Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS MUTU BIJI PALA (Myristica Fragrans H.

) PADA BERBAGAI
TINGKAT KEMATANGAN BERBEDA SETELAH PENJEMURAN

The Analysis of Nutmeg (Myristica Fragrans H.) Seeds Quality Based on Degree of Maturity
Following Sun Drying Process

Gebby Awuy1)*, Ireine A. Longdong2), Lady C. E. Lengkey3)


1)
Program Studi Teknik Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian.
Fakultas Pertanian, Universtas Sam Ratulangi
Manado
*e-mail: gebby.awuy@gmail.com

ABSTRACT
The objective of this study is to investigate the quality of nutmeg
with different degrees of maturity in sun drying based on the national
quality standards in Indonesia, namely Calibrated Nutmeg (CN), ABCD
(Average), shrivel, and BWP (Broken Wormy Punky). The result of this
study showed that older maturity degree of nutmeg give the better quality.
Nutmeg with maturity degree of 7 months contain 0 % CN, 7.16 % ABCD,
13.09 % Shrivel, and 79.75 % BWP. Nutmeg with maturity degree of 8
months contain 7.90 % CN, 13.09 % ABCD, 13.3 % Shrivel, and 65.68 %
BWP. Nutmeg with maturity degree of 9 months contain 30.12 % CN, 38.27
% ABCD, 20.99 % Shrivel, and 10.62 % BWP.
Keywords: Nutmeg quality, degree of maturity, sun drying.

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk menginvestigasi mutu biji pala pada
tingkat kematangan berbeda yang dihasilkan setelah penjemuran,
berdasarkan pada standar mutu nasional Indonesia, yaitu Calibrated
Nutmeg (CN), ABCD (Average), shrivel, dan BWP (Broken Wormu
Punky). Hasil menunjukkan bahwa biji pala yang semakin tua memiliki
mutu yang lebih baik. Biji pala pada umur 7 bulan memiliki mutu 0% CN,
7,16% ABCD, 13,09%bShrivel, dan 79,75% BWP. Mutu biji pala pada
tingkat kematangan 8 bulan memiliki mutu 7,90%N, 13,09% ABD, 13,3%
Shrivel, dan 65,68% BWP. Pada tingkat kematangan 9 nulan, biji pala
memiliki 30,12% CN, 38,27% ABCD, 20,99% Shrivel, dan 10,62% BWP.
Kata Kunci: Mutu pala, tingkat kematangan, penjemuran.

PENDAHULUAN Banda dan Maluku. Buah pala dikenal


sebagai tanaman rempah yang memiliki
Tanaman pala (Myristica nilai ekonomis dan multiguna. Setiap
Fragrans H.) merupakan tanaman asli bagian tanaman, mulai dari daging, fuli,
Indonesia yang berasal dari kepulauan
Analisis Mutu Biji Pala (Myristica fragrans H.) ………. Awuy, G., dkk.

