Anda di halaman 1dari 5

PENANGKAPAN IKAN LAYUR MENGGUNAKAN RAWAI

Oleh :Suep.S.Pi (Instruktur Madya BPPP Banyuwangi)

KLASIFIKASI
Ikan layur (Trichiurus sp) menurut taksonominya diklasifikasikan sebagai berikut
(Saanin, 1984)
Phyllum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Class : Pisces
Sub Class : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Sub Ordo : Scrombroidea
Famili : Trichiuridae
Genus : Trichiurus
Spesies : Trichiurus sp
Nama Indonesia : layur

Gambar Ikan Layur

Ikan layur (Trichiurus sp) mempunyai ciri-ciri morfologis sebagai berikut:


Badan sangat panjang, pipih seperti pita terutama bagian ujung belakang ekor,
dalam bahasa inggris disebut hairtail. Mulut lebar dilengkapi dengan gigi tangkap
yang kuat dan tajam. Rahang bawah lebih besar dari rahang atasnya. Sirip
punggung panjang sekali mulai dari atas kepala sampai akhir badan dan berjarijari
lemah 105-134. Sirip dubur tumbuh kurang sempurna dan berjari-jari lemah 72-80.
Berupa deretan-deretan duri kecil, tidak terdapat sirip perut dan garis rusuk terlihat
jauh dibagian bawah badan. Ikan layur dalam keadaan hidup berwarna biru maya
kegelapan, sedangkan dalam keadaan mati ikan ini berwarna perak keabuan atau
sedikit keunguan. Bagian atas kepala berwarna ungu agak gelap. Sirip-siripnya
sedikit kekuningan atau kuning dengan pinggiran gelap (Direktorat Jendral
Perikanan, 1998).

Fishing ground ikan layur


Ikan layur tergolong ikan demersal yaitu ikan yang hidup di dasar atau dekat
dengan dasar perairan. Kelompok ikan ini pada umumnya memiliki aktivitas relatif
rendah, gerak ruaya tidak terlalu jauh dan membentuk gerombolan yang tidak terlalu
besar sehingga sebarannya relatif lebih merata jika dibandingkan dengan ikan-ikan
pelagis. Kondisi ini mengakibatkan daya tahan ikan demersal terhadap tekanan
penangkapan relatif rendah dan tingkat mortalitasnya cenderung sejalan dengan
upaya penangkapannya (Aoyama, 1972 diacu dalam Widiyanto, 2008).
Ikan layur umumnya hidup pada perairan yang dalam dengan dasar berlumpur.
Meskipun demikian, ikan layur biasanya akan muncul kepermukaan menjelang senja
untuk mencari makan. Ikan layur dari famili Gempylidae juga biasanya ditemukan
pada kedalaman lebih dari 150 m dan ikan layur dari family Trichiuridae dapat
ditemukan sampai kedalaman 2000 m (Nakamura dan Parin, 1993).
Ikan layur tersebar luas pada semua perairan tropis dan subtropis. Daerah
penyebaran ikan layur meliputi hampir seluruh perairan pantai Indonesia seperti
Tuban, Lawang, Jampang, Palabuhanratu, Cibanteng, Ujung genteng, dan
Sukawayana. Selain di perairan Indonesia, ikan layur juga terdapat di perairan
Jepang, Philipina, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang Laut Cina Selatan hingga
pantai utara Australia, dan tersebar luas di perairan dangkal di Afrika
Selatan (Widiyanto, 2008)

Penangkapan ikan layur


Menurut Direktorat Jendral Perikanan (1979), ikan layur tertangkap dengan trawl,
cantrang dan sejenisnya, pancing, jaring insang, macam-macam perangkap seperti
bubu, sero, jermal, dll.
Suhu Permukaan Laut (SPL)
Perairan Pulau jawa merupakan sebuah perairan teluk di pantai selatan Pulau Jawa
dan berhubungan langsung dengan Samudera Hindia. Secara administratif Teluk
Palabuhanratu termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Sukabumi dengan luas
27.210,130 Ha yang terletak pada posisi geografis 6057 70 07 LS dan 1060 22
1060 33 BT (Pariwono dkk., 1988). Berdasarkan topografi dasar perairannya,
perairan dangkal di Pulau Jawa dapat dijumpai sampai jarak 300 meter dari garis
pantai dengan kedalaman kurang dari 200 meter. Semakin jauh dari pantai akan
dijumpai lereng kontinen dengan kedalaman lebih dari 600 meter (Pariwono dkk.,
1988). Perairan Pulau jawa memiliki kadar salinitas yang cukup tinggi yaitu berkisar
antara 30 33 0/00. Tingginya kadar salinitas tersebut dipengaruhi oleh curah hujan
(presipitasi) dan penguapan (evaporasi). Selain itu, adanya hubungan yang terbuka
dengan Samudera Hindia dapat meningkatkan kadar salinitas di periaran laut
tersebut.

