Anda di halaman 1dari 6

4.

ANALISIS PROKSIMAT DAN SERAT


4.1.Alat Pengering
Seperti telah diketahui bahwa kandungan air sangat bervariasi dalam sampel
dan tidak stabil sehingga perlu dicermati karena menentukan kualitas, komposisi dan
kandungan nutrien lainnya. Untuk meniadakan pengaruh variasi kandungan air
dalam sampel terdapat beberapa altenatif yang dapat disesuaikan dengan tujuan
analisis itu sendiri antara lain
a. Menghilangkan kandungan air sebelum penimbangan sampel.
b. Mengambil sampel seperti aslinya kemudian disimpan sehingga tidak
terpengaruh oleh lingkungan yang pada akhirnya nanti dapat dianalisis sesuai
dengan tujuan penelitian.
c. Menentukan kandungan air saat pengambilan sampel atau langsung
ditimbang ditempat

pada saat mendapatkan sampel.


Terdapat beberapa bentuk air pada sampel padat, namun klasifikasi air menurut
Hillebrand (1952) mungkin lebih dapat mewakili kriteria-kriteria lainnya yaitu :
1. Air essensial (Essential water)
Adalah air yang merupakan bentuk integral dari molekul atau struktur kristal,
sehingga akan muncul pada perhitungan stoichiometry misalnya CaC2O4.2H2O,
BaCI.2H2O pada umumnya disebut dengan kristal air. Bentuk lain dari air
essensial adalah air penyusun/pembentuk. Air ini tidak terdapat secara langsung
pada bahan tetapi terbentuk bila terjadi dekomposisi dan umumnya sebagai hasil
dari pemanasan, misalnya :
2KHSO4 K2S2O7 + H20
Ca(OH)2 CaO + 1420
2. Air non-essensial
Adalah air yang tidak merupakan penyusun dari molekul kimia yang menyusun
sampel sehingga tidak mempengaruhi pads proporsi reaksi stoichiometry. Air ini
diikat oleh bahan sebagai konsekuensi dari tenaga fisik bahan antara lain :
a. Absorbed water
Merupakan air yang terikat dipermukaan bahan karena kontak dengan
lingkungan yang lembab.
b. Sorbed water

Universitas Gadjah Mada


Umumnya terdapat dalam kolloid tertentu seperti pati, protein, charcoal dan
lain-lain, juga terdapat pada silicagel dan zeolite. Sorbed water sexing
berjumlah cukup besar + 20 % atau lebih dari total berat solid dan sangat
dipengaruhi oleh kelembaban dan temperatur lingkungan.

c. Occiuded water
Merupakan air yang terperangkap pada antara ruang-ruang
mikroskopik/molekul. Air ini banyak dijumpai pada mineral dan karang-karang.
Cara pengeringan sampel untuk analisis.

Prinsip utama adalah berusaha supaya sampel yang di dapat


dijaga/dipertahankan tetap sebelum anaiisis maupun selama penyimpanan (cold
strorage). Namun bila tidak memungkinkan dapat langsung (setelah ditimbang)
dipanaskan pada temperatur 105 °C sampai beratnya tetap (dry matter). Analisis
juga dapat dilakukan pada saat sampel sudah dalam keadaan kering udara (dry
weight).

Penetapan kadar air


Di bidang peternakan terdapat 2 cara yang umum dilakukan yaitu dengan
pengeringan dengan papas (heat drying) dan pengeringan dengan dingin (free:
(hying). Pada pemanasan umumnya pada temperatur 105 °C sedangkan pada
pendinginan tergantung pada kebutuhan, namun prinsipnya evaporasi pada suhu
rendah dan kelembaban rendah sehingga tidak merusak bahan organik sampel.
Terdapat beberapa cara lain namun kurang lazim digunakan dibidang
peternakan antara lain : dengan destilasi, metode chromatography, dengan
bahan kimia (reagen Karl Fischer) dan metode infra red.

