Anda di halaman 1dari 9

Sabari et al.

: Tingkat kematangan panen buah nenas


sampit untuk konsumsi segar dan jam
J. Hort. 6(3):-5, 2006
Tingkat Kematangan Panen Buah Nenas Sampit untuk Konsumsi Segar
dan Jam
Sabari, S.D., Suyanti*, dan Sunarmani*
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Jl. Ragunan 29A Jakarta
* Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Jl. Tentara Pelajar no. Bogor

ABSTRAK. Nenas Sampit merupakan nenas bermutu terbaik dan dikenal luas dari Kalimantan Tengah. Untuk
mendorong industri pengolahan nenas, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mendapatkan tingkat kematangan
optimum nenas Sampit untuk konsumsi segar dan untuk pembuatan selai nenas. Nenas Sampit dipanen pada 6 tingkat
kematangan, yaitu tua breaker, breaker 25% matang, >25-50% matang, >50-75% matang dan >75% matang. Nenas
dipanen dari sentra produksi nenas di Sampit dan diangkut dengan mobil ke Palangkaraya serta dilanjutkan denan
pesawat terbang ke Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nenas Sampit untuk konsumsi segar dapat dipanen
pada >breaker-25% matang dengan daging buah 69,92% dan nisbah PTT/asam 8,9. Buah segar tahan simpan selama
4 hari pada kondisi kamar dan 6 hari pada suhu 50C. Sebagai dasar selai, nenas dapat dipetik pada >breaker-25%
matang dan diproses menjadi jam dengan penambahan 65% gula dan 2 % asam sitrat. Dengan formula di atas, rendemen
selai mencapai 67,30% dengan kualitas baik yang ditunjukkan dengan skor warna dan rasa masing-masing 3,37 dan
3,95. Untuk keperluan industri, menyimpan hancuran daging buah nenas lebih menguntungkan karena tahan simpan
selama 30 hari pada suhu 50C. Untuk menjaga mutu dan percepatan proses pemasakan dan meningkatkan rendemen,
pencampuran gula dilakukan pada saat 20% air telah diuapkan dan penggunaan 0,5% pektin dalam adonan.

Katakunci: Buah nenas; Tingkat kematangan; Qualitas; Penyimpananan; Jam

ABSTRACT. Sabari, S.D., Suyanti, and Sunarmani. 2006. Quality of sampit pineapple for table fruit and jam
making. Sampit pineapple was a welknown pineapple cultivar produced in Central Kalimantan Province due to
its best quality. To promote development of an agroindustrial business, a research study was conducted to find out
the proper maturity of pineapple for table fruit as well as jam making. Sampit pineapple cultivar was picked at 6
maturities based on the yellow color development as sign of the ripeness, i.e. of mature fruit, breaker, >breaker-25%
ripen, >25-50% ripen, >50-75% ripen, and >75% ripen. Harvested pineapple was transported by car from Sampit
District to Palangkaraya and continued by plane to Jakarta. The results indicated that as table fruit the pineapple
could be harvested at >breaker-25% ripe with 69.92 % of flesh and TSS acidity ratio of 18.9. The fresh pineapple
stood for 4 days at ambient condition and for 6 days at 50C of storage. For pineapple jam, the proper fruit maturity
was at >breaker-25% ripen. At such ripeness, the best jam quality was achieved by the formula of 65% sugar and
2% citric acid, as indicated by 67.30% of rendemen and good quality as shown by color and taste of 3.37 and 3.95,
respectively. The crushed pineapple flesh stood its quality for 30 days stored at 150C. To improve jam quality, less
prosessing time and higer rendemen, the sugar used for jam processing was added at time 20% of water was evapo-
rated and the used of 0.5% pectin.

Keywords: Pineapple; Fruit maturity; Fruit quality; Storage; Jam processing


Berdasarkan bentuk buahnya, dikenal ada 3 jenis nenas, yaitu Smoot Cayenne, Queen, dan Red
Spanish (Pracaya 982). Buah nenas pertama berbentuk silindris dengan ukuran pangkal dan ujung

buah hampir sama, jenis nenas kedua berben- Di daerah asalnya, Sampit, Kalimantan Tengah,
tuk kerucut, dan jenis ketiga berbentuk bulat. nenas ditanam di daerah pasang surut yang
Rodriquez et al. (975) menyebutkan bahwa produksinya melimpah pada musimnya. Jenis
nenas Smooth Cayenne cocok untuk konsumsi nenas ini sangat terkenal dan dijadikan oleh-oleh
segar maupun prosesing. Di Indonesia, kultivar bagi yang melewati daerah tersebut. Sampai
nenas komersial dikenal dengan nama daerah saat ini, nenas Sampit baru dimanfaatkan untuk
penghasilnya, seperti nenas Subang, nenas Bogor, konsumsi segar.
nenas Palembang, nenas Sampit, nenas Kediri
dan lain-lain. Sesuai karakteristik fisiknya, nenas Untuk mempertajam dan melengkapi teknologi
Sampit termasuk jenis Smooth Cayenne dengan panen dan penanganan pascapanen nenas, diper-
ukuran besar, daging buah juisi, dan rasa manis. lukan informasi hasil-hasil penelitian hingga ter-
kini. Dari berbagai publikasi ilmiah di Indonesia,


J. Hort. Vol. 16 No. 2, 2006

penelitian pascapanen nenas Sampit belum pernah dari April 1999 s/d Maret 2000 menggunakan
ditemukan. Beberapa hasil penelitian pascapanen nenas Sampit yang dibeli dan dikirimkan oleh
kultivar nenas lain telah ada, di antaranya adalah P.T. Bisma Dharma Kencana, Jakarta, dari hasil
analisis mutu nenas Palembang, nenas Subang, pertanaman petani nenas di daerah pasangsurut
nenas Bogor, dan nenas Kediri (Suyanti 1990) Kabupaten Sampit, Kalimantan Tengah. Buah
dan nenas asal Jawa Tengah (Dondy et al. 1992). yang dipanen pada 6 tingkat kematangan, dikemas
Indeks kematangan panen yang didasarkan pada dalam karton kapasitas 15 kg dan diangkut dengan
tingkat perkembangan warna kulit buah nenas mobil ke Palangkaraya (sekitar 250 km) dan di-
Subang telah dilakukan Soedibyo (1992). Teknik lanjutkan dengan pesawat terbang ke Jakarta dan
pengemasan dengan karton untuk transportasi nenas tiba di laboratorium pada hari yang sama
jarak jauh nenas Blitar telah tersedia (Wisnubroto dengan saat pemanenan.
et al. 1996). Teknologi untuk penyimpanan buah Ada 6 macam kegiatan dalam penelitian ini,
nenas segar kultivar Subang (Soedibyo 1977) yaitu
dan nenas dari Jawa Timur (Hasan 1979), Pada
skala internasional telah dipublikasikan tentang 1. Pengaruh tingkat kematangan buah terhadap
penyimpanan buah nenas segar pada suhu 80C mutu dan rendemen daging buah
dapat mengurangi insidensi chilling injury dan Buah nenas dipanen pada 6 tingkat kematan-
blackheart (Paul dan Rohrbach 1985, Wills et al. gan berdasarkan tingkat perkembangan warna
1985, Hasan et al. 1985). kuning kulit buah, yaitu (1) buah tua (belum
Teknologi prosesing buah nenas telah ada, di tampak warna kuning), (2) breaker (warna
antaranya adalah pembuatan selai (Desrosier dan kuning muncul pada mata di pangkal buah),
Desrosier 1978), prosesing sari buah (Suyanti (3) >breaker-25% matang, (4) >25-50%
dan Sabari 1991), pembuatan vinegar (Roosmani matang, (5) >50-75% matang dan (6) >75%
1980), dan produksi gula cair (Sunarmani et al. matang. Buah dipanen dengan menyertakan
1993). Disebutkan bahwa formula jam nenas tangkai buah dan crown. Penelitian meng-
adalah 45 bagian hancuran daging buah dan 55 gunakan rancangan acak lengkap, dengan 6
bagian gula. Adonan dipanaskan hingga mengen- perlakuan tingkat kematangan dan 3 ulangan
tal dengan TSS sekitar 65%. Vinegar dapat dibuat @ 1 butir nenas. Pengamatan dilakukan ter-
dengan fermentasi jus nenas sedangkan gula cair hadap bobot utuh, kulit, tangkai, hati, daging,
dibuat dengan enzim selulase. Publikasi tentang warna daging, kadar gula (refraktometer),
pembuatan jam nenas belum ditemukan. kadar asam (titrimetri), dan kadar vitamin C
(iodometri).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendapatkan tingkat kematangan panen yang 2. Pengaruh tingkat kematangan buah terhadap
tepat nenas Sampit untuk buah meja dan untuk mutu selai nenas
selai. Di samping itu juga untuk mencari teknologi Nenas dari 6 tingkat kematangan panen diku-
pembuatan selai nenas yang praktis. Dalam pas, dicuci dan dihancurkan dengan blender.
penelitian ini, menggunakan hipotesis bahwa Jam dibuat dengan formula 500 g hancuran
tingkat kematangan nenas saat panen berpenga- nenas, 650 g gula pasir, dan 2 g asam sitrat.
ruh terhadap komposisi daging buah sehingga Adonan dipanaskan sambil diaduk sam-
mempengaruhi kualitas sebagai buah meja dan pai kental dan pemanasan dihentikan bila
untuk selai nenas. adonan yang sudah dalam bentuk gumpalan.
Penelitian menggunakan rancangan acak
lengkap dengan 3 ulangan @ 1 butir nenas.
BAHAN DAN METODE Pengamatan dilakukan terhadap rendemen
hancuran daging buah, rendemen selai, dan
Penelitian di lakukan di Laboratorium Pascap- mutu organoleptik (warna, rasa dan penam-
anen, Balai Penelitian Tanaman Hias, Jakarta pakan). Uji organoleptik mengguna-kan 10


Sabari et al.: Tingkat kematangan panen buah nenas
sampit untuk konsumsi segar dan jam

panelis dengan metode scoring dari nilai 1-5, matangan terbaik hasil penelitian kedua.
di mana nilai 5 adalah yang terbaik. Penelitian menguji 2 faktor, yaitu 5 level
3. Ketahanan simpan buah nenas segar pada kadar pektin (nol; 0,5; 1; 2; dan 3%), dan
kondisi kamar dan suhu 150C 3 cara pemberian pektin (awal proses, saat
20% air telah diuapkan, dan saat 40% air
Buah nenas dari tingkat kematangan panen telah diuapkan). Penelitian menggunakan
terbaik untuk dibuat jam (hasil penelitian rancangan acak lengkap dengan 2 faktor
kedua) disimpan pada kondisi kamar dan suhu dan 3 ulangan @ 500-1.000 g bubur nenas.
150C. Penelitian menggunakan rancangan Pengamatan dilakukan terhadap rendemen
acak lengkap dengan 10 ulangan @ 1 buah selai, mutu (TSS, total asam, dan vitamin C)
untuk penyimpanan pada kondisi kamar dan dan penerimaan panelis (rasa, warna, tekstur,
12 ulangan @ 1 buah untuk penyimpanan kesukaan) secara hedonik menggunakan 10
pada suhu 150C. Pengamatan dilakukan setiap panelis dan ara skoring 1-5, di mana nilai 5
hari terhadap susut bobot, dan tingkat keru- adalah terbaik.
sakan buah yang dilakukan secara visual.
Indikator pengamatan yang dipengaruhi se-
4. Daya simpan hancuran daging buah nenas cara nyata oleh perlakuan, dilakukan uji pembeda
pada kondisi kamar dan suhu 150C dengan DMRT taraf 5%.
Bubur nenas dari tingkat kematangan terbaik
untuk jam (hasil penelitian kedua), ditaruh
dalam kantong plastik PE dan disimpan pada HASIL DAN PEMBAHASAN
kondisi kamar dan suhu 150C. Penelitian
Pengaruh tingkat kematangan buah terhadap
menggunakan rancangan acak lengkap den-
mutu dan rendemen daging buah
gan 3 ulangan @ 250 g bubur. Pengamatan
dilakukan setiap hari terhadap kerusakan dan Analisis mutu buah buah nenas Sampit yang
mutu bubur (TSS, total asam dan vitamin C). dipanen pada beberapa tingkat kematangan, disa-
Kerusakan bubur nenas diamati secara visual. jikan pada Tabel 1.
Bubur dinyatakan rusak apabila telah terlihat Dengan panen menyertakan tangkai buah
ada buih di dalam bubur yang dikemas. dan crown, ternyata bobot buah utuhnya antara
5. Pengaruh kadar dan teknik penambahan gula 2.046,6-3.240 g/butir, rendemen daging buah
terhadap mutu jam antara 53,18-69,92%, rasio panjang dan diameter
buah 1,2-1,4, rasio TSS dan asam 14,5-18,9, dan
Penelitian menggunakan nenas pada tingkat
vitamin C antara 28,4-46,17mg/100g. Bobot ne-
kematangan terbaik untuk jam (hasil pene-
nas Sampit jauh lebih berat dari nenas asal Jawa
litian kedua). Ada 2 faktor yang diuji, yaitu
Tengah yang berbobot 989,4 g/butir (Dondy et
3 macam kadar gula (55, 65, dan 75% b/b)
al. 1992), nenas koleksi di Balitbu dengan bobot
dan 3 saat penambahan gula (awal proses,
357,5-1.048 g/butir (Hadiati et al. 2003), nenas
saat 20% air telah diuapkan, dan saat 40%
penelitian Suyanti (1990) yang berbobot 576,3-
air telah diuapkan). Penelitian menggunakan
1.204,4 g/butir dan sebanding dengan nenas Sub-
rancangan acak lengkap dengan dua pola
ang yng berbobot 1,76-2,12 kg/butir (Soedibyo
faktorial dan 3 ulangan @ 1 kg bubur nenas.
1992). Dari segi rasio panjang dan diameter butir
Pengamatan dilakukan terhadap rendemen
buah, nenas Sampit mempunyai nilai >1 dan
selai, waktu prosesing, mutu jam (TSS,
karakter ini sesuai untuk nenas prosesing seperti
total asam dan vitamin C), dan penerimaan
yang dipersyaratkan oleh perusahaan pengalen-
panelis.(warna, rasa dan kesukaan) secara
gan (Rodriquez et al. 1975).
hedonik menggunakan 10 panelis dan ara
skoring 1-5, di mana nilai 5 adalah terbaik. Dari segi rasa yang diindikatorkan dengan
rasio PTT/asam, ternyata nenas Sampit pada
6. Pengaruh kadar dan teknik pemberian pektin
berbagai umur panen mempunyai nilai 14,5-18,9,
terhadap rendemen dan mutu selai
lebih rendah dibandingkan nenas asal Jawa Ten-
Buah nenas ini menggunakan tingkat ke-


J. Hort. Vol. 16 No. 2, 2006

Tabel 1. Tingkat kematangan panen terhadap mutu buah nenas (Maturity on pineapple quality)

gah dengan nilai 34,2 (Dondy et al. 1992), nenas selai dengan warna dan rasa yang disukai panelis.
koleksi Balitbu dengan nilai 22,6-38,55 (Hadiati Berdasarkan hal di atas, maka panen nenas Sampit
et al. 2003), nenas Palembang (Suyanti 1990) untuk selai yang tepat adalah pada saat >breaker-
yang nilainya 18,5-42,0. Untuk konsumsi segar, 25% matang. Tingkat kematangan ini berbeda
nenas Sampit dapat dipanen saat >breaker-25% dengan tingkat kematangan nenas Palembang
matang, karena menunjukkan nilai PTT dan rasio untuk sari buah. Suyanti (1991) mendapatkan
PTT/asam yang tinggi dan tidak berbeda nyata bahwa nenas Palembang kematangan hijau tua
dengan nenas yang dipetik lebih matang. Hal ini adalah terbaik untuk sari nenas.
serupa dengan hasil penelitian Soedibyo (1992) Pada tingkat kematangan >breaker-25%
untuk pemanenan nenas Subang. Ternyata indi- matang, nenas Sampit mempunyai rendemen
kator perubahan warna kulit buah cukup efektif daging buah, kadar gula dan kadar asam, mas-
untuk penetapan umur panen buah nenas. Peruba- ing-masing adalah 69,96%, 13,82%, dan 0,73%
han warna kulit buah sebagai indikator tingkat dan setelah menjadi selai mempunyai rendemen,
kematangan panen buah untuk konsumsi segar rasio PTT/asam, warna dan rasa, masing-masing
ternyata banyak digunakan untuk beberapa jenis sebesar 67,92, 104,0. 3,37 dan 3,95.
buah, seperti jambu air ( Sabari dan Supriyadi
1989), manggis (Sabari dan Poernomo 1980; Tingkat kematangan nenas untuk selai dan
Daryono dan Sabari 1986; Suyanti et al. 1999); untuk sari buah ternyata berbeda. Suyanti dan
pepaya (Suyanti dan Sjaifullah 1999), rambutan Sabari (1991) mendapatkan bahwa nenas Palem-
(Sabari 1991) dan markisa (Sabari et al. 1992). bang untuk sari buah, terbaik dipanen saat buah
masih berwarna hijau atau hijau tua. Hal ini terkait
Pengaruh tingkat kematangan buah terhadap dengan karakteristik mutu kultivar buah.
mutu selai nenas
Ketahanan simpan buah nenas segar pada
Pertimbangan mutu panen nenas untuk pros- kondisi kamar dan suhu 150C
esing, khususnya untuk selai, meliputi rende- Nenas Sampit yang dipanen pada >breaker-
men daging buah, kadar gula dan kadar asam. 25% matang ternyata tahan disimpan selama 4
Khususnya gula merupakan komponen terban- hari pada kondisi kamar dan 6 hari pada suhu
yak dan mahal dalam pembuatan jam. Kadar 150C, masing-masing dengan kerusakan 20 dan
yang tinggi dari indikator mutu tersebut sangat 25% (Tabel 3). Ketahanan simpan ini, lebih
menguntungkan karena meningkatkan rendemen singkat dibandingkan dengan nenas Subang yang
dan mengurangi biaya. Dengan formula selai bertahan selama 5 hari (Soedibyo 1992) dan nenas
nenas seperti yang disebutkan dalam di depan, Bogor yang tahan simpan 15 hari pada kondisi
dihasilkan selai nenas dengan rendemen dan mutu kamar (Sri Setyati et al. 1985) serta nenas Blitar
seperti tercantum dalam Tabel 2. Terlihat bahwa yang tahan selama 21 hari pada suhu 150C (Wisnu
dari segi rendemen dan rasio PTT/asam jam yang Broto et al. 1996).
terbentuk, antartingkat kematangan nenas tidak
memberikan perbedaan nilai. Tetapi dari segi Perbedaan daya simpan berbagai jenis nenas
warna dan rasa selai, ternyata berpengaruh nyata tersebut disebabkan jenis yang berbeda dan juga
dari tingkat kematangan. Nenas pada tingkat ke- asal daerah produsen yang berlainan. Dengan
matangan >breaker-25% matang, menghasilkan demikian setiap jenis nenas memiliki karakter-


Sabari et al.: Tingkat kematangan panen buah nenas
sampit untuk konsumsi segar dan jam

Tabel 2. Rendemen dan mutu jam nenas dari beberapa tingkat kematangan panen (Rendemen and pine-
apple jam quality according to fruit maturity)

istik yang khas. Di samping itu, nenas Sampit pembusuk pada bubur nenas dapat dihambat
diproduksi di lahan pasangsurut di daerah Kabu- perkembangannya pada suhu 15oC, sebagaimana
paten Sampit, 250 km sebelah barat Palangkaraya, diindikasikan dengan tidak terbentuknya buih
diangkut ke Palangkaraya dengan mobil dan pada kondisi penyimpanan tersebut. Gelembung
selanjutnya ke Jakarta dengan pesawat. Dengan gas terbentuk karena adanya kegiatan mikroba
demikian, cara penanganan nenas di bandara yang ada pada bahan tersebut dan bubur yang
pemberangkatan dan di bandara Soekarno-Hatta, disimpan pada kondisi kamar memperlihatkan
sangat mempengaruhi tingkat kerusakan yang fakta tersebut selama penyimpanan kurang dari
terjadi. Diduga penanganan di kedua Bandara 24 jam. Daya simpan bubur nenas selama 30
tersebut kurang hati-hati, seperti ditandai adanya hari pada suhu 15oC merupakan suatu kelebihan
kerusakan fisik setibanya di laboratorium. karena lebih tahan simpan dibandingkan nenas
segarnya, yang hanya bertahan selama 5-21 hari
Daya simpan hancuran daging buah nenas
(Soedibyo 1992; Sri Setyati et al. 1985; Wisnu
pada kondisi kamar dan suhu 150C
Broto et al. 1996).
Dalam industri prosesing nenas, ketersediaan
bahan baku harus dijaga untuk kesinambungan Pengaruh kadar dan teknik penambahan gula
proses produksi. Penyimpanan dalam bentuk buah terhadap rendemen dan mutu jam
nenas utuh tidak praktis karena memakan tempat Bahan-bahan untuk pembuatan selai nenas
dan tidak tahan lama. Untuk mengatasi hal terse- adalah bubur nenas, gula, asam dan pektin. Gula
but maka dicoba menyimpan bubur nenas pada merupakan komponen utama dalam pembuatan
kondisi kamar dan suhu 150C. Hasil penelitian selai dan harus dipakai dalam takaran yang tepat.
bubur nenas pada kondisi tersebut, dikemukakan Pemakaian gula yang terlalu banyak menjadikan
pada Tabel 4. selai bertekstur keras dan sebaliknya bila digu-
Bubur nenas yang diwadahi botol gelas nakan gula kurang dari yang seharusnya, selainya
dan kantong plastik yang disimpan pada suhu akan lembek.
15oC ternyata tahan simpan selama 30 hari dan Kadar gula dan saat pemberian gula, tidak
signifikan lebih lama dibandingkan dengan ada pengaruh interaksi nyata terhadap rende-
penyimpanan ada kondisi ruang, yang hanya men, PTT, kadar asam, dan kadar vitamin C selai
bertahan kurang dari 1 hari. Aktivitas mikroba nenas, terkecuali untuk kadar air. Tampak bahwa
pemberian gula yang dicampurkan pada awal
Tabel 3. Daya simpan nenas Sampit (Sampit pine- proses, menghasilkan selai yang lembek dengan
apple fruit storage stability) kadar air yang lebih tinggi dari 2 cara penamba-
han gula yang lain. Dari segi waktu prosesing
selai, ternyata pemberian gula pada saat 40% air
adonan diuapkan, selai tebentuk dalam waktu
tercepat, yaitu 40 menit setelah penambahan gula.
Kemudian diikuti penambahan gula saat 20% air
diuapkan dan pemberian gula pada awal proses,
masing-masing membutuhkan waktu 45 menit

J. Hort. Vol. 16 No. 2, 2006

Table 4. Daya simpan bubur nenas (Pineapple sebagai bahan perekat untuk terjadinya gel dalam
crush storage stability) proses pemanasan campuran bahan yang men-
gandung gula, asam dan pektin. Kadar pektin
sangat menentukan kualitas gel yang terbentuk,
yang dalam referensi disebut jelly grade (Meyer
1971). Mutu kimiawi dan organoleptik selai
nenas dengan penambahan pektin, masing-mas-
ing dikemukakan pada Tabel 7 dan 8. Dari uji
statistik tenyata tidak ada pengaruh yang signifi-
kan terhadap kadar dan saat pemberian pektin
terhadap indikator mutu selai secara kimiawi
dan 55 menit untuk terbentuknya selai. Kadar maupun organoleptik. Namun secara individu,
air selai yang tinggi adalah cerminan mutu selai kadar pektin berpengaruh terhadap rendemen,
yang rendah. Waktu prosesing selai yang lama PTT, kadar air dan kadar vitamin C, namun tidak
juga menguntungkan karena selain pemborosan berpengaruh terhadap nilai organoleptik selai.
waktu, juga pemborosan bahan bakar. Waktu pemberian pektin juga tidak berpengaruh
Dari uji organoleptik (Tabel 6), terlihat terhadap indikator mutu jam secara kimiawi
ada interaksi yang nyata terhadap warna dan maupun organoleptik.
penampakan selai. Pemakaian gula sebanyak Terlihat bahwa makin tinggi kadar pektin yang
55% pada awal prosesing menghasilkan selai ditambahkan, makin tinggi rendemen selai tetapi
dengan warna dengan skor terendah. Ini berarti juga makin tinggi kadar airnya. Hal ini terjadi
bahwa perlakuan tersebut terburuk dalam warna karena makin banyak pektin dalam adonan maka
selai. Dari segi penampakan yang terbaik adalah makin banyak pula air yang diikat oleh pektin saat
penambahan 75% gula pada awal prosesing dan membentuk gel, sehingga rendemen dan kadar air
untuk warna, rasa serta kesukaan yang terbaik selai yang terbentuk makin banyak pula. Namun
adalah pemakaian gula kadar 65% ditambahkan apakah kualitas organoleptiknya juga semakin
saat 20% air sudah diuapkan. Dengan demikian meningkat dengan penambahan pektin yang
perlakuan tersebut adalah yang terbaik. banyak? Data tentang hal tersebut ditampilkan
Pengaruh kadar dan waktu pemberian pektin pada Tabel 8.
terhadap rendemen dan mutu selai Tabel 8 menunjukkan bahwa makin tinggi
Peranan pektin dalam pembuatan selai adalah kadar pektin yang ditambahkan makin rendah
Tabel 5. Pengaruh kadar dan teknik penambahan gula terhadap rendemen dan mutu selai
nenas (Effect of sugar concentration and the time of adding to rendemen and quality of pineapple


Sabari et al.: Tingkat kematangan panen buah nenas
sampit untuk konsumsi segar dan jam

Tabel 6. Pengaruh kadar dan saat penambahan gula terhadap mutu organoleptik selai (Effect of sugar
concentration and the time of adding on organoleptically jam quality)

Tabel 7. Pengaruh kadar dan saat pemberian pektin terhadap rendemen dan mutu kimiawi jam (Effect
of pectin concentration and the time of adding to rendemen and quality of jam)

skor rasa, konsistensi, kesukaan dan warna. Data jam, maka waktu menjadi jam lama dan warnanya
ini mengungkapkan bahwa makin rendah nilai menjadi gelap, karena karamelisasi dari gula yang
organoleptik parameter tersebut makin rendah ada. Warna selai yang gelap mencerminkan mutu
mutunya. Sampai dengan kadar pektin 1%, kuali- selai yang rendah.
tas selai yang dihasilkan masih berkualitas bagus.
Bila kadar pektin dinaikkan lagi maka konsistensi
selai menjadi rapuh karena menjadi keras dan KESIMPULAN
hilang daya olesnya. Warna menjadi gelap dan
tidak disukai panelis. 1. Tingkat kematangan nenas Sampit yang
cocok untuk konsumsi segar dapat dipanen
Dari waktu penambahan pektin, ternyata dari
mulai tingkat kematangan >breaker-25%
rasa, warna, konsistensi dan kesukaan panelis, ter-
matang, dengan rendemen daging buah
lihat bahwa pemberian pektin saat 20% air sudah
69,92% dan nisbah PTT/asam 18,9. Buah
diuapkan menghasilkan selai nenas yang terbaik.
segar tahan simpan selama 4 hari pada kondisi
Bila pektin dicampurkan pada awal prosesing
kamar dan 6 hari pada suhu 15oC.


J. Hort. Vol. 16 No. 2, 2006

Table 8. Pengaruh kadar dan saat pemberian pektin terhadap mutu jorganoleptik jam (Effect of pectin
levels and the time of application on organoleptically jam quality)

2. Untuk pembuatan selai nenas, buah dapat Penilaian mutu buah nenas komersial di Jawa Tengah. J.
dipanen pada kematangan >breaker-25% Hort. 3(2):37-42.
matang. Saat dibuat jam dengan penamba- 4. Hadiati, S., S. Purnomo, Y. Meldia, I. Sukmayadi, dan
han 65% gula dan 2% asam sitrat, hasil selai Kartono. Karakterisasi dan evaluasi beberapa aksesi
nenas. J. Hort. 3(2):37-42.
mempunyai rendemen 67,30% dan berkuali-
5. Hasan, M. 1979. Pengaruh penyimpanan terhadap mutu
tas baik dengan warna dan rasa yang disukai buah nenas. Bul. Penel. Hort. VII(9):19-26.
masing-masing dengan nilai 3,37 dan 3,95.
6. Hasan, A., R.H. Aan, and Z.M. Zain. 1985. Effect of modi-
3. Pemasakan selai dapat dipercepat dengan pen- fied atmosphere on blackheart development and ascorbic
campuran gula dan pectin pada saat 20% air acid content in Mauritus pineapple (Ananas comosus cv.
Mauritus) during storage at low temperature . ASEAN
adonan telah diuapkan. Rendemen selai dapat Food J. 1(1):15-18.
ditingkatkan dengan penambahan pektin se-
7. Meyer, L.H. 1971. Food Chemistry. Reinhold Publishing
banyak 0,5%. Bubur nenas dalam wadah dari Co. New York. p. 93.
kantong plastik PE atau gelas, tahan simpan 8. Muhidin, D. 1980. Mengenal jelly dan cara pembuatanya.
selama 30 hari pada suhu 15oC. Hort. 10:272-275.
9. Paull, R.E. and K. Rohrbach. 1985. Symptom develop-
ment of chilling injury in pineapple fruit. J. Amer. Soc.
UCAPAN TERIMA KASIH Hort. Sci. 110(1):100-105.
10. Pracaya. 1982. Bertanam Nenas. Penerbit P.T. Penebar
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Swadaya. Jakarta.
Bapak DR.Ir. H. Achmad Soedarsan, Direktur 11. Rodriquez, R., B.L.Raina, Er.B. Pantastico, and M.B.
Utama P.T. Bisma Dharma Kencana, Jakarta, Bhatti. 1975. Quality of Raw Material for Processing in
atas semua penyediaan biaya dan fasilitas untuk Er.B. Pantastico (Ed.) Postharvest Physiology, Handling
and Utilization of Tropical and Subtropical Fruits and
pelaksanaan penelitian ini.
Vegetables. The AVI Pusblishing Company, Inc. Westport,
Connecticut. P. 491-492.

PUSTAKA 12. Roosmani, A.B. 1980. Pembuatan cuka buah (vinegar)


nanas. Bul. Penel. Hort. VIII(11):43-48.
1. Daryono dan Sabari. 1986. Cara praktis penentuan saat 13. Sabari, S.D. 1980. Penentuan waktu pemetikan buah
panen buah manggis dan sifat-sifatnya selama penyim- manggis. Bull. Penel. Hort. VIII(5):11-18.
panan. Bull. Penel. Hort. Edisi Khusus. XIV(2):9-16. 14. Sabari, S.D. dan Supriyadi. 1989. Kualitas buah jambu
2. Desrosier, N.W. and J.N. Desrosier. 1978. The Technol- air jenis merah-hijau pada berbagai tingkat kematangan
ogy of Food Preservation. AVI Publishing Co. Westport, dibandingkan dengan beberapa jenis lainnya. Penel. Hort.
Connecticut. USA. p. 259-264. 3(3):46-52.
3. Dondy, ASB, Wisnu-Broto, dan M. Soedibyo. 1992. 15. Sabari, S.D., A. Dwiwijaya, A.M. Simanjuntak, dan E.S.
Tarigan. 1992. Studi pertumbuhan fisik di pohon, indeks


Sabari et al.: Tingkat kematangan panen buah nenas
sampit untuk konsumsi segar dan jam

pemanenan, dan penyimpanan buah markisa asam. Penel. 22. Suyanti, Roosmani, dan Dewi-Sasstra. 1999. Karakteri-
Hort. 5(1):105-112. sasi mutu buah manggis. J. Hort. 8(4):1284-1292.
16. Soedibyo, M. 1977. Percobaan pendahuluan pengaruh 23. Suyanti dan Sajaifullah. 1999. Pengaruh tingkat ketuaan
borax terhadap daya tahan simpan buah nanas (Ananas terhadap mutu buah papaya cv. Bangkok selama peny-
comosus Cayenne Lisse). Hort. 3:67-69. impanan suhu ruang dan suhu 15oC. Bull. Pascapanen
17. Soedibyo, M. 1992. Pengaruh umur petik buah nenas Hort. 1(4):13-20.
Subang (Ananas comosus Merr) terhadap mutu. J. Hort. 24. Wills, RBH, A. Hassan, and K.J. Scott. 1985. Effect of
3(3):17-25. storage time at low temperature on the development of
18. Sri Setyati, H., A. Munandar, B. Purwanto, A. Sinaga, blackheart in pineapple. Trop. Agric. Trinidad. 62(3):199-
A. Djibran, dan Zulkifli bin Usep. 1985. Produksi, mutu, 200.
dan perubahan mutu nenas dalam Prosiding Simposisum 25. Wisnu-Broto, Dwi-Amiarsi, Sunarmani, dan S. Santausa.
Pengembangan Hortikultura di Indonesia. Jakarta, 14-16 1996. Teknik pengemasan buah nenas dalam kemasan
Desember 1985. Penyunting Syaifullah, H. Soetarno, A.P. karton untuk mempertahankan mutu segarnya. J. Hort.
Tjiptono, JJD Siswoputranto, Roosmani, A.B., dan L. 6(3):287-302.
Hutagalung. Perhimpunan Hortikultura Indonesia. Hlm.
136-148.
19. Sunarmani, Setyadjit, Dondy, ASB, Sanuki, dan Magy,
T. 1993. Pemanfaatan limbah nenas untuk produksi gula
cair dan enzim selulase. J. Hort. 3(3):17-25.
20. Suyanti. 1990. Karakteristik fisik dan kimia buah nenas
kultivar Palembang, Kediri, Subang, dan Bogor. Penel.
Hort. 4(1):108-112.
21. Suyanti dan Sabari, S.D. 1991. Pengaruh pengenceran sari
buah, penambahan gula, asam, sitrat, tingkat kematangan
dan bahan penstabil terhadap mutu sari buah nenas. Hort.
30:18-22.

Anda mungkin juga menyukai