Anda di halaman 1dari 18

1

STUDI FAKTOR UMUR PANEN DAN PEMERAMAN BUAH PISANG TERHADAP BEBERAPA PARAMETER SIFAT FISIKANYA Santosa1, Azrifirwan1, dan D. Deswita2 ABSTRACT This research conducted with experiment method, by 4 treatments that is 3 used carbide doses ( 1000 ppm, 2000 ppm, 3000 ppm) and 0 ppm as control ( without carbide) by 3 restating with 3 stages age of harvest. Perception taken to banana physical denaturing include sphericity, fruit density, hardness, yielded husk colour, and organoleptic test i.e. flavour, deliciousness, and hardness by masaged. From research result got the kepok bananas sphericity value range from 0.453 up to 0.467 and for raja sereh bananas sphericity range from 0.386 up to 0.394. Banana density on before ripening until 3th day after ripening for kepok banana range from 0.8824 up to 0.9988 and for raja sereh banana range from 0.8778 up to 0.9967. The value of banana density on before ripening until 3th day after ripening is smaller then value of waters density ( 1 kg/l). The value of kepok bananas hardness from third old age harvested before and after ripening is decrease from 39.1 until 4.6 Pascal. The value of raja sereh bananas hardness is decrease from 28,0 until 2.8 Pascal. The best of flavour and delicious for kepok banana and raja sereh banana
became of the age harvest full of carbide dose 2000 ppm.

Kata Kunci : Buah Pisang, Umur Panen, Pemeraman, Sifat Fisika

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pisang (Musa paradisiaca L.) yang merupakan komoditas asli Indonesia dapat dijadikan salah satu produk andalan hortikultura yang diharapkan dapat bersaing di pasar bebas. Lahan yang diusahakan untuk perkembangan pisang cukup luas tersebar di berbagai wilayah nusantara, mencapai 33,3 juta hektar yang terdiri dari lahan pekarangan 4,9 juta hektar, sawah 8,5 juta hektar, ladang 3,2 juta hektar, dan tegalan

Staf Pengajar Program Studi Teknik Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang 2 Alumni Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang

16,7 juta hektar (Purnomo, 1996). Tanaman pisang diprioritaskan karena merupakan salah satu produk penting yang memiliki nilai gizi yang tinggi, baik sebagai bahan baku dalam industri makanan (olahan) maupun makanan sebagai produk yang dikonsumsi dalam bentuk segar (buah meja) yang berpotensi untuk diekspor (Suprayitna, 1996). Buah pisang adalah bagus sebagai buah komersil. Menurut Nazaruddin dan Muchlisah (1994), buah komersil adalah buah yang sangat digemari dan mempunyai daya tarik tersendiri bagi konsumen. Buah tersebut mempunyai rasa enak dan berpenampilan menarik sehingga memiliki daya jual yang tinggi dan dapat menguntungkan bagi petani. Dari beberapa survai penulis pada beberapa petani diketahui bahwa ada beberapa waktu panen pisang yang diterapkan oleh petani. Pisang ada yang dipanen pada tingkat ketuaan penuh, dan ada yang belum tua. Petani maupun pedagang pisang pada umumnya sudah menggunakan gas asetilen yang berasal dari karbit untuk mempercepat proses pemasakan buah pisang. Jumlah karbit yang digunakan oleh masing-masing petani atau pedagang pisang berbeda satu sama lain, seperti di Pasar Pariaman untuk memeram 5 tandan pisang ada yang menggunakan karbit 100 gram, 200 gram, dan ada yang tidak ditimbang, hanya menggunakan beberapa bongkahan karbit saja. Gas asetilen yang berasal dari karbit di samping mempercepat proses pemasakan pisang, juga dapat memperbaiki atau merubah warna kulit pisang, sehingga pisang yang diperam dengan menggunakan karbit menghasilkan warna yang

relatif baik dibandingkan dengan pisang yang diperam tanpa karbit. Konsumen buah pisang cenderung memilih warna buah pisang yang relatif baik. Pisang raja sereh adalah varietas pisang yang biasanya dikonsumsi langsung dalam keadaan segar atau sebagai buah meja, sedangkan pisang kepok biasanya dikonsumsi dalam bentuk olahan. B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan dari Penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui perubahan sifat fisik buah pisang dengan umur panen dan varietas yang berbeda setelah pemeraman, dan (2) untuk mengetahui pengaruh dosis karbit di dalam pemeraman buah pisang dengan varietas dan umur panen yang berbeda. Adapun kegunaan dari penelitian ini yaitu dapat memperbaiki sifat fisik dari buah pisang setelah dilakukan pemeraman dan dapat meningkatkan penghasilan dan pendapatan masyarakat petani pisang.

METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Program Studi Teknik Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Andalas mulai dari bulan Juni sampai Juli 2005. B. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah pisang dengan 2 varietas (pisang raja sereh dan pisang kepok), karbit (CaC2), serta bahan lainnya yang mendukung.

Alat-alat yang digunakan adalah kardus, karung plastik, tali, pisau, jangka sorong, timbangan, force get, serta alat-alat lainnya yang mendukung. C. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimen ,dengan 4 perlakuan yaitu 3 dosis karbit yang digunakan (1000 ppm, 2000 ppm, 3000 ppm) dan 0 ppm sebagai kontrol (tanpa karbit) dengan 3 ulangan, dengan tiga tingkat umur panen, yang ditentukan secara visual yaitu melihat tingkat ketuaan dengan memperkirakan umur panen, yaitu berturut-turut 20 hari menjelang tua penuh, 10 hari menjelang tua penuh, dan pada tingkat tua penuh. Sampel buah pisang dalam satu tandan diambil pada sisir pertama dan kedua dari pangkal buah. Unit penelitian pemeraman yang dipakai di dalam penelitian ini adalah tiga sisir pisang dalam satu umur panen. Karbit yang dipakai untuk pemeraman adalah berturut-turut dengan dosis: 0 ppm sebagai kontrol (tanpa karbit), 1000 ppm, 2000 ppm, dan 3000 ppm, dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Buah pisang yang sudah siap panen pada umur panen yang telah ditentukan adalah dalam bentuk sisiran untuk dilakukannya pemeraman. (2) Sisiran buah pisang dibungkus menggunakan karung plastik. Pada tengah sisir tersebut ditaruh karbit sesuai dosis yang ditentukan dan untuk pemeraman pisang tanpa menggunakan karbit pisang disusun di dalam kardus yang di dalamnya dilapisi dengan karung plastik, setelah itu kardus ditutup. (3) Pemeraman dilakukan selama 2 hari.(4) Setelah dilakukannya pemeraman di dalam kardus, kemudian kardus dibuka, dan buah pisang dikeluarkan dari tempat pemeraman. Setelah itu, buah pisang diangin-anginkan.

D. Pengamatan Pengamatan dilakukan terhadap sifat fisik meliputi ukuran, densitas, kekerasan, dan warna kulit yang dihasilkan, sedangkan untuk mengetahui tingkat perbedaan aroma, rasa, dan kekerasan dilakukan uji organoleptik . Pengamatan ini dilakukan pada hari ke - 1 sebelum pemeraman, hari ke -1, ke - 2, dan ke - 3 setelah pemeraman. Untuk uji rasa ,aroma, dan uji kekerasan dengan cara dipijit (kualitatif), yang dilakukan pada hari terakhir pengamatan. 1. Sifat Fisika a. Ukuran Ukuran buah ditunjukkan dari nilai geometric mean diameter, sedangkan bentuk buah ditujukkan dari nilai kebulatan (sphericity). Untuk mencari nilai

geometric mean diameter dan sphericity digunakan persamaan: GMD dengan : GMD = ( MID x MOD x MAD)1/3 . (1) = geometric mean diameter (mm), MID = garis tengah pendek

(mm), MOD = garis tengah menengah (mm), dan MAD = garis tengah panjang (mm) Sphericity = GMD MAD .. (2)

b. Berat Jenis atau Densitas Untuk menentukan densitas atau berat jenis dapat dicari dari perbandingan antara berat buah yang telah diukur kebulatannya (sphericity) dengan volume dari buah tersebut dengan menggunakan persamaan:

b =

Berat A = x a...(3) Volume (C B )

dengan : A

= berat buah di udara (kg), B= berat mangkuk + air (kg),C =

berat

mangkuk + air + buah (kg), a = densitas air (1 kg/l), dan b = densitas buah (kg/l). c. Kekerasan Pengukuran kekerasan buah secara kuantitatif dengan menggunakan alat force get. Satuan kekerasan buah dinyatakan dalam pascal. d. Warna Kulit Pisang yang Dihasilkan Membandingkan warna pisang yang akan diuji terhadap warna pisang yang dihasilkan dengan beberapa dosis yang diberikan. Penilaian dilakukan berdasarkan deskripsi tingkat kematangan pisang menurut Sjaifullah (1996), dapat dilihat pada Tabel 1 dan untuk melihat perbedaan warna kulit pisang pada berbagai tingkat kematangan dapat dilihat pada Gambar 1 yang merupakan penilaian secara visual. Tabel 1. Deskripsi Tingkat Kematangan Buah Pisang No 1 2 3 4 5 6 7 8 Hijau Hijau kekuningan Hijau lebih banyak kuning Kuning lebih banyak dari pada hijau Kuning dengan ujung berwarna hijau Kuning penuh Kuning penuh dengan bercak coklat Kuning dengan bercak coklat yang lebih luas buah lunak aroma sangat kuat. Warna Kulit Kriteria Keras belum matang Mulai terjadi pematangan Terjadi pematangan Terjadi pematangan Terjadi pematangan Matang penuh Matang penuh dengan aroma yang kuat Lewat matang daging

Sumber : Sjaifullah, 1996

Gambar 1.

Penilaian secara Visual Perbedaan Warna Kulit pada Berbagai Tingkat Kematangan

2. Uji Organoleptik Pada pengamatan uji organoleptik akan dilakukan uji aroma, rasa, dan kekerasan. Proses analisis aroma dan rasa secara organoleptik adalah sebagai berikut uji rasa dan aroma ini dilakukan dengan cara menyediakan air yang telah dimasak untuk mencuci dan menetralkan mulut agar dapat mengukur perbedaan rasa, sehingga diketahui perbedaan rasa manis dari buah pisang yang diambil pada 3 umur panen. Angka-angka pengujian dicantumkan pada formulir uji rasa dan aroma, untuk uji kekerasan dengan cara dipijit. Untuk nilai aroma diberi skor dan kriteria 4 (sangat harum), 3 (harum), 2 (kurang harum), dan 1 (tidak harum). Dan untuk nilai rasa skor dan kriterianya yaitu 4 (sangat manis), 3 (manis), 2 (kurang manis), 1 (tidak manis). Jumlah panelis yang dipakai yaitu 15 orang.

Pengukuran kekerasan buah secara kualitatif dilakukan dengan cara pemijitan dengan jari tangan. Skor nilai 1, 2, dan 3 diberikan berturut-turut untuk kondisi lunak, agak keras, dan keras.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Fisik Hasil pengukuran sifat fisik buah pisang sebelum pemeraman disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rekapitulasi Pisang sebelum Pemeraman
Pisang Kepok Parameter Panen 20 hari Menjelang Tua Penuh 0,453 0,9954 34,4 Hijau Panen 10 Hari Menjelang Tua Penuh 0,464 0,9988 39,1 hijau Panen Tua Penuh 0,467 0,9870 24,6 hijau Pisang Raja Sereh Panen 20 hari Menjelang Tua Penuh 0,386 0,9885 25,1 Hijau Panen 10 Hari Menjelang Tua Penuh 0,392 0,9967 28,0 hijau Panen Tua Penuh 0,394 0,9967 23,6 hijau

Kebulatan Densitas Buah (kg/l) Kekerasan (Pa) Warna Kulit

Dari Tabel 2 tersebut tampak bahwa kebulatan (sphericity) buah pisang yang paling tertinggi adalah pisang kepok untuk semua umur panen dibandingkan dengan pisang raja sereh. Nilai sphericity pisang kepok yang tertinggi adalah 0,467 pada umur panen tua penuh dan yang terendah adalah 0,453 pada umur panen 20 hari menjelang tua penuh. Dan untuk pisang raja sereh nilai sphericity yang tertinggi adalah 0,394 pada panen tua penuh dan yang terendah adalah 0,386 pada umur panen 20 hari menjelang tua penuh. Data ini memperlihatkan bahwa semakin cepat waktu pemanenan buah pisang maka nilai sphericity buah makin rendah. Benda yang bulat sempurna memiliki sphericity sama dengan 1.

Berdasarkan dari Tabel 2 tersebut, nilai densitas buah pisang sebelum pemeraman tertinggi pada pisang kepok terdapat pada panen 10 hari menjelang tua penuh dengan nilai 0,9988 (kg/l), dan nilai densitas terendah terdapat pada panen tua penuh yaitu 0,9870 (kg/l). Dan untuk pisang raja sereh nilai densitas tertinggi terdapat pada panen tua penuh dan 10 hari menjelang tua penuh dengan nilai densitasnya 0,9967 (kg/l), sedangkan nilai terendahnya terdapat pada panen 20 hari menjelang tua penuh dengan nilai densitas 0,9885 (kg/l). Pada Tabel 2 ditunjukkan bahwa nilai kekerasan pisang kepok lebih tinggi daripada pisang raja sereh untuk setiap umur panen. Untuk kedua jenis varietas pisang ini nilai kekerasan yang tertinggi terdapat pada umur panen 10 hari menjelang tua penuh. Untuk pisang kepok nilai kekerasan tertingginya adalah 39,1 Pa dan pisang raja sereh nilai kekerasan tertingginya adalah 28,0 Pa. Pantastico (1986) mengatakan bahwa komposisi jaringan buah turut menentukan kekerasan buah. Perbedaan kekerasan dapat dianggap sebagai variasi dari kandungan pati, pektin dan kalsium dari masing-masing varietas, lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.

10

45 40 35 30 25 20 1 5 1 0 5 0 P anen 20 Hari M enjelang Tua P enuh P anen 1 Hari M enjelang 0 Tua P enuh P anen Tua P enuh

Nilai Kekerasan (Pa)

Um ur Panen
P isang Kepok P isang Raja Sereh

Gambar 2. Nilai Rata - Rata Kekerasan Buah Pisang sebelum Pemeraman Sedangkan alat uji kekerasan buah pisang diperlihatkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Pengukuran Kekerasan Buah Pada hari sebelum dilakukannya pemeraman warna kulit pisang untuk kedua jenis varietas dan semua umr panen masih berwarna hijau. Pada hari pertama setelah pemeraman untuk perlakuan dosis karbit 0 ppm warna yang dihasilkan untuk pisang

11

raja sereh untuk semua umur panen masih berwarna hijau masih tapi berbeda dengan pisang kepok sudah ada terjadi perubahan warna yaitu warna kuning lebih banyak daripada hijau. Pada dosis karbit 1000 ppm, 2000 ppm dan 3000 ppm warna pisang yang dihasilkan untuk raja sereh dan kepok pada umumnya sudah berwarna kuning lebih banyak dari pada hijau. Pada hari kedua setelah pemeraman untuk perlakuan dosis karbit 0 ppm pada pisang kepok untuk semua umur panen sudah berwarna kuning lebih banyak daripada hijau tapi untuk pisang raja sereh dengan semua umur panen ada yang sudah kuning lebih banyak daripada hijau, hijau lebih banyak daripada kuning dan ada yang masih hijau sama sekali. Untuk perlakuan dosis karbit 1000 ppm warna pisang kepok sudah berwarna kuning penuh semua dan pisang raja sereh untuk semua umur panen sudah berwarna kuning tapi masih ada hijau. Untuk perlakuan dosis karbit 2000 ppm warna yang dihasilkan untuk kedua jenis varietas dengan ketiga umur panen sudah kuning penuh. Dan untuk perlakuan dosis karbit 3000 ppm warna yang dihasilkan pada pisang kepok pada semua umur panen sudah kuning penuh, tapi pada pisang raja sereh untuk semua umur panen warna yang dihasilkan warna kuning yang masih ada sedikit hijau. Pada hari ketiga setelah pemeraman untuk perlakuan dosis karbit 0 ppm pada pisang kepok untuk semua umur panen warna yang dihasilkan sudah berwarna kuning dengan sedikit hijau, tapi untuk pisang raja sereh dengan semua umur panen ada yang sudah kuning penuh, hijau lebih banyak daripada kuning dan ada yang masih hijau sama sekali. Dan untuk perlakuan dosis karbit 1000 ppm, 2000 ppm dan 3000 ppm baik pisang kepok maupun raja sereh untuk semua umur panen warna yang dihasilkan sudah kuning dengan bercak-bercak coklat dengan kata lain sudah matang penuh.

12

Perbedaan komposisi kimia yang dikandung pisang (terutama karbohidrat, air dan mineral) turut menentukan perubahan warna kulit, sehingga pada pisang yang telah masak terjadi perbedaan warna untuk setiap varietas pisang. Pisang yang diperlakukan dengan karbit lebih cepat masak daripada pisang yang diperlakukan tanpa karbit. Pisang yang diberi karbit menghasilkan warna kulit buah yang seragam sedangkan pada kontrol (tanpa karbit) warna kulit buah dihasilkan tidak seragam. Untuk warna pisang sebelum pemeraman dapat dilihat pada Gambar 4, sedangkan hari ketiga setelah pemeraman dapat dilihat pada Gambar 5.

Pisang Raja Sereh

Pisang Kepok

Gambar 4. Pisang sebelum Dilakukan Pemeraman Data sifat fisik buah pisang setelah dilakukan pemeraman selama tiga hari, disajikan pada Tabel 3 dan 4.

13

0 ppm

1000 ppm

2000 ppm 3000 ppm Gambar 5. Pisang dengan Perlakuan Dosis Karbit 0, 1000, 2000, dan 3000 ppm pada Hari ketiga setelah Pemeraman Tabel 3. Rekapitulasi Data Sifat Fisik Pisang Raja Sereh Hari ke- 3 setelah Pemeraman
Panen 20 Hari Menjelang Tua Penuh Paremeter Densitas Buah (kg/l) Kekerasan (Pa) Warna Kulit 0 ppm 0,9951 11,6 Warna tidak seragam 1000 ppm 0,9897 8,9 Kuning bercak coklat 2000 ppm 0,9945 3,4 Kuning bercak coklat 3000 ppm 0,9755 7,4 Kuning bercak coklat Panen 10 hari Menjelang Tua Penuh 0 ppm 0,9782 12,2 Warna tidak seragam 1000 ppm 0,9898 9,1 Kuning bercak coklat 2000 ppm 0,9614 3,9 Kuning bercak coklat 3000 ppm 0,9889 9,0 Kuning bercak coklat

14

Panen Tua Penuh Paremeter Densitas Buah (kg/l) Kekerasan (Pa) Warna Kulit 0 ppm 0,9759 9,3 Warna tidak seragam 1000 ppm 0,9940 7,6 Kuning bercak coklat 2000 ppm 0,9878 2,8 Kuning bercak coklat 3000 ppm 0,8377 7,4 Kuning bercak coklat

Tabel 4. Rekapitulasi Data Sifat Fisik Pisang Kepok Hari ke-3 setelah Pemeraman
Panen 20 Hari Menjelang Tua Penuh Paremeter Densitas Buah (kg/l) Kekerasan (Pa) Warna Kulit 0 ppm 0,9947 14,8 Kuning sedikit hijau 1000 ppm 0,9701 14,4 Kuning bercak coklat 2000 ppm 0,9727 4,6 Kuning bercak coklat 3000 ppm 0,9897 6,3 Kuning bercak coklat Panen 10 hari Menjelang Tua Penuh 0 ppm 0,9640 15,0 Kuning bercak coklat 1000 ppm 0,9877 14,8 Kuning bercak coklat 2000 ppm 0,9766 6,2 Kuning bercak coklat 3000 ppm 0,9882 4,6 Kuning bercak coklat

Panen Tua Penuh Paremeter Densitas Buah (kg/l) Kekerasan (Pa) Warna Kulit 0 ppm 0,9837 10,8 Kuning bercak coklat 1000 ppm 0,9563 9,9 Kuning bercak coklat 2000 ppm 0,9861 4,6 Kuning bercak coklat 3000 ppm 0,9763 5,9 Kuning bercak coklat

Dari hasil pengamatan buah pisang kepok dan pisang raja sereh pada hari ketiga setelah pemeraman ditunjukkan bahwa pada berbagai tingkat umur petik yaitu 20 hari menjelang tua penuh, 10 hari menjelang tua penuh, dan saat tua penuh, dengan kenaikan dosis karbit dari 0 ppm menjadi 2000 ppm maka akan menurunkan nilai kekerasan buah. Untuk buah pisang kepok, pada 20 hari menjelang tua penuh, 10 hari menjelang tua penuh, dan saat tua penuh terjadi penurunan kekerasan buah berturutturut dari 14,8 Pa menjadi 4,6 Pa, 15,0 Pa menjadi 6,2 Pa, dan 10,8 Pa menjadi 4,6 Pa.

15

Untuk buah pisang raja sereh, pada 20 hari menjelang tua penuh, 10 hari menjelang tua penuh, dan saat tua penuh terjadi penurunan kekerasan buah berturut-turut dari 11,6 Pa menjadi 3,4 Pa, 12,2 Pa menjadi 3,9 Pa, dan 9,3 Pa menjadi 2,8 Pa. B. Uji Organoleptik Hasil pengujian organoleptik setelah pemeraman selama tiga hari adalah seperti yang terlihat pada Tabel 5 dan 6. Tabel 5. Rekapitulasi Data Hasil Uji Organoleptik Pisang Raja Sereh Hari ke- 3 setelah Pemeraman
Panen 20 Hari Menjelang Tua Penuh Paremeter 0 ppm 2,2 2,3 1,8 1000 ppm 2,7 2,9 1,5 2000 ppm 2,9 2,9 1,5 3000 ppm 2,9 2,9 1,5 Panen 10 hari Menjelang Tua Penuh 0 ppm 2,7 2,6 2,5 1000 ppm 2,8 2,9 1,5 2000 ppm 3,1 3,0 1,4 3000 ppm 2,9 3,0 1,5

Uji Aroma Uji Rasa Uji Kekerasan

Panen Tua Penuh Paremeter Uji Aroma Uji Rasa Uji Kekerasan 2,8 2,8 2,0 0 ppm 3,1 3,1 1,3 1000 ppm 3,2 3,1 1,2 2000 ppm 3000 ppm 3,1 3,0 1,4

Tabel 6. Rekapitulasi Data Hasil Uji Organoleptik Pisang Kepok Hari ke-3 setelah pemeraman
Panen 20 Hari Menjelang Tua Penuh Paremeter 0 ppm 2,9 2,7 1,6 1000 ppm 2,9 2,9 1,5 2000 ppm 3,1 2,9 1,3 3000 ppm 2,9 2,9 1,4 Panen 10 hari Menjelang Tua Penuh 0 ppm 3,0 2,9 1,7 1000 ppm 3,1 2,9 1,6 2000 ppm 3,3 3,1 1,4 3000 ppm 3,1 2,9 1,5

Uji Aroma Uji Rasa Uji Kekerasan

16

Panen Tua Penuh Paremeter Uji Aroma Uji Rasa Uji Kekerasan 3,1 2,9 1,7 0 ppm 3,2 3,1 1,4 1000 ppm 3,3 3,2 1,2 2000 ppm 3000 ppm 3,2 2,9 1,5

Aroma buah pisang kepok pada hari ketiga pemeraman diperoleh hasil bahwa aroma tertinggi terjadi pada dosis karbit 2000 ppm dengan skor 3,3. Skor tersebut dicapai pada sampel buah yang dipanen 10 hari menjelang tua penuh dan saat tua penuh. Sedangkan pada umur petik 20 hari menjelang tua penuh, diperoleh skor tertinggi sebesar 3,1. Untuk pisang raja sereh, aroma tertinggi dicapai pada dosis karbit 2000 ppm yaitu sebesar 3,1. Skor tersebut terjadi pada sampel pisang yang dipanen 10 hari menjelang tua penuh. Untuk sampel pisang yang dipanen pada tua penuh, diperoleh skor tertinggi sebesar 3,2. Hasil pengukuran kekerasan buah berdasarkan pemijatan dengan tangan, diperoleh pola yang sama seperti pada uji kekerasan dengan menggunakan alat force get yaitu dengan peningkatan dosis karbit dari 0 ppm hingga 2000 ppm maka akan menyebabkan terjadinya penurunan tingkat kekerasan buah pisang. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kebulatan pisang kepok berkisar antara 0,453 sampai dengan 0,467 dan untuk pisang raja sereh berkisar antara 0,386 sampai dengan 0,394.

17

2. Densitas buah pisang pada hari sebelum pemeraman sampai hari ke- 3 setelah pemeraman untuk pisang kepok dan raja sereh densitas air (1 kg/l). 3. Terjadi kenaikan densitas buah pisang dari umur petik 20 hari menjelang tua penuh ke 10 hari menjelang tua penuh. 4. Nilai kekerasan buah dari saat pemanenan hingga pemeraman mengalami penurunan. 5. Dari hasil penelitian warna kulit pisang yang dihasilkan dari ketiga umur panen dan semua dosis karbit kecuali (kontrol) berwarna seragam menarik. 6. Aroma buah pisang tertinggi pada pemakaian dosis karbit 2000 ppm. B. Saran a. Untuk pemasaran pisang antar kota (jarak jauh) sebaiknya melakukan pemanenan buah pisang pada panen 10 hari menjelang tua penuh, tetapi untuk jarak dekat (lokal) sebaiknya dipanen pada umur panen tua penuh. b. Agar diperoleh aroma dan rasa buah pisang yang lebih dengan nilai kekerasan yang lebih rendah, maka harum / nikmat, dan nilainya kecil dari nilai

sebaiknya dilakukan

pemeraman buah pisang dengan menggunakan dosis karbit 2000 ppm. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan . 1994. Penuntun Budidaya BuahBuahan (Pisang). Jakarta. Nazaruddin dan Muchlisah. 1994. Buah Komersil. Penebar Swadaya. Jakarta. Purnomo, S. 1996. Komoditas Pisang. Balai Penelitian tanaman Buah. Solok.

18

Pantastico. 1986. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah Buahan dan Sayur Sayuran Tropika dan Subtropika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Sjaifullah. 1996. Petunjuk Memilih Buah Segar. Penebar Swadaya. Jakarta. Suprayitna. 1996. Bertanam Buah Buahan Unggul. CV. Aneka Solo. Wills, L. G., Mc. Glasson, and Hall. 1981. Postharvest. New South Wales University Press Limited. Winarno, F.G dan Aman. Fisiologi Lepas Panen. Sastra Hudaya. IPB.Bogor. Catatan : Makalah ini telah dimuat pada jurnal : Santosa, Azrifirwan, dan D. Deswita. 2006. Studi Faktor Umur Panen dan Pemeraman Buah Pisang terhadap Beberapa Parameter Sifat Fisikanya. Jurnal Penelitian LUMBUNG, Vol. 5, No. 2, Juli 2006 : 643 655.

Anda mungkin juga menyukai