4.2.Prinsip Kerja Sohlet


Dari namanya dapat disimpulkan bahwa lemak kasar adalah semua bahan yang
dapat larut dalam ether yang terdiri dari glycerida, asam lemak bebas, cholesterol,
chlorophyl, carotene, volatile oil, lecithin dan resin. Dalam penggunaannya kandungan
gross energy lemak berkisar 38 MJ/kg atau sekitar 2,5 kali pada karbohidrat dan
metabolizable energy nya (ME) berkisar 36 MJ/kg. tentu saja asumsi ini tidak selalu
tepat karena komposisi dari lemak kasar sendiri yang sangat bervariasi tergantung dari

Universitas Gadjah Mada


bahan pakannya dan akan mempengaruhi kecernaannya sehingga dapat
mempengaruhi nilai energinya, misalnya chlorophyl yang tidak mempunyai niiai nutrisi.
Lemak kasar juga mengandung asam lemak essensial seperti linoleat (C17H31COOH),
linolenat (C171-1.29HCOOH) dan arachidonat (C19H31C00H). Karena lemak kasar
mengandung energi yang tinggi maka penambahan lemak pada ransum secara
signifikan akan menaikkan kandungan ME-nya.

4.3.Prinsip Kerja Kjeldahl.


Penetapan kadar protein kasar bahan pakan di hitung dari kandungan nitrogennya
kemudian dikalikan 6,25 dengan asumsi kandungan nitrogen pada protein sebesar
16 %. Karena tidak semua nitrogen dalam bentuk protein maka nilai protein kasar
terutama dari bahan-bahan hijauan dan sintetis tidak banyak mempunyai nilai
untuk ternak non-rumnansia. Terdapat 2 macam dasar penentuan nitrogen untuk
nitrogen organik yaitu :
1.Metode Dumas (tidak banyak digunakan)
2.Metode Kjeldahl yang banyak digunakan sampai sekarang.
Perbedaannya hanya pada kompleksitas, metode Dumas dimana sampel
dioksidasi dengan CuO panas untuk menghasilkan CO2, H20 dan N2 kemudian
aliran gas tersebut dilewatkan ke KOH pekat sehingga yang lobos hanya N2 yang
kemudian diukur dengan titrasi. Keunggulan lain dari metode Kjeldahl selain simpel
juga dapat digunakan untuk mengukur ammonium dengan mempergunakan asam
borat. Secara kimiawi maka analisis metode Kjeldahl adalah :

CaHbNc H2SO4 aCO2 + 0,5 bH2O + c NH4HSO4


c NH4HSO4 _ OH cNH3 + cSO4
cNH3 + (c + d)HCL cNH4CL + dHCL
dHCL + dNaOH 0,5dH2O + dNaCL

4.4.Analisis Proksimat.
Analisis proksimat telah lama dilakukan (1883) meskipun sampai saat ini telah
mengalami banyak modifikasi. Secara fraksional maka analisis proksimat adalah :
1.Penetapan kadar air
2.Penetapan kadar protein kasar
3.Penetapan kadar lemak kasar
4.Penetapan kadar serat kasar

Universitas Gadjah Mada


5. Penetapan kadar abu
6. Penetapan kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen
Metode analisis yang pertama kali dikembangkan di Weende, Gottingen, Jerman ini
hanya memberikan indeks nutrisi dari satu bahan pakan dan apabila hasilnya akan
digunakan dengan benar maka perlu disesuaikan dengan kelas dari bahan pakan
misalnya apakah sebagai pakan sumber energi, protein dan lain sebagainya.
Penetapan kadar abu
Abu adalah bahan anorganik dari pakan yang tertinggal setelah bahan pakan
tersebut dipanaskan pada temperatur 500 — 600 °C selama 3 jam atau sampai
warnanya menjadi putih. Nilai kandungan abu sangat terbatas kegunaannya karena
susunannya yang bervariasi, silica misalnya yang tidak mempunyai nilai nutrisi
mungkin banyak terdapat dalam abu. Untuk menentukan kandungan elemen tertentu
misalnya Ca dan P diperlukan
analisis yang lebih khusus.
Penetapan kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN)
Fraksi ini di dapat dari perhitungan selisih dari bahan dikurangi dengan fraksi-fraksi
yang telah di dapat sebelumnya :
BETN = 100 — (air + abu + protein kasar + serat kasar + lemak kasar) °,%
i'ermasuk dalam fraksi BETN adalah fraksi pati, gula fructan, pectin, asam-asam
organik,
pigmen dan vitamin yang larut dalam air (vitamin B dan C).

