Anda di halaman 1dari 25

BAB I

SEJARAH, PERKEMBANGAN DAN KLASIFIKASI


METODE PENANGKAPAN IKAN

1.1. Sejarah dan Perkembangan Metode Penangkapan Ikan


1.1.1. Sejarah Metode Penangkapan Ikan
Metode penangkapan ikan adalah semua kebiasaan,teknik dan cara yang digunakan
manusia untuk menangkap ikan. Manusia mulai menangkap ikan dari jaman pra sejarah
untuk memenuhi kebutuhan makanannya. Metode penangkapan ikan diawali dengan
menangkap ikan menggunakan tangan.
Menurut Sudirman dan Mallawa (2000), penangkapan ikan merupakan salah satu
profesi yang telah lama dilakukan oleh manusia. Kegiatan penangkapan ikan telah dilakukan
sejak 100.000 tahun yang lalu dengan menggunakan tangan dan terus berkembang secara
perlahan-lahan dengan menggunakan alat yang masih sangat tradisional yang terbuat dari
berbagai jenis bahan seperti kayu, tulang dan tanduk (gambar 1.1). Perkembangan ini
dilanjutkan dengan dibuatnya perahu sepanjang 3 meter di Belanda sekitar 8.300 tahun yang
lalu.
Setelah ditemukannya mesin uap oleh James Watt pada tahun 1769 penangkapan
ikan ikut terpengaruh perkembangannya. Mesin-mesin tersebut tidak hanya digunakan untuk
menggerakan kapal, tetapi pada tahun 1860 mesin-mesin tersebut digunakan pula untuk
menarik berbagai jenis alat tangkap seperti jaring dan long line (Sahrhange dan Lundbeck,
1991 dalam Sudirman dan Mallawa, 2000).

1.1.2. Perkembangan Metode Penangkapan Ikan


Menurut Ayodhyoa (1981), perkembangan metode penangkapan ikan sangatlah
lambat, contohnya pada penangkapan ikan dengan pancing. Dari zaman dahulu prinsip
penggunaan pancing tidak berubah, yaitu dengan meletakkan pancing pada mata pancing
(kail) dan mata pancing dihubungkan dengan tali ke nelayan, ikan memakan umpan, lalu
terkait pada mata pancing dan nelayan menarik ke arahnya. Perkembangan dan kemajuan
metode penangkapan ikan dapat ditandai dari hal-hal berikut :
1. Jumlah hasil tangkapan artinya perubahan usaha penangkapan dari seekor demi seekor
kea rah usaha penangkapan dalam jumlah yang banyak. Contohnya, pada pengoperasian
pancing, penggunaan pancing tangan (hand line) hanya mampu menangkap dalam jumlah
yang terbatas, dengan perkembangan alat tangkap pancing seperti tuna long line yang
hasilnya jauh lebih besar.
2. Jarak daerah penangkapan ikan (fishing ground) artinya perubahan dari fishing ground kea
rah yang lebih jauh dari pantai. Hal ini dapat terjadi dengan adanya kapal dan tenaga
mesin yang lebih besar untuk menjangkau fishing ground tersebut.

1
3. Penggunaan mesin artinya penggantian tenaga manusia dengan mesin. Contohnya
penggunaan alat bantu penarik jaring dan tali utama pada long line yang menggantikan
tenaga manusia untuk menarik jaring dan tali utama tersebut.

1.1.3. Istilah dalam Metode Penangkapan Ikan


Kata “ikan” pada istilah metode penangkapan ikan bukan hanya ikan yang ada dalam
klasifikasi mahluk hidup, tetapi “ikan” merupakan semua mahluk hidup di perairan (aquatic
resources). Beberapa istilah dalam metode penangkapan ikan diantaranya adalah :
 Fishing : usaha menangkap dan mengumpulkan ikan dan sumber daya perairan lainnya.
 Fishing day : jumlah hari yang dipakai pada operasi penangkapan ikan (OPI).
 Fishing trip : jumlah pelayaran untuk OPI dalam satu satuan waktu.
 Fishing gears : alat dan perlengkapan yang digunakan untuk menangkap ikan.
 Fishing boat / fishing vessel / fishing craft : kapal yang digunakan untuk menangkap ikan.
 Fishing ground : perairan tempat melakukan kegiatan penangkapan ikan
 Fishing port : pelabuhan tempat sandar kapal penangkap ikan
 Catchable area : area pada suatu perairan tempat ikan dapat ditangkap.

1.2. Klasifikasi Metode Penangkapan Ikan


Metode penangkapan ikan yang digunakan sangatlah beragam, sehingga dibutuhkan
pengklasifikasian untuk mempermudah membedakan metode penangkapan ikan tersebut.
Beberapa klasifikasi metode penangkapan yang dikemukan oleh para ahli dan badan dunia
atau nasional diantaranya adalah :
Klasifikasi menurut Statistik Perikanan Indonesia (1975)
1. Pukat udang (trawl)
2. Pukat cincin (purse seine)
3. Pukat kantong (seine)
4. Jaring insang (gill net)
5. Jaring angkat (lift net)
6. Pancing (hook and lines)
7. Perangkap (traps)
8. Alat pengumpul kerang dan rumput laut
9. Muroami
10. dan lain-lain (tombak, panah, listrik, racun, bom, dll)
Klasifikasi menurut Nomura dan Yamazaki (1975)
1. Alat tangkap yang memakai jaring
 Gill net
 Entangle net
 Towing net
 Lift net
 Surrounding net
 Covering net
 Trap net
2. Alat tangkap pancing (hand line, pole and line, troll line dan longline
3. Alat tangkap lainnya (tombak, panah, listrik, racun, bom, dll)
Klasifikasi menurut Andreas von Brandt (1984)
1. Fishing without gear
2. Fishing with wounding gear
3. Fishing by stupefying
4. Line fishing
5. Fishing with traps
6. Fishing with aerial traps
7. Fishing with netbags with fixed mouth
8. Fishing with dragged gear
9. Seining
10. Fishing with surrounding gear
11. Fishing with the drive in methods
12. Fishing with lift nets
13. Fishing with falling gear
14. Fishing with gill nets
15. Fishing with tangle nets
16. Harvesting machines

