. Proses strategi Pengelolaan risiko

Teknik mengelola risiko melalui proses :


1. Identifikasi Risiko
Proses manajemen atau pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi sumber-sumber risiko apa saja yang dihadapi perusahaan.
Setelah semua risiko teridentifikasi, maka proses selanjutnya adalah
penanganan risiko.

2. Penanganan risiko
Selanjutnya menangani risiko-risiko untuk memberikan usulan apa
yang akan dilakukan untuk menangani risiko-risiko tersebut sehingga
segala kemungkinan kerugian dapat diminimalkan. Penanganan risiko
yang dilakukan berdasarkan daftar resiko yang sudah teridentifikasi.
3. Evaluasi risiko
Selanjutnya dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana
manajemen risiko telah diterapkan dalam perusahaan.

10
BAB III
METODE KEGIATAN

3.1 Tempat Praktek Kerja Lapangan (PKL)


Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang bertempat di Desa Kartika
Bhakti Kecamatan Seruyan Hilir Timur Kabupaten Seruyan ditempat usaha
Jamur Tiram Putih yang dikelola oleh Bapak Jamil.

3.2 Waktu Praktek Kerja Lapangan (PKL)


Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan selama 1 (Satu) bulan
terhitung mulai tanggal 15 November s/d 15 Desember 2016.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data pada PKL yang akan dilakukan dengan cara :
1. Melakukan observasi atau pengamatan. Observasi dilakukan dengan
melihat dan mengamati langsung proses pembudidayaan jamur tiram yang
dilakukan oleh Bapak Jamil.
2. Melakukan wawancara dan diskusi langsung untuk memperoleh
keterangan yang sesuai dengan kebutuhan PKL, sehingga data yang

11
digunakan menggambarkan kondisi sebenarnya di lapangan, khususnya
data mengenai hal yang menyangkut dengan sumber risiko produksi pada
usaha budidaya jamur tiram.
3. Melakukan pencatatan data-data yang dibutuhkan, yang berkaitan dengan
PKL.
3.4 Data yang digunakan
Data yang digunakan dalam laporan Praktik Kerja Lapangan ini
adalah data primer dan skunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi
langsung dilapangan dari produsen yang menjadi wadah PKL. Sedangkan
data sekunder diperoleh dari studi pustaka, baik yang bersumber dari
pemerintah daerah atau yang lainnya.
3.5 Metode Analisis Data
Semua data yang dikumpulkan dalam PKL ini akan diolah dan
dianalisis melalui metode kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk
menggambarkan keadaan umum usaha produksi jamur putih Bapak Jamil,
mengidentifikasi sumber-sumber risiko pada setiap tahapan proses produksi
jamur tiram putih dan menganalisis upaya yang dilakukan oleh Bapak Jamil
untuk menangani risiko pada setiap tahapan proses produksi jamur tiram
putih.

3.6 Jadwal PKL


Jadwal kegiatan PKL dapat dilihat pada Tabel 3.1 dibawah ini :

Tabel 3.1 Jadwal kegiatan PKL


November Desember Januari
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Konsultasi Topik
Pengumpulan Data
Pendukung &
sumber referensi
Penyusunan
Proposal

Pelaksanaan
Penyusunan
Laporan
Kegiatan

12
Konsultasi
Terjadwal
Seminar PKL

3.7 Biodata Mahasiswa PKL


Nama : Puji Susanto
Tempat, Tanggal Lahir : Pacitan, 16 November 2016
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Brigjen Katamso, Kuala Pembuang I
RT/RW : 05/02
Kecamatan : Seruyan Hilir
Kabupaten : Seruyan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Usaha Tempat PKL


4.1.1. Identitas Responden
Penulis mengambil responden dalam Praktek Kerja Lapangan (PKL)
hanya satu responden yaitu pemilik Usaha Budidaya Jamur Tiram Di Tempat
Bapak Jamil yang bertempat tinggal di Kartika Bhakti.
Nama Pemilik Usaha : Bapak Jamil
Pendidikan : SLTA sederajat
Usia : 50
Alamat : Jl Kartika Bhakti Unit 01 Jalur 08
Kecamatan : Seruyan Hilir Timur
Provinsi : Kalimatan Tengah

4.1.2. Latar Belakang Berdirinya Usaha


Usaha jamur tiram Bapak Jamil didirikan pada Tahun 2014, diawali
oleh anaknya yang saat itu melihat adanya peluang untuk budidaya jamur
tiram di daerahnya. Seiring berjalanya waktu, anak Bapak Jamil memempuh
pendidikian perkuliahan di Palangka Raya sehingga usahanya diteruskan
oleh Bapak Jamil sendiri yang sebelumnya diajari oleh anaknya berbagai
langkah atau tahapan dalam budidaya jamur tiram. Dalam melakukan

13
budidaya Jamur Tiram ini Bapak Jamil mengelolanya sendiri tanpa dibantu
oleh orang lain tetapi dalam memasarkan Bapak Jamil di bantu oleh istrinya.
Sedangkan pemanenannya dilakukan setiap pagi hari dan dan langsung
dijual kepasar Saik Kuala Pembuang.
4.2 Budidaya Jamur Tiram Putih
Menurut Chazali (2009), proses produksi merupakan tahapan penting
dalam budidaya jamur tiram, karena pada tahap ini siklus hidup jamur
berlangsung. Oleh sebab itu dibutuhkan sarana pendukung yang baik. Dengan
sarana yang memadai diharapkan tercipta lingkungan yang cocok bagi
pertumbuhan jamur tiram sehingga diperoleh produksi yang maksimal.
Berdasarkan hal tersebut yang perlu dilakukan antara lain :
1. Persiapan Bangunan (Rumah kumbung)
Bangunan (Rumah kumbung) harus disesuaikan dengan kebutuhan,
dan harus disesuaikan dengan log atau media tanam yang akan diproduksi.
Selain itu untuk pembuatan rak, yang berfungsi sebagai tempat untuk
meletakkan log atau media tanam sebaiknya dibuat dari bambu agar lebih
kuat dan tidak cepat rusak.
2. Pemeliharaan Media Tanam
Media tanam merupakan media yang harus dipelihara dengan baik, karena
media tanam merupakan tempat tumbuhnya miselium dan tubuh buah.
Pemeliharaan ini berhubungan dengan menjaga lingkungan sekitar agar
pertumbuhannya baik. Berikut beberapa faktor lingkungan yang harus
dijaga :
a) Kandungan air di dalam log atau media tanam sebaiknya 35 sampai 45
persen, jika kelebihan air maka akan menyebabkan pertumbuhan jamur
lain yang tidak diharapkan dan jamur bisa mengalami pembusukan
terutama di bagian akar, dan jika kekurangan air maka miselium tidak
dapat tumbuh dengan baik.
b) Intensitas cahaya, pertumbuhan miselium dan tubuh buah sangat
dipengaruhi oleh adanya cahaya langsung. Tempat penyimpanan harus
dibuat tetap dalam keadaan teduh dan meminimalisir cahaya yang masuk
secara langsung ke dalam ruangan.
3. Media Tumbuh Jamur Tiram Putih
Media pertumbuhan jamur tiram putih dibuat menyerupai kondisi tempat
tumbuh jamur tiram di alam. Umumnya pembudidaya menggunakan log yang

14
berisi serbuk kayu sebagai tempat pertumbuhan jamur tiram yang didalamnya
sudah terdapat media dan nutrisi yang mendukung pertumbuhan jamur. Bahan
baku yang digunakan untuk membuat media yaitu :
1. serbuk gergaji
2. bekatul sebagai sumber karbohidrat, lemak dan protein
3. kapur sebagai sumber mineral dan pengatur pH media
4. gips sebagai bahan penambah mineral dan untuk mengokohkan media
4. Syarat Tumbuh
Jamur tiram tumbuh dengan baik pada ketinggian 600 dpl (diatas
permukaan laut), dengan suhu rata-rata 15 sampai 30 derajat celcius selain
itu daerah tersebut paling tidak harus memiliki kelembaban 80 sampai 90
persen. Untuk pertumbuhan miselium sebaiknya kelembaban udara
dipertahankan antara 90 persen sampai 100 persen Dalam pertumbuhannya
jamur tiram tidak terlalu membutuhkan cahaya yang tinggi, intensitas
cahaya lebih dibutuhkan pada saat pertumbuhan tubuh buah daripada saat
pembentukan miselium.
Menurut Suriawiria (2009), syarat tumbuh jamur meliputi beberapa
parameter, terutama temperatur, kelembapan relatif, waktu, kandungan CO
dan cahaya. Paparan cahaya matahari langsung bisa menghambat
pertumbuhan miselium atau merusak tubuh buah yang sudah terbentuk.
Pada dasarnya cahaya yang menyebar merupakan cahaya yang baik bagi
pertumbuhan jamur. Jamur tiram dapat berkembang pada media yang
memiliki pH masam dengan kadar pH 5,5 sampai 7, lingkungan yang terlalu
asam atau terlalu basa tidak dapat mendukung pertumbuhan jamur.
Pertumbuhan jamur tiram membutuhkan kelembaban serta suhu yang relatif
sejuk yaitu pada saat pertumbuhan miselium dibutuhkan suhu 23 sampai 28
derajat celcius dengan suhu optimum 25 derajat celcius, sedangkan untuk
membentuk tubuh buah sebaiknya pada suhu 17 sampai 23 derajat celcius.
5. Panen dan Pascapanen
Menurut Chazali (2009) Jamur tiram termasuk jenis tanaman
budidaya yang memiliki masa panen cukup cepat. Panen jamur tiram dapat
dilakukan dalam jangka waktu 37 sampai 40 hari setelah pembibitan atau
setelah tubuh buah berkembang maksimal, yaitu sekitar 2 sampai 3 minggu
setelah tubuh buah terbentuk. Selama musim tanam jamur tiram kegiatan

