Dalam dunia perikanan salah satu cabangnya adalah perikanan tangkap, dan dalam
melakukan kegiatan tersebut kita sebagai pelaku usaha perikanan perlu yang Namanya
alat tangkap ikan. Untuk dapat mengenali masing masing alat tangka pada baiknya
untuk kita dapat meng-klasifikasi-kan alat tangkap itu sendiri. Kali ini kita akan
membahas klasifikasi alat tangkap menurut Von Brandt (1984), yang dimana Von
Brandt membuat klasifikasi alat tangkap ini menjadi enam belas macam alat tangkap
berdasarkan metode penggunaannya(Sudirman, 1965).
Dalam Undang Undang Republik Indonesia juga mengatur tentang alat tangkap ikan
(API) yang dilarang dioperasikan disemua perairan Indonesia. Dalam PERMEN-KP
tahun 2016 pasal 21 diatur mengenai beberapa jenis alat tangkap yang tidak dapat
dioperasikan diseluruh perairan Indonesia.
API yang mengganggu dan merusak keberlanjutan sumber daya ikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), terdiri dari:
a. pukat tarik (seine nets), yang meliputi dogol (Danish seines), scottish seines, pair
seines, cantrang, dan lampara dasar;
b. pukat hela (trawls), yang meliputi pukat hela dasar (bottom trawls), pukat hela dasar
berpalang (beam trawls), pukat hela dasar berpapan (otter trawls), pukat hela dasar dua
kapal (pair trawls), nephrops trawl, pukat hela dasar udang (shrimp trawls), pukat
udang, pukat hela pertengahan (midwater trawls), pukat hela pertengahan berpapan
(otter trawls), pukat ikan, pukat hela pertengahan dua kapal (pair trawls), pukat hela
pertengahan udang (shrimp trawls), dan pukat hela kembar berpapan (otter twin
trawls); dan
c. perangkap, yang meliputi Perangkap ikan peloncat (Aerial traps) dan Muro ami.
Kenapa alat tangkap diatas tidak bisa digunakan di Indonesia, karena dapat mengacam
kepunahan biota, mengakitbatkan kehancuran alam yang ditinggali oleh biota air, dan
dapat juga membahayakan keselamatan pengguna API(Kementerian Kelautan dan
Perikanan, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Sudirman. (1965). Klasifikasi Alat dan Metode Penangkapan Ikan. Modul, 1965, 1–
39.