biji, hingga tempurung dapat dilakukan dengan cara panjat dan dengan
dimanfaatkan untuk industri makanan, bantuan gala pengait. Proses panen buah pala
minuman, kosmetik dan minyak atsiri. yaitu dengan cara langsung dipetik atau
Indonesia merupakan produsen dan dengan bantuan gala pengait, dalam proses ini
eksportir pala terbesar dengan penguasaan petani kurang memperhatikan tingkat
sekitar 75 persen dari pangsa pasar dunia. kematangan buah pala. Kebiasaan panen serta
Eksportir pala Indonesia juga menjadi kebutuhan ekonomi menyebabkan petani pala
pemasok terbesar yang mengisi 80 persen dari cenderung memanen buah pala yang masih
total impor pasar Uni Eropa (Badan Karantina muda. Dalam lampiran peraturan menteri
Pertanian Kementerian Pertanian, 2015). pertanian nomor 53 tentang pedoman pasca
Adanya penolakan produk pala oleh negara panen pala menyatakan bahwa waktu panen
Uni Eropa karena tercemar oleh aflatoksin yang kurang tepat saat pala masih muda
pada periode tahun 2010-2011, dimana pala menyebabkan buah jadi keriput sehingga
dari Indonesia mengandung aflatoksin menurunkan mutu biji pala.
melebihi kadar ambang yang diperbolehkan. Pengeringan adalah proses penurunan
Dengan adanya peristiwa ini maka penanganan kadar air bahan sampai mencapai kadar air
biji pala harus lebih diperhatikan. Berdasarkan tertentu sehingga dapat memperlambat laju
kajian SNI 01-0006-1993 bahwa revisi kerusakan produk akibat aktivitas biologi dan
parameter yang yang diusulkan hanya kimia. Pengeringan pada dasarnya adalah
dipersyaratkan pada SNI biji pala berikutnya proses pemindahan energi yang digunakan
meliputi berat biji, kadar air dan tekstur untuk menguapkan air yang berada dalam
permukaan kulit biji pala. Pembagian standar bahan, sehingga mencapai kadar air tertentu
mutu menggunakan standar mutu di mulai dari agar kerusakan bahan pangan dapat
kelas Calibrated Nutmeg (CN), ABCD diperlambat (Daud, 2004).
(average), Rimpel (shrivel) dan BWP (Broken Pada umumnya petani pala lebih
Wormy Punky). Pengelompokan mutu biji pala memilih pengeringan alami dengan cara
ini sulit dipahami petani pala, biasanya petani penjemuran dibawah sinar matahari. Kegiatan
pala langsung menjual hasil panen pala berupa pengeringan ini biasanya dilakukan dengan
fuli dan biji pala basah/mentah tanpa adanya cara menjemur produk/bahan di atas terpal
proses pengeringan baik secara atau karung. Proses penjemuran merupakan
tradisional/penjemuran atau dengan bantuan salah satu cara menurunkan kadar air biji pala
alat mesin pengering. hingga mencapai standar. Menurut
Pala Indonesia sebagian besar Hasanuddin, et.al. (2012), kadar air akan
dihasilkan oleh perkebunan rakyat yaitu sekitar menurun seiring bertambahnya tingkat
99%, dengan cara penanganan pascapanen kematangan buah yang berarti bahwa waktu
yang masih tradisional serta peralatan panen atau tingkat kematangan buah akan
seadanya dan dilakukan kurang higienis. berpengaruh pada hasil mutu biji pala setelah
Petani pala kurang memperhatikan tingkat penjemuran. Bagi petani skala kecil mutu biji
kematangan buah pala saat memanen yang pala dilihat dari penampakan biji pala.
mengakibatkan buah pala dengan tingkat Ketidaktahuan petani mengenai pentingnya
kematangan tua tercampur dengan buah pala proses panen dan pascapanen yang dapat
yang masih muda. (Kementerian Pertanian menyebabkan penurunan mutu biji pala.
Direktorat Jenderal Perkebunan, 2018). Penelitian ini bertujuan untuk
Petani pala di desa Tumaluntung menentukan mutu biji pala pada berbagai
melakukan pengolahan pala secara tradisional tingkat kematangan yang berbeda setelah
baik panen dan pascapanen. Untuk panen
penjemuran, berdasarkan Standar Mutu

