Oleh :
Kelompok 4
Selain proses pengolahan yang tidak diinginkan karena banyak merusak zat-zat
gizi yang terkandung dalam bahan pangan, proses pengolahan dapat bersifat
menguntungkan terhadap beberapa komponen zat gizi yang terkandung dalam
bahan pangan tersebut, yaitu perubahan kadar kandungan zat gizi, peningkatan
daya cerna dan ketersediaan zat-zat gizi serta penurunan berbagai senyawa
antinutrisi yang terkandung di dalamnya. Proses pemanasan bahan pangan dapat
meningkatkan ketersediaan zat gizi yang terkandung di dalamnya (Muchtadi,
1989).
Pada makalah ini akan dibahas mengenai efek pengolahan terhadap karbohidrat.
Bila ditinjau dari nilai gizinya, karbohidrat dalam bahan pangan dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1) karbohidrat yang dapat dicerna, yaitu
monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa dsb); disakarida (sukrosa, maltosa,
laktosa) serta pati; dan (2) karbohidrat yang tidak dapat dicerna, seperti
oligosakarida penyebab flatulensi (stakiosa, rafinosa dan verbaskosa) serta serat
pangan (dietary fiber) yang terdiri dari selulosa, pektin, hemiselulosa, gum dan
lignin.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah mahasiswa dapat mempelajari
dan memahami efek yang ditimbulkan akibat pengolahan pangan terhadap
kandungan karbphidrat di dalamnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karbohidrat
Karbohidrat disebut juga zat pati atau zat tepung atau zat gula
yang tersusun dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen
(O). Di dalam tubuh karbohidrat akan dibakar untuk
menghasilkan tenaga atau panas. Satu gram karbohidrat akan
menghasilkan empat kalori. Menrurt besarnya molekul
karbohidrat dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: monosakarida,
disakarida, dan polisakarida. Bentuk molekul karbohidrat paling
sederhana terdiri dari satu molekul gula sederhana.Banyak
karbohidrat yang merupakan polimer yang tersusun dari molekul
gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta
bercabang-cabang.Kerbohidrat merupakan bahan makanan
penting dan merupakan sumber tenaga yang terdapat dalam
tumbuhan dan daging hewan.Selain itu, karbohidrat juga menjadi
komponen struktur penting pada mahluk hidup dalam bentuk
serat (fiber), seperti selulosa, pectin, serta lignin (Muchtadi,
2011).
III. PEMBAHASAN
Karbohidrat adalah Sumber energi utama tubuh yang zat gizinya terdapat dalam
makanan yang tersusun dari unsur Carbon (C), Hidrogen(H), dan oksigen (O).
Jenis karbohidrat yang terdapat dalam makanan pada umumnya di bagi menjadi 3
jenis berdasarkan ukuran melekul nya yaitu: Monosakarida, Disakarida dan
polisakarida. Polisakarida dalam bahan makanan hewani yang dapat dicerna
disebut dengan Glikogen. Selain itu dalam ilmu Gizi karbohidrat di bagai menjadi
dua jenis yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat Kompleks. Banyak sekali
sumber-sumber karbohidrat yang terdapat disekitar kita seperti : 1) Sumber
karbohidrat Pada Biji : Beras, jagung, gandum; 2) Sumber karbohidrat Pada
Buah : Pisang dan semua jenis buah yang rasanya manis; 3) Sumber Karbohidrat
Pada Akar/umbi : Ubi jalar, Ubi kayu, Keladi, Kentang dan lain lain; 4) Sumber
karbohidrat Pada Daun : Sayur-sayuran berwarna Hijau (Winarno, 2004).
Pengolahan bahan makanan mempunyai tujuan penting yang patut di ketahui dan
di perhatikan oleh siapa saja terutama mereka yang bekecimpung dalam usaha tata
boga untuk memperoleh makanan yang baik, bergizi, higienis dan berkualitas.
Berikut ini adalah beberapa tujuan pengolahan bahan pangan, diantaranya:
1. Meningkatan kualitas dan memperpanjang masa simpan
2. Agar makanan mudah dicerna oleh tubuh, karena tidak semua bahan
paangan bisa di konsumsi dalam keadaan mentah. Misalnya, telur akan
lebih baik dicernakan oleh tubuh jika dimakan setengah masak dari pada
mentah.
3. Memperbaiki aroma, warna, bentuk, dan tekstur bahan makanan.
4. Meningkatkan gizi makanan, ada sebagian bahan pangan yang nilai
gizinya bertambah setelah di masak, contohnya buah tomat. Lycopene
pada buah tomat lebih efektif dikonsumsi setelah di masak daripada saat
mentah
5. Membebaskan makanan dari jasad-jasad renik dan bahan-bahan yang
membahayakan kesehatan (Cahyadi, 2012).
Ditinjau dari nilai gizinya, karbohidrat dalam bahan pangan dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu :
1. Karbohidrat yang dapat dicerna, seperti monosakarida (glukosa, fruktosa,
galaktosa dsb); disakarida (sukrosa, maltosa, laktosa) serta pati; dan.
2. Karbohidrat yang tidak dapat dicerna, seperti oligosakarida penyebab flatulensi
(stakiosa, rafinosa dan verbaskosa) serta serat pangan (dietary fiber) yang
terdiri dari selulosa, pektin, hemiselulosa, gum dan lignin (Almaitser, 2013).
Pengolahan pangan berpengaruh terhadap kandungan nutrisi gizi pangan salah
satunya yaitu karbohidrat. Pemasakan karbohidrat memang diperlukan untik
mendapatkan daya cerna pati yang tepat, karena karbohidrat merupakan sumber
kalori. Pemasakan juga membantu pelunakan diding sel sayuran dan selanjutnya
memfasilitasi daya cerna protein. Bila pati dipanaskan, granula-granula pati
membengkak dan pecah dan pati tergalatinisasi. Pati masak lebih mudah dicerna
daripada pati mentah (Lehninger, 1993).
Dalam bahan pangan keberadaan karbohidrat kadang kala tidak sendiri melainkan
berdampingan dengan zat gizi yang lain seperti protein dan lemak. Interaksi antara
karbohidrat (gula) dengan protein telah dibahas, seperti tersebut diatas. Bahan
pangan yang dominan kandungan karbohidratnya seperti singkong, ubi jalar, gula
pasir, dll. Dalam pengolahan yang melibatkan pemanasan yang tinggi karbohidrat
terutama gula akan mengalami karamelisasi (pencoklatan non enzimatis). Winarno
(2004) menyebutkan bahwa pada proses karamelisasi mula-mula sukrosa pecah
menjadi glukosa dan fruktosan (fruktosa yang kekurangan satu molekul air). Suhu
yang tinggi mempu mengeluarkan satu molekul air dari setiap molekul gula
sehingga terjadi glukosan yang kemudian dilanjutkan dengan dehidrasi
polimerisasi dan beberapa jenis asam yang timbul di dalamnya . Warna karamel
ini kadang-kadang justru dikehendaki, tetapi jika dikehendaki karamelisasi yang
berlebihan sebaliknya tidak diharapkan..
Selama proses ekstrusi, beberapa hasil hidrolisis pati dihasilkan: Adanya mono-
dan oligosakarida, seperti glukosa, fruktosa, melibiosa, maltosa dan maltriosa
membuktikan bahwa polisakarida didegradasi selama proses ekstrusi. Juga rantai
makromolekul terpecah menjadi dua molekul tersebut, amilosa dan amilopektin,
yang diindikasikan dari viskositas, permeasi gel-kromatografi dan berat molekul
rata-ratanya. Perubahan terhadap daya cernanya tidak secara spesifik diukur tetapi
diduga kedua fraksi pati tersebut menjadi lebih mudah dicerna (Hendrayana,
2010).
Selama proses ektrusi juga terjadi pembentukan senyawa kompleks antara amilosa
dengan lipida. Pati singkong diekstrusi menggunakan ekstruder twin-screw
dengan jumlah dan jenis asam lemak yang bervariasi (C2 hingga C18),
monogliserida, emulsifier (calcium stearyl lactylate) dan lemak murni.
Kelembaban awal ingredien 22% dan suhu ekstrusi bervariasi antara 200-225C.
Sampel diekstrusi dengan 2% asam lemak C12 atau yang lebih panjang lagi,
monogliserida dan emulsifier terbentuk senyawa kompleks antara fraksi amilosa
pati dengan bahan-bahan tersebut. Kelarutan dalam air senyawa kompleks pati
tersebut menurun seiring dengan meningkatnya panjang rantai asam lemak yang
dikompleknya. Senyawa kompleks fraksi amilosa tersebut resisten terhadap
amilolisis oleh enzim -amilase sehingga menurunkan daya cerna pati yang
banyak mengandung amilosa secara in vitro. Fraksi larut etanol 80% pati kentang
yang diekstrusi dengan twin-screw ekstruder menunjukkan peningkatan
oligosakarida dengan berat molekul di bawah 2000 seiring dengan meningkatkan
temperatur proses. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi ekstrusi berpotensi
untuk diaplikasikan dalam industri makanan bayi mengingat anak-anak
kemungkinan defisiensi enzim enzim yang memecah rantai cabang yang terdapat
dalam pati (Gaman dan Sherrington, 1992).
Sedangkan serat pangan adalah bagian dari bahan pangan yang tidak dapat
dihidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan. Oleh karena itu, nilai kadar serat kasar
biasanya lebih rendah dari serat pangan karena asam sulfat dan natrium hidroksida
mempunyai kemampuan yang lebih besar dalam menghidrolisis komponen bahan
pangan dibandingkan dengan enzim-enzim pencernaan. Serealia dan kulit
sekamnya dianggap merupakan sumber serat yang baik. Oleh karena bahan
tersebut banyak mengalami proses pengolahan terutama ekstrusi, maka
diperkirakan terdapat pengaruh pengolahan terhadap kandungan seratnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa proses ekstrusi
hanya sedikit mempengaruhi kandungan serat dalam bahan pangan yang diuji
(Lehninger, 1993).
Adapun usaha yang dapat dilakukan untuk memperkecil kehilangan gizi karena
pengolahah diantaranya adalah sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
IPB. Bogor.
Winarno. 2004. Kimia Panan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta