I. PENDAHULUAN
berkualitas baik, tersedia setiap saat dengan harga yang layak serta tidak bersaing
Pakan ikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu usaha
budidaya perikanan. Syarat pakan yang baik adalah mempunyai nilai gizi yang
tinggi, mudah diperoleh, mudah diolah, mudah dicerna, harga relatif murah, tidak
mengandung racun. Jenis pakan disesuaikan dengan bukaan mulut ikan, dimana
semakin kecil bukaan mulut ikan maka semakin kecil ukuran pakan yang
diberikan, dan juga disesuaikan dengan umur ikan (Khairuman, 2003 dalam Arief,
2009).
Pakan terdiri dua macam yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami
merupakan pakan yang sudah tersedia di alam. Pakan buatan adalah pakan yang
dibuat dari berbagai macam bahan baku hewani dan nabati dengan
memperhatikan kandungan gizi, sifat dan ukuran ikan yang akan mengkonsumsi
pakan tersebut dengan cara dibuat oleh manusia dengan bantuan peralatan pakan
(Gusrina, 2008 dalam Perdana dkk., 2016). Pakan buatan ini biasanya dinamakan
pelet.
pengujian mutu terhadap produk pakan jadi serta proses pengemasan dan
2
pakan buatan yang dihasilkan yang ditentukan oleh kandungan nutrisinya yaitu
kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar serat kasar, dan kadar abu. Selain itu,
kualitas pakan juga ditentukan oleh sifat fisikanya, seperti ketahanan pakan dalam
air, daya mengapungnya, serta kekerasan pakan, dan sifat biologisnya terhadap
ikan yang mengkonsumsinya untuk mengetahui respon ikan terhadap pakan dan
penyimpanan akan mempengaruhi sifat fisik dari pakan yang disimpan. Kualitas
pakan yang disimpan akan turun jika melebihi batas waktu tertentu. Penyimpanan
pakan yang terlalu lama dengan cara penyimpanan yang keliru akan menyebabkan
1.2 Tujuan
Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah mempelajari teknik penanganan pasca
produksi pakan ikan yaitu pengujian mutu pakan mulai dari uji fisik, kimia, dan
kebutuhan dari ikan tersebut. Untuk mengetahui nilai nutrisi (gizi) pakan buatan
yang perlu untuk diketahui dalam rangka menyusun ransum pakan yaitu protein,
lemak, karbohidrat yang terdiri dari serat, serta abu. Selain itu juga perlu diketahui
kandungan airnya, sehingga dapat disimpan relatif lama dan tidak ditumbuhi oleh
Pakan buatan berupa pelet yang disimpan perlu dikemas atau dibungkus
agar tidak mudah rusak atau tidak mudah dicemari mikroorganisme, serangga
maupun tikus. Kemasan adalah wadah atau media yang digunakan untuk
1999 dalam Wigati, 2009). Contoh bahan kemas antara lain seperti, karung goni,
karung plastik, plastik, dan kemasan kertas. Namun, karung plastik kini telah
banyak digunakan untuk menggantikan karung goni karena mempunyai sifat kuat,
tahan air, lembab, transparan, dapat dibentuk, diisi dan disegel dengan mesin.
Penyimpanan pakan buatan yang telah jadi harus dilakukan dengan benar
agar pakan yang telah dibuat tidak mengalami kemunduran mutu pakan (Gusrina,
2008 dalam Sidik, 2016). Menurut Syarief dan Halid (1994 dalam Sholihah,
bobot hasil karena adanya gangguan biologi (proses respirasi, serangan serangga,
dan tikus). Untuk itu ada beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam
menyimpan pakan buatan dalam bentuk kering seperti penggunaan pallet dan
1.4 Kontribusi
berbeda sesuai dengan umur dan jenis ikan (Suwirya dkk., 2001 dalam Marzuqi,
2013). Pakan untuk benih ikan harus mengandung gizi yang lebih tinggi sekitar
50% sedangkan nutrisi pakan yang baik untuk pembesaran ikan lele pada
Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dari bahan makanan baik nabati
maupun hewani dengan memperhatikan kandungan gizi, sifat dan ukuran ikan
(Sary, 2013). Pakan buatan ini biasanya dinamakan pelet. Menurut Rizal (2005
dalam Kurniaji, 2013) pelet adalah bentuk ransum yang berasal dari berbagai
bahan pakan dengan perbandingan komposisi yang telah dihitung dan ditentukan.
digolongkan menjadi tiga jenis yaitu bahan baku nabati, hewani, dan bahan baku
tambahan. Menurut Sidik (2016) bahan baku yang digunakan dapat disesuaikan
berdasarkan kebiasaan makan ikan yaitu ikan herbivor, omnivor dan karnivor.
Dalam memilih bahan baku yang akan digunakan untuk ikan herbivor akan sangat
berbeda untuk ikan karnivor atau omnivor. Pada ikan herbivor komposisi bahan
baku lebih banyak yang berasal dari nabati dan untuk ikan karnivor maka
memilih bahan baku untuk pembuatan pakan buatan adalah mempunyai nilai gizi
tinggi, dengan bahan baku yang bergizi tinggi akan diperoleh pakan yang dapat
dicerna oleh ikan. Tidak mengandung racun, bahan baku yang mengandung racun
akan menghambat pertumbuhan ikan bahkan dapat membuat ikan mati, serta
sesuai dengan kebiasaan makan ikan, bahan baku yang digunakan sebaiknya
disesuaikan dengan kebiasaan makan ikan dialam, hal ini dapat meningkatkan
Menurut Mujiman (1985 dalam Anfa, 2017) Pegujian secara fisik meliputi
kekerasan pelet, stabilitas pelet dalam air, serta kadar kehalusan. Pengujian
stabilitas dalam air meliputi kecepatan pecah, dispersi padatan, dispersi nutrien,
daya apung, kecepatan tenggelam, berat jenis, ukuran pakan, uji daya pikat, dan
daya lezat pakan. Pengujian daya apung adalah pengujian pakan untuk
mengetahui daya apung pakan yang direndamkan di dalam air dan mengetahui
berapa lama waktu yang dibutuhkan pakan dari permukaan air hingga ke dasar
media.
berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga pakan lembek dan hancur (Aslamyah
dan Yushinta 2009 dalam Jefry, 2011). Untuk mengetahui pelet sudah lembek
atau belum dilakukan penekanan dengan jari telunjuk. Pengamatan ini dilakukan
dengan memencet pelet setiap lima menit sampai pakan pecah/hancur (Saade dan
7
tampilan fisik pakan ikan, meliputi tekstur, aroma, dan warna yang dilakukan
yang lainnya seperti kekerasan pellet, kecepatan pecah, daya lezat pakan serta
kandungan nutrien dalam pakan. McDonald dkk. (1995 dalam Achmad, 2016)
menjelaskan bahwa analisa proksimat dibagi menjadi 6 fraksi nutrien yaitu kadar
air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen
(BETN).