124
Jurnal Teknologi Pertanian Volume 12 Nomor 2, Desember 2021

Nasional Indonesia yaitu mutu kelas merah dengan biji pala berwarna cokelat. Pala
Calibrated Nutmeg (CN), ABCD (Average), dengan tingkat kematangan 9 bulan memiliki
Rimpel (shrivel), dan BWP (Broken Wormy warna kulit daging pala kuning oranye dengan
biji pala berwarna cokelat kehitaman.
Punky).
Pemisahan daging, buah, biji dan fuli
METODE PENELITIAN Buah pala dipisahkan menggunakan
pisau pemotong untuk membelah dan diambil
Bahan dan Alat bagian tengah buah yaitu biji pala yang masih
Alat yang digunakan dalam penelitian diselimuti oleh fuli. Kemudian fuli dilepaskan
sebagai berikut timbangan digital merk OEM, dari biji pala. Tingkat kematangan biji pala
timbangan analitik, oven laboratorium, wadah sangat terlihat jelas dari warna fuli atau bunga
aluminium foil, pisau, galah, karung plastik, pala. Warna fuli biji pala awalnya berwarna
termometer alkohol, aplikasi humidity putih yang kemudian berwarna merah. Pala
calculator, handphone a3s, laptop lenovo dan yang sudah siap panen memiliki fuli yang
buah pala sebagai bahan. berwarna merah gelap.
Rancangan Penelitian Penjemuran
Penelitian ini menggunakan metode Penjemuran biji pala yang masih
eksperimental. Data pengamatan di lapangan memiliki tempurung/cangkang dilakukan
dianalisis secara deskriptif dan disusun dalam dengan cara dijemur di bawah sinar matahari.
bentuk tabel dan grafik. Tiga perlakuan yaitu Dibuat tempat untuk penjemuran berupa para-
tingkat kematangan buah pala berumur 7, 8 para agar biji pala tidak terkontaminasi
dan 9 bulan. langsung dengan tanah. Biji pala dihamparkan
diatas karung yang diberi tanda sebagai
Prosedur Penelitian batasan untuk setiap tingkat kematangan agar
Pemanenan tidak tercampur. Saat malam hari atau kondisi
Buah pala dipetik langsung dari pohon lingkungan sedang hujan biji pala akan
dengan cara memanjat atau dengan dilindungi dari air hujan dengan menggunakan
menggunakan galah pengait. Setiap tingkat seng. Penjemuran dimulai pada pukul 08.00
kematangan dipisahkan dan dikemas dalam pagi dan selesai pada pukul 16.00 sore. Dalam
karung yang berbeda masing-masing sebanyak proses pengeringan suhu dan berat bahan
450 buah yang kemudian dalam proses diamati setiap satu jam. Proses pengeringan
penjemuran diambil 45 biji untuk pengukuran dilakukan sampai kadar air dalam biji 8-10%.
penurunan berat dan kadar air. Pemanenan ini Pemecahan Biji Pala
dilakukan oleh petani pala. Buah pala lebih Pemecahan dilakukan untuk
khusus biji diusahakan tidak menyentuh tanah memisahkan cangkang dengan daging biji.
saat proses pemetikan agar terhindar dari Dilakukan dengan cara manual yaitu
cemaran jamur tanah. Pencegahan ini agar biji memukul, pemisahan biji dilakukan hati-hati
pala tidak diserang oleh aflatoksin yang dengan posisi tegak di atas matanya agar biji
disebabkan oleh jamur kapang. Perbedaan ciri- tidak rusak.
ciri fisik dari tiap tingkat kematangan dilihat Pengkelasan Mutu (Grading)
dari warna daging, fuli dan biji pala. Pala
Biji pala kering dengan kadar air 8-10
dengan tingkat kematangan 7 bulan memiliki
%, dilakukan penyortiran sesuai dengan
warna kulit daging pala putih kehijauan, warna
persyaratan khusus mutu biji pala yaitu jumlah
fuli merah muda dengan biji pala berwarna
biji rusak akibat serangga, biji keriput,
cokelat muda sebagian putih. Pala dengan
keseragaman maksimum. Jumlah biji pala tiap
tingkat kematangan 8 bulan memiliki warna
tingkat kematangan 450 biji dikurangi 45 biji
kulit daging pala putih kekuningan, warna fuli
125
Analisis Mutu Biji Pala (Myristica fragrans H.) ………. Awuy, G., dkk.