2
BAB II
PUKAT CINCIN (PURSE SEINE)

2.1. Deskripsi Purse Seine


Di beberapa daerah Indonesia alat tangkap purse seine disebut dengan beberapa nama
diantaranya adalah pukat cincin, jaring kolor dan jaring kantong. Purse seine adalah jaring yang
berbentuk persegi panjang dengan dinding jaring yang sangat panjang dan dioperasikan dengan
cara melingkari gerombolan ikan, setelah itu bagian bawah jaring dikerucutkan dengan cara
menarik purse line sehingga ikan tidak bisa melarikan diri karena jaring sudah berbentuk seperti
mangkok.
Setiap alat penangkapan ikan memiliki ciri khas yang membedakannya dengan alat
tangkap lain. Ciri khas alat tangkap purse seine adalah :
1. tali ris atas lebih pendek daripada tali ris bawah
2. memiliki cincin (purse ring)
Jenis-jenis purse seine adalah :
1. berdasarkan konstruksinya :
 purse seine dengan kantong
 purse seine tanpa kantong
2. berdasarkan jumlah kapal yang digunakan :
 one-boat type purse seine (purse seine dengan 1 kapal)
 two-boat type purse seine (purse seine dengan 2 kapal)
3. berdasarkan tipe jaring :
 purse seine tipe Jepang (tali ris atas lebih pendek dari tali ris bawah)
 purse seine tipe Amerika (tali ris atas sama panjang dengan tali ris bawah)

2.2. Konstruksi Purse Seine


2.2.1. Bagian-bagian Purse Seine
Purse seine merupakan alat tangkap yang berbentuk jaring dengan bagian-bagian
yang terangkai dalam satu kesatuan alat tangkap (lihat gambar 2.1)
1 2 3 4 5

6
6

7
4

8
10
9

11
12
13
Gambar 2.1. Konstruksi Purse Seine
Keterangan :
1. Pelampung (floats)
2. Tali pelampung (float line)
3. Tali ris atas
4. Serampad (selvedge)
5. Kantong (bunt)
6. Side net
7. Badan jaring (belly)
8. Tali ris bawah
9. Tali pemberat (sinker line)
10. Pemberat (sinkers)
11. Cincin (purse ring)
12. Tali kolor (purse line)
13. Tali cincin (bridle line)

3
2.2.2. Ukuran Bagian-bagian Purse Seine
1. Panjang purse seine (L)
 Panjang purse seine sama dengan panjang tali ris atas
 Panjang purse seine berdasarkan :
a. panjang total kapal (LOA) adalah L ≥ 15 x LOA
b. waktu operasi, panjang purse seine yang dioperasikan pada malam hari lebih kecil
daripada purse seine yang dioperasikan pada siang hari)
c. jenis ikan, untuk ikan perenang cepat panjang purse seine harus lebih besar
 Contoh : jika kapal yang digunakan panjangnya 20 m, panjang purse seine adalah :
L ≥ 15 x LOA
L ≥ 15 x 20 m
L ≥ 300 m
2. Tinggi / kedalaman (D) :
 Tinggi jaring purse seine berdasarkan :
a. Panjng purse seine (L) adalah D ≥ 10% L
b. Kedalaman perairan adalah D < kedalaman perairan
c. Kedalaman renang ikan adalah D ≥ swimming depth ikan
 Contoh : jika panjang purse seine 300 m, maka tinggi purse adalah :
D ≥ 10% L
D ≥ 10% (300 m)
D ≥ 30 m
3. Ukuran kantong = LOA x LOA
4. Mesh size kantong (OM)
OM = Opening Mesh
L = Panjang rata-rata ikan
K = Keofisien empirik ikan
K = 5 (ikan berbadan panjang)
K = 3,5 (ikan berbadan sedang)
K = 2,5 (ikan berbadan lebar)
5. Panjang tali ris bawah (LL)
LL = L + 10% L atau LL = 1,1 x L
6. Panjang purse line (LPLn)
LPLn = (1,1 s/d 1,7) x LL
7. Berat pemberat (WPb)
WPb = 1 s/d 3 kg/m (ikan pelagis kecil)
WPb = 1 s/d 8 kg/m (ikan pelagis besar)
8. Panjang tali selambar (LTL)
LTL = 25 % L atau L = 0,25 x L

2.3. Teknik Pengoperasian Purse Seine


2.3.1. Persiapan
Tahap persiapan merupakan hal yang penting untuk keberhasilan operasi penangkapan
ikan. Dalam pengoperasian purse seine ada 2 jenis persiapan yang dilakukan, yaitu persiapan
di darat dan persiapan di laut.
a. Persiapan di darat :
Persiapan yang dilakukan di darat diantaranya adalah :
 Persiapan perbekalan (makanan, air bersih, dll)
 Persiapan bahan bakar & pelumas
 Persiapan bahan penanganan & pengawetan ikan
 Pemeriksaan alat tangkap, kapal dan perlengakapannya
 Pemeriksaan alat bantu penangkapan ikan
 Pemeriksaan dokumen kapal
b. Persiapan di laut
Persiapan yang dilakukan di laut diantaranya adalah :
 Penyusunan alat tangkap
 Perbaikan dan perawatan alat tangkap
 Penentuan daerah penangkapan ikan

4
2.3.1. Pengoperasian Purse Seine
Tahapan pengoperasian purse seine adalah :
a. Mencari gerombolan ikan
Mencari gerombolan ikan sangat tergantung dari penggunaan rumpon, jika
menggunakan rumpon kapal akan diarahkan menuju rumpon yang telah ditaruh di
perairan. Jika tidak menggunakan rumpon, nelayan akan melihat ciri-ciri perairan yang
diperkirakan sebagai tempat berkumpulnya ikan dan menggunakan alat pendeteksi
gerombolan ikan seperti fish finder dan echo sounder. Ciri-ciri perairan yang
menandakan adanya gerombolan ikan adalah :
 Perubahan warna air laut
 Buih/gelembung udara di permukaan air
 Burung terbang di atas permukaan air
 Ikan melompat di permukaan air
b. Mengumpulkan ikan
Setelah kapal mencapai daerah penangkapan ikan, tahapan berikutnya adalah
mengumpulkan ikan agar lebih rapat. Ikan yang terkumpul akan mempermudah
pelingkaran jaring dan hasil tangkapan yang didapat akan lebih maksimal. Cara
mengumpulkan ikan pada pengoparasian purse seine adalah dengan menggunakan
lampu atau rumpon sementara.
c. Setting (penurunan jaring)
Setelah ikan terkumpul di sekitar kapal, semua ABK bersiap-siap untuk melakukan
setting. Proses setting dilakukan setelah semua ABK siap di posisinya masing-masing.
Tahapan proses setting yaitu :
1. Penurunan pelampung tanda
2. Melingkari gerombolan ikan sambil menurunkan tali selambar, pelampung, jaring
pemberat dan cincin) serta tali kolor
3. Setting selesai ketika kapal sampai di pelampung tanda
d. Penarikan tali kolor (purse line)
Penarikan tali kolor dilakukan untuk menutup bagian bawah jaring agar ikan tidak bisa
melarikan diri melalui bagian bawah jaring. Untuk memperscepat penarikan kolor
digunakan gardan (winch) yang digerakan dengan mesin.
e. Hauling (penarikan jaring)
Setelah tali kolor ditarik semua, tahapan berikutnya adalah hauling. Kecepatan proses
hauling akan mempengaruhi jumlah hasil tangkapan, semakin cepat penarikan jaringnya,
semakin kecil kemungkinan ikan melarikan diri. Tahapan proses hauling yaitu :
1. Pengangkatan pelampung tanda
2. Penarikan jaring, pelampung dan pemberat secara bersama-sama
3. Ketika ikan sudah terkumpul di bagian kantong, penarikan jaring dihentikan sampai
pengangkatan hasil tangkapan selesai
Penarikan jaring purse seine bisa dilakukan secara manual (tenaga manusia) dan
menggunkaan aalat bantu power block.
f. Pengangkatan hasil tangkapan
Pengangkatan hasil tangkapan dilakukan jika ikan sudah terkumpul di bagian kantong.
Jika hasil tangkapan cukup banyak, pengangkatan dilakukan dengan alat bantu berupa
serok untuk mengangkat hasil tangkapan sedikit demi sedikit. Jika hasil tangkapan tidak
terlalu banyak, pengangkatan dilakukan dengan cara mengangkat jaring ke atas kapal.

2.3.2. Alat Bantu Penangkapan Ikan


Alat bantu penangkapan merupakan alat yang digunakan untuk membantu kelancaran
operasi penangkapan ikan. Alat bantu penangkapan yang digunakan pada pengoperasian
purse seine adalah :
1. Rumpon (FAD = Fish Aggregating Device)
2. Lampu
3. Fish finder
4. Echo sounder
5. Power block
6. Gardan (winch)
7. Serok (scoop net)

5
A B

C
Gambar 2.2. Pengoperasian Purse Seine
A. proses pelingkaran purse seine, B. proses penarikan tali kolor pada purse seine,
C. kondisi purse seine setelah tali kolor ditarik

6
BAB III
JARING INSANG (GILL NET)

3.1. Deskripsi Gill Net


Di Indonesia gill net biasa juga disebut sebagai jaring insang karena pada
pengoperasiannya ikan akan terjerat di jaring pada bagian tutup insang (overculum). Dilihat
dari pengertiannya Jaring insang adalah jaring yang berbentuk persegi panjang yang
dioperasikan dengan cara menghadang ikan dan membiarkan ikan menabrak jaring sehingga
bagian tutup insang (overculum) ikan akan tersangkut di jaring dan ikan tidak bisa
melepaskan diri.

Gambar 3.1. Cara ikan terjerat oleh gill net

Adapun jenis-jenis gill net adalah :


1. Berdasarkan posisi alat di perairan :
 Surface gill net (gill net permukaan)
 Mid water gill net (gill net pertengahan)
 Bottom gill net (gill net dasar)
2. Berdasarkan cara operasinya :
 Set gill net (gill net yang dipasang menetap)
 Drift gill net (gill net yang dihanyutkan)
 Encircling gill net (gill net yang dioperasikan dengan cara melingkar)
3. Berdasarkan jumlah jaring
 1 lapis jaring
 2 lapis jaring
 3 lapis jaring (trammel net)

A B C

D E

Gambar 3.2. Jenis-jenis gill net


A. surface gill net, B.mid water gill net, C. bottom gill net, D. set gill net, E. encircling gill net
3.2. Konstruksi Gill Net

7
Gill net merupakan alat tangkap yang berbentuk jaring dengan bagian-bagian yang
terangkai dalam satu kesatuan alat tangkap (lihat gambar 3.3)

1 2 3

4 4

5 6 7
Gambar 3.3. Konstruksi Gill Net
Ket. : 1. pelampung 5. pemberat
2. tali pelampung 6. tali pemberat
3. tali ris atas 7. tali ris bawah
4. badan jaring

Dalam pembuatan gill net ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Beberapa
syarat pembuatan gill net diantaranya adalah :
1. Kekakuan benang
 Lembut dan tidak kaku
 Untuk mendapatkan benang yang lembut :
a. Memperkecil diameter
b. Mengurangi jumlah pintalan
c. Meniadakan bahan celup pemberi warna
2. Ketegangan rentangan jaring
 Semakin tegang jaring, semakin sedikit ikan yang terjerat
3. Shortening (pemendekan jaring)
 Gilled (terjerat) = 30 – 40%
 Entangled (terbelit) = 35 – 60%
S = Shortening
L = Panjang jaring
I = Panjang tali ris
Contoh :
Jika panjang tali ris gill net yang akan dibuat 100 m dan shortening 40%, tentukanlah
panjang jaring yang dibutuhkan !
L−I
S= x 100 %
L
L−100
40 %= x 100 %
L
L−100 m
0,4=
L
0,4 L=L−100 m
L−0,4 L=100 m
0,6 L=100 m
100 m
L=
0,6
L=167 m
4. Tinggi jaring (D)
 Tinggi jaring : jarak antara tali ris atas dan tali ris bawah di perairan
 Tinggi jaring harus lebih besar dari swimming layer ikan
D = tinggi purse seine
D=d √ 2 S−S2 d = lebar jaring
d = Jumlah mata jaring (∑#) x ukuran mata jaring (#)
S = shortening

8
Contoh :
Jika lebar jaring yang digunakan dalam pebuatan gill net 10 m dan shortening yang
digunakan 40 %, tentukan tinggi jaring gill net tersebut !
D=d √ 2 S−S2
D=10 m √ 2(0,4)−(0,4)2
D=10 m √ 0,8−0,16
D=10 m √ 0,64
D=10 m x 0,8
D=8 m
5. Mesh size
L OM = Opening Mesh
OM = L = Panjang rata-rata ikan
K
K = Keofisien empirik ikan
K = 5 (ikan berbadan panjang)
K = 3,5 (ikan berbadan sedang)
K = 2,5 (ikan berbadan lebar)
Contoh :
Tentukan ukuran mata jaring gill net yang digunakan untuk menangkap ikan tongkol yang
memiliki panjang rata-rata 35 cm !
L
OM =
K
35 cm
OM =
3,5
OM =10 cm
6. Warna jaring
Warna jaring dipengaruhi
a. Kedalaman
b. Transparansi (kejernihan air)
c. Sinar matahari (siang/malam)

3.3. Pengoperasian Gill Net


Sebelum melakukan pengoperasian alat tangkap gill net, harus terlebih dahulu
menentukan daerahpenangkapan ikan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
menentukan daerah penangkapan gill net, yaitu :
1. Kondisi arus perairan tidak terlalu kuat.
2. Daerah penangkapannya bisa di daerah pantai maupun laut bebas.
3. Perairan bukan merupakan daerah alur pelayaran.
4. Daerah tersebut merupakan tempat berkumpulnya posisi arah renang gerombolan ikan.
5. Dalamnya perairan lebih dalam dibandingkan kedalaman ukuran jaring.
6. Gillnet permukaan tidak dipasang di perairan yang terlalu dalam ( 20 – 30m).
Setelah menentukan daerah penangkapan ikan, tahapan selanjutnya adalah mencari
gerombolan ikan pada daerah penangkapan tersebut. Cara yang digunakan untuk mencari
gerombolan ikan tersebut adalah :
a. Binokuler atau pengamatan secara langsung untuk melihat tanda-tanda perairan
berdasarkan tanda-tanda alam meliputi :
1) Adanya burung yang menukik / menyambar ikan
2) Ikan yang melompat-lompat
3) Warna air / gemercikan air
4) Kayu-kayu hanyut atau burung yang beristirahat pada kayu – kayu yang hanyut
b. Berdasarkan laporan data-data penangkapan
c. Mendeteksi dengan echo sounder atau fishfinder
Beberapa faktor yang mempengaruhi operasi penangkapan dan harus diperhitungkan dalam
pengoperasian gill net adalah :
a. Arah angin
b. Arah arus
c. Arah gerombolan ikan
d. Keadaan cuaca
Setelah semua diperhitungkan dengan baik, tahapan berikutnya adalah penurunan jaring
(setting). Tahapan proses setting pada gill net adalah ebagai berikut :
1. Kedudukan jaring diusahakan memotong arus dengan sudut 450 – 900.
9
2. Jika sudut potongnya kecil berarti jaring hampir sejajar dengan arah arus, maka
kemungkinan ikan melanggar jaring kecil karena sebagian besar kawanan ikan berenang
memotong arus.
3. Jaring dipasang diatas sedang gerombolan ikan berada dibawah arus.
4. Untuk penurunan jaring kapal berjalan dengan kecepatan sesuai untuk keperluan oleh
gerak membuang jaring. Proses penurunan jaring sbb :
a. Bola pelampung sebagai tanda ujung jaring pertama
b. Tali selambar depan
c. Jaring yang diikuti pembuangan pemberat secara bersama – sama
d. Tali selambar belakang untuk kemudian ditambatkan pada h older kapal
Setelah jaring diturunkan, jaring akan didiamkan selama 3 – 6 jam. Tahapan berikutnya adalah
pengankatan jaring (hauling). Tahapan proses hauling pada pengoperasian gill net adalah
sebagai berikut :
1. Pengangkatan pelampung terakhir sebagai tanda ujung terakhir
2. Pengangkatan tali selambar belakang
3. Pengangkatan jaring diikuti dengan penarikan pemberat secara bersama - sama
4. Pengangkatan tali selambar depan
5. Pengangkatan pelampung utama sebagai tanda ujung jaring pertama diturunkan
6. Mengeluarkan ikan dari jaring.

Gambar 3.4. Posisi jaring gill net berdasarkan arah arus

10
BAB IV
PUKAT KANTONG (SEINE)

4.1. Deskripsi Pukat Kantong (Seine)


Pukat kantong merupakan perpaduan antara alat tangkap purse seine dan trawl. Dilihat
dari cara pengoperasiannya pukat kantong mirip dengan pengoperasian purse seine (melingkari
gerombolan ikan) sedangkan dilihat dari konstruksinya pukat kantong mirip dengan trawl tetapi
sayap pada pukat kantong lebih panjang dan kantongnya lebih kecil jika dibandingkan dengan
trawl. Jenis-jenis trawl yang ada di Indonesia diantaranya adalah :
1. Pukat tepi / pukat pantai (beach seine)
2. Pukat tengah : payang (permukaan), cantrang dan dogol (dasar perairan)

A B
Gambar 4.1. Jenis-jenis pukat kantong
A. pukat pantai (beach seine), B. payang

4.2. Pengoperasian Payang


Pada pengoperasian alat tangkapa payang, tahapan pertama yang harus dilakukan
adalah persiapan. Dalam tahap persiapan yang pertama kali dilakukan adalah penentuan daerah
penangkapan ikan. Adapun persyaratan daerah penangkapan ikan untuk alat tangkap payang
adalah :
a. Perairan tersebut memiliki kondisi dimana ikan dengan mudah datang secara bergerombol.
b. Wilayah tersebut sesuai dengan persyaratan hidup ikan (minimal-optimal-maksimal).
c. Banyak terdapat ikan-ikan kecil sebagai mangsanya. Kondisi tersebut bertahan cukup lama
sehingga ikan akan bertahan lama di wilayah tersebut.
Karakteristik daerah penangkapan payang:
a. Perairan yang subur olah makanan berupa plankton atau ikan kecil: pertemuan arus hangat
dan dingin, gugus laut (sea bank), daerah up welling dan lain-lain.
b. Secara teknis dan non teknis, alat tangkap payang dapat dioperasikan dengan baik.
Persyaratan teknis: arus, ombak, perairan luas dan dalam. Non teknis: penggunaan alat
tangkap diperbolehkan, ukuran payang dan ukuran mata jaring sesuai yang diijinkan, bukan
daerah cagar alam, daerah berbahaya atau alur pelayaran.
c. Ekonomis, jarak pelabuhan tolak dan daerah pemasaran terjangkau.
Tanda-tanda alamiah adanya gerombolan ikan :
a. Adanya burung-burung laut yang terbang menyambar-nyambar.
b. Warna air laut tampak lebih gelap daripada sekitarnya.
c. Terlihat buih-buih di permukaan air.
d. Terlihat ikan yang berloncat-loncatan di permukaan air.
Persiapan pengoperasian payang :
1. Pemeriksaan alat tangkap (jaring, pelampung, pemberat, tali temali)
2. Pemeriksaan kondisi kapal
3. Pemeriksaan mesin
4. Perijinan dan dokumen kapal
5. Perbekalan (makanan, air, BBM, pelumas, obat2an, es atau garam)
6. Alat bantu penangkapan (lampu, tongkat penarik, ban pelampung)
7. Sarana dan peralatan (Peralatan menjurai, Boks ikan, Pisau, Peralatan/kunci mesin, Pakaian
kerja, Sarana keselamatan)
Prinsip pengoperasian payang adalah melingkarkan jaring pada gerombolan ikan,
kemudian segera ditarik dan dinaikan ke atas kapal. Tali selambar berfungsi untuk memperbesar
pelingkaran dan menakuti ikan agar menuju ke bagian sayap. Bagian sayap berguna untuk

11
menghalangi arah renang ikan ke arah horisontal dan menggiring ikan terkonsentrasi ke badan
jaring. Pada bagian badan jaring, ikan hanya bisa keluar kembali ke arah sayap atau masuk ke
dalam kantong karena arah renang horisontal dan vertikal tertutup. Setelah semua tahap
persiapan selesai, tahapan selanjutnya adalah penurunan jaring (setting). Tahapan proses
setting pada pengoperasian alat tangkap payang adalah sebagai berikut :
a. Penurunan jaring dilakukan dengan posisi di atas arus.
b. Urutan penurunan jaring :
1. Pelampung tanda
2. Tali selambar 1
3. Sayap 1
4. Badan jaring
5. Kantong
6. Sayap 2
7. Tali selambar 2
c. Setelah kapal melingkar secara penuh dan mendekati pelampung tanda, kecepatan
diturunkan dan pelampung tanda diambil menggunakan tongkat pengait.
Tahapan selanjutnya adalah pengangkatan jaring (hauling) dengan tahapan sebagai berikut :
1. Penarikan tali selambar 1 dan tali selambar 2.
2. Penarikan sayap 1 dan sayap 2
3. Setelah semua bagian sayap naik, ikan sudah terperangkap di dalam badan jaring
4. Penaikan badan jaring ke atas kapal agar ikan masuk ke bagian kantong
5. Penaikan kantong dan tali pengikatnya dibuka
6. Ikan ditumpahkan ke atas dek
Setelah semua tahapan dilaksanakan dengan benar, maka hasil tangkapa maksimal yang
diharapkan dapat dicapai. Dari tahapan proses pegoperasian payang terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pengoperasian payang, yaitu :
a. Penentuan fishing ground yang tepat
b. Pengaturan posisi payang yang digunakan
c. Kecepatan penebaran dan penaikkan jaring
d. perawatan, daya awet serta efektifitas payang yang digunakan
e. Lamanya waktu pengoperasian
f. Kondisi perahu dan alat bantu lainnya.

12
BAB V
PERANGKAP (TRAP)

5.1. Deskripsi Perangkap


Perangkap (trap) adalah alat tangkap yang dipasang menetap atau semi permanen di
dalam air untuk jangka waktu tertentu yang mempermudah ikan masuk dan mempersulit ikan
keluar. Alat ini biasanya terbuat dari bahan alami seperti bambu, kayu atau bahan buatan
lainnya seperti jaring. Jenis-jenis perangkap diantaranya adalah bubu, sero, jermal dan aerial
trap.

5.2. Jenis-jenis Perangkap


5.2.1. Bubu Dasar
Alat ini dapat dibuat dari anyaman bambu, anyaman rotan dan anyaman kawat. Bentuknya
bermacam-macam, ada yang seperti silinder, setengah lingkaran, empat persegi panjang,
segitiga memanjang dan sebagainya (gambar 5.1). Dalam pengoperasiannya dapat
memakai umpan atau tanpa umpan.

Gambar 5.1. Bentuk-bentuk bubu dasar


Bagian-bagian bubu dasar, yaitu :
1) Badan atau tubuh bubu
Bagian ini dilengkapi dengan pemberaat dari batu bata (bisa juga pemberat lain) yang
berfungsi untuk menenggelamkan bubu ke dasar perairan yang terletak pada keempat
sudut bubu.
2) Lubang tempat mengeluarkan hasil tangkapan
Lubang tempat mengeluarkan hasil tangkapan terletak pada sisi bagian bawah bubu.
Lubang ini berdiameter 35 cm, posisinya tepat dibelakang mulut bubu. Lubang ini
dilengkapi dengan penutup.
3) Mulut bubu
Mulut bubu berfungsi untuk tempat masuknya ikan yang terletak pada bagian depan
badan bubu. Posisi mulut bubu menjorok ke dalam badan atau tubuh bubu berbentuk
silinder. Semakin ke dalam diameter lubangnya semakin mengecil. Pada mulut bagian
13
dalam melengkung ke bawah sepanjang 15 cm. Lengkungan ini berfungsi agar ikan
yang masuk sulit untuk meloloskan diri keluar.
Teknik operasi penangkapan bubu dasar adalah : sebelum alat bubu dimasukkan ke dalam
perairan maka terlebih dahulu dilakukan penentuan daerah penangkapan. Penentuan
daeraah penangkapan tersebut didasarkan pada tempat yang diperkirakan banyak
terdapat ikan demersal, yang biasanya ditandai dengan banyaknya terumbu karang atau
pengalaman dari nelayan.
Bagi bubu yang tidak menggunakan umpan, setelah tiba di daerah penangkapan, maka
dilakukan penurunan pelampung tanda dilanjutkan dengan penurunan bubu beserta
pemberatnya. Sedangkan bubu yang menggunakan umpan (biasanya dari ikan) terlebih
dahulu diberi umpan lalu dimasukkan kedalam perairan. Setelah dianggap posisinya sudah
baik maka pemasangan bubu dianggap selesai. Pada beberapa waktu kemudian (1-3 hari)
pengangkatan bubu dilakukan.
5.2.2. Bubu Hanyut
Pada prinsipnya alat tangkap ini sama dengan bubu dasar, hanya alat ini dikhususkan
untuk menangkap ikan terbang dan pada bagian luar dari bubu tersebut diberikan untaian
daun kelapa. Alat tangkap ini banyak digunakan oleh nelayan yang berada di pantai barat
Sulawesi Selatan untuk menangkap ikan terbang dan mengumpulkan telurnya. Dalam
bahasa lokal alat ini disebut dengan”patorani”. Alat ini dioperasikan pada musim timur
yaitu musim pemijahan dari ikan terbang di laut Flores, sehingga dapat dikatakan bahwa
alat tangkap ini dioperasikan pada musim-musin tertentu.
Teknik Operasi Penangkapan bubu hanyut adalah : pada daerah penangkapan yang
dianggap banyak ikan terbang, alat tangkap ini dirangkai sedemikian rupa, sehingga dalam
satu rangkaian terdiri dari empat sampai enam bubu. Kemudian bubu tersebut diturunkan
ke perairan. Bubu tersebut tidak di beri pemberat sehingga alat tangkap tersebut terapung
dipermukaan air. Pada saat operasi penangkapan ikan dilakukan, alat tangkap ini diikatkan
pada perahu, dengan demikian bubu akan hanyut bersama perahu sesuai dengan arah
arus (Gambar 5.2).
Ikan-ikan terbang yang akan memijah yang biasanya meletakkan telurnya pada daun
kelapa di bubu dan setelah memijah akan masuk bersembunyi ke dalam bubu. Sekitar 6-7
jam dalam air kemudian diangkat ke atas perahu untuk mengambil hasil tangkapannya.
Setelah mengeluarkan hasil tangkapannya operasi penangkapan dapat dilanjutkan kembali.

Gambar 5.2. Bubu Hanyut


5.2.3. Sero
Sero adalah alat penangkap ikan yang dipasang secara tetap di dalam air, yang biasanya
terdiri dari susunan pagar-pagar yang akan menuntun ikan menuju perangkap. Alat ini
biasanya terbuat dari kayu, waring/jaring atau bambu. Terdiri dari bagian-bagian yaitu:
1) Penaju yang berfungsi untuk menghadang ikan dala renang ruayanya khususnya ikan-
ikan yang beruaya pada saat pasang naik.
2) Daerah pengambilan ikan, biasanya terletak pada bagian yang lebih dalam.
Sehingga pemasangan alat tangkap ini hanya dilakukan pada daerah-daerah yang landai
yang sedikit miring. Nelayan banyak memasangnya pada daerah-daerah pinggir pantai
(Gambar 5.3).
Dalam operasi penangkapannya sangat sederhana karena setelah alat tangkap ini dipasang
diperairan diharapkan ikan-ikan yang melewati penaju dari alat tangkap ini akan masuk
kedaerah pengambilan ikan. Pada saat air surut pengambilan ikan segera dilakukan.

14
Gambar 5.3. Sero
5.2.4. Jermal
Jermal adalah perangkap yang terbuat dari jaring berbentuk kantong dan dipasang semi
permanen menentang arus (biasanya arus pasang surut). Alat tangkap ini biasanya
digunakan untuk memanfaatkan ikan-ikan yang mengikuti arus. Alat tangkap ini sangat
sederhana, di mana pada daerah penangkapan yang cocok alat tersebut dipasang. Lama
pemasangannya sengat relatif, jika sudah banyak ikan yang masuk kedalam jaring,
dikeluarkan hasil tangkapannya. Untuk memudahkan pengoperasiannya, pada daerah
penangkapan biasanya dibuat bangunan untuk menunggu dan memantau hasil tangkapan
(Gambar 5.4).

Gambar 5.4. Jermal

15
BAB VI
PUKAT UDANG (TRAWL)

6.1. Deskripsi Trawl


Di Indonesia alat tangkap Trawl disebut juga pukat harimau atau pukat udang. Trawl
adalah jaring berbentuk kerucut yang dioperasikan dengan cara ditarik/diseret oleh kapal.
Trawl dianggap cukup merusak karena dapat menangkap semua jenis ikan dan semua ukuran
ikan serta dapat merusak dasar perairan, sehingga trawl dilarang dipergunakan di Perairan
Indonesia Bagian Barat sesuai UU No.39 Tahun 1980. Hasil tangkapan trawl akan lebih optimal
jika mulut jaringnya terbuka dengan maksimal. Adapun cara terbukanya mulut jaring pada trawl
adalah :
a. Menggunakan bingkai (beam)
b. Menggunakan papan (otter board)
c. Menggunakan dua buah kapal (paranzela)
Jenis-jenis trawl :
1. Berdasarkan letak alat di perairan :
a. Mid water trawl, dengan cici-ciri panjang bibir atas dan bibir bawah jaring sama
b. Bottom trawl, dengan ciri-ciri bibir atas jaring lebih menjorok ke depan dibandingkan bibir
bagian bawah
2. Berdasarkan cara operasi:
a. Stern trawl : jaring ditarik di belakang kapal
b. Side trawl : jaring ditarik di samping kapal
c. Double rig trawl : 2 jaring di tarik di samping kapal
3. Berdasarkan jumlah kapal :
a. One boat trawl : menggunakan satu kapal
b. Two boat trawl : menggunakan dua kapal
4. Berdasarkan cara terbukanya mulut jaring :
a. Beam trawl : jaring terbuka dengan menggunakan bingkai
b. Otter trawl : jaring terbuka dengan menggunakan otter board
c. Paranzela : jaring terbuka dengan menggunakan dua kapal

A B

C
Gambar 6.1. Jenis-jenis trawl
A. midwater trawl, B. bottom trawl, C. paranzella

6.2. Konstruksi Trawl


16
Trawl merupakan alat tangkap jaring yang berbentuk kerucut dengan 3 bagian utama
yaitu sayap, badan jaring dan kantong. Secara lengkap bagian trawl adalah sayap (wing), badan
jaring (belly), kantong (code end), tali ris (atas/bawah), tali pelampung (float line), pelampung
(floats), tali pemberat (sinker line), pemberat (sinkers) dan tali penarik (warp). Lihat gambar 6.2

Keterangan :
a. Upper wing
b. Belly
c. Cod end
d. wing
e. Total length
f. Head rope
g. Ground rope
1. Upper wing
2. Side wing
3. Bottom wing
4. Square
5. Side belly
6. Upper belly
7. Bottom belly
8. Code end

17
1.

Gambar 6.2. Konstruksi trawl


Posisi jaring di perairan sangat tergantung pada panjang tali penarik (warp) khususnya pada
bottom trawl. Panjang warp bottom trawl adalah 3 sampai dengan 4 kali kedalaman perairan.
Contohnya jika kedalaman perairan 100 m, maka panjang warp adalah 300 s/d 400 m. Untuk
mengurangi hasil tangkapan sampingan, trawl diharuskan menggunakan BED (By catch Excluder
Device) atau TED (Turtle Excluder Device) yang diletakkan secara tegak di bagian depan
kantong trawl (gambar 6.3).

Gambar 6.3. By catch Excluder Device (BED)

6.3. Pengoperasian Trawl


Tahapan pertama pada pengoperasian trawl adalah persiapan dan mencari fishing
ground. Tahap persiapan pada pengoperasian trawl sama dengan pada pengoperasian alat
tangkap lainnya yaitu mempersiapkan semua hal yang dibutuhkan, pemeriksaan kondisi armada
penangkapan dan persiapan dokumen kapal. Dalam menentukan daerah penangkapan trawl ada
beberapa syarat yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Arus tidak terlalu besar
18
2. Kondisi cuaca tidak mengganggu operasi penangkapan ikan
3. Ikan melimpah sepanjang tahun
4. Dasar pasir atau lumpur (bottom trawl)
Setelah kapal tiba di fishing ground, proses setting dilakukan dengan cara menurunkan
alat tangkap sampai kedalaman yang diinginkan dengan melihat panjang tali penarik (warp)
yang sudah diturunkan. Proses selanjutnya adalah penarikan/penyeretan jaring (towing) yang
dilakukan selama 3 – 6 jam. Setelah jaring towing selesai, keceptan kapal diturunkan dan jaring
diangkat ke atas kapal dengan menggunakan trawl winch. Setelah jaring naik ke atas kapal,
bagian kantong akan digantungkan untuk mengeluarkan hasil tangkapan dari dalam jaring
dengan cara membuka simpul code end pada ujung bagian kantong.
Pada saat operasi, dapat terjadi hal-hal yang dapat menggagalkan operasi penangkapan
trawl, antara lain :
a. Warp terlalu panjang atau speed terlalu lambat atau juga hal lain maka jarring akan
mengeruk lumpur.
b. Jaring tersangkut pada karang / bangkai kapal
c. Jaring atau tali temali tergulung pada crew
d. Warp putus
e. Otter board tidak bekerja dengan baik, misalnya terbenam pada lumpur pada waktu
permulaan penarikan dilakukan
f. Hilang keseimbangan, misalnya otter board yang sepihak bergerak ke arah pihak yang lainnya
lalu tergulung ke jaring.
g. Ubur-ubur, kerang-kerangan dan lain-lain penuh masuk kedalam jaring, hingga cod end tak
mungkin diisiikan lagi.