Analisa kadar air dimaksudkan untuk mengetahui kadar air pada pakan
pellet. Air atau mineral merupakan bahan anorganik yang dibutuhkan biota
budidaya dalam jumlah yang sediki, tetapi mempunyai fungsi yang sangat penting
(Fathia, 2016). Menurut Winarno (2002 dalam Utami dkk., 2014), jumlah kadar
air yang terdapat pada bahan sangat penting dalam mempertahankan daya simpan
bahan tersebut. Kadar air akan berpengaruh terhadap kenampakan, tekstur dan cita
rasa suatu makanan tak terkecuali pakan untuk ikan. Semakin rendah kadar air,
maka kemampuan tenggelam akan semakin kecil (Gunadi dkk., 2010 dalam
Kurniaji, 2012). Kadar air yang tinggi akan mempengaruhi keawetan bahan
Analisa kadar abu dimaksudkan untuk mengetahui kadar abu pada pakan
8
pellet. Abu merupakan residu anorganik yang didapat dengan cara mengabukan
dalam mineral tergantung pada jenis bahan pangan serta metode analisis yang
digunakan. Menurut Irfak (2013 dalam Zaenuri, 2014), pakan ikan yang terbuat
dari bahan tepung sangat mudah mengalami over cooking yang berakibat pada
besarnya kandungan abu yang terdapat pada pakan ikan. Abu dalam pakan
terdapat garam-garam atau oksida-oksida dari K, P, Na, Mg, Ca, Fe, Mn, dan Cu,
dan terdapat dalam kadar yang sangat kecil seperti Al, Ba, Sr, Pb, Li, Ag, Ti, As,
pellet. Protein merupakan senyawa organik kompleks, yang tersusun atas banyak
N (nitrogen) yang tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat (Fathia, 2016).
kebutuhan energi
sistem metabolisme.
perlu dipenuhi terlebih dahulu. Kadar protein yang terlalu tinggi dapat
Organisme akuatik hanya dapat meretensi protein sekitar 20-25% dan selebihnya
antara lain ukuran ikan, umur ikan, kualitas protein, kandungan energi pakan,
suhu air dan tingkat pemberian pakan (NRC, 1983 dalam Suhenda dkk., 2005).
pakan pellet. Lemak merupakan sumber energi paling tinggi dalam pakan. Lemak
adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut
organik. Lemak berfungsi sebagai sumber energi yang paling besar di antara
protein dan karbohidrat. Lemak juga penting bagi tubuh ikan antara lain
apung biota akuatik dalam air serta untuk memelihara bentuk dan fungsi
komponen untuk pembentukan struktur tubuh, sebagai pelindung organ vital dan
memberikan rasa nyaman di lambung dan rasa enak pada pakan (Winarno, 1997
dalam Utami dkk., 2014). Namun, kadar lemak didalam pakan yang terlalu tinggi
Takeuchi and Wattanabe (1979 dalam Perdana, 2016) tingginya kandungan lemak
akan mengganggu aktivitas enzim enzim pada membran sel, sehingga sintesis
protein dan sel juga rendah yang akhirnya berakibat pada rendahnya laju
pertumbuhan.
Analisa serat kasar dimaksudkan untuk mengetahui kadar serat pada pakan
pellet. Serat kasar mempunyai sifat kimia yang tidak larut dalam air, asam
ataupun basa meskipun dengan pemanasan atau hidrolisis (Indah, 2016). Serat
kasar merupakan bagian dari karbohidrat dan didefinisikan sebagai fraksi yang
tersisa setelah didigesti dengan larutan asam sulfat standar dan sodium hidroksida
pada kondisi yang terkontrol (Suparjo, 2010 dalam Putri dkk., 2012). Kandungan
serat kasar yang terlalu tinggi di dalam pakan ikan akan mempengaruhi daya
cerna dan penyerapan zat-zat makanan di dalam alat pencernaan ikan. Kandungan
serat kasar yang tinggi menyebabkan pakan sukar dicerna ikan (Hendrawati,
2011).
pakan (Feed Conversion Ratio). Nilai ini sebenarnya tidak merupakan angka
mutlak, karena tidak hanya ditentukan oleh kualitas pakan, tetapi juga dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain, seperti jenis, ukuran ikan, kepadatan, kualitas air. Semakin
kecil nilai konversi pakan, semakin baik kualitas pakan, karena akan semakin
lapangan (Masyamsir, 2001). Selain itu baik tidaknya suatu kualitas pakan tidak
hanya dilihat dari nilai konversi pakan, tetapi juga dapat dilihat dari pertumbuhan
pakan yang diberikan dengan jumlah bobot ikan yang dihasilkan. Semakin kecil
nilai konversi pakan berarti tingkat efisiensi pemanfaatan pakan lebih baik,
ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu : bobot
dan konsumsi oksigen. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari faktor abiotik dan
faktor biotik. Faktor abiotik terdiri dari tekanan, suhu, salinitas, kandungan
oksigen air,buangan metabolit (CO2, NH3), pH, cahaya, musim, dan pakan
(Pramudiyas, 2014).
merupakan bahan yang dicampurkan dalam pakan dalam jumlah sedikit untuk
terhadap pakan (de-Olivera & Cyrino, 2004; Venketeshwarlu dkk., 2009 dalam
yang tinggi menunjukkan tingkat palatabilitas pakan yang baik, sebaliknya jika
jumlah konsumsi pakan rendah maka tingkat palatabilitas pakan tidak baik.
penggunaan bahan baku pakan sumber nabati yang meningkat pada pakan dapat
perlindungan pada bahan atau komoditi (Imdad dan Nawangsih, 1999 dalam
dari pengaruh oksidasi dan mencegah terjadinya kontaminasi dengan udara luar.
sinar, efisien, ekonomis, dan mudah serta sebagai daya tarik. Menurut (Syarief
dkk., 1989 dalam Wigati, 2009), bahan kemas mempunyai kemampuan dalam
menahan serangan mikroba, hal ini ditentukan oleh ada tidaknya lubang-lubang
plastik. Karung plastik telah banyak digunakan untuk menggantikan karung goni,
meskipun masih terdapat banyak kekurangan misalnya karung lebih mudah pecah
plastik umumnya terbuat dari polyolefin film yaitu Polyethylene. Keuntungan dari
Polyethylene yaitu permeabilitas uap air dan air rendah, fleksibel, dapat digunakan
untuk penyimpanan beku (-50 0C), transparan sampai buram, dapat digunakan
13
sebagai bahan laminasi dengan bahan lain. Kerugian dari Polyethylene yaitu
permeabilitas oksigen agak tinggi, dan tidak tahan terhadap minyak (Syarief dan
Irawati, 1988 dalam Sholihah, 2011). Karung plastik mulai pesat dipakai karena
mempunyai sifat kuat, tahan air, lembab, transparan, dapat dibentuk, diisi dan
penyimpanan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menahan atau menunda
suatu barang sebelum barang tersebut dipakai tanpa merubah bentuk barang
tersebut.
Penyimpanan pakan buatan yang telah jadi harus dilakukan dengan benar
agar pakan yang telah dibuat tidak mengalami kemunduran mutu pakan (Gusrina,
2008 dalam Sidik, 2016). Dalam menyimpan pakan buatan ada beberapa faktor
yang akan mempengaruhi stabilitas nutrien pakan yang disimpan sebagai berikut :
1) Kadar air pakan yang akan disimpan sebaiknya tidak lebih dari 10% agar tidak
jika lebih dari 65% akan cepat merangsang pertumbuhan jamur dan serangga.
3) Suhu ruangan penyimpanan pakan yang tinggi akan merusak dan mengurangi
ketersediaan nutrien pakan. Suhu ruangan yang ideal untuk menyimpan pakan
adalah 20C.
4) Supply oksigen di dalam ruangan penyimpanan harus mencukupi. Hal ini dapat
ventilasi. Dengan adanya ventilasi yang cukup akan terdapat pergantian udara
5) Kadar lemak dalam pakan, pakan buatan pada umumnya mengandung lemak,
mengakibatkan proses peroksidasi lemak dan pakan akan tengik serta bau
busuk.
2) Kemasan pada pakan memiliki label pakan dan kandungan nutrisi yang
terdapat pada pakan serta masa kadaluarsa pakan tertera pada kemasan (tanggal
kadaluarsa pakan).
lebih dari 6 tumpukan. Jarak palet yaitu kayu tempat meletakkan pakan dalam
ruang penyimpanan berjarak 12-15 cm dari dasar lantai agar tidak terjadi
kerusakan pakan yang ada di dasar oleh serangga, kutu, abu dan sirkulasi udara
lebih dari tiga bulan. Menggunakan pakan yang diproduksi terlebih dahulu
Fogging bertujuan untuk memerantas hama seperti serangga dan tikus saat
penyimpanan pakan.
antar daerah atau antar pulau. Jalur transportasi yang dilalui dapat melewati darat,
laut, dan udara. Fasilitas yang disediakan berupa mobil truk. Namun, tak sedikit
supplier yang membawa mobil sendiri berupa truk bahkan kontainer. Untuk tetap
menjaga mutu pakan selama diperjalanan, mobil truk yang mengangkut pakan
ditutup dengan terpal tebal agar pakan tidak terkena sinar matahari dan hujan.
terhadap aliran produk secara fisis dan ekonomik, dari produsen melalui pedagang
yang menambah nilai produk pada saat produk bergerak melalui sistem tersebut.
Kingdom : Animalia
Sub-kingdom : Metazoa
16
Phyllum : Chordata
Sub-phyllum : Vertebrata
Class : Pisces
Sub-class : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub-ordo : Siluroidea
Familia : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias sp.
Ikan lele adalah ikan air tawar yang memiliki tubuh yang licin tak bersisik,
dengan sirip dan sirip anus yang juga panjang, yang terkadang menyatu dengan
sirip ekor. Kepalanya keras menulang dibagian atas, dengan mata yang kecil dan
mulut yang lebar yang terletak diujung moncong, dilengkapi dengan empat pasang
sungut peraba yang amat berguna untuk bergerak di air yang gelap, lele memiliki
darah. Pada insang inilah oksigen diserap dari air dan karbon dioksida dibebaskan
ke air. Ikan lele juga memiliki labirin yang membantu dalam proses pernafasan
ketika berada di daerah yang berlumpur. Lele memiliki sepasang patil, yakni duri
tulang yang tajam, pada sirip-sirip dadanya. Pada sisi tubuh terdapat gurat sisi
yang memanjang dari belakang tutup insang sampai ekor. Gurat sisi berfungsi
Ikan lele tahan hidup di perairan yang mengandung sedikit oksigen dan
relatif tahan terhadap pencemaran bahan- bahan organik. Ikan lele dapat hidup
normal dilingkungan yang memiliki kandungan oksigen terlarut 4 ppm dan air
pertumbuhan dan perkembangan ikan lele akan cepat dan sehat jika dipelihara dari
sumber air yang cukup bersih (Suyanto, 2006 dalam Iqbal, 2011). Ikan lele adalah
mempunyai sifat scavanger yaitu ikan pemakan bangkai. Selain pakan alami,
berupa pelet. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 3% per hari dari berat total
ikan yang ditebarkan di kolam dengan frekuensi 2-3 kali sehari (Khairuman dan
Amri, 2002 dalam Iqbal, 2011). Ikan lele bersifat kanibalisme, yaitu mempunyai
18
sifat yang suka memakan jenisnya sendiri, jika kekurangan makanan. Sifat
kanibalisme juga akan timbul karena adanya perbedaan ukuran, lele yang
berukuran besar akan memangsa ikan lele yang berukuran lebih kecil
sebelum pakan tersebut dipasarkan. Alat dan bahan yang digunakan untuk
melakukan beberapa pengujian seperti uji daya apung, ketahanan pakan dalam air,
Alat Bahan
Ayakan Air
Baskom kecil Pakan pellet
Gelas ukur
Blender
Pakan pelet yang telah diproduksi dilakukan pengujian secara kimia yang
meliputi uji kadar air, uji protein, uji kadar lemak, uji kadar serat kasar dan uji
kadar abu. Alat dan bahan yang digunakan untuk menguji pakan secara
Alat dan bahan yang digunakan untuk menguji pakan secara biologi untuk
mengetahui nilai FCR, Respon Ikan Terhadap Pakan, dan SR ikan yang dipelihara
dengan pemberian pakan pellet PP 811, PP 812, pakan SINTA, dan pakan SAFIR
Alat Bahan
Scopnet Pakan pellet
Timbangan digital Ikan lele
Nampan
Kolam semen 1 m x 1 m
Blower
perlu diperhatikan karena bertujuan agar kualitas pakan tetap terjaga. Alat dan
bahan yang digunakan dalam proses penanganan pasca produksi mulai dari
Tabel 4. Alat Dan Bahan Proses Pengemasan, penyimpanan pakan, dan proses
pemasaran
Alat Bahan
Forklift Label
Palet Pelet
Fogging Karung plastic
Mesin pengemas
Truk pengangkut
22
mengambil satu buah gelas yang diisi air hingga setengahnya, lalu mengambil
dihitung waktu yang diperlukan pelet pada waktu tenggelam (Lampiran 2).
50 butir pellet ke dalam beaker glass yang diisi air setengahnya. Untuk
mengetahui pelet sudah lembek atau belum dilakukan penekanan dengan jari
telunjuk. Pengamatan ini dilakukan dengan memencet pelet setiap 5 menit sampai
3. Pengujian organoleptik
Pengujian warna serta aroma dilakukan dengan cara visual yaitu dengan
proksimat untuk mengetahui kandungan nutrien dalam pakan yaitu kadar air, abu,
selama kira-kira 30-45 menit, lalu ditimbang untuk mengetahui bobot akhirnya.
B. Uji protein
dengan penambahan basa kuat sehingga seluruh kandungan Nitrogen pada sample
menguap berbentuk uap amoniak. Destilasi sampel dilakukan satu per satu selama
4 menit per sample. Lalu Boric Acid akan mengikat uap amoniak bebas tersebut
Kjeldahl.
dimasukkan ke dalam oven selama 1 jam. Lemak yang tertinggal pada Gelas
heater pada skala 7 dan waktu 40 menit sampai mendidih. Mencuci sampel
24
dengan aquadest panas 3-4 kali menggunakan pengatur presure dan vaccum pada
sample dengan aquadest dingin lalu pengeringan di oven 105oc selama 3 jam dan
timbang bobotnya setelah itu dimasukan ke tanur 450oc selam 1 jam. Timbang
kembali bobotnya.
Seluruh zat organik dari sample akan terbakar dan menyisakan zat
anorganik saat melakukan proses pengabuan selama 3 jam pada suhu 600 0C, lalu
dari 21 hari untuk 1 kali produksi pakan CMK. Ikan lele berukuran 25 gram
digunakan, pakan yang digunakan terdiri dari 4 jenis yaitu pakan PP 811, PP 812,
SINTA, dan SAFIR. Pakan yang diberikan sebanyak 3% dari berat tubuhnya,
diawal pemeliharaan. Satu jenis pelet diberikan untuk 4 kolam. Saat pemberian
pakan perlu memperhatikan respon ikan terhadap pakan yang diberikan untuk
bersih 30 kg, karung plastik ditutup dengan cara dijahit dengan mesin jahit
otomatis, kemudian disusun pada palet, satu pallet berisi 50-60 karung pakan
(Lampiran 5).
B. Penyimpanan Pakan
sekali (Lampiran 5)
juga dapat menggunakan mobil pribadi jika diinginkan. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan saat proses pengiriman, seperti kondisi truk harus kering / tidak
basah, pakan disusun dengan rapih dan tidak dibanting, serta saat proses
terpal tebal agar pakan tidak rusak karena cahaya matahari dan hujan saat
diperjalanan.
26
waktu 2 hari untuk memproduksi pakan yang dipesan, jika pakan yang
kualitas pakan buatan yang dihasilkan agar tetap sesuai dengan standar yang telah
dihasilkan oleh perusahaan citra mandiri kencana ini memiliki 2 tipe dengan nama
dagang yaitu premium patee 811 dan premium patee 812 ukuran 3 mm.
Berdasarkan hasil uji organoleptik (Tabel 5) keempat pakan uji memenuhi kriteria
Parameter pengamatan
Jenis pakan Warna Aroma Tekstur
Coklat Coklat Coklat Tidak
Menyengat Kasar Halus
kekuningan muda tua menyengat
PP 811
v v v
(Pakan CMK)
PP 812
v v v
(Pakan CMK)
SINTA
v v v
(Pembanding)
SAFIR
v v v
(Pembanding)
811, memiliki tekstur yang halus, aroma amis menyengat, dan warna pakan coklat
muda, pakan PP 812 memiliki aroma dan warna pakan yang sama dengan pakan
PP 811 yaitu amis menyengat dan warna coklat muda tetapi teksturnya berbeda
yaitu kasar, dan pakan SAFIR memiliki aroma dan tekstur yang sama dengan
pakan PP 811 dan PP 812 yaitu amis menyengat dan halus tetapi warnanya lebih
gelap yaitu coklat tua, sedangkan pakan SINTA memiliki aroma amis yang tidak
menyengat, dan warna pakan coklat kekuningan tetapi memiliki tekstur yang
halus.
Tekstur pada pakan yang diuji cenderung halus, hal ini disebabkan karena
bahan baku yang digunakan sudah berbentuk tepung yang dihaluskan. Menurut
29
Wulansari dkk. (2016), Bahan baku yang halus, selain mudah dicerna juga
menghasilkan pakan yang relatif lebih kompak. Tetapi jika terlalu halus, pakan
akan membentuk koloid di dalam air sehingga hanya sedikit nutrien yang
Aroma pada pakan yang diuji cenderung menyengat, Hal ini disebabkan
oleh pakan uji mengandung bahan-bahan yang memberi daya lezat dan aroma
yang kuat. Salah satunya yaitu tepung daging unggas, tepung kepala udang, dan
tepung ikan yang digunakan sebagai bahan baku pada pakan uji dengan kualitas
yang baik, sehingga mengeluarkan aroma pakan yang tajam dan disukai ikan.
Murdinah dkk. (1999 dalam Aslamyah dan Karim, 2012) mengemukakan bahwa
pakan yang baik mempunyai aroma khas yang disukai oleh ikan.
Warna pada pakan yang diuji cenderung berwarna coklat, hal ini
dikarenakan warna pada sangat bergantung pada jenis bahan baku yang
kepala udang, tepung ikan, dan bungkil sawit dalam jumlah relatif tinggi akan
4.1.2 Uji Daya Apung Dan Uji Ketahanan Pakan Dalam Air
Daya apung merupakan pengujian pakan untuk mengetahui daya apung
pakan yang direndamkan di dalam air. Sedangkan ketahanan pakan dalam air
berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga pakan lembek dan hancur.
Berdasarkan hasil uji daya apung dan uji tingkat ketahanan pakan (Tabel 6)
keempat pakan uji memenuhi kriteria pakan yang baik sesuai standar.
30
Tabel 6. Hasil pengujian daya apung dan pengujian tingkat ketahanan pakan ikan
pakan ikan yang diuji daya apungnya memiliki daya apung 100% dari 100 butir
sample yang diamati, hal ini telah memenuhi standar pabrik CMK yang telah
ditentukan yaitu 95-100% untuk daya apung pakan ikan lele. Serta semua jenis
pakan yang diuji ketahanannya dalam air hingga pakan tersebut hancur memiliki
ketahanan dalam air yang cukup baik dan sesuai standar yaitu pakan PP 812
dengan waktu terlama 8 jam 6 menit, kemudian pakan PP 811 dengan waktu 7
jam 57 menit, pakan SAFIR dengan waktu 6 jam 27 menit, dan pakan SINTA
Waktu yang diperlukan saat pengujian daya tahan pellet di dalam air
sampai saat pelet tersebut hancur merupakan ukuran daya tahannya. Menurut
(Baladz dkk., 1973 dalam Aslamyah dan Karim, 2012) secara umum stabilitas
semakin lama waktu apung pakan ikan semakin baik, namun untuk pakan ikan
yang hidup didasar waktu apung bukan suatu masalah, namun yang perlu
diperhatikan adalah daya tahan pakan didalam air (Romadhon dkk., 2013).
kehalusan bahan baku pakan dan proses pencampuran bahan dalam proses
pembuatan pakan. Semakin halus bahan pakan, semakin baik pula pakan yang
yang lebih kompak dan stabil di dalam air. Semakin lama waktu yang dibutuhkan
dan nutrien pakan tidak mudah larut dalam air (Murdinah, 1989 dalam Aslamyah
Selain itu faktor yang mempengaruhi pellet ikan bisa mengambang atau
terapung adalah mesin. Pellet bisa terapung karena ada pori-pori dalam pellet
yang terjadi karena gesekan dari bahan yang dibawa oleh extruder dengan dinding
menimbulkan panas yang cukup untuk membuat pellet matang. Setelah itu bahan
masuk kedalam lubang dies dan keluar lalu dipotong oleh pisau pemotong. Karena
perbedaan suhu di dalam dengan suhu diluar ruangan maka pellet tersebut dapat
Pakan yang telah sesuai standar pabrik dari hasil pengujian daya apung,
pakan PP 811 dan PP 812 sudah sesuai dengan standar pabrik dan mengandung
hasil analisa moisture (kadar air) terendah terkadung dalam pakan PP 812 yaitu
4,35 % sedangkan kadar air tertinggi terkandung dalam pakan SAFIR yaitu 7,21
%. Persentase kandungan air dalam pakan lele tersebut tidak melebihi standar
yang ditetapkan oleh pabrik dan sesuai dengan pernyataan Sahwan (2002 dalam
Dani dkk., 2004) bahwa kadar air pakan sebaiknya lebih baik tidak lebih besar dari
10%. Jadi, kadar air pada pakan tersebut masih dalam batas kisaran ideal.
Kadar air dalam pakan mempengaruhi daya apung pakan. Menurut Gunadi
dkk., (2010 dalam Kurniaji, 2012) pakan apung memiliki kadar air lebih rendah
dibandingkan dengan pakan tenggelam, hal ini disebabkan pakan apung memiliki
kadar air sebesar 8,27 %, sedangkan pakan tenggelam sebesar 13,06 %. Semakin
Selain itu air merupakan komponen penting dalam bahan makanan, karena
Kandungan air dalam makanan ikut menentukan kesegaran dan daya tahan bahan
tersebut terhadap serangan mikroba. Kadar air yang tinggi akan mempengaruhi
Hasil analisa protein pada pakan lele kadar protein terendah terkadung
dalam pakan PP 812 yaitu 31,22 % sedangkan kadar protein tertinggi terkandung
dalam pakan SAFIR yaitu 35,79 %. Persentase kandungan protein ini sudah sesuai
dengan kebutuhan ikan. Menurut Rukmini (2012 dalam Kurniaji, 2012) protein
sangat diperlukan oleh tubuh ikan, baik untuk menghasilkan tenaga maupun untuk
34
pertumbuhan. Bagi ikan, protein merupakan sumber tenaga paling utama. Kadar
hanya dapat meretensi protein sekitar 20-25% dan selebihnya akan terakumulasi
dalam air (Stickney, 2005 dalam Rachmawati, 2015). Metabolisme protein oleh
ikan menghasilkan amonia sebagai hasil ekskresi. Pada saat yang sama protein
dalam feses dan pakan yang tidak termakan akan diuraikan oleh bakteri menjadi
amonia.
Hasil analisa fat (lemak) terendah terkadung dalam pakan SINTA yaitu
4,65 % sedangkan kadar lemak tertinggi terkandung dalam pakan PP 811 yaitu
6,53 %. Persentase kandungan lemak dalam pakan lele tersebut tidak melebihi
standar pabrik dan sesuai dengan pernyataan Mudjiman (1989 dalam Dani dkk.,
2004) bahwa kandungan lemak ideal untuk makanan ikan berkisar 4-18 %. Jadi,
kadar lemak pada pakan buatan ini masih dalam batas kisaran kadar lemak ideal
Namun, kadar lemak yang terlalu tinggi tidak baik untuk ikan. Ikan tidak
dapat mencerna protein secara maksimal jika terdapat kelebihan lemak didalam
dimanfaatkan sebagai energi untuk pertumbuhan, karena sifat dari lemak sendiri
yang sulit untuk dipecah oleh enzim. Menurut Takeuchi and Wattanabe (1979
enzim enzim pada membran sel, sehingga sintesis protein dan sel juga rendah
Hasil analisa fiber (serat kasar) terendah terkandung dalam pakan SINTA
yaitu 3,57 % sedangkan serat kasar tertinggi terkandung dalam pakan PP 811
yaitu 6,41 %. Persentase kandungan serat kasar dalam pakan lele tersebut tidak
2011), kandungan serat kasar < 8% akan menambah tinggi kualitas pakan, tetapi
apabila serat kasar > 8% akan mengurangi kualitas pakan. Kandungan serat kasar
yang terlalu tinggi di dalam pakan ikan akan mempengaruhi daya cerna dan
kasar yang tinggi menyebabkan pakan sukar dicerna ikan (Hendrawati, 2011).
Hasil analisa ash (kadar abu) terendah terkandung dalam pakan SINTA
yaitu 8,63 % sedangkan kadar abu tertinggi terkandung dalam pakan SAFIR yaitu
10,05 %. Persentase kandungan abu dalam pakan lele tersebut tidak melebihi
standar pabrik dan menurut Setyono (2012 dalam Zaenuri, 2014) kadar abu pada
36
pakan ikan yang baik sebaiknya < 12%. Abu berpengaruh pada daya cerna ikan
yang terdapat pada suatu bahan yang diperoleh dari sisa pembakaran senyawa
organik (Sudarmadji, 1998 dalam Achmad, 2016). Kandungan abu suatu bahan
(2013 dalam Zaenuri, 2014), pakan ikan yang terbuat dari bahan tepung sangat
mudah mengalami over cooking yang berakibat pada besarnya kandungan abu
yang terdapat pada pakan ikan. Abu dalam pakan termasuk komponen anorganik
Hasil rataan nilai konversi pakan ikan uji pada pengamatan yang dilakukan
Nilai
Perlakuan Jenis Pakan Konversi
Pakan
PP 811
A 1,07
(Pakan CMK)
PP 812
B 1,14
(Pakan CMK)
SAFIR
C 1,17
(Pembanding)
SINTA
D 1,16`
(Pembanding)
besar pakan yang dikonsumsi menjadi biomassa tubuh ikan. Hasil pengamatan
37
terdapat pada perlakuan A (1,07), diikuti oleh perlakuan B (1,14), D (1,16), dan C
(1,17). Nilai konversi pakan yang terbaik yaitu pada perlakuan A karena
memperoleh nilai FCR terendah 1,07. Semakin rendah nilai konversi pakan,
semakin efisien pakan tersebut diubah menjadi daging (Effendie, 1979 dalam
mempunyai kualitas yang cukup baik, karena pakan yang diberikan benar-benar
mempunyai respon yang baik terhadap pakan tersebut. Karena pakan yang
diberikan sesuai dengan bukaan mulut ikan dan mempunyai aroma yang khas
sehingga ikan responsif dalam memakan pakan yang diberikan. Hasil pengujian
ikan yang diberikan pakan PP 811, PP 812, dan SAFIR dapat menghabiskan
pakan < 2 menit sesuai standar yang ditetapkan oleh pabrik, berbeda dengan ikan
lamban/kurang karena memerlukan waktu lebih lama untuk memakannya. Hal ini
disebabkan karena kurangnya pemberian atraktan yang disukai ikan pada pakan
bahan yang dicampurkan dalam pakan dalam jumlah sedikit untuk meningkatkan
38
asupan pakan (food intake), pertumbuhan, dan konsumsi ikan terhadap pakan (de-
Olivera & Cyrino, 2004; Venketeshwarlu dkk., 2009 dalam Khasani, 2013).
Palatabilitas pakan ditentukan oleh bentuk, ukuran, rasa, bau, aroma dan warna
pengemasan yang digunakan adalah karung plastik yang berisi 30 kg pakan jadi
dan diberikan label yang berisi nama pakan, komposisi, tanggal kadaluarsa, dan
berat pakan. Menurut Gusrina (2008 dalam Sidik, 2016) kemasan pada pakan
harus terdapat label pakan dan kandungan nutrisi yang terdapat pada pakan serta
39
masa kadaluarsa pakan yang tertera pada kemasan (tanggal kadaluarsa pakan)
(Gambar 5).
Label yang terdapat pada pakan ikan merupakan penanda pada salah satu
jenis produk pakan agar dapat mempermudah dalam mengetahui letak pada pakan
mempengaruhi berapa lama bahan pakan tersebut dapat disimpan. Kemasan yang
baik dapat menjaga kualitas bahan pakan dalam jangka waktu yang lama.
Semakin besar pori-pori kemasan, maka akan cepat meningkatkan kadar air bahan
produk pakan yang telah diproduksi. Dalam penyusunan pakan yang telah
diproduksi harus menggunakan alas yang disebut pallet. Fungsi pallet pada
penyusunan pakan yaitu untuk memberikan sirlukasi udara yang masuk melalui
dasar palet sehingga kemasan pakan tidak lembab dan menyebabkan bau tengik
yang dapat mendatangkan serangga seperti, kutu, kecoa dan tikus. Jarak antara
Dalam satu pallet berisi 50-60 karung pakan jadi dan dapat ditumpuk
kering, aman dan memiliki ventilasi yang baik. Suhu yang terdapat pada ruangan
yang terlalu lama dengan cara penyimpanan yang salah akan menyebabkan
kerusakan, baik fisik maupun kerusakan kimia dan biologis. Salah satu cara untuk
mencegah terjadinya kerusakan bahan baku ini adalah dengan penerapan sistem
41
FIFO (first in first out) dan Fogging. Pada sistem FIFO, pakan pertama kali
produk pakan yang waktu pembuatannya tidak sama. Penggunaan sistem ini pada
produk pakan di dalam gudang akan membuat pakan selalu segar dan baru, karena
produk yang masuk lebih dahulu akan dikeluarkan lebih dahulu juga sehingga
Fogging dilakukan satu minggu sekali. Penggunaan mesin ini yaitu dengan
merata.
juga dapat menggunakan mobil pribadi jika diinginkan. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan saat proses pengiriman, seperti kondisi truk harus kering / tidak
42
basah, pakan disusun dengan rapih dan tidak dibanting, serta pengangkutan yang
menggunakan mobil truk harus ditutupi dengan terpal tebal agar pakan tidak rusak
pakan-pakan tersebut akan diangkut. Harga jual akan berbeda dari agen ke
konsumen akhir dimana harga tersebut ditetapkan oleh para agen. Namun
demikian, pihak perusahaan tetap mengontrol harga di agen agar para agen tidak
Bangka Belitung, Riau, Palembang, Lamung, Jawa Barat, Jawa Timur, dan
Kalimantan.