15
panen dapat dilakukan antara 4 sampai 8 kali tergantung pada kandungan
substrat media tanam, bibit jamur dan lingkungan selama dilakukannya
pemeliharaan.

a) Panen
Panen dilakukan jika bentuk dan ukuran tubuh buah jamur tiram
sudah memenuhi persyaratan, dengan diameter rata-rata antara 5 sampai 10
centimeter dengan kondisi fisik belum mekar penuh atau pecah. Jamur tiram
dengan kondisi ini tidak mudah rusak jika dipanen. Waktu yang paling baik
untuk memanen jamur tiram adalah pagi hari karena kondisi jamur tiram
dalam keadaan masih segar, cara melakukan pemanenan yang baik adalah
dengan mencabutnya dan menyertakan tubuh buah bersama akarnya. Hal
tersebut dilakukan agar tidak ada bagian jamur tiram yang tertinggal yang
bisa mengakibatkan kebusukan.
b) Pasca Panen
Penanganan yang dilakukan setelah pemanenan bertujuan untuk
menciptakan hasil yang berkualitas sehingga dapat sesuai dengan
permintaan pasar. Kegiatan yang dilakukan yaitu melalui penyortiran,
pengemasan dan kegiatan lainnya seperti pengeringan. Dalam kegiatan
penyortiran jamur tiram harus segera dipisahkan dari pangkalnya agar
bersih, selain itu dipisahkan juga berdasarkan bentuk dan ukurannya hal ini
bertujuan agar diperoleh hasil yang seragam. Untuk pengemasan jamur
umumnya dikemas menggunakan plastik kedap udara, penyimpanan di
dalam plastik bisa mempertahankan kesegaran jamur selama 2 sampai 4
hari.
4.3 Proses Produksi Budidaya Jamur Tiram Bapak Jamil
1. Persiapan Bahan Baku
Persiapan bahan baku merupakan tahap awal dalam proses produksi jamur
tiram putih. Bahan baku yang digunakan yaitu serbuk kayu, kapur, dedak, air,
pupuk Urea, dan TSP.
2. Pembuatan Substrat/Media Tanam
a. Pencampuran/pengadukan bahan
Sebelum mencampur semua bahan baku, terlebih dahulu dilakukan
pengomposan. Pengomposan dilakukan dengan cara menimbun campuran