untuk pengukuran penurunan berat dan kadar Suhu adalah nilai yang menunjukkan
air. Pengkelasan mutu tiap tingkat kematangan tingkat panas suatu benda. Suhu bisa disebut
berjumlah 405 biji. juga sebagai temperatur yang diukur dengan
termometer. Semakin tinggi suhu suatu benda,
Variabel Penelitian
semakin hangat benda itu. Dalam proses
Suhu dan Kelembaban Udara penjemuran suhu berperan sangat penting,
Pengukuran suhu di lapangan dalam hal ini adalah panas dari matahari.
menggunakan termometer bola basah dan bola Cuaca merupakan salah satu faktor yang
kering setiap satu jam, analisis data selanjutnya mempengaruhi suhu pada lingkungan. Suhu
dibuat dalam bentuk tabel dan digambarkan udara akan berfluktuasi dengan nyata selama
dengan grafik. setiap periode 24 jam. Fluktuasi suhu udara
Kadar Air (dan suhu tanah) berkaitan erat dengan proses
Penentuan kadar air dapat dilakukan pertukaran energi yang berlangsung di
dengan beberapa cara. Hal ini tergantung pada atmosfer. Pada siang hari, sebagian dari radiasi
sifat bahannya. Pada umumnya penentuan matahari akan diserap oleh gas-gas atmosfer
kadar air dilakukan dengan mengeringkan dan partikel-partikel padat yang melayang di
bahan dalam oven pada suhu 105°C - 110°C atmosfer. Serapan energi radiasi matahari akan
selama 3 jam atau sampai didapat berat yang menyebabkan suhu udara meningkat. Suhu
konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah udara harian maksimum tercapai beberapa saat
pengeringan adalah banyaknya air yang setelah intensitas cahaya maksimum tercapai.
diuapkan. (Winarno, 2004). Intensitas cahaya maksimum tercapai pada saat
Persamaan kadar air: berkas cahaya jatuh tegak lurus, yakni pada
waktu tengah hari (Lakitan, 1994).
𝑊𝑚
𝐾𝐴 = ......................................... (1) Rata-rata suhu lingkungan pada pukul
𝑊𝑚+𝑊𝑑
08:00 pagi berkisar 29°C suhu mulai naik
sampai pada puncak suhu tertinggi pada pukul
Keterangan: 12:00 siang yang mencapai 34 °C setelahnya
KA= Kadar air (%) suhu berangsur terus turun. Kelembaban relatif
Wm= Berat air dalam bahan (g) pukul 08:00 pagi mencapai 88% kemudian
Wd= Berat bahan kering mutlak (g) pukul 12:00 siang kelembaban semakin
menurun dan mulai meningkat kembali setelah
Penurunan Berat Bahan 14:00 dan terus naik sampai pukul 16:00 sore.
Penurunan berat bahan dianalisis Turunnya suhu lingkungan ini
dengan menimbang berat bahan sampel, berat disebabkan oleh sudut datang radiasi sinar
bahan awal, penurunan bahan sampai bahan matahari semakin besar terhadap sudut 90º
menjadi kering. Data hasil pengamatan akibatnya luas permukaan bumi yang terkena
disusun dalam bentuk tabel. radiasi matahari membesar maka intensitas
Mutu Biji Pala radiasi matahari menjadi berkurang yang
Dilakukan sortasi berdasarkan menyebabkan radiasi pantulan permukaan
spesifikasi mutu biji pala dan persyaratan bumi pun ikut menurun (Rawung, 2002).
khusus mutu biji pala (Dinar dkk., 2013). Suhu lingkungan berubah-ubah tiap waktu dan
tiap harinya. Penjemuran hari 7 dan 8 terjadi
HASIL DAN PEMBAHASAN hujan yang mengakibatkan turunnya suhu
Penyebaran Suhu dan Kelembaban Udara lingkungan sebaliknya uap air udara
Selama Penjemuran bertambah sehingga kelembaban udara naik
(Gambar 1).

126
Jurnal Teknologi Pertanian Volume 12 Nomor 2, Desember 2021

menentukan kesegaran dan daya awet bahan


100 pangan tersebut (Sandjaja, 2009).
Dilakukan dua pengukuran kadar air
80
yaitu kadar air awal dan akhir menggunakan
60 persamaan 1. Data kadar air awal menjadi titik
40
tentu untuk pendugaan kadar air pada saat
Suhu (ºC)

proses penjemuran biji pala. Hasil pengukuran


20 kadar air biji pala didapati bahwa banyaknya
0 kadar air dipengaruhi oleh tingkat kematangan.
1 3 5 7 9 Biji pala muda yang berusia 7 bulan
Waktu / Hari Penjemuran mempunyai kadar air tinggi yaitu 64 %
sedangkan biji pala yang berusia siap panen 8
Suhu RH dan 9 bulan kandungan kadar air rendah yaitu
30-33% dapat dilihat pada Tabel 5. Menurut
Gambar 1. Suhu Lingkungan Penjemuran dan Marwati, et.al. (2012) dan Hasanuddin, et.al.
Kelembaban Udara (RH). (2012), kadar air akan menurun seiring
bertambahnya tingkat kematangan buah.
Keterkaitan suhu dengan kelembaban Kadar air suatu bahan sangat berpengaruh
dalam proses pengeringan yang terhadap mutu bahan, hal ini merupakan salah
mempengaruhi lamanya pengeringan. satu sebab mengapa didalam pengolahan hasil
Kelembaban adalah konsentrasi uap air di pertanian air tersebut sering dikurangi dengan
udara. Kelembaban udara berbanding terbalik cara pengeringan (Winarno, 2004).
dengan suhu udara. Semakin tinggi suhu udara, Penurunan Berat
maka kelembaban udaranya semakin kecil. Berdasarkan hasil data lapangan berat
Ketika cuaca hujan terjadi perubahan suhu dan biji pala mengalami penurunan yang terlihat
kelembaban, suhu yang tinggi akan menjadi jelas pada hari pertama. Pada penjemuran biji
lebih rendah tetapi kelembaban akan semakin pala terjadi pindah panas yang kemudian
naik. Kelembaban relatif udara berpengaruh diikuti pindah massa. Pindah panas pertama
terhadap proses pemindahan uap air. Apabila terjadi di bagian tempurung yang selanjutnya
kelembaban relatif (RH) tinggi maka energi panas masuk kedalam biji pala. Pindah
perbedaan tekanan uap air didalam dan diluar panas terjadi maka air dalam bahan akan
bahan menjadi kecil akibatnya menghambat diuapkan ke udara sehingga menyebabkan
perpindahan uap air keluar dari bahan. bahan kehilangan berat (massa). Semakin
Sedangkan makin kecil kelembaban relatif besar perbedaan antara suhu media pemanas
udara maka makin besar perbedaan tekanan dengan bahan yang dikeringkan semakin besar
uap air pada permukaan bahan dengan uap air pula kecepatan pindah panas kedalam bahan
di udara, sehingga makin mempercepat proses yang dikeringkan, akibatnya penguapan air
pengeringan (Earle 1992). dari bahan akan lebih banyak dan cepat (Taib
Kadar Air dkk 1988). Perbedaan tingkat kematangan biji
Kadar air merupakan banyaknya air pala berpengaruh pada lama penjemuran.
yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan Tingkat kematangan 7 dan 9 bulan
dalam persen. Kadar air juga merupakan satu memerlukan waktu yang lebih panjang
karakteristik yang sangat penting pada bahan dibandingkan tingkat kematangan 8 bulan.
pangan. Karena air dapat mempengaruhi Penampakan bagian dalam biji pala terlihat
penampakan tekstur, dan cita rasa pada bahan perbedaan kepadatan bagian isi. Penampakan
pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut biji pala dengan tingkat kematangan 7 bulan
dalamnya terlihat banyak rongga sebagai
127
Analisis Mutu Biji Pala (Myristica fragrans H.) ………. Awuy, G., dkk.

tempat penampung air. Penampakan biji pala menghasilkan mutu yang baik. Pala dengan
dengan tingkat kematangan 8 bulan dalamnya tingkat kematangan 9 bulan diperoleh 122 biji
terlihat ada rongga tapi tidak sebanyak pala 7 pala mutu jenis CN (Gambar 3).
bulan dan bagian isi mulai terlihat garis-garis
membentuk daging yang memperkecil rongga
tempat penampung air. Penampakan biji pala
dengan tingkat kematangan 9 bulan dalamnya
terlihat utuh tanpa rongga tempat penampung
air. Pada penurunan berat pala dengan tingkat
kematangan 8 bulan lebih cepat mencapai
target kadar air, hal ini bisa dipengaruhi oleh
bagian dalam biji. Bagian isi biji pala yang
memiliki rongga sebagai tempat penampung
air akan lebih peka terhadap penurunan dan
kenaikan berat, mengalami pelepasan uap air
bahan yang cepat saat terjadi kenaikan suhu
dan sebaliknya mengalami penyerapan uap air
udara yang cepat saat terjadi penurunan suhu
lingkungan. Gambar 2. Penampakan Fisik Luar Biji Pala
Mutu Biji Pala Berdasarkan Pengkelasan Mutu.
Menurut Kramer dan Twigg (1983),
mutu adalah gabungan sejumlah atribut yang
dimiliki oleh bahan atau produk pangan yang 350 323
dapat dinilai secara organoleptik. Atribut
tersebut meliputi parameter kenampakan, 300 266
warna, tekstur dan rasa. Mutu juga dapat 250
Jumlah (Biji

dianggap sebagai kepuasan (akan kebutuhan


dan harga) yang didapatkan konsumen dari 200
155
integritas produk yang dihasilkan produsen. 150 122
Karakteristik mutu bahan pangan yaitu 85
100
karakter fisik/ tampak meliputi penampilan 53 5354 43
(warna, ukuran, bentuk, cacat fisik) dan 50 29 32
kinestika (tekstur, kekentalan dan konsistensi) 0
0
juga karakteristik tersembunyi yaitu nilai gizi Pala 7 Pala 8 Pala 9
dan keamanan mikrobiologis (Gambar 2). Bulan Bulan Bulan
Tingkat kematangan biji pala
berpengaruh pada hasil mutu. Dalam CN ABCD Rimpel B.W.P
penelitian Elisa Julianti tahun 2010 dikatakan
perbedaan tingkat kematangan buah pada saat Gambar 3. Grafik Hasil Mutu Biji Pala.
panen menyebabkan terjadinya perbedaan
mutu. Pala dengan tingkat kematangan 7
Berdasarkan 4 jenis mutu biji pala bulan untuk kelas mutu CN 0 biji pala,
didapati bahwa Calibrated Nutmeg (CN), sebaliknya menghasilkan 323 biji pala mutu
ABCD (Average), Rimpel dan BWP. Gambar jenis BWP yaitu mutu paling tidak baik. Pada
3 menunjukan bahwa semakin tua tingkat tingkat kematangan biji pala 8 bulan
kematangan biji pala semakin banyak menghasilkan jenis mutu BWP berjumlah 266
biji dan CN berjumlah 32 biji sementara mutu

128
Jurnal Teknologi Pertanian Volume 12 Nomor 2, Desember 2021

jenis ABCD dan Rimpel berada diantara Kg/Jam. Jurnal Teknik Simetrika
dengan jumlah yang tidak jauh beda. Kelas Volume 3 No.3. Hal.255-259. Jurusan
Calibrated Nutmeg (CN) dihasilkan oleh biji Teknik Mesin, Politenik Negeri
pala dengan tingkat kematangan tua yaitu 9 Medan.
dan 8 bulan sebaliknya kelas mutu Broken Dinar, L., A. Suyantohadi, dan M. A. Fajar.
Wormy Punky (BWP) banyak dihasilkan oleh
2013. Kajian Standar Nasional
biji pala dengan tingkat kematangan muda Indonesia Biji Pala. Jurnal
yaitu 7 bulan. Mutu biji pala sangat Standardisasi Vo. 15 No. 2: 83-90.
dipengaruhi oleh waktu atau umur panen buah
pala. Pala dengan umur panen muda yaitu 7 Earle, R. L. 1969. Unit Operation in Food
bulan menghasilkan mutu yang tidak baik, Processing. Pergamon Press
sedangkan untuk pala dengan waktu siap Ltd.Canada.
panen 9 bulan menghasilkan mutu yang baik. Hasanuddin ; Halimurrasyadah dan T.
Semakin tua waktu panen buah pala akan Kurniawan. 2012. Perubahan Fisiologi
menghasilkan biji pala dengan mutu yang baik. dan Kandungan Klorofil selama
KESIMPULAN Pemasakan serta Hubungannya dengan
Viabilitas Benih Jarak Pagar (Jatropha
Mutu dari penjemuran biji pala dengan curcas L.) J. Floratek 7 (2): 157-163.
tingkat kematangan yang berbeda berdasarkan
Standar Mutu Biji Pala yaitu Calibrated Hendarson, S. M. and R. L. Perry. 1(976).
Nutmeg (CN), ABCD (Average), Rimpel dan Agricultural Process Engineering. 3 rd
BWP (Broken Warmy Punky). Biji pala dengan ed. The AVI publ. Co., Inc, Wesport,
tingkat kematangan 7 bulan menghasilkan 0 % Connecticut, USA.
CN, 7.16 % ABCD, 13.09 % Rimpel, dan Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna
79.75 % BWP. Biji pala dengan tingkat Indonesia, Volume II, Yayasan Sarana
kematangan 8 bulan menghasilkan 7.90 % CN, Wana Jaya : Diedarkan oleh koperasi
13.09 % ABCD, 13.3 % Rimpel dan 65.68 % Karyawan, Badan Kehutanan, Jakarta.
BWP. Biji pala dengan tingkat kematangan 9
Holman, J. P. 1981. Heat Transfer 6th ed.
bulan menghasilkan 30.12 % CN, 38.27 %
Diterjemahkan Jasjfi, E. 1997. Penerbit
ABCD, 20.99 % Rimpel dan 10.62 % BWP.
Erlangga, Jakarta.
Biji pala dengan mutu yang baik dihasilkan
dari biji dengan tingkat kematangan 9 bulan. Imdad, H.P. dan A. Nawangsih. 1999.
Semakin tua waktu panen buah pala semakin Menyimpan Bahan Pangan. PT.
menghasilkan biji pala mutu baik. Penebar Swadaya. Jakarta. 148 hlm.
DAFTAR PUSTAKA Joeswadi, 1986, Alat Pengering Ikan, BPPI
Medan, Medan.
Agoes, A. 2010. Tanaman Obat Indonesia.
Salemba Medika. Jakarta. 110 hlm. Julianti, E. 2010. Pengaruh Tingkat
Kematangan dan Suhu Penyimpanan
Brubai, W., A.J Akor, A.H. Igoni and Y.T Terhadap Mutu Buah Terong Belanda
Puyate. 2007. Some Physical (Cyphomandra Betacae). J. Hort
Properties Of African Nutmeg Indonesia. Universitas Sumatera Utara.
(Monodora Myristica). International
Agrophysics Vol. 21:123-126. Kementrian Pertanian Direktorat Jenderal
Perkebunan, 2018.
Daud, M.P. 2004. Ranacang Bangun Alat Tjenbun.pertanian.go.id, Jakarta.
Pengering Ikan Teri Kapasitas 12