43
5.1 Kesimpulan
di Pt. Citra Mandiri Kencana khususnya pada jenis pakan ikan lele PP 811 dan PP
1. Hasil dari uji fisik pada pakan CMK yaitu PP 811 dan PP 812 yang meliputi uji
daya apung dan ketahanan pakan dalam air, serta uji organoleptik memiliki
kualitas yang baik karena sudah sesuai standar pabrik dan berada pada kisaran
2. Hasil dari uji kimia pada pakan CMK yaitu PP 811 dan PP 812 yang meliputi
analisa moisture (kadar air), analisa protein, analisa fat (lemak), analisa fiber
(serat kasar), dan analisa ash (kadar abu) sudah sesuai standar pabrik dan
3. Hasil dari uji biologi pada pakan CMK yaitu PP 811 dan PP 812 yang meliputi
respon ikan terhadap pakan dan nilai FCR menunjukkan hasil yang baik dan
manusia, pakan dikemas dengan karung plastik dan diisi 30 kg pakan jadi
pengangkutan yang menggunakan mobil truk harus ditutupi dengan terpal tebal
agar pakan tidak rusak karena cahaya matahari dan hujan saat diperjalanan.
Pemasaran pakan dilakukan secara langsung ke agen dengan harga jual yang
dikontrol oleh perusahaan agar tidak terjadi kecurangan permainan harga, dan
5.2 Saran
diperhatikan dan ditingkatkan lagi dalam hal penanganannya terutama pada saat
penyimpanan.
45
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Z. K. 2016. Kajian Pola Hubungan Antara Sifat Fisik Dan Komposisi
Kimiawi Bahan Pakan Konsentrat. Institut Pertanian Bogor
Afrianto, E., dan Liviawaty, E. 2005. Pakan Ikan. Kanisius : Yogyakarta. Buku
[Online]. Diakses pada hari Jumat 07 April 2017 pada pukul 14:26
Anfa, A. A. P. 2017. Uji Kualitas Pakan Secara Fisik, Kimia, Dan Biologi.
Universitas Andalas
Arief, M. 2009. Pengaruh Pemberian Pakan Alami Dan Pakan Buatan Terhadap
Pertumbuhan Benih Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata bleeker).
Universitas Airlangga
Asfar, A. H. 2015. Strategi Pemasaran Pakan Ternak Ayam Ras Pada Pt. Japfa
Comfeed Indonesia Tbk Unit Makassar. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Bina Bangsa. Banten
Aslamyah, S dan Karim, M. Y. 2012. Uji Organoleptik, Fisik, Dan Kimiawi
Pakan Buatan Untuk Ikan Bandeng Yang Disubstitusi Dengan Tepung
Cacing Tanah (Lumbricus sp.). Universitas Hasanuddin
Buwono I . D . 2000. Kebutuhan Asam Amino Esensial Dalam Ransum
Ikan. Artikel [Online]. Diakses pada hari selasa 28 Maret 2017 pada pukul
23:26
Darmawiyanti, V., Dan Baidhowi. 2015. Teknik Produksi Pakan Buatan Di Balai
Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo Jawa Timur. Akademi
Perikanan Ibrahimy Situbondo
Dani, N. P., Budiharjo, A., Dan Listyawati, S. 2004. Komposisi Pakan Buatan
Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Dan Kandungan Protein Ikan Tawes
(Puntius javanicus Blkr.). Universitas Sebelas Maret
Fathia, N. 2016. Uji Sifat Fisik Dan Mekanik Pakan Ikan Buatan Dengan Perekat
Tepung Tapioka. Universitas Lampung
Indah, A. S. 2016. Kandungan Protein Kasar Dan Serat Kasar Silase Pakan
Lengkap Berbahan Utama Batang Pisang (Musa paradisiaca) Dengan
Lama Inkubasi Yang Berbeda. Universitas Hasanuddin
46
Iskandar, R., dan Elrifadah. 2015. Pertumbuhan Dan Efisiensi Pakan Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) Yang Diberi Pakan Buatan Berbasis Kiambang.
Universitas Achmad Yani. Banjarbaru
Iqbal, M. 2011. Kelangsungan Hidup Ikan Lele (Clarias gariepinus) Pada
Budidaya Intensif Sistem Heterotrofik. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Sulistiyo, B. 2015. Kementerian Kelautan Dan Perikanan
Dalam Angka Tahun 2015. Jakarta
Jefry. 2011. Analisis Fisik Pakan Ikan. Artikel [Online]. Diakses pada hari kamis
06 April 2017 pada pukul 21:19
Khasani, I. 2013. Atraktan Pada Pakan Ikan: Jenis, Fungsi, Dan Respons Ikan.
Balai Penelitian Pemuliaan Ikan. Sukamandi, Subang, Jawa Barat
Kusnadi, H. 2014. Pelatihan Pembuatan Pakan Ikan Lele, Mas Dan Nila. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian. Bengkulu
Lea, O. 2016. Pembesaran Ikan Lele Clarias Sp. Institut Pertanian Bogor
Madinawati, Serdiat, N., dan Yoel. 2011. Pemberian Pakan Yang Berbeda
Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus). ISSN : 1979 5971
Marzuqi, M. 2013. Kecernaan Nutrien Pakan Dengan Kadar Protein Dan Lemak
Berbeda Pada Juvenil Ikan Kerapu Pasir (Epinephelus corallicola).
Universitas Brawijaya
Masyamsir. 2001. Membuat Pakan Ikan Buatan. Artikel [Online]. Diakses pada
hari kamis 30 Maret 2017 pada pukul 21:19
Mulia, D. S., dan Maryanto, H. 2014. Uji Fisik dan Kimiawi Pakan Ikan yang
Menggunakan Bahan Perekat Alami. Universitas Muhammadiyah
Purwokerto
Pamungkas, W. 2013. Uji Palatabilitas Tepung Bungkil Kelapa Sawit Yang
Dihidrolisis Dengan Enzim Rumen Dan Efek Terhadap Respon
Pertumbuhan Benih Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus sauvage).
Balai Penelitian Pemuliaan Ikan. Sukamandi
Perdana, A. A., Suminto, Chilmawati, C. 2016. Performa Efisiensi Pakan
Pertumbuhan Dan Kualitas Nutrisi Elver Sidat (Anguilla bicolor) Melalui
Pengkayaan Pakan Buatan Dengan Minyak Ikan. Universitas Diponegoro.
Pramudiyas, D. R. 2014. Pengaruh Pemberian Enzim Pada Pakan Komersial
Terhadap Pertumbuhan Dan Rasio Konversi Pakan (Fcr) Pada Ikan Patin
(Pangasius Sp.). Universitas Airlangga
47
Putri, D. R., Agustono, dan Subekti, S. 2012. Kandungan Bahan Kering, Serat
Kasar Dan Protein Kasar Pada Daun Lamtoro (Leucaena glauca) Yang
Difermentasi Dengan Probiotik Sebagai Bahan Pakan Ikan. Universitas
Airlangga
Rachmawati, D. 2015. Manajemen Kualitas Air Media Budidaya Ikan Lele
Sangkuriang (Clarias Gariepinus) Dengan Teknik Probiotik Pada Kolam
Terpal Di Desa Vokasi Reksosari, Kecamatan Suruh, Kabupaten
Semarang. Universitas Diponegoro
Rambe, F. A. 2014. Pengendalian Pra Proses Dan Pasca Proses Produksi Pakan
Unggas Di Pt. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan-Sidoarjo.
Universitas Jember
Sidik, A. M. 2016. Uji Mutu Dan Penyimpanan Pakan Pada Industri Pabrik Pakan
Ikan. Politeknik Negeri Lampung
Suhenda, N., Setijaningsih, L., dan Suryanti, Y. 2005. Pertumbuhan Benih Ikan
Patin Jambal (Pangasius djambaf) Yang Diberi Pakan Dengan Kadar
Protein Berbeda. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Bogor
Trisnawati, Y. 2014. Pengaruh Kombinasi Pakan Buatan Dan Cacing Tanah
(Lumbricus rubellus) Terhadap Efisiensi Pemanfaatan Pakan,
Pertumbuhan Dan Kelulushidupan Lele Dumbo (Clarias gariepinus).
Universitas Diponegoro
Utami, D. A. T., Aida, Y., Dan Pranata, F. S. 2014. Variasi Kombinasi Tepung
Labu Kuning (Cucurbita moschata D.) Dan Tepung Azolla (Azolla
pinnata R.Br.) Pada Kecerahan Warna Ikan Koi (Cyprinus carpio L.).
Universitas Atma Jaya. Yogyakarta
Wartono. 2011. Budidaya Ikan Lele. STMIK AMIKOM Yogyakarta
Wibowo, M. 1995. Kajian Pengawasan Mutu Dan Pemasaran Apel Di Kecamatan
Bumi Aji, Malang. Institut Pertanlan Bogor
Wulansari, R., Andriani, Y., Dan Haetami, K. 2016. Penggunaan Jenis Binder
Terhadap Kualitas Fisik Pakan Udang. Universitas Padjajaran
Zaenuri, R. 2014. Kualitas Pakan Ikan Berbentuk Pelet Dari Limbah Pertanian.
Universitas Brawijaya
49
LAMPIRAN
50
Lampiran 1. Alat Dan Bahan Uji Fisika, Uji Kimia, Uji Biologi, Dan
Penanganan Pasca Produksi
No
Nama Alat Gambar
.
1. Forklift
2. Palet
Speed Digester
4.
BUCHI
51
Destillation Unit
5.
BUCHI
Velp Fibert
6. Extractor
Velp Solvent
7. Extractor
8. Scrubber
52
9. Oven
10. Tanur
12. Titrasi
53
Timbangan
13.
Analitik
Erlenmeyer Gelas
15.
Ukur Pipet
54
16. Desikator
17. Gegep
19. Nampan
55
20. Scopnet
3) Menimbang sampel pada petri dish tersebut sebanyak kira-kira 2 gram (W1),
4) Megeringkan kedalam oven yang telah diset suhunya 1050C dan telah tercapai
5) Mengeluarkan sampel dari oven dan masukan kedalam desikator selam kira-
(0 + 1 2) 100%
% Kadar Air =
1
W0 = Bobot petri dish kosong
W1 = Bobot sampel
B. Analisa Protein
Prosedur Analisa:
destilasi.
Menyalakan scubber dan digest sampel selam 45 menit dengan posisi heater
pada angka 8.
7) Melakukan destilasi sampel satu per satu dengan penampung larutan asam
9) Setelah 4 menit destilasi, volume larutan pada erlenmeyer menjadi sekitar 180
ml.
10) Kemudia titrasi sampel dalam erlenmeyer dengan HCl 0,15 N dan catat
volume HCl.
2. Menimbang sebanyak 2 gram sampel (Ws) pada kertas saring berukuran 5x10
cm.
5. Memasang thimble yang telahh diberi connector pada alat Velp Solvent
Extractor.
6. Mengisi extractor cup yang telah ditimbang bobot kosongnya (W0) dengan
8. Menyalakan alat dan set suhu pada 110oC, set timer waku ekstraksi 30 menit,
10. Posisi thimble disesuaikan dengan proses yang berjalan. Pada saat exstraksi
11. Setelah proses selesai buka alat dan keringkan gelas sampel (extraction cup)
13. Pelarut petroleum ether sesudah recovery ditampung dan dapat dipakai
kembali.
(1 0) 100%
% Kadar Lemak Kasar =
W0 = Berat extraction cup kosong
W2 = Berat sampel
59
5. Menyalakan alat heater dan putar hingga posisi skala 7, set timer 40 menit
sebanyak 3-4 kali. Terakhir cuci dengan aquadest dingin untuk mendinginkan
crucible.
10. Memasukan crucible ke tanur pada suhu 450oc selam 1 jam. Keluarkan
(1 2) 100%
% Kadar Fibre =
0
W1 = Berat sampel + setelah oven
60
4. Masukan kedalam tanur yang telah diset suhunya 600oC dan telah mencapai
suhu tersebut.
(2 0) 100%
% Kadar Abu =
1
W0 = Bobot cawan abu kosong (g)
FCR
Perhitungan rasio konversi pakan dapat dihitung menggunakan rumus
FCR = 100%
Wt + D W0
A. Pengemasan Pakan
62
B. Penyimpanan Pakan
Kolam perlakuan A
Nilai FCR
(PP 811)
Kolam 1 1,04
Kolam 6 1,12
Kolam 11 1,08
Kolam 16 1,04
Jumlah 4,28
Rata-rata 1,07
Kolam perlakuan C
Nilai FCR
(SAFIR)
Kolam 4 1,17
Kolam 9 1,11
Kolam 14 1,14
Kolam 19 1,27
Jumlah 4,69
Rata-rata 1,17
64
Kolam perlakuan D
Nilai FCR
(SINTA)
Kolam 5 1,08
Kolam 10 1,01
Kolam 15 1,56
Kolam 20 0,99
Jumlah 4,64
Rata-rata 1,16