Data hasil analisis proksimat mempunyai keterbatasan sehingga nilainya disebut


approximate. Namun demikian apabila digunakan dengan tepat akan sangat berguna.
Salah satu kriteria nilai nutrisi ransum rum inansia adalah kandungan ME. Sedangkan
kandungan gross energy (GE) dapat dihitung dari data analisis proksimat :
GE (MJ/kg) — 0,0226PK + 00407LK + 0,0192SK + 0,0177BETN
Dimana PK = Protein Kasar
LK = Lemak Kasar
SK = Serat Kasar
BETN = Bahan Ekstrak "fanpa Nitrogen
Yang semuanya dalam g/kg bahan kering.
Apabila kecernaan dari masing-masing fraksi tersebut diatas diketahui maka dapat
dihitung nilai ME-nya :
ME (MJ/kg) = 0,0152 DCP + 0,0342 DEE + 0,0128 DCF + 0,0159 DNFE

Universitas Gadjah Mada


Dimana DCP = Digestible Crude Protein
DEE = Digestible Ether Extract
DCF = Digestible Crude Fiber
DNFE = Digestible Nitrogen Free Extract
Yang semuanya dalam g/kg bahan kering.
Apabila kecernaannya tidak dapat diketahui maka dapat menggunakan
rumus : ME (Mj/kg) = 0,012PK + 0,03 1 LK + 0,005 SK + 0,014BETN

4.5. Analisis Serat Van Soest


Serat kasar didefinisikan sebagai bahan yang masih tertinggal setelah bahan
pakan di rebus dengan asam dan basa. Serat kasar mengandung fraksi-fraksi
cellulose, hemicellulose dan lignin dan dapat dikatakan sebagai fraksi penyusun
dinding set tanaman. Definisi tersebut diatas didasarkan pada nilai nutrisi dari serat
kasar yang dapat dicerna oleh enzim-enzim yang dikeluarkan oleh saluran pencernaan
mamalia maupun ternak nonruminansia. Didalam kenyataan praktek dilapangan
terdapat perbedaan yang signifikan terhadap nilai nutrisi serat kasar karena adanya
mikrobia yang hidup disaluran pencernaan yang mampu memproduksi enzim yang
dapat mencerna serat kasar untuk dijadikan sumber energinya. Mikrobia tersebut
hidup dirumen temak ruminansia dan saluran pencernaan belakang (sekum) temak
tertentu. Hal tersebut menyebabkan hasil analisis serat pada analisis proksimat lebih
bermakna pada ternak non-ruminansia daripada ternak ruminansia. Van-Soest
mengembangkan analisis serat yang lebih mendekati nilai nutrisi serat kasar untuk
ruminansia dengan mempergunakan detergent yang mampu memisahkan matrik
dinding sel yang tidak larut dan mengistimasikan subkomponen utamanya yaitu :
selulosa, hemiselulosa dan kombinasi keduanya dengan lignin. Analisis ini
mempergunakan 2 macam detergent yaitu : 1. Neutral-detergent fiber dan 2, Acid-
detergent fiber.
1. Neutral-detergenr fiber (NDF) merupakan detergent yang bersifat anionik yang
berasal dari kompleks polianionik dan merupakan garam-garam sodium yang larut
pada pH diatas6,0, dan untuk mencegah interferensi dengan logam berat atau ion-ion
logam alkaline tanah diberikan dengan ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) yang
mampu mengikatnya. Perebusan hijauan dengan larutan lauril sulfat dan EDTA pada
pH netral (7) menghasilkan larutnya semua isi sel dan meninggalkan sebagian besar
komponen-komponen dinding sel (selulosa, hemiselulosa dan lignin) dan beberapa
ikatan-ikatan nitrogen, protein, mineral, dan kutikel sedangkan pektin terlarut meskipun

Universitas Gadjah Mada


merupakan komponen dinding sel. Ekstraksi neutral-detergent fiber merupakan reaksi
nonhidrolitik
3. Acid-detergent fiber (ADF) digunakan pada pH 4,0 yang larut pada ekstraksi ini
adalah hemiselulosa dan protein dinding sel dan sisanya adalah lignin, selulosa
dan sisa fraksi nonkarbohidrat yang tidak terlarut. Secara berturutan maka NDF
melarutkan pektin dan opalin silika sedang ADF akan melarutkan kompleks tanin-
protein dan meyisakan silika. Galaktouronan diikat ADF sebagai garam-garam
detergent. Secara skematis hasil dan sisa ekstraksi NDF dan ADF dapat dilihat
pada gambar !.
Gambar 1. Sekuensi analisis serat menurut Robertson dan Van Soest (1981)

Universitas Gadjah Mada

Anda mungkin juga menyukai