16
serbuk gergaji dan kapur, dengan kurun waktu selama tiga hari.
Pengomposan dilakukan 3 kali dalam satu minggu. Setelah tiga hari,
kompos tersebut sudah dapat dicampur dengan dedak, jagung halus, dan
air. Bahan baku tersebut ditebar pada tempat yang disediakan lalu bahan
tersebut dicampur secara manual dengan menggunakan sekop. Pupuk Urea
dan TSP dilarutkan ke dalam air secukupnya. Pencampuran bahan tersebut
harus merata, karena hal itu akan berdampak langsung pada pertumbuhan
jamur. Setelah rata maka bahan tersebut diberi larutan pupuk Urea dan
TSP, kemudian air secukupnya agar serbuk kayu lebih lunak dan bahannya
menjadi lembab sehingga mudah dilarutkan.
b. Pemasukan media ke dalam baglog (packing baglog)
Pembuatan baglog dilakukan dengan cara manual yaitu media tanam
dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dipadatkan. Serok digunakan
untuk memasukkan media ke dalam kantong plastik , dan kantong plastik
itu sendiri digunakan untuk pembungkus media tanam. Kantong plastik
yang digunakan yaitu plastik yang tidak mudah rusak dan tahan panas
(polypropylene) berukuran 20 x 35 cm. Setelah media dipadatkan, ujung
plastik disatukan dan diikat dengan menggunakan tali karet pada bagian
leher plastik. Setelah selesai baglog tersebut lalu disusun ke dalam
keranjang dan siap untuk disterilisasi.
c. Sterilisasi
Proses sterilisasi dilakukan agar media tanam (baglog) menjadi matang
sehingga mudah diuraikan dan untuk menghilangkan mikroorganisme
yang mengganggu pertumbuhan jamur. Baglog disterilisasi menggunakan
mesin steamer atau kompor. Setelah selesai disterilisasi maka baglog
tersebut didinginkan di ruang inokulasi selama satu hari sebelum
pengisian bibit karena baglog yang panas tidak boleh langsung diisi bibit
karena akan dapat menyebabkan bibit mati.
d. Inokulasi ( Pengisian Bibit)
Proses inokulasi merupakan proses pengisian bibit ke dalam
substrat/media tanam. Alat dan bahan yang digunakan untuk proses
inokulasi yaitu bibit siap pakai, spatula, karet, kapas, dan lakban. Teknik
inokulasi dilakukan dengan cara pengisian bibit ke dalam media tanam.
Media yang telah diisi bibit selanjutnya ditutup dengan menggunakan
kapas yang sebelumnya telah disterilisasi lalu diikat dengan menggunakan

17
karet. Penutupan media tanam dengan kapas dimaksudkan untuk
pertumbuhan miselium jamur terjadi dengan baik, karena miselium jamur
tumbuh dengan baik pada kondisi tidak terlalu banyak oksigen. Apabila
penutupan dilakukan dengan rapat sekali, maka pertumbuhan miselium
akan terhambat dan akan berakibat kurang baik dalam pembentukan tubuh
buahnya. Inokulasi dilakukan di empat ruangan yang tertutup. Sebelum
melakukan pengisian bibit, terlebih dahulu spatula dan tangan dari tenaga
kerja diberi alkohol agar mikroorganisme lain tidak masuk ke dalam
baglog pada saat pengisian bibit dilakukan. Pengisian ini harus dilakukan
dengan teliti dan cepat. Setiap pengisisan bibit dalam satu baglog telah
dilakukan, maka botol bibit dan baglog yang telah diisi bibit segera ditutup
kembali agar mikroorganisme lain tidak sempat masuk ke dalam baglog
yang telah diisi bibit.
3. Inkubasi
Baglog yang telah diiisi bibit pada ruang inokulasi kemudian disusun pada rak-
rak yang ada pada ruang inkubasi. Tahap inkubasi adalah tahap pertumbuhan
miselium jamur. Inkubasi dilakukan dengan cara menyimpan media yang telah
diisi dengan bibit pada kondisi tertentu agar miselia jamur tumbuh. Media
tersebut ditata di atas rak yang terdapat dalam kumbung. Suhu yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan miselia adalah antara 22-28C dengan kelembapan 60-80
persen. Inkubasi dilakukan hingga seluruh media berwarna putih merata.
Waktu yang dibutuhkan untuk tahap inkubasi adalah selama kurang lebih 40
hari. Jika seluruh permukaan media (baglog) sudah berwarna putih merata,
maka baglog sudah siap untuk pertumbuhan jamur (growing).
4. Pemeliharaan
Proses pemeliharaan yaitu suatu perlakuan yang bertujuan untuk menjaga dan
menciptakan kondisi lingkungan yang baik bagi pertumbuhan jamur. Adapun
kegiatan dalam pemeliharaan jamur tiram putih adalah :
a. Pertumbuhan (Growing)
Media tanam yang sudah putih oleh miselium setelah 40 hari sudah siap
untuk pertumbuhan jamur. Penanaman dilakukan dengan cara membuka
karet penutup plastik media tanam yang sudah penuh dengan miselium.
Pembukaan karet penutup plastik media tanam dilakukan agar media tanam
memperoleh oksigen yang cukup untuk pertumbuhan jamur agar jamur

18
tumbuh dengan normal. Setelah tiga hari, maka ujung plastik dipotong
menggunakan pisau dan setelah dua sampai tiga hari dilakukan pemotongan
ujung plastik, biasanya jamur kecil (pinhead) sudah mulai tumbuh.
Selanjutnya, pinhead tersebut dibiarkan tumbuh menjadi jamur yang siap
untuk dipanen.
b. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama yang sering merusak substrat tanam jamur dan merugikan diantaranya
adalah rayap, lalat, kumbang, cacing, tikus, dan tikus. Hama tersebut
menyerang tubuh buah jamur dan juga media tanamnya, akibatnya terjadi
kontaminasi dan kerusakan baglog. Umumnya pembudidaya jamur
menggunakan insektisida untuk membasmi hama serangga, tetapi ini sangat
membahayakan pertumbuhan kuncup-kuncup jamur karena beberapa
insektisida juga dapat bersifat sebagai fungisida atau senyawa
pencegah/pembasmi jamur.
5. Panen
Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur mencapai tingkat yang optimal,
yaitu cukup besar dan berwarna putih bersih. Panen dilakukan setiap hari
selama tiga sampai empat bulan masa produktif maksimal baglog dengan
melihat diameter jamur, yaitu rata-rata antara 5-10 cm. Panen dilakukan setiap
hari di pagi hari dan secara manual dengan pemetikan jamur langsung dari
media tanamnya (baglog). Pemanenan perlu dilakukan dengan mencabut
keseluruhan rumpun hingga akar-akarnya untuk menghindari adanya akar atau
batang yang tertinggal.
4.3 Identifikasi sumber-sumber risiko
Identifikasi terhadap sumber-sumber risiko produksi yang terdapat
pada usaha budidaya jamur tiram putih Bapak Jamil dilakukan dengan
mengikuti beberapa alur proses produksi yang dianggap berisiko. Alur
tersebut bisa dilihat pada lampiran 2 yaitu : proses sterilisasi log, inokulasi
dan pemeliharaan log di dalam rumah kumbung.
1. Proses sterilisasi log
Proses sterilisasi baglog pada usaha jamur Bapak Jamil dilakukan
dengan tujuan mematikan bakteri atau mikroba yang ada di dalam baglog.
Bakteri atau mikroba di dalam baglog akan menghambat pertumbuhan
miselia sehingga jamur tiram putih tidak tumbuh. Teknologi dan manusia

19
merupakan faktor pendukung timbulnya sumber risiko kegagalan. Proses
sterilisasi baglog usaha Bapak Jamil menggunakan peralatan berupa drum
yang digunakan untuk proses sterilisasi baglog. Proses sterilisasi ini
menggunakan bahan bakar kayu bakar, dengan menggunakan bejana yang
terbuat dari drum sehingga proses sterilisasi bisa memakan waktu kurang
lebih dua belas jam serta selama pengukusan harus diawasi terus menerus.
Dengan dilakukannya proses sterilisasi ini maka tumbuhnya jamur liar
yang tidak diharapkan dapat diminimalisir sehingga tidak menghambat
pertumbuhan jamur. Dalam proses sterilisasi pada usaha jamur Bapak
Jamil sering terjadi kematangan baglog yang tidak merata, hal ini
disebabkan oleh kondisi api tidak stabil dan jumlah log yang melebihi
kapasitas takaran bejana sterilisasi sehingga kemampuan untuk
memberikan panas secara merata akan berkurang.

2. Inokulasi
Pada masa inokulasi dimana proses penyuntikan bibit ke media
tanam sangat berpengaruh karena jamur sebagai makhluk hidup memiliki
kemampuan memberi respon terhadap rangsangan dari makhluk lainnya.
Oleh karena itu didalam penyuntikan bibit ini tidak hanya dibutuhkan
kebersihan tetapi juga ketenangan didalam pengerjaannya. Pada usaha
jamur Bapak Jamil proses inokulasi dilakukan didalam rumah, tepatnya
salah satu kamar yang tidak ada pintunya. Kondisi yang seperti ini akan
memicu masuknya serangga atau bakteri melalui udara yang kemudian
membuat ruangan kurang terjaga kebersihanya, hal ini mengakibatkan
kurang sterilnya ruangan pada saat pembibitan sehingga dapat
mengakibatkan miselium tidak tumbuh.

3. Pemeliharaan log
Risiko produksi yang sering terjadi secara pada usaha Bapak Jamil
ini adalah berupa rusaknya media log tempat tumbuhnya jamur tiram
putih, akibat dari hama tikus. Risiko tersebut terjadi disebabkan karena
beberapa faktor. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan

20
pembudidaya, maka dapat diketahui beberapa hal yang teridentifikasi
sebagai sumber timbulnya risiko produksi pada proses pemeliharaan log
didalam rumah kumbung. Beberapa faktor yang menjadi sumber risiko
pada usaha budidaya jamur tiram putih Bapak Jamil diantaranya adalah
hama tikus dan tupai
a. Hama Tikus
Hama dapat bersifat sebagai penganggu atau pemangsa yang
berasal dari sekitar lokasi dilakukannya budidaya. Hama yang ada
disekitar tempat budidaya kebanyakan adalah tikus. Pada pembudidayaan
jamur tiram putih ini, hama tikus biasanya menyerang log pada tahap
inkubasi, dimana log disimpan di dalam rumah kumbung khusus yang
terbuat dari papan. Hama tikus mampu dengan mudah menembus dinding
kayu yang berlobang sehingga log sangat mudah sekali dirusak dengan
cara merobek plastik pembungkus, yang dimangsa adalah bagian dari bibit
jamur, tentunya hal ini dapat menyebabkan log-log jamur menjadi
terkontaminasi dan rusak. Karena kegiatan hama tikus ini sebagian besar
dilakukan pada malam hari, maka cukup sulit untuk dideteksi dan diawasi
secara intensif, memang lingkungan sekitar usaha Bapak Jamil masih
alami dengan banyaknya pepohonan dan lahan-lahan kosong yang
membantu stabilitas populasi hama tersebut.
b. Hama Tupai
Selain tikus, hama yang merusak log yang ada didalam kumbung
adalah tupai. Tupai tergolong omnivora alias pemakan segala, mereka
memakan serangga, ulat, daun-daunan, biji-bijian maupun buah-buahan
dan jamur merupakan salah satu tumbuhan yang bisa dimakan oleh tupai.
Keberadaan tupai di dalam kumbung memang jarang dijumpai oleh Bapak
Jamil, namun satu kali tupai masuk kedalam kumbung bisa jadi tupai
tersebut akan kembali lagi sehingga bisa memberi dampak yang besar
terhadap pertumbuhan jamur.
4.4 Penanganan Risiko berdasarkan pengalaman Bapak Jamil
1. Proses Sterilisasi log

21
Pada saat melakukan sterilisasi setidaknya baglog tidak melebihi kapasitas
drum supaya uap bisa merata sampai bagian atas. Untuk meminimalkan
proses kesalahan sterilisasi Bapak Jamil melakukan beberapa cara, yaitu
dengan melakukan pengawasaan secara berkala saat dilakukan sterilisasi
agar suhu yang dihasilkan tidak naik turun. Kemudian memastikan sumber
bahan bakar berupa kayu bakar tersedia selama proses pengukusan.
2. Proses Inokulasi
Ruang inokulasi akan lebih baik kalau diberi pintu dan dinding ruangan
ditempel dengan plastik dengan tujuan untuk menghindari masuknya
bakteri dan serangga. Untuk meminimalkan kerugian akibat proses
inokulasi yang dilakukan Bapak Jamil adalah meningkatkan kebersihan
badan dan peralatan yang digunakan untuk mendukung proses budidaya.
Diantaranya proses pensterilan, hal ini sangat penting dengan tindakan
minimal yang harus dilakukan adalah dengan proses pemberian alkohol
dan dibakar yang berulang-ulang, terutama pada saat proses pembibitan
dan inokulasi. Penggunaan peralatan yang steril dalam melakukan
pembibitan melalui alat spatula yang diberi alkohol dan dibakar sampai
dengan tujuh kali atau lebih. Ruangan yang disediakan juga harus
mununjang untuk kebersihan tempat pembibitan agar lebih terjaga
kebersihannya.
3. Pemeliharaan log dalam kumbung
Pemeliharaan dilakukan dengan cara membersihan secara berkala di
seluruh area budidaya terutama diluar kumbung yang masih terdapat
semak atau pepohonan untuk mencegah datangnya tikus dan hama lainya.
Risiko akibat Hama atau penyakit pada usaha jamur Bapak Jamil dapat
diminimalisir dengan cara menaruh kelapa di area kumbung dengan tujuan
agar tikus beralih memakan kelapa dari pada merusak log, selain itu juga
ditaruh air yang diisi racun, cara lain yang dilakukan adalah antara lain
dengan membersihkan lantai kumbung pemeliharaan, dan meningkatkan
kebersihan badan. Kebersihan badan sangat penting, tindakan minimal
yang harus dilakukan adalah dengan mencuci tangan, terutama pada saat
proses inokulasi. Untuk mencegah hama atau mikroorganisme yang

22
mungkin berpotensi merusak log jamur dapat digunakan kapur anti
serangga yang ditaburkan di area kumbung.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

23
Risiko produksi yang terjadi secara umum pada usaha jamur tiram
Bapak Jamil adalah rusaknya media log tempat tumbuhnya jamur tiram putih
akibat dari hama penyakit ataupun kontaminasi dan rendahnya produktivitas
panen. Risiko tersebut terjadi disebabkan karena beberapa faktor.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui beberapa hal yang
teridentifikasi sebagai sumber timbulnya risiko produksi, antara lain:
1) Kesalahan penanganan pada saat proses sterilisasi log,
2. Kesalahan penanganan pada saat proses inokulasi,
3) Hama
Sedangkan untuk penanganan risiko yang terjadi pada usaha jamur
tiram, yang dilakukan oleh Bapak Jamil adalah sebagai berikut :
1. Proses Sterilisasi log
Untuk meminimalkan proses kesalahan sterilisasi Bapak Jamil
melakukan pengawasaan secara berkala pada tumpu tempat pengukusan.
2. Proses Inokulasi
Untuk meminimalkan kerugian akibat proses inokulasi yang dilakukan
Bapak Jamil adalah meningkatkan kebersihan badan dan peralatan yang
digunakan untuk mendukung proses budidaya.
3. Pemeliharaan log dalam kumbung
Risiko akibat Hama atau penyakit pada usaha jamur Bapak Jamil
dapat diminimalisir dengan cara menaruh kelapa di area kumbung dengan
tujuan agar tikus beralih memakan kelapa dari pada merusak log, selain itu
juga ditaruh air yang diisi racun, cara lain yang dilakukan adalah antara
lain dengan membersihkan lantai kumbung pemeliharaan
5.2 Saran
Berdasarkan hasil Praktik Kerja Lapangan (PKL), maka saran yang
diberikan ialah :
1. Diperlukan adanya peran Pemerintah yang lebih besar terutama dalam
pembentukan modal dan pelatihan.
2. Pengembangan topik penelitian seperti analisis risiko harga, analisis risiko
pasar, atau analisis risiko kelembagaan untuk komoditi jamur tiram dirasa
juga perlu dilakukan. Hasil dari penelitian-penelitian tersebut akan
bermanfaat bagi para pelaku usaha di bidang budidaya jamur tiram untuk

24
dijadikan sebagai literatur atau petunjuk-petunjuk untuk memperkecil
kemungkinan risiko pada usaha tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS). 2014. Statistik Produksi Hortikultura 2014.

Dira, Made A. (2016). Kandungan dalam Jamur Tiram Putih.

25
Fitriana, ana. 2015. Efisiensi Energi Pada Proses Sterilisasi Baglog Jamur Tiram
Serta Karakterisasi Dari Miselium Dan Jamur Tiram Menggunakan Ftir.
[Skripsi]. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Indah A.A. 2013. Analisis risiko produksi jamur tiram putihpada cv wahyu
makmur sejahtera desa gadog kecamatan ciawi kabupaten bogor jawa
barat [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian
Bogor.

Muwahid A.H. 2013. Analisis risiko produksi jamur tiram putih pada cv jaya
makmur kecamatan megamendung kabupaten bogor jawa barat. [Skripsi].
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Parengkuan H.P. 2011. Analisis risiko produksi jamur tiram putih Pada yayasan
paguyuban ikhlas di desa cibening Kecamatan pamijahan kabupaten
bogor.[Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian
Bogor.

Putri, Merizka P. 2013. analisis risiko produksi jamur tiram putih di kampung
kukupu kelurahan cibadak kecamatan tanah sareal, kota bogor (studi
kasus : kumbung jamur bapak ramadin). [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Ratnasari, Adelina. 2016. Manajemen panen jamur tiram putih (pleurotus


ostreatus) di cv rimba jaya mushroom, gadog, ciawi, jawa barat.
[skripsi]. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Rusiana, Herawati. 2015. Risiko Produksi Tanaman Hias Walisongo Pada Pt


Godongijo Asri Depok Jawa Barat. [Skripsi]. Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor.