Alat Penangkapan Ikan Layur


Di antara alat-alat yang disebutkan di atas, ikan layur banyak tertangkap sebagai
bycatch atau tangkapan sampingan. Alat tersebut antara lain trawl, cantrang, gillnet,
purse seine, lampara dasar, sero, jermal dan ambai. Empat jenis alat tangkap utama
ikan layur yaitu payang, gillnet, bagan, pancing (pancing ulur dan rawai layur).

1). Gillnet
Gillnet, bila diartikan secara harfiah berart Jaring Insang. Disebut jarring insang
karena ikan-ikan yang tertangkap oleh gillnet umumnya tersangkut pada tutup
insangnya. Jaring ini terdiri dari satuan-satuan jaring yang biasa disebut piece.
Dalam operasi penangkapannya biasanya terdiri dari beberapa piece yang digabung
menjadi satu sehingga merupakan satu perangkat (unit) yang panjang (300-500 m),
tergantung dari banyaknya piece. Gillnet termasuk alat tangkap selektif, besar mata
jaring dapat disesuaikan dengan ikan yang akan ditangkap (Subani dan Barus,
1988).

2). Bagan
Bagan termasuk dalam kategori lift net, yaitu alat tangkap yang dioperasikan dengan
cara dinaikkan/ditarik ke atas dari posisi horizontal yang ditenggelamkan untuk
menangkap ikan yang ada di atasnya dengan menjaring ikan. Bila ditinjau dari cara
mengikat ikan pada saat operasi penangkapan, bagan dimasukkan dalam kategori
light fishing, yaitu menangkap ikan dengan bantuan cahaya. Berdasarkan bentuk
dan cara pengoperasiannya, Subani dan Barus (1988) dll.

3).Rawai
Dibandingkan dengan alat tangkap yang lain maka rawai lah yang paling efektif jika
di gunakan sebagai alat tangkap ikan layur dimana ikan layur yang selalu
bergerombol pada kedalaman tertentu
Gambar alat tangkap rawai

Keterangan Gambar:
A = Boy line/ tali pelampung panjang menyesuaikan kedalaman ikan layur yang
ketangkap.
Bahan PE/ Polyethelyn diameter 3 atau 4 mm
Di lengkapi dengan pelampung/ Boy
B= Main line / Tali Utama panjang 200 meter untuk satu basket
Bahan Monofilamen (senar-jawa) nomor 3000.
C= Branc Line / tali cabang panjang 2 meter
Bahan monofilament nomor 1500 di lengkapi dengan pancing nomor 9
Jarak antar branc line 2,25 meter

Tehnik pengoperasian Alat Tangkap


a. Setting/ menurunkan alat tangkap Rawai
- Rakit semua peralatan yang tersedia ( pelampung, tali pelampung, main
line dan branc line)
- Jalankan kapal dengan kecepatan pelan, turunkan pelampung di ikuti tali
pelampung hingga pemberat pertama.
- Sambung tali pelampung dengan tali utama, pasang umpan pada mata
pancing lalu turunkan berturut turut hingga mata pancing habis dan jika
menggunakan alat lebih dari satu basket maka sambung antara main line
dengan mailain selanjutnya dan lakukan seperti pada basket yang
pertama hingga sampai pada tali pelampung dan turunkan semua tali
pelampung yang dipasang pemberat hingga pelampung terakhir.
b. Houling/ menaikan alat tangkap rawai
- Setelah selesai melakukan setting maka segera kembali pada ujung yang
pertama diturunkan (untuk mempermudah pencarian ujung pertama maka
sebaiknya menggunakan lampu kedip)
- Sambil menuju pelampung pertama siapkan umpan untuk di pasang pada
mata pancing yang telah habis umpannya.
- Setelah ketemu ujung tali, tarik tali pelampung hingga pemberat.
- Tarik tali utama dan lepas kembali pemberat, tanjutkan menarik tali utama
ke arah ujung terakhir dengan memperhatikan hasil tangkapan pada tali
cabang, dan pasang umpan kembali sebelum mata pancing diturunkan
kembali sehingga pada saat melakukan houling sekaligus melakukan
setting berikutnya

Kesimpulan

Dari hasil diatas dapat di tafsir atau diputuskan bahwa alat tangkap rawai dalam
penangkapan ikan layur berada di daerah yang berkedalaman tertentu dan hidup
secara bergerombol dan tergolong ikan demersal yang dimana gerak ruangnya tidak
terlalu jauh sehingga sebarannya relative lebih merata jika dibandingkan dengan
ikan-ikan pelagisAlat tangkap rawai sangat efektif karena sangat terjangkau bagi
nelayan kecil dan hargnya terjangkau begitu juga pengoperasiannya sangat efektif
karena saat melakukan penarikan juga bisa langsung melakukan penurunan alat
tangkap kembali sehingga waktu yang di perlukan sangat berharga.

Anda mungkin juga menyukai