BAB VII
PANCING (HOOK AND LINE)

7.1. Deskripsi Pancing


Pancing adalah salah salah satu alat tangkap yang umum dikenal oleh masyarakat ramai
terlebih dikalangan nelayan. Pancing adalah alat penangkapan ikan yang terdiri dari dua
komponen utama yaitu tali (line) dan mata pancing (hook). Pada pengoperasiannya pancing
19
selalu dilengkapi dengan umpan. Umpan yang digunakan pada pancing terdiri dari umpan alami
berupa ikan, udang, cumi cumi, cacing, dan lain-lain serta umpan buatan berupa benang, tali
plastik dan bahan-bahan lain yang dibentuk seperti ikan atau udang. Prinsip penangkapan
pancing adalah melekatkan umpan pada mata pancing dan pancing diberi tali/benang, setelah
umpan dimakan ikan maka mata pancing juga akan termakan oleh ikan dan dengan tali/benang,
manusia menarik ikan ke kapal/darat.
Setiap alat penangkapan ikan memiliki kelebihan dan kelemahan yang dijadikan dasar
penggunaan alat tangkap tersebut. Adapun kelemahan dari pancing adalah :
1. hasil tangkapannya lebih sedikit dibandingkan jaring
2. memerlukan umpan
3. keahlian perseorangan sangat menonjol
4. bersifat pasif
Sedangkan kelebihan dari pancing yaitu :
1. konstruksi dan cara penangkapannya sederhana dan mudah
2. organisasi usahanya kecil
3. syarat-syarat daerah penangkapan ikan (fishing ground) sedikit
4. pengaruh cuaca dan kondisi laut relatif kecil
5. kesegaran ikan terjamin

7.2. Jenis-jenis Pancing


Menurut Adreas Von Brandt (1984) dalam Sudirman dan Mallawa (2000) pancing
dikelompokkan dalam beberapa jenis, yaitu : hand lines, pole and lines, set lines, bottom long
lines, drift lines dan troll lines. Pada pembahasan berikutnya set lines, bottom long lines dan drift
lines dimasukan dalam kelompok long lines, tetapi selanjutnya pemabahasan dititikberatkan
pada drift lines.
7.2.1. Hand Lines
Hand line disebut juga sebagai pancing tangan karena dalam pengoperasiannya hanya
menggunakan tangan tanpa alat bantu lainnya. Hand line merupakan jenis pancing yang
paling sederhana. Hand line terdiri dari penggulung benang/tali, benang/tali (main line &
branch line), mata pancing (kail/hook), pemberat, pelampung, kili-kili (swivel) dan joran
(gambar 7.1). Dalam pengoperasiannya hand line dapat menggunakan umpan alami atau
umpan buatan. Beberapa cara mengoperasikan hand line diantaranya adalah :
1. menghentak-hentakan pancing
2. menarik pancing perlahan-lahan
3. menggunakan layang-layang
4. pancing didiamkan beberapa saat

Penggulung
benang/tali
cinci
Tali utama n
Tali
Tali
Joran uta
cab
ma
Kili-kili anaig
(m
Kili-
Tali cabang Penggul
ra
nkili
lin
(swe)i
Mata
pancing
ung
benang/
nc
vel)
(hook)
pemberat tali h
pember li
A B at Mata
pancingn
Gambar 7.1. Konstruksi Hand Lines
A. hand line tanpa joran, B. hand line dengan joran e)

7.2.2. Troll Lines


Troll line disebut juga sebagai pancing tonda. Troll line adalah pancing yang diberi
tali/benang panjang dan ditarik/diseret oleh kapal/perahu (gambar 7.2). Desain dan
konstruksi troll line sama dengan hand line. Dalam pengoperasiannya troll line dapat
menggunakan umpan alami atau umpan buatan. Hasil tangkapan troll line biasanya ikan

20
pelagis besar (tongkol, cakalang, tenggiri, tuna kecil, dll). Saat pengoperasian, kecepatan
kapal ketik a menarik pancing adalah 2 – 6 knot.

KAPAL

KAPAL
Gambar 7.2. Posisi kapal troll line saat menarik pancing

7.2.3. Pole and Lines


Huhate (skipjack pole and line) atau umumnya disebut dengan pole and line adalah alat
tangkap ikan cakalang dengan menggunakan pancing. Alat tangkap ini banyak digunakan di
perairan Indonesia Timur. Dalam operasi penangkapannya menggunakan bantuan ikan
umpan hidup (live bait fish) dan semprotan air. Konstruksi alat tangkap pole and line terdiri
dari bagian-bagian joran (pole), tali pancing dan mata pancing. Mata pancing untuk huhate
(pole and line) ada dua macam yaitu mata pancing yang tidak berkait dan yang berkait.
Bentuk kapal cakalang mempunyai beberapa kekhususan antara lain :
 Dibagian atas deck kapal bagian depan (haluan) terdapat pelataran digunakan sebagai
tempat pemancing untuk melakukan pemancingan
 Dalam kapal harus tersedia bak-bak untuk menyimpan umpan hidup
 Dilengkapi dengan sistem semprotan air (water splinkers system) yang dihubungkan
dengan suatu pompa
 Dilengkapi dengan system semprotan air (water splinkers system) yang dihubungkan
dengan suatu pompa.
Bagian-bagian pole and line (gambar 7.3) adalah :
1. Joran : terbuat dari bambu atau fiber, panjang 2 – 6 m
2. Tali utama : terbuat dari tali PE ∅ 0,5 – 1 mm, panjang tidak melebihi panjang joran
3. Tali sekunder : terbuat dari PA mono atau kawat baja (wire leader) ∅ 0,5 – 1 mm,
panjang 20 – 30 cm
4. Mata pancing : tidak berkait balik, dilengkapi timah sebagai pemberat dan bulu ayam
sebagai umpan buatan
Tahapan dalam pengoperasian pole and line adalah sebagai berikut :
1. Mencari gerombolan ikan cakalang atau menuju rumpon
2. Mendekati gerombolan ikan
3. Menebarkan umpan hidup
Syarat umpan hidup :
― berenang cepat menuju permukaan
― berwarna hijau/biru keperakan
― segera mendekati lambung kapal
― tahan hidup dalam bak umpan
― mudah didapat
― ukuran sesuai mulut cakalang
4. Menyemprotkan air ke arah permukaan air laut untuk menghalangi penglihatan ikan
akan umpan buatan yang digunakan dan kapal yang berada dekat gerombolan ikan

21
5. Melakukan pemancingan dengan secepat-cepatnya tanpa ada ikan yang jatuh kembali
ke laut setelah dipancing karena akan menyebabkan gerombolan ikan akan bubar.

Joran Tali kepala/ gantungan

Tali utama

Gambar 7.3. Konstruksi


Sampole andtali
bungan line

7.2.4. Long Lines Tali sekunder


Long line di Indonesia dikenal juga dengan istilah rawai. Pada bagian ini jenis long line yang
Mata pan
dibahas adalah drift long lines yang dioperasikan khusus untuk
cing menangkap ikan tuna (tuna
long line). Sebagai alat yang digunakan untuk menangkap ikan tuna, maka long line harus
dioperasikan di daerah penangkapan yang cocok untuk ikan tuna. Beberapa syarat tuna long
line adalah :
1. Perairan dalam
2. Kadar garam tinggi (> 30 ‰)
3. Perairan bersih dan terhindar dari pencemaran
4. Penyebarannya luas
Dari syarat-syarat di atas, ada beberapa contoh fishing ground tuna long long line di
Indonesia diantaranya yaitu Perairan Barat Sumatera, Perairan Selatan Jawa, Perairan
Selatan Bali, Perairan Nusa Tenggara dan Laut Banda.
Umpan yang digunakan pada tuna long line adalah umpan alami dengan syarat teknis
sebagai berikut :
1. Satu ikan utuh
2. Warna kontras dan mengkilat
3. Panjang 15 – 25 cm dan lebar 2 – 5 cm
4. Leher kuat dan daging ulet
5. Bau segar dan mencolok
Sedangkan untuk syarat ekonomisnya adalah :
1. Mudah didapat dalam jumlah banyak
2. Harganya murah
3. Perawatannya mudah
Dari beberapa syarat tersebut, maka jenis umpan yang sering digunakan pada
pengoperasian tuna lung line adalah ikan bandeng, kembung, layang, lemuru, tembang,
tongkol, torani dan cumi-cumi.
Pemasangan umpan dalam pengoperasian long line sangat penting karena membutuhkan
kecepatan dan ketepatan. Posisi tangan yang sesuai dalam memasang umpan adalah tangan
kanan memegang mata pancing dan tangan kiri memegang umpan. Adapun Bagian umpan
(ikan) yang ditusuk mata pancing adalah :
1. Mata tembus mata
2. Kepala bagian bawah atau segaris tutup insang
3. Bagian bawah sirip dada tembus menyebelah
4. Punggung ikan
5. Ekor ikan
Long line merupakan rangkaian mata pancing yang dipasang pada tali cabang dan tersusun
pada tali utama yang memanjang secara horizontal (gambar 7.4)

pelampung

Tali pelampung 22
Tali utama
(main line)
Tali cabang
(branch line)

Gambar 7.4. Posisi long line di perairan

Konstruksi long line terdiri dari 4 bagian utama yaitu pelampung, tali pelampung, tali utama
dan tali cabang.
1. Pelampung (gambar 7.5)
a. Pelampung bola
dipasang diujung basket, diameter ± 35 cm, diujung terdapat pipa 25 cm dan scotlight,
pelampung dibalut anyaman tali.
b. Pelampung bendera
merupakan pelampung yang pertama kali diturunkan dan terdiri dari pelampung,
pemberat serta tiang ± 7 m
c. Pelampung lampu
dipasang setiap 15 basket menggunakan lampu berkedip 5 Watt dengan batere.
d. Radio buoy
dilengkapi dengan Radio Direction Finder (RDF) yang digunakan untuk menunjukan
lokasi alat tangkap ketika putus.

Pelampung Pelampung
bendera bola
Radio Buoy

Pelampung lampu

Gambar 7.5. Jenis-jenis pelampung pada long line


2. Tali pelampung
Terbuat dari tali kuralon ± 30 m untuk mengatur kedalaman alat tangkap.
3. Tali utama (main line)

23
Terbuat dari tali kuralon dengan panjang mencapai 120 km. main line bisa terdiri dari satu
buah tali atau beberapa tali yang terputus-putus
4. Tali cabang (branch line)
Panjang ± 30 m, tali cabang terdiri dari :
a. snaph
b. Tali cabang utama
c. Swivel
d. Sekiyama
e. Wire leader
f. Mata pancing
(lihat gambar 7.6)

Gambar 7.6. Tali cabang long line

Tahapan pengoperasian long line adalah :


A. Setting (penurunan alat tangkap)
1. Kapal bergerak perlahan dengan arah 45⁰ arah arus
2. Setting dilakukan di bagian buritan kapal
3. Menurunkan pelampung bendera dan radio buoy
4. Menurunkan main line dan branch line
a. Sistim basket
 Memasang umpan pada mata pancing
 Melempar gulungan main line dan pelampung bola
 Melempar branch line
 Menyambung main line setiap basket
b. Sistim snaph
 Menurunkan main line
 Memasang umpan pada mata pancing
 Memasang snaph pelampung bola dan branch line
 Menurunkan pelampung bola dan branch line
B. Drifting (penghanyutan alat tangkap)
1. Alat tangkap dihanyutkan selama 3 – 6 jam
2. Kapal kembali ke posisi bagian alat tangkap yang pertama kali diturunkan (pelampung
bendera)
C. Hauling (penarikan/pengangkatan alat tangkap)
1. Hauling dilakukan di sebelah kanan/kiru kapal
2. Mengangkat pelampung bendera dan radio buoy
3. Menarik main line dengan line hauler (gambar 7.7)
4. Mengangkat pelampung bola dan branch line
a.Sistim basket : memisahkan main line dan branch line dalam satu basket dan

24
menyusunnya kembali
b.Sistim snaph : melepaskan snaph branch line dan pelampung bola serta
menyusunnya kembali
5. Mengangkat hasil tangkapan ke atas kapal dengan menggunakan ganco atau missile
(gambar 7.8 dan 7.9)

Gambar 7.7. Line Hauler

Gambar 7.8. Ganco

Gambar 7.9. Missile

25

Anda mungkin juga menyukai