129
Analisis Mutu Biji Pala (Myristica fragrans H.) ………. Awuy, G., dkk.

Kramer, A dan B.A, Twigg. 1983. Pala. Peraturan Menteri Pertanian.


Fundamental of Quality Control for the Jakarta.
Food Industry. USA : The AVI Rawung, H. 2002. Karakteristik Pengeringan
Pub.inc,Conn. Cabe Menggunakan Alat Pengering
Lakitan, B. 1994. Dasar-Dasar Klimatologi. tipe Konveksi Bebas.Tesis Program
Jakarta: RajaGrafindo Persada. Pasca Sarjana, UNSRAT. Manado.
Lengkey, Lady C. E. Ch. 1995. Pengeringan Rismunandar. 1992. Budidaya dan Tata Niaga
Kopi Secara Parsial Dengan Alat Pala. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
Pengering Berputar Di Tingkat 160 hlm.
Pedagang Pengumpul. Program Pasca Rukmana. 2004. Usaha Tani Tanaman PalaI.
Sarjana. Institut Pertanian Bogor. CV Aneka Ilmu Semarang, Semarang.
Nurjannah N. 2007. Teknologi Pengolahan Sandjaja. 2009. Kamus Gizi, Jakarta : Persagi.
Pala. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian. Taib, G., Said danWiraatmadja S. 1987.
Balai Besar Penelitian dan Operasi Pengeringan Pada Pengolahan
Pengembangan Pascapanen Pertanian. Hasil Pertanian. Mediyatama Sarana
IPB. Bogor Perkasa, Jakarta.
Marwati, H. Suprapto dan Yulianti. 2012. Tandra, S.A., Harianto dan P. Susanto. 2015.
Pengaruh Tingkat Kematangan Rancangan Bangun Pemecah Kulit
terhadap Mutu Biji Kakao (Theobroma Padi dengan Pengaturan Kecepatan
cacao L.) J. Teknologi Pertanian Motor dengan Metode Fuzzy. Journal
8(1):6-10. of Control and Network System Vol.4
No. 1: 07-12.
Peraturan Menteri Pertanian. Nomor
53/Permentan/OT.140/9/2012. Winarno, F. G., 2004, Kimia Pangan dan Gizi.
Pedoman penanganan Pascapanen PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

130

Anda mungkin juga menyukai