Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH KONSENTRASI KARAGENAN TERHADAP

ORGANOLEPTIK SELAI LEMBARAN (Sliced Jam) PALA


(Myristica fragrans. Houtt)

EFFECT OF CARAGENAN CONCENTRATION ON


ORGANOLEPTICS OF SLICED JAM (Myristica fragrans. Houtt)
NUTMEG (Myristica fragrans. Houtt)

Mario Wulele Bawoel1, Lucia C. Mandey, Yoakhim Y.E. Oessoe3

1
Mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Pertanian UNSRAT
2-3
Dosen Program Studi Teknologi Pangan
Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universtas Sam Ratulangi
Manado
Koresponden email : rio.bawoel@gmail.com

ABSTRAK

Selai lembaran atau sliced jam adalah modifikasi selai oles dalam bentuk padat
sama halnya dengan keju lembaran menjadikannya lebih praktis dari selai biasa.
Tujuan penelitian ini adalah menentukan konsentrasi karagenan, sifat kimia dan
organoleptik yang terbaik dari selai lembaran pala. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hasil penelitian
pembuatan selai lembaran pala yang palimg disukai oleh panelis adalah selai
lembaran dengan konsentrasi karagenan 2,5%. Selai lembaran tersebut,
mengandung kadar air 26,82% dan serat kasar 1,06%.

Kata Kunci : Pala, Karagenan, Selai Lembaran

ABSTRACT

Sliced jam is a modification of spread jam in solid form as well as sheet cheese
making it more practical than regular jam. The purpose of this study was to
determine the best carrageenan concentration, chemical and organoleptic
properties of nutmeg sliced jam. The method used in this research is Completely
Randomized Design (CRD). The results of the research on making nutmeg sliced
jam that the panelists liked the most was sliced jam with a carrageenan
concentration of 2.5%. The sliced jam contains 26.82% water content and 1.06%
crude fiber.

Keywords : Nutmeg, Carrageenan, Sliced Jam


PENDAHULUAN Chondrus Eucheuma, Gigartania,
Hypnea, Iradea dan phyllophora.
Buah pala segar memiliki Karagenan mampu mengendalikan
daging buah 77,8% , fuli sebanyak kandungan air pada selai lembaran
4%, tempurung biji 15,1%, dan sehingga tekstur selai lembaran
daging biji 13,1% (Rismunandar, menjadi bentuk lembaran yang kuat
1990). Di Sulawesi utara daging
dan plastis (Chairi, 2014). Tujuan
buah pala sebagian besar menjadi
penelitian adalah Menentukan
limbah, dan hanya sebagian kecil
konsentrasi karagenan, terhadap
dimanfaatkan oleh masyarakat
organoleptik yang terbaik dari selai
menjadi beberapa produk bahan
lembaran pala dan manfaat penelitian
pangan seperti manisan buah pala,
adalah Memberikan informasi
sari buah pala, dan anggur pala,
tentang teknologi pengolahan selai
sehingga perlu dilakukan
lembaran berbahan baku daging buah
pemanfaatan daging buah pala. Salah
pala dengan penambahan karagenan,
satu contoh pemanfaatan daging
sebagai salah satu upaya memberi
buah pala adalah dengan
nilai tambah terhadap daging buah
mengolahnya menjadi Selai
pala serta Menghasilkan produk selai
lembaran (sliced jam).
lembaran dari daging buah pala.
Selai merupakan olahan yang
telah banyak beredar di pasaran.
Selai yang beredar berupa selai oles METODE PENELITIAN
dengan cara penyajian yang kurang
praktis sehingga perlu pembuatan Waktu dan Tempat
selai lembar agar penggunaannya Penelitian ini dilakukan selama
sebagai pelengkap roti lebih praktis. tiga bulan (September - november) di
Selai lembaran atau sliced jam Laboratorium Pengolahan Hasil
adalah modifikasi selai oles dalam Pangan Fakultas Pertanian,
bentuk padat sama halnya dengan Universitas Sam Ratulangi dan Balai
keju lembaran menjadikanya lebih Riset Standarisasi Industri Manado.
praktis dari selai biasa. Bahan dan Alat
Penelitian menggunakan
daging buah pala yang untuk di olah Bahan Penelitian
menjadi sliced jam. Sliced jam atau Bahan yang digunakan dalam
selai lembaran merupakan salah satu pembuatan selai lembaran ini yaitu
terobosan selai yang baru Pembuatan buah pala yang berumur 9 bulan
sliced jam memerlukan beberapa sejak persarian bunga yang
bahan tambahan berupa pektin, agar- diperoleh, dari perkebunan petani
agar, karagenan, jelly powder dan pala di kepulauan sangihe yang siap
lainnya. Karagenan merupakan diolah dan sudah melewati tahapan
produk olahan rumput laut tepatnya sortasi yang dianjurkan dengan
rumput laut merah dari jenis tujuan untuk mendapatkan bahan

