Anda di halaman 1dari 3

Nama : Sariningsih

NPM : 230110150022
Kelas : Perikanan A

EKONOMI PEMBANGUNAN PERIKANAN

Indonesia memiliki wilayah pesisir dan lautan yang begitu besar, dan menjadi sumber
penghidupan masyarakat sekitar pada umumnya, hal ini disebabkan wilayah pesisir dan laut
memiliki berbagai sumber daya alam serta jasa lingkungan yang bisa dijadikan sumber
penghidupan. Perikanan merupakan salah satu usaha manusia untuk mencapai kesejahteraan
dengan cara mengelola atau memanfaatkan sumberdaya ikan dan biota lainnya yang bernilai
ekonomis.
Menurut Kurniawan (2010) Pembangunan di sektor kelautan dan perikanan, tidak boleh
dipandang sebagai hanya sebagai cara untuk menghilangkan kemiskinan dan pengangguran.
Namun, lebih dari itu, karena sektor kelautan dan perikanan merupakan basis perekonomian
nasional, maka sudah sewajarnya jika sektor perikanan dan kelautan ini dikembangkan menjadi
sektor unggulan dalam kancah perdagangan internasional. Dengan demikian, dukungan sektor
industri terhadap pembangunan di sektor perikanan dan kelautan menjadi suatu hal yang bersifat
keharusan. Karena itu, pembangunan perikanan dan kelautan dan industri bukanlah alternatif yang
dipilih, namun adalah komplementer dan saling mendukung baik bagi input maupun output.
Pembangunan perikanan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nelayan (petani ikan)
dengan jalan meningkatkan produktivitas, memperluas kesempatan kerja dan kesempatan usaha
(Reksohadiprodjo dan Pradono, 1988). Namun mengingat kegiatan perikanan yang dapat
dikatakan sebagai usaha yang sangat tergantung pada alam dan ketersediaan sumber daya disuatu
perairan menyebabkan ada fluktuasi kegiatan usaha perikanan yang sangat jelas. Pada akhirnya
hal ini akan mempengaruhi aktifitas nelayan (petani ikan) dalam berusaha.
Menurut Dahuri (2001), proses pemanfaatan sumber daya perikanan ke depan harus ada
kesamaan visi pembangunan perikanan yaitu suatu pembangunan perikanan yang dapat
memanfaatkan sumber daya ikan beserta ekosistemnya secara optimal bagi kesejahteraan dan
kemajuan bangsa Indonesia, terutama petani ikan dan nelayan secara berkelanjutan.
Industrialisasi perikanan tangkap merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
industrialisasi kelautan dan perikanan. Industrialisasi perikanan tangkap merupakan upaya
terintegrasi dari seluruh stakeholder untuk meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya
saing. Pembangunan diikuti pengembangan sistem produksi yang modern dan terintegrasi di
tingkat hulu, dapat memasok kebutuhan ikan sekaligus memasok bahan baku produksi produk
olahan perikanan untuk dipasarkan di pasar domestik dan internasional.
Kegiatan pengolahan ikan di Indonesia masih tergolong pengolahan ikan tradisional dan
dilakukan pada skala industri rumah tangga (Herawati, 2002). Namun, pengembangan usaha kecil
atau menengah saat ini menjadi perhatian, karena krisis ekonomi yang melanda Indonesia telah
menimbulkan harapan pada usaha kecil-mikro untuk dapat menjadi motor perekonomian
(Widyaningrum, 2003). Hal ini sesuai dengan pendapat Glendoh (2001) bahwa usaha kecil mampu
menyerap tenaga kerja, menghasilkan produk dengan harga yang terjangkau bagi kebutuhan rakyat
banyak yang berpenghasilan rendah.
Ketatnya persaingan dalam lingkungan perekonomian nasional membuat pemerintah
melakukan re-orientasi kebijakan pengembangan sektor industri dalam bentuk kebijakan
pembangunan industri nasional dengan menentukan industri-industri prioritas yang akan
dikembangkan di masa mendatang (Kamil dan Hapsari, 2007). Untuk memajukan perekonomian
Indonesia, harus dilakukannya inovasi pengolahan industri pengolahan perikanan salah satunya
yaitu adalah pengolahan hasil Limbah Perikanan yang dapat di manfaatkan serta dapat memajukan
nilai ekonomi masyarat.
Limbah perikanan, bekas rebusan pemindangan , biasanya langsung dibuang ke lingkungan
yang dapat menyebabkan pencemaran serta menimbulkan bau yang mengganggu estetika
lingkungan (Wijatmoko 2004). Limbah cair sisa pemindangan ikan masih mengandung sejumlah
zat gizi dan komponen cita rasa yang terlarut selama perebusan ikan, seperti protein dan asam
amino, serta mineral. Limbah tersebut dapat dimanfaatkan kembali untuk diolah sebagai bahan
baku petis ikan. Menurut Agustina dkk (2011), limbah cair pengolahan perikanan mengandung
berbagai jenis protein yang bergizi tinggi namun belum dapat dimanfaatkan secara optimal
sehingga limbah tersebut dapat menimbulkan masalah di lingkungan bila tidak dilakukan proses
pengolahan.Limbah yang dihasilkan berupa air industri perikanan mengandung protein 13,22%,
lemak 2,10%, abu 2,60%, air 70%, garam 12,08%, serpihan daging dan komponen lainnya yang
hilang selama pemindangan .
Pemanfaatan limbah cair dari kepala ikan tenggiri dimanfaatkan untuk pembuatan bumbu
penyedap rasa berdasarkan penelitian (Rahmadhani 2015), sedangkan limbah cair ikan cakalang
dimanfaatkan untuk pembuatan saos berdasarkan hasil penelitian (Sitanggang 2001).
Sejauh ini pemanfaatam limbah cair dari ikan bandeng belum dimanfaatkan secara optimal
dan salah satu produk olah ekonomis tinggi dari pemanfaatan limbah cair pindang yaitu bumbu
penyedap rasa.
Pemanfaatan limbah cair dari kepala ikan tenggiri dimanfaatkan untuk pembuatan flavor
berdasarkan hasil penelitian (Rahmadhani 2015), sedangkan limbah cair ikan cakalang
dimanfaatkan untuk pembuatan saos berdasarkan hasil penelitian ( Sitanggang 2001). Sejauh ini
pemanfaatan limbah cair dari ikan bandeng belum termanfaatkan secara optimal dan salah satu
produk olahan ekonomis tinggi dari pemanfaatan limbah cair pindang yaitu bumbu penyedap rasa.
Indonesia akan memiliki prospek bisnis perikanan yang cerah 5 tahun mendatang jika
pelaku usaha, pemerintah dan para stakeholder yang terkait jika faktor-faktor seperti ketersediaan
modal, perekonomian global, kebijakan pemerintah, persaingan dengan negara lain, kondisi politik
negara, dan pangsa pasar dapat diperhatikan dan terpenuhi dengan baik. Setelah memperhatikan
kondisi dan permasalahan yang telah dihadapai, maka diperlukan inovasi dan strategi kebijakan
dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan, mengingat Indonesia
sebagai negara kepulauan yang seharusnya memiliki wawasan kelautan dalam pembangunan
nasional.

Anda mungkin juga menyukai