Fahma Wijayanti1, Dedy Duryadi Solihin2, Hadi Sukadi Alikodra3, & Ibnu
Maryanto4
1
.Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1Sekolah Pasca Sarjana IPB, 2Jurusan
Biologi FMIPA IPB, 3Jurusan Konservasi Fakultas Kehutanan IPB, 4 Puslit Biologi-LIPI
Bogor. Email: fahmawijaya@yahoo.com
ABSTRACT
Erythrocyt and Haemoglobin on Cave Bat at Gombong Karst Area, Kebumen Regency, Central
Jawa. The purpose of this study was observe physiological adaptation of the cave bats
conducted from September 2009 to March 2010 in twelve caves within the karst of Gombong,
Kebumen Regency, Central Java. In each caves where the bats roosting, temperature, also
humidity, oxygen percentage in the air, and ammonia content were measured. Three individual
samples were caught from every bat roost during the day when the bats were staying in their
roosts. Then the amount of erythrocyte was counted by hemocytometer and hemoglobin
content was measured using Sahli's method. The data were analyzed using RDA and multiple
regressions. It was concluded that humidity, temperature, oxygen and ammonia correlated
significantly with erythrocyte and hemoglobin content. The amount of erythrocyte increased
by increasing humvel.
89
Wijayanti dkk.
90
Faktor Kondisi Udara yang Mempengaruhi Eritrosit
udara. Sebanyak 3 individu sampel HCL 0.1 N diteteskan pada tabung Sahli
kelelawar ditangkap pada setiap sarang sampai tanda tera 1.0; 2) sampel darah
dan segera dilakukan identifikasi awal. dihisap dengan mengunakan pipet Sahli
Pengukuran mikroklimat dan penang- sampai tanda tera 2.0; 3)sampel darah
kapan sampel dilakukan pada siang hari dimasukkan ke dalam tabung Sahli dan
pada saat kelelawar berada di sarangnya. dibiarkan selama 3 menit; 4) larutan
Penghitungan jumlah eritrosit dan ditambah dengan aquades sedikit demi
hemoglobin segera dilakukