Kentang adalah salah satu sumber karbohidrat paling melimpah dan tersedia
secara global. Namun pemanfaatannya dalam industri pangan masih terbatas,
khususnya pada produk pangan olahan (Aryani & Mustofa, 2019). Tepung kentang
merupakan salah satu produk turunan kentang yang mempunyai potensi besar
menggantikan tepung terigu dalam produksi cangkang pangsit. Tepung kentang
bebas gluten, menjadikannya pilihan ideal bagi orang yang sensitif atau tidak
toleran terhadap gluten. Selain itu, penggunaan tepung kentang dalam industri
makanan dapat memberikan nilai tambah pada produk pertanian, mendorong
penggunaan sumber daya alam yang lebih efisien, dan mengurangi dampak negatif
produk industri makanan terhadap lingkungan.
2.2 Pangsit
Kulit pangsit biasanya terbuat dari tepung terigu yang dicampur dengan air,
telur, lemak dan minyak. Pangsit biasanya digunakan untuk membungkus makanan
goreng maupun kukus. Pangsit goreng memiliki sifat organoleptik yaitu rasa gurih,
renyah dan memiliki warna kuning kecoklatan setelah digoreng (Kaswanto &
Desmelati, 2019). Adonan kulit pangsit pada saat proses pembuatannya dapat
ditambahkan bahan-bahan yang mengandung pati seperti pati yang terkadung
dalam tepung kentang, sehingga adonan dapat digiling menjadi lembaran tipis dan
tidak hancur saat proses penggorengan. Penambahan pati pada pembuatan pangsit
bertujuan untuk memperbaiki tekstur, bahan pengikat air dan adonan. Pangsit
merupakan produk pangan yang berasal dari cina atau biasa disebut dengan wonton.
Faktor yang mempengaruhi kualitas dari kulit pangsit ialah kandungan protein
dalam tepung yang digunakan, garam, jenis pati yang digunakan, serta jumlah air,
lamanya pengadukan, proses penggorengan dan pembekuan (Nuri Arum, Natania,
& Andrew, 2017).
2.3 Karakteristik Sensorik Dan Fisik Kulit Pangsit pada Uji Organoleptik
Berdasarkan penelitian (Nuri Arum, Natania, & Andrew, 2017), jenis dan
konsentrasi tepung yang disubstitusi 45 %dapat mempengaruhi kerenyahan pada
kulit pangsit. Sedangkan substitusi tepung tapioka dapat menurunkan 30%
kerenyahan kulit pangsit. Hal tersebut dikarenakan semakin tingginya konsentrasi
substitusi yang digunakan akan meningkatkan jumlah pori sehingga kulit pangsit
menjadi rapuh. Sifat kerenyahan dari suatu bahan makanan dapat disebabkan oelh
terbentuknya pori-pori kosong pada permukaana bahan selama proses
penggorengan yang disebabkan oelh penguapan air. Penambahan tepung kentang
pada pembuatan kulit pangsit dapat memperbaiki tekstur menjadi lebih lembut dan
kenyal, tepung kentang juga dapat mengikat adonan kulit pangsit karena tepung
kentang memiliki kandungan pati yang baik. Tepung kentang juga dapat
memberikan warna cerah seingga kulit pangsit lebih menarik secara visual.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat Dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Baskom
2. Mangkuk
3. Timbangan digital
4. Penggiling adonan
5. Talenan
6. Pisau
7. Wajan
8. Kompor elektrik
9. Spatula
10. Serok
11. Sendok
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Telur
2. Bawang putih
3. Garam
4. Minyak goreng
3.2 Metodologi Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah RAL dengan satu faktor yaitu
perbandingan tepung kentang dan tepung terigu dengan 5 perlakuan. Adapun
perlakuan tersebut adalah :
1. P1 : tepung kentang 0 g dengan tepung terigu 200 g
2. P2 : tepung kentang 20 g dengan tepung terigu 180 g
3. P3 : tepung kentang 40 g dengan tepung terigu 160 g
4. P4 : tepung kentang 60 g dengan tepung terigu 140 g
5. P5 : tepung kentang 80 g dengan tepung terigu 120 g
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Produksi Kulit Pangsit Sebstitusi Tepung Kentang
Berdasarkan data pada tebel di atas, persentase pengembangan tertinggi pada nomor
6 sebesar 8,325% dan yang terendah pada nomor 3 sebesar 1,859%. Perbedaan
pengembangan volume pangsit dapat di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu
komposisi adonan (rasio tepung, bahan pengembang, kelembaban adonan) dan
proses pengolahan (pemilihan tepung, pengadukan tepung, waktu istirahat, proses
penggorengan).
Berdasarkan tabel Anova penampakan di atas, F hitung < F tabel, maka tidak ada
pengaruh signifikan antara perlakuan yang diberikan terhadap penilaian
penampakan, sehingga tidak dilakukan uji lanjut.
Berdasar kan tabel di atas, F hitung > F tabel, maka ada pengaruh signifikan
antara perlakuan yang diberikan terhadap penilaian tekstur, sehingga dilakukan uji
lanjut. Hasil uji lanjut organoleptik tekstur dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut.
Berdasar tabel anova di atas, F hitung > F tabel, maka ada pengaruh
signifikan antara perlakuan yang diberikan terhadap penilaian aroma, sehingga
dilakukan uji lanjut. Hasil uji lanjut organoleptik aroma dapat dilihat pada Tabel 4.8
berikut.
Tabel 4.8 Hasil Uji Lanjut DMRT Organoleptik Aroma
Rata-
Perlakuan rata Notasi
P1 5,10 0 a
P3 5,33 0,23 0 a
P2 5,37 0,27 0,03 0 a
P4 5,63 0,53 0,30 0,27 0 a
P5 5,80 0,70 0,47 0,43 0,17 0 a
Berdasarkan uji lanjut pada tabel di atas, sampel dengan rata-rata tertinggi adalah
sampel dengan kode P5. Perbedaan pada uji lanjut yang dilakukan tidak
menunjukkan secara signifikan sehingga sampel P5 dengan rata-rata tertinggi dapat
dikatakan sampel terbaik.
Berdasar tabel anova di atas, F hitung > F tabel, maka ada pengaruh
signifikan antara perlakuan yang diberikan terhadap penilaian aroma, sehingga
dilakukan uji lanjut. Hasil uji lanjut organoleptik rasa dapat dilihat pada Tabel 4.10
berikut.
Tabel 4.10 Hasil Uji Lanjut DMRT Organoleptik Rasa
Rata-
Perlakuan rata Notasi
P1 5,07 0 a
P2 5,60 0,53 0 a
P5 5,80 0,73 0,20 0 a
P3 6,00 0,93 0,40 0,20 0 a
P4 6,03 0,97 0,43 0,23 0,03 0 a
Berdasarkan uji lanjut pada tabel di atas, sampel dengan rata-rata tertinggi adalah
sampel dengan kode P4. Perbedaan pada uji lanjut yang dilakukan tidak
menunjukkan secara signifikan sehingga sampel P4 dengan rata-rata tertinggi dapat
dikatakan sampel terbaik.
4.4.5 Uji Organoleptik Secara Keseluruhan
Pengujian organoleptik secara keseluruhan adalah metode evaluasi sensorik
yang mencakup penggunaan seluruh indera manusia (penglihatan, penciuman,
pendengaran, pengecapan, dan pengecapan) untuk mengevaluasi karakteristik sifat
produk secara keseluruhan. Tujuan pengujian sensorik adalah untuk mendapatkan
pemahaman menyeluruh tentang kualitas dan penerimaan produk dari sudut
pandang konsumen. Hasil perhitungan anova uji organoleptik secara keseluruhan
dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut.
Tabel 4.9 Anova Organoleptik Secara Keseluruhan
Derajat Jumlah Kuadrat F tabel
Sumber F
Bebas Kuadrat Tengah
Keragaman hitung F 0.05 F 0.01
(DB) (J) (KT)
Perlakuan 4 17,6 4,4 7,9 2,4 3,4
Galat 145 81,2 0,6
Total 149 98,9
Berdasar tabel anova di atas, F hitung > F tabel, maka ada pengaruh
signifikan antara perlakuan yang diberikan terhadap penilaian aroma, sehingga
dilakukan uji lanjut. Hasil uji lanjut organoleptik secara keseluruhan dapat dilihat
pada Tabel 4.12 berikut.
Tabel 4.12 Hasil Uji Lanjut DMRT Organoleptik Secara Keseluruhan
Rata-
Perlakuan rata Notasi
P1 5,20 0 a
P2 5,50 0,30 0 a
P5 5,87 0,67 0,37 0 a
P3 6,00 0,80 0,50 0,13 0 a
P4 6,13 0,93 0,63 0,27 0,13 0 a
Berdasarkan uji lanjut pada tabel di atas, sampel dengan rata-rata tertinggi adalah
sampel dengan kode P4. Perbedaan pada uji lanjut yang dilakukan tidak
menunjukkan secara signifikan sehingga sampel P4 dengan rata-rata tertinggi dapat
dikatakan sampel terbaik.
4.5 Analisis Finansial
Perhitungan finansial melibatkan beberapa aspek, seperti biaya produksi,
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik, harga jual, margin
keuntungan, dan analisis biaya. Pada perhitungan finansial R/C melebihi 1 yang
artinya bisnis kulit pangsit goreng tersebut memiliki kelayakan secara finansial.
Perhitungan finansial pembuatan roti tawar bebas gluten dapat dilihat pada Tabel
4.13 berikut.
Tabel 4.13 Perhitungan Finansial
1. Formulasi yang berbeda pada setiap kode sampel pembuatan kulit pangsit
goreng dapat mempengaruhi nilai uji yang dilakukan.
2. Pangsit goreng dengan tepung kentang memiliki kualitas yang setara dengan
pangsit pada umumnya, hal tersebut dapat dilihat pada hasil uji yang
dilakukan.
5.2 Saran
Nurhasanah, I. (2023). Analisis Kadar Zat Besi (Fe) Pada Tepung Kulit Kentang.
Jurnal Ners, 7(2), 1005-1008.
Nuri Arum, A., Natania, & Andrew. (2017). Karakteristik Sensorik dan Fisik Kulit
Pangsit Goreng Dengan Substitusi Tepung Yang Berbeda pada
Penyimpanan Dingin dan Beku. Jurnal Agroteknologi, 11(2), 156-163.
LAMPIRAN