Siregar, Deva Z. 2012. Manajemen Risiko Produksi Jamur Tiram Putih Pada Unit
Usaha Milik Bapak Sukamto Di Desa Cipayung Kecamatan
Megamendung Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor.

Situmeang, Helentina. 2011. Analisis Risiko Produksi Cabai Merah Keriting Pada
Kelompoktani Pondok Menteng Desa Citapen Kecamatan Ciawi Bogor.
[Skripsi]. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Situngkir, Ercilia. 2013. analisis sumber-sumber risiko pada proses


produksi jamur tiram putih (Studi Kasus: usaha rimba jaya mushroom,
kecamatan ciawi,kabupaten bogor, provinsi jawa barat). [Skripsi].
fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

26
27
LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan Produksi Jamur Tiram Milik Bapak Jamil

Persiapan Bahan Baku

28
Pembuatan Media Tanam

Packing Bag log

Sterlilisasi

Inokulasi

Inkubasi

Pemeliharaan

Panen

Lampiran 2 : Alur proses produksi yang dianggap beresiko

Proses sterilisasi log

29
[

Pemeliharaan
Inokulasi
log (Penanaman
di dalam rumah
bibit)
kumbung
Lampiran 3. Kuisioner Wawancara
KUESIONER INI UNTUK DIISI OLEH PEMILIK USAHA
BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH

30
Nama Perusahaan : ..........................................................................
Badan Usaha : ..........................................................................
Alamat : ..........................................................................
Nama Pemilik : ..........................................................................
AlamatPemilik : ..........................................................................
Pendidikan Terakhir : ..........................................................................
Pengalaman melakukan : ..........................................................................
budidaya jamur tiram. : ..........................................................................
Pelatihan melakukan : ..........................................................................
budidaya jamur tiram putih : ..........................................................................

KUISIONER WAWANCARA
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
1. Sejarah singkat berdirinya usaha:
a. Latar belakang pendirian usaha...............................................................
b. Alasan memilih lokasi tersebut...............................................................
c. Jenisjenis komoditi yang pernah diusahakan........................................
d. Pekerjaan sebelum menjadi pembudaya jamur.......................................
e. Luas areal usaha......................................................................................
f. Jumlah karyawan.....................................................................................
g. Pemasaraan jamur....................................................................................
h. Suhu dan kelembaban:.............................................................................
2. Gambaran usaha:
a. Tahun berdiri...........................................................................................
b. Struktur organisasi..................................................................................
c. Sumberdaya usaha pada usaha budidaya jamur tiram putih...................
d. Gambaran budidaya jamur tiram putih...................................................
e. Operasional kegiatan...............................................................................
3. Proses Produksi Budidaya Jamur Tiram Putih & Analisis Risiko
a. Alur produksi budidaya jamur tiram putih :.............................................
b. Berapa kali produksi yang dilakukan perusahaan pertahun/perbulan.......
c. Data produksi perusahaan selama 1-2 tahun.............................................
d. Periode produksi:......................................................................................

31
e. Bibit (sendiri/membeli).............................................................................
f. Hasil produksi (berfluktuasi/tidak berfluktuasi).......................................
g. Faktor-faktor yang menyebabkan hasil berfluktuasi................................
h. Rata-rata produksi perperiode..................................................................
i. Produksi tertinggi.....................................................................................
j. Produksi terendah....................................................................................
k. Harga jual jamur tiram putih per kilogram...............................................
l. Kemungkinan terjadinya risiko................................................................
m. Dampak dari risiko...................................................................................
n. Sumber-sumber risiko pada budidaya jamur tiram..................................
o. Kegagalan jamur tiram per sumber-sumber risiko...................................
4. Penanganan Risiko Produksi
a. Apa saja yang dilakukan perusahaan dalam meminimalisir fluktuasi
produksi?..................................................................................................
b. Apakah perusahaan melakukan kerjasama dengan pihak tertentu dalam
hal meminimalisir fluktuasi produksi?....................................................

Lampiran 4. Pengadukan serbuk kayu

32
Lampiran 4. Pengemasan

Lampiran 5. Pengukusan

33
Lampiran 6. Proses Inkubasi

Lampiran 7. Pertumbuhan jamur

34
35

Anda mungkin juga menyukai