1
baku dengan kualitas baik. Bahan Pembuatan Selai Lembaran (Sliced
lain yang digunakan untuk membuat jam)
selai lembaran meliputi air, gula
Mengacu pada Berta (2017)
sukrosa, asam sitrat dan karagenan
proses pembuatan selai lembaran
dari indochem Jakarta Utara.
buah pala. Buah pala disortasi,
Alat Penelitian sortasi bertujuan untuk memilih buah
pala dengan kondisi baik. Lalu
Peralatan yang digunakan
lakukan pengupasan dan dipisahkan
dalam pembuatan selai lembaran
dari bijinya. Buah pala yang telah
ialah pisau, blender, timbangan
dikupas kemudian dicuci bersih dan
analitik, timbangan digital, wajan,
di blanching selama 5 menit.
sendok pipih, sendok kayu, kompor,
Blanching bertujuan untuk
wadah datar, aluminium foil, dan
menonaktifkan enzim dalam bahan
stopwatch. Alat-alat yang digunakan
pangan yang dapat menyebabkan
dalam analisis selai lembaran ialah
perubahan rasa, flavor, warna,
cawan, oven, desikator, kertas
tekstur dan nilai gizi, buah pala yang
lakmus, labu ukur, erlemeyer,
telah di blanching kemudian
hotplate, buret gelas ukur, pendingin
dipotong untuk selanjutnya
tegak, alat soxhlet, corong biasa,
dihaluskan menggunakan blender.
corong Buchner, dan kertas saring.
Penghaluskan dilakukan dengan
Metode Penelitian menambahkan air mineral 1:1,5
Penelitian ini menggunakan sesuai dengan berat daging pala.
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Buah pala yang telah menjadi bubur
Faktor yang diteliti adalah persentasi buah ditimbang sebanyak 500gram
karagenan dengan 4 perlakuan dan 3 kemudian dimasak dengan suhu
kali ulangan. Perlakuan antara lain 850C, lalu ditambahkan gula 65%,
adalah : karagenan sesuai perlakuan (A= 2%,
B= 2,50% C= 3% D= 3,50%) dan
A = 2% karagenan (10g karagenan asam sitrat 0,5%, tetap lakukan
ditambahkan ke dalam 500g bubur pemasakan selama 5 menit setelah
buah pala) bubur buah, gula, karagenan dan
B = 2.50% karagenan (12,5g asam sitrat tercampur. Angkat
karagenan ditambahkan ke dalam campuran bubur buah pala dan
500g bubur buah pala) dinginkan menggunakan wadah datar
C = 3% karagenan ( 15g karagenan yang sudah dilapisi alumunium foil.
ditambahkan ke dalam 500g bubur Tunggu beberapa waktu kemudian
buah pala) cetak 8 x 8,5 dengan ketebalan 5mm.
D = 3,50% karagenan ( 17,5g
karagenan ditambahkan ke dalam
500g bubur buah pala) Parameter Pengamatan

Rancangan Penelitian

2
Parameter yang di ukur dalam diketahui beratnya atau krush gooch
penelitian ini : analisis kimia (serat yang telah dipijarkan dan diketahui
kasar dan kadar air), dan beratnya, sambil dicuci dengan
Organoleptik (warna, aroma, rasa, larutan K2SO4 10 %. Cuci lagi residu
dan tekstur). dengan air mendidih. Kemudian
dengan etanol 95% sekitar 15 ml.
Analisis Kimia
keringkan kertas saring atau krush
Serat kasar (Sudarmadji 1997)
dengan isinya pada oven 1100C
Analisis ini bertujuan untuk
sampai berat konstan, dinginkan
mengentahui kandungan serat kasar
dalam desikator dan timbang. Janga
pada selai lembaran. Prosedur
lupa mengurangi berat asbes (sekali
analisis serat kasar diawali dengan
digunakan).
haluskan sampel sehingga dapat
melalui saringan diameter 1 mm dan Perhitungan :
aduk merata. Timbang 2 gram berat residu (gram)x 100 %
𝑠𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑠𝑎𝑟 =
sampel, ekstrasi lemak sampel berat sampel (gram)

dengan metode soxhlet. Pindahkan Kadar air (Sudarmadji 1997)


sampel yang telah diekstrak Analisis ini bertujuan untuk
lemaknya kedalam erlemeyer 600 mengetahui kandungan air dalam
ml. jika ada tambahkan 0,5 gram selai lembaran. Prosedur pengukuran
asbes yang telah dipijarkan dan tiga kadar air yaitu sampel ditimbang
tetes zaat anti buih (antifoam agent). sebanyak 3 gram dan dimasukan
Tambahkan 200 ml H2SO4 1,25 % kedalam botol timbang yang sudah
yang panas. Tutup dengan penegak diketahui beratnya. Kemudian
dingin. Didihkan selama 30 menit masukan kedalam oven pada
dengan sesekali digoyang- suhu ±105℃ selama3 jam.
goyangkan. Saring suspense melalui Didinginkan dalam desikator selama
kertas saring. Residu yang tertinggal 10 menit kemudian ditimbang.
dalam erlemeyer dicuci dengan air Selanjutnya dimasukan kedalam
mendidih. Cuci residu dalam kertas oven kembali selama 30 menit
saring sampai air cucian tidak kemudian ditimbang. Ulangi
bersifat asam lagi (uji dengan kertas pemanasan dalam oven hingga
lakmus). Pindahkan secara kuantatif penimbangan sampai berat konstan
residu dari kertas saring kedalam (selisih penimbangan berturut-turut
erlemeyer kembali dengan spatula. ≤ 0,2 𝑚𝑔). Terakhir hitung kadar air
Sisanya dicuci kembali dengan 200 sampel dengan rumus :
ml larutan NaOH 1,25 % mendidih, berat bahan (awal−akhir)
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 𝑥100%
sampai semua residu masuk kedalam berat bahan awal

erlemeyer. Didihkan dengan penegak Organoleptik (Soekarto 1990)


dingin selama 30 menit dan sesekali
digoyang-goyangkan. Saring kembali Uji organoleptik adalah cara
melalui kertas saring yang telah untuk mengukur, menilai atau
menguji mutu komoditas dengan

3
menggunakan kepekaan alat indra indrawinya. Penilaian indrawi ini ada
manusia, yaitu mata, hidung, mulut enam tahap yaitu pertama menerima
dan ujung jari tangan. Uji bahan, mengenali bahan,
organoleptik juga disebut mengadakan klarifikasi sifat-sifat
pengukuran subyektif karena bahan, mengingat kembali bahan
didasarkan pada respon subyektif yang telah diamati, dan menguraikan
manusia sebagai alat ukur (Soekarto, kembali sifat indrawi produk
1990). Menjelaskan bahwa untuk tersebut. 1 (sangat tidak suka), 2
melaksanakan penilaian organoleptik (tidak suka), 3 (sedikit tidak suka), 4
diperlukan panel. Dalam penilaian (netral), 5 (sedikit suka), 6 (suka), 7
suatu mutu atau analisis sifatsifat (sangat suka).
sensorik atau kamoditi, panel
bertindak sebagai instrument atau HASIL DAN PEMBAHASAN
alat. Panel ini terdiri dari orang atau Serat Kasar
kelompok yang bertugas menilai
sifat atau mutu komoditi berdasarkan Hasil rata-rata analisis serat
kesan subyektif dan orang yang kasar terhadap selai lembaran
menjadi panel disebut panelis. palaberkisaran 1,04 – 1,11 dapat
Sifat yang menentukan diterima atau dilihat dalam Tabel 1 berikut
tidak suatu produk adalah sifat

Tabel 1. Rata – rata hasil uji analisi serat kasar selai lembaran pala
Perlakuan Rata rata
A (2% karagenan) 1,04
B (2,5% karagenan) 1,06
C (3%karagenan) 1,07
D (3,50% karagenan) 1,11

Dari hasil analisis sidik ragam (2% karagenan) memiliki nilai rata-
(α=0,05) selai lembaran buah pala rata paling rendah. Kadar serat kasar
menunjukan bahwa F-Hitung lebih dari produk selai lembaran
kecil dari F-Tabel, yang berarti tidak cenderung meningkat walaupun
ada pengaruh nyata dari setiap dalam jumlah yang relatif kecil,
perlakuan. Nilai rata rata dari analisis seiring bertambahnya jumlah
kimia terhadap serat kasar dari selai karagenan yang digunakan. Hal ini
lembaran buah pala menunjukan disebabkan karagenan mengandung
bahwa perlakuan D (3,50% serat kasar. Karagenan mengandung
karagenan) memiliki nilai rata-rata serat kasar 6,61 % (Yasinta dan
paling tinggi, sedangkan perlakuan A Racmawati 2010). Almatsier (2009)

4
menambahkan bahwa ada 2 bubur buah pala serta proses
golongan serat yaitu serat larut air pembuatan selai lembaran diduga
dan serat tidak larut air. Serat larut menyebabkan kadar presentasi serat
air diantaranya pektin, gum, kasar pada produk selai lembaran
karagenan dan glikan sedangkan yang dihasilkan relatif sedikit.
serat yang tidak larut dalam air
adalah selulosa, hemiselulosa dan Kadar Air
lignin. Serat dalam karagenan Hasil rata-rata analisis kadar air
mampu membentuk gel. Penggunaan terhadap selai lembaran pala
karagenan dalam penelitian ini dalam berkisaran antara 18,98-29,00 dapat
jumlah yang relatif kecil, yang dilihat dalam Tabel 2 berikut
kemudian di tambahkan ke dalam

Tabel 2. Rata – rata hasil uji analisi kadar air selai lembaran pala
Perlakuan Rata rata Notasi
D (3,50% karagenan) 18,98 d
C (3% karagenan) 22,62 c
B (2,50%karagenan) 26,82 b
A (2% karagenan) 29,00 a
BNT 5% = 1,56. Notasi yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata

Dari hasil analisis sidik ragam kadar air pada penelitian ini
(α=0,05) selai lembaran buah pala menghasilkan presentase yang kecil.
menunjukan bahwa F-Hitung lebih Karagenan sendiri merupakan salah
besar dari F-Tabel, yang berarti satu hidrokoloid yang digunakan
harus dilakukan uji lanjutan. Uji sebagai bahan penstabil dan
lanjutan yang dilakukan adalah uji pengental alami menggantikan
BNT (Beda Nyata Terkecil). Nilai pengentak sintetik.
rata rata dari analisis kimia terhadap
kadar air dari selai lembaran buah Uji Organoleptik
pala menunjukan bahwa perlakuan A Warna
(2% karagenan) memiliki nilai rata- Hasil uji organoleptic pada
rata paling tinggi, sedangkan Selai lembaran pala pada parameter
perlakuan D (3,50% karagenan) warna berkisaran 5,24 – 5,48 (sedikit
memiliki nilai rata-rata paling suka). Rata – rata hasil uji
rendah. organoleptic selai lembaran pala
Hasil kadar air menunjukan terhadap warna dapat dilihat pada
bahwa karagenan berfungsi sebagai Tabel 3.
pengental dan pengikat air sehingga

5
Tabel 3. Rata – rata hasil uji organoleptic selai lembaran pala terhadap warna
Perlakuan Rata rata
C (3% karagenan) 5,24
A (2.% karagenan) 5,32
D (3,50%karagenan) 5.4
B (2,50% karagenan) 5,48

Dari hasil analisis sidik ragam pencoklatan non-enzimatik hal ini


(α=0,05) selai lembaran buah pala didukung oleh pernyataan dari Arsa
menunjukan bahwa F-Hitung lebih (2016) yang mengatakan bahwa
kecil dari F-Tabel, yang berarti tidak proses pencoklatan terjadi karena
ada pengaruh nyata dari setiap gula reduksi dan asam amino atau
perlakuan terhadap tingkat kesukaan penyusun protein bertemu pada suhu
warna selai lembaran buah pala. tinggi dan waktu yang lama.
Nilai rata rata kesukaan panelis Karagenan mempunyai warna
terhadap warna dari selai lembaran putih sampai kecoklatan, warna
buah pala menunjukan bahwa karagenan sendiri tergolong tidak
perlakuan B (2,50% karagenan) ekstrim atau tidak mencolok, dan
berada pada tingkat kesukaan paling dalam penelitian ini hanya digunakan
tinggi, sedangkan perlakuan C (3% dalam konsentrasi yang sedikit
karagenan) berada pada tingkat sehingga tidak memberikan pengaruh
kesukaan paling rendah. Berdasarkan signifikan.
komentar panelis ketika melakukan
uji organoleptik, panelis cenderung Aroma
menyukai warna selai buah pala yang Hasil uji organoleptik pada
lebih gelap dibandingkan warna yang Selai lembaran pala pada parameter
terang. Warna pada selai lembaran aroma berkisaran 4,84 – 5 (sedikit
buah pala dipengrauhi oleh suka). Rata – rata hasil uji
pemasakan. organoleptic selai lembaran pala
Proses pencoklatan pada selai terhadap aroma dapat dilihat pada
lembaran pala merupakan reaksi Tabel 4.

Tabel 4. Rata – rata hasil uji organoleptik selai lembaran pala terhadap aroma
Perlakuan Rata rata
C (3% karagenan) 4,84
B (2.50% karagenan) 4,92
D (3,50%karagenan) 5
A (2% karagenan) 5

6
Dari hasil analisis sidik lembaran. Dari uji organoleptik yang
ragam (α=0,05) selai lembaran buah telah dilakukan diduga panelis tidak
pala menunjukan bahwa F-Hitung dapat membedakan untuk tiap
lebih kecil dari F-Tabel, yang berarti perlakuan yang berbeda.
tidak ada pengaruh nyata dari setiap Rasa
perlakuan terhadap tingkat kesukaan Rasa adalah sensasi yang
aroma selai lembaran buah pala. terbentuk dari perpaduan bahan
Nilai rata rata kesukaan panelis penyusun dan komposis suatu
terhadap aroma dari selai lembaran produk pangan yang diterima oleh
buah pala menunjukan bahwa indera perasa, pengertian ini didasari
perlakuan A (2% karagenan) dan D oleh pernyataan dari Winarno (2008)
(3,50% karagenan) berada pada dalam Simamora dan Evy (2017).
tingkat kesukaan paling tinggi, Hasil uji organoleptic pada Selai
sedangkan perlakuan C (3% lembaran pala pada parameter rasa
karagenan) berada pada tingkat berkisaran 5,04 – 5,48 (sedikit suka).
kesukaan paling rendah. Karagenan Rata – rata hasil uji organoleptic
memiliki aroma yang cenderung selai lembaran pala terhadap rasa
hambar sehingga tidak dapat dilihat pada Tabel 5.
mempengaruhi aroma selai

Tabel 5. Rata – rata hasil uji organoleptic selai lembaran pala terhadap rasa
Perlakuan Rata rata
C (3% karagenan) 5,04
D (3,50% karagenan) 5,04
B (2,50%karagenan) 5.24
A (2,% karagenan) 5,48

Dari hasil analisis sidik ragam (3,50% karagenan) berada pada


(α=0,05) selai lembaran buah pala tingkat kesukaan paling rendah.
menunjukan bahwa F-Hitung lebih
kecil dari F-Tabel, yang berarti tidak Faktor yang digunakan pada
ada pengaruh nyata dari setiap pembuatan selai yaitu penambahan
perlakuan terhadap tingkat kesukaan karagenan, dimana karagenan
rasa selai lembaran buah pala. Nilai memberikan pengaruh netral
rata rata kesukaan panelis terhadap terhadap rasa, karena karagenan
rasa dari selai lembaran buah pala tidak memiliki rasa.
menunjukan bahwa perlakuan A
(2,% karagenan) berada pada tingkat
kesukaan paling tinggi, sedangkan Tekstur
perlakuan C (3% karagenan) dan D

7
Hasil uji organoleptik pada organoleptik selai lembaran pala
Selai lembaran pala pada parameter terhadap tekstur dapat dilihat pada
tekstur berkisaran 4,6 – 5 (sedikit Tabel 6.
suka). Rata – rata hasil uji

Tabel 6. Rata – rata hasil uji organoleptic selai lembaran pala terhadap tekstur
Perlakuan Rata rata

C (3% karagenan) 4,6


A (2.% karagenan) 4,6
D (3,50%karagenan) 4,88
B (2,50% karagenan) 5

Dari hasil analisis sidik ragam


(α=0,05) selai lembaran buah pala
menunjukan bahwa F-Hitung lebih
kecil dari F-Tabel, yang berarti tidak
ada pengaruh nyata dari setiap
perlakuan terhadap tingkat kesukaan
tekstur selai lembaran buah pala.
Berdasarkan komentar panelis ketika
melakukan uji organoleptik, panelis
menyukai selai lembaran buah pala
perlakuan B (2,50% karagenan).
Semakin banyak karagenan yang
ditambahkan cenderung
menyebabkan tekstur semakin keras
karena kemampuan karagenan dalam
membentuk gel sangat kuat.

8
KESIMPULAN DAN SARAN Laut Eucheuma Cottoni Untuk
Mencapai Food Grade. Jurusan
Kesimpulan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Berdasarkan hasil penelitian dapat Universitas Diponegoro. Semarang
disimpulkan bahwa selai lembaran pala
yang paling disukai yaitu yang di buat
dengan penambahan karagenan 2,5% .
Selai lembaran tersebut, mengandung
kadar air 26,82%, serat kasar 1,06%,nilai
organoleptik warna 5,48 (sedikit suka),
aroma 4,92 (netral), rasa 5,24 (sedikit
suka), dan tekstur 5 (sedikit suka).
Saran
Disarankan untuk semakin
disosialisasikan cara pengolahan selai
lembaran dari daging buah pala dengan
penggunaan karagenan 2,5%.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu
Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Made, Arsa., 2016. “Proses pencoklatan
(Browning Process) pada bahan
pangan”.Universitas Udayana.
Denpasar.
Sabrina Berta, 2017. “Pemanfaatan
Kolang-Kaling Buah Aren dan
Nanas (Ananas comosus L. Merr)
Dalam Pembuatan Sliced Jam.
Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Rismundar. 1990. “Membudidayakan
Tanaman Buah-buahan”. Penerbit
Sinar Baru. Bandung.
Soekarto, S. T. 1990. Dasar-dasar
Pengawasan dan Standarisasi Mutu
Pangan. IPB, Bogor.
Sudarmadji, S. 1997. Prosedur untuk
Analisa Bahan Pakan dan Pertanian.
Liberty, Yogyakarta
Yasita D. dan I. D. Rachmawati., 2010.
Optimasi Proses Ekstuksi Pada
Pembuatan Karagenan Dari Rumput

Anda mungkin juga menyukai