Studi awal di provinsi Bengkulu menunjukkan bahwa mayoritas hasil panen kopi
rakyat tidak semua menghasilkan buah kopi matang berwarna merah akan tetapi juga
menghasilkan buah kopi mentah dengan warna hijau, buah kopi mengkal dengan warna
kuning dan buah kopi terlalu matang yang berwarna hitam dengan berbagai komposisi.
Cara panen yang tidak memperhatikan kualitas seperti sudah dilakukan secara turun
menurun dan sulit untuk diperbaiki karena berbagai alasan, yaitu : 1) Kebun kopi rakyat
biasanya terletak diwilayah perbukitan dengan akses jalan yang jauh dan sulit dijangkau
sehingga kegiatan petani untuk pergi kekebun secara intens guna melakukan pemanenan
dianggap tidak efisien. 2) Pada musim panen, membiarkan buah hampir matang di pohon
terlalu beresiko tinggi terhadap pencurian, dan 3) Memetik buah yang matang saja atau
melakukan sortasi buah setelah panen tidak mendapat apresiasi peningkatan harga jual
dari kopi beras, hal ini dikarenakan mayoritas petani menjual kopi beras kepada
tengkulak atau pengepul (Yuwana dkk, 2014).
Menurut hasil penelitian (yudianto, 2013) dalam (Yuwana dkk, 2014) menunjukkan
bahwa hasil panen kopi rakyat di salah satu kabupaten di Provinsi Bengkulu yang
dilakukan petani tidak hanya menghasilkan buah kopi berwarna merah akan tetapi terdiri
dari buah merah dan hitam 47,21%, buah kuning 24,82% dan buah hijau 27,97%. Hal ini
yang di indikasikan menjadi penyebab rendahnya mutu kopi beras hasil perkebenunan
rakyat terutama di Provinsi Bengkulu. Masalah ini mungkin dapat diatasi apabila dapat
ditemukan cara sortasi buah kopi beras yang tidak dikehendaki misalnya kopi beras yang
berasal dari buah hijau dan seyogyanya juga yang berasal dari buah warna hitam.
Sifat fisik yang biasa diamati oleh banyak peneliti adalah dimensi biji (panjang, lebar
dan tebal), sferisitas, luasan frontal, porositas, koefisien friksi dan sudut repose. Dalam
hal ini peneliti ingin mengungkap sifat fisik dari kopi beras yang sudah disimpan selama
empat tahun, apakah terjadi perubahan yang signifikan sehingga bisa disesuaikan dengan
alat sortasi kopi yang dibuat nanti.
Penelitian pendahuluan yang melatar belakangi penelitian ini adalah tentang kajian
karakteristik fisik kopi beras dari berbagai warna kopi ceri (Yuwana dkk, 2014). Mereka
mendapatkan bahwa secara umum karakterisitik fisik kopi beras hasil proses pengolahan
basah adalah rata-rata memiliki panjang biji kopi beras = 10,80 – 11,47 mm, lebar = 7,38
– 7,69 mm, tebal = 4,64 – 4,95 mm, sferisitas = 0,658 – 0,669, luasan frontal = 62,94 –
69,51 mm2, berat 1000 biji = 211,01 – 249,21 gram, porositas = 0,498 – 0,542, kerapatan
massa = 737,78 – 785,93 kg/m3, kerapatan massa sejati = 1567,67 – 1611,80 kg/m3,
koefisien friksi statis 0,41 – 0,49, dan sudut repose = 24,30 – 29,69o.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan karakteristik fisik kopi beras hasil
perkebunan rakyat dengan tingkat kematangan panen berbeda dan sudah disimpan dalam
jangka waktu yang lama (disimpan sejak November 2014).
1. Bagaimana karakteritik fisik kopi beras robusta yang meliputi kadar air, dimensi biji
yaitu panjang, lebar dan tebal, sferisitas, luasan frontal, berat 1000 biji, porositas,
kerapatan massa, kerapatan massa sejati (true density), koefisien friksi statis,
kekerasan dan sudut repose biji kopi beras dari buah kopi dengan tingkat kematangan
yang berbeda dan sudah disimpan selama empat tahun?
2. Bagaimana perbedaan karakteristik fisik yang dimiliki oleh kopi beras dari buah kopi
dengan tingkat kematangan berbeda dan sudah disimpan selama empat tahun tersebut,
dibandingkan dengan biji kopi dari buah segar.
1. Menemukan karakteritik fisik kopi beras yang sudah disimpan selama empat tahun
(disimpan sejak november 2014).
2. Menemukan perbedaan karakteristik fisik yang dimiliki oleh kopi beras dari buah
kopi dengan tingkat kematangan berbeda dan sudah disimpan selama empat tahun.
3. Menemukan perbedaan karakteristik fisik yang dimiliki oleh kopi beras dari buah
kopi dengan tingkat kematangan berbeda dan sudah disimpan selama empat tahun
tersebut dengan biji kopi yang telah diukur karakteristik fisiknya empat tahun yang
lalu.
Penelitian ini akan merintis jalan pada ditemukannya sistem sortasi yang dapat
memisahkan kopi beras yang berasal dari buah matang (merah) dan berasal dari buah
yang lain untuk menghasilkan kopi beras yang berkualitas baik.
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari 2019 di Laboratorium Teknologi
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
3.2.1 Alat
Terdapat tiga alat bantu utama yang mendukung penelitian ini yaitu alat pengukur
porositas (dinamakan porosimeter) yang sekaligus dapat dipakai untuk menentukan kerapatan
massa dan kerapatan massa sejati (true density), alat pengukur sudut friksi untuk menentukan
koefisien friksi statis dan alat pengukur sudut repose, dan jangka sorong untuk mengukur
dimensi panjang, lebar dan tebal serta timbangan analitik, mangkuk alumunium dan oven.
3.2.2 Bahan
Beras kopi robusta yang sudah disimpan sejak bulan November 2014 (selama empat
tahun) dan berasal dari buah kopi hijau, kuning, merah dan hitam, sebelum disimpan beras
kopi sudah dipisahkan antara yang hijau, kuning, merah dan hitam serta sudah diberi label,
beras kopi juga telah dipisahkan berdasarkan ukuran yaitu besar, sedang dan kecil sesuai
dengan (SNI-01-2907-2008). Beras kopi robusta segar (data hasil pengukuran beras kopi
yang sudah dilakukan 4 tahun yang lalu, pengukuran dilakukan dengan cara dan metode yang
sama) sebagai pembanding.
3.3 Rancangan Penelitian
Biji kopi beras yang dijadikan bahan pengamatan yaitu beras kopi yang telah
disimpan sejak November 2014. Sebelum disimpan beras kopi sudah dipisahkan antara yang
merah, kuning, hijau dan hitam serta juga sudah dipisahkan menjadi tiga jenis ukuran yaitu
besar, sedang dan kecil. Beras kopi disimpan dengan menggunakan plastik dan diberi label
sesuai dengan asal warna buah, suhu tempat penyimpanan adalah suhu ruang. Jumlah beras
kopi yang disimpan masing-masing sebanyak 2 kg sehingga tersedia sebanyak 8 kg populasi
beras kopi, kemudian diambil sampel sebanyak masing-masing 200 gram untuk dilakukan
pengamatan sifat fisiknya. Masing-masing pengamatan dilakukan dengan 3x pengulangan.
Parameter Pengamatan yang akan diamati dalam penelitian ini adalah dimensi
(Panjang, Lebar dan Tebal), Sferisitas, Luasan Frontal, Berat 1000 biji, Porositas, Kerapatan
Massa, Kerapatan Massa Sejati, Kekerasan, Koefisien Friksi Statis dan Sudut Repose.
Timbang biji kopi sebanyak masing-masing 20 gram untuk setiap sampel kemudian
masukkan biji kopi kedalam mangkuk alumunium. Setelah itu letakkan mangkuk alumunium
yang telah berisi biji kopi dalam oven yang telah dipanaskan pada suhu 105 ºC ± 1 ºC.
Keringkan selama 16 jam ± 1 jam. Kemudian dinginkan sampai mencapai suhu ruang.
Kemudian timbang (SNI 01-2907-2008).
dengan :
Dimensi biji kopi beras yang akan diamati adalah panjang (mm), lebar (mm) dan tebal
(mm). Sampel berukuran 20 biji beras yang diambil secara acak untuk setiap kelompok
diukur dimensinya (panjang, lebar dan tebal) dengan menggunakan mikrometer (jangka
sorong) (Yuwana dkk, 2014).
3.4.3 Penentuan Sferisitas dan Luasan Frontal
Sampel dengan ukuran 1000 biji yang diambil secara acak dari setiap kelompok
ditimbang dengan timbangan digital berketelitian 0,01 gram untuk menentukan beratnya
(Yuwana dkk, 2014).
Porositas diukur dengan menggunakan alat porosimeter. Sampel biji yang diambil
secara acak dari setiap kelompok diisikan penuh dalam bejana 2, kran 2 ditutup dan udara
dialirkan ke bejana 1. Pada suatu tekanan pada manometer tertentu, kran 1 ditutup dan
tekanan pada manometer dibaca P1. Pada kondisi yang demikian menurut hukum gas ideal :
P1 V1 = MR1 T1
V2 P1−P3
=
𝑉1 𝑃3
3.4.6 Penentuan Kerapatan Massa (Kg/m3) dan Kerapatan Massa Sejati (Kg/m3)
Kerapatan massa dihitung dari penimbangan berat sampel dibagi dengan volume
bejana. Selanjutnya dengan mengetahui nilai porositas maka volume sejati sampel didapatkan
sehingga kerapatan massa sejati merupakan berat sampel dibagi volume sejati sampel
(Yuwana dkk, 2014).
Kekerasan diukur dengan alat berupa penetrometer yang bekerja dengan beban tetap
dan dijalankan dengaan kedalaman penetrasi mata tekan, semakin keras material maka
semakin kecil penetrasi mata tekan. Kekerasan dapat diukur dengan rumus (Yuwana dkk,
2014) :
𝑚𝑚 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
Kekerasan = 𝑘𝑔 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
Koefisien friksi statis ditentukan dengan menggunakan alat berupa papan luncur metal
yang dilengkapi engsel pada ujung bawahnya sehingga kemiringan bisa diatur, kotak tanpa
alas dan skala tera penunjuk kemiringan dengan derajat. Pada saat operasi papan luncur diatur
pada posisi mendatar dan kotak tanpa alas diletakkan diatasnya. Kotak diisi penuh dengan
sampel biji kopi beras yang diambil secara acak dari kelompok, kemudian ujung bebas papan
luncur diangkat pelan-pelan ke atas dan pada saat kotak mulai bergerak, sudut luncur dibaca
pada skala tera. Koefisien friksi internal dihitung dengan rumus (Yuwana dkk, 2014) :
w.sin 𝛼
f = w.cos 𝛼 = tg ψ
Sudut repose akan ditentukan menggunakan alat berupa kotak dengan salah dinding
sudut diberi engsel agar bisa dibuka serta salah satu dinding dilapisi kertas milimeter block.
Kemudian kotak diisi penuh degan biji kopi beras yang diambil secara acak dari kelompok.
Setelah itu dinding kotak yang diberi engsel dibuka untuk menghasilkan gundukan curahan
dengan puncak tertinggi. Tinggi puncak diukur dengan bantuan salah satu dinding kotak yang
sudah dilapisi kertas milimeter block. Sudut repose diperoleh setelah tangent sudut tersebut
dihitung (Yuwana dkk, 2014).
Data hasil percobaan dituangkan dalam bentuk tabel. Data karakteristik (sifat) fisik
biji kopi beras ukuran besar, sedang dan kecil dirata-ratakan dan digunakan untuk dilakukan
analisa. ANOVA dan DMRT paket program statistik SPSS 23.0 dengan taraf siginfikasi 5%
digunakan untuk melakukan analisa tersebut. Karakterisitik fisik (sifat) kopi beras yang
berasal dari buah warna hijau dan hitam dijadikan fokus utama pembahasan.
DAFTAR PUSTAKA
BSN. 2008. SNI-01-2907-2008. Biji Kopi. Diakses pada tanggal 5 September 2018.
Ernawati, R.r., R.W. Arief dan Slameto. 2008. Teknologi Budidaya Kopi Poliklonal. Bogor.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertannian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. 17 Halaman.
FAO. 2013. Postharvest handling and processing of coffee in African Countries. FAO
corporate document repository http://www.fao.org/docrep/003/X6939e01.htm
Nugroho, J. J, Lumbanbatu dan S, Rahayoe. 2009. Pengaruh Suhu Dan Lama Penyangraian
Terhadap Sifat Fisik-Mekanis Biji Kopi Robusta. Prosiding Seminar Nasional dan Gelar
Teknologi PERTETA, Mataram 8 – 9 Agustus 2009. 217-225.
Ogunjimi, L.A.O, N.A. Aviara dan O.A. Aregbesola. 2002. Some engeneering properties of
locust bean seed. Journal Of Food Engineering 55(2) : 95 – 99.
Olukunle, O.J. dan B.O. Akinnuli. 2012. Investigating Some Engineering Properties Of
Coffee seeds and beans. Journal Of Emerging Trends In Engineering And Applied
Sciences (JETEAS) 3(5) : 743 – 747.
Omobuwajo, T.O., L.A Sanni dan Y.A Balami. 2000. Physical properties of sorrel (Hibiscus
sabdariffa) seeds. Journal Of Food Engineering 45(1) : 37-41.
Sativa, O. Yuwana dan Bonodikun. 2013. Karakteristik Fisik Buah Kopi, Kopi Beras Dan
Hasil Olahan Kopi Rakyat Di Desa Sindang Jati, Kabupaten Rejang Lebong. Journal
Agroindustri. 4(2) : 65-77.
Subandi. 2011. Budidaya Tanaman Perkebunan (Bagian Tanaman Kopi). Bandung. Gunung
Djati Press. 109 halaman.
Sulistyaningtyas, A.R. 2017. Pentingnya Pengolahan Basah ( Wet Processing) Buah Kopi
Robusta (Coffea Robustalindl.Ex.De.Will) Untuk Menurunkan Resiko Kecacatan Biji
Hijau Saat coffee Grading. Prosiding Seminar Nasional Publikasi Hasil-Hasil
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Semarang. 30 September 2017. 90-94
Yalcin, I., C. Ozarslan dan T. Akbas. 2007. Physical properties of pea (Pisum sativum) seed.
Journal Of Food Engineering 79(2) : 731 – 735.
Yudianto, D. 2013. Profil Tingkat Kematangan Buah Kopi Rakyat dan Identifikasi Sifat Fisik
Kopi Beras dan Kopi Bubuk di Desa Sosokan Taba Kabupaten Kepahyang. Skripsi
Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Bengkulu.
Yuwana, B. Sidebang dan E. Silvia. 2014. Engineering Properties Of Coffee Beans From
Various Colors Of Coffee Cherries. Agriculture and Agricultural Science Procedia 3 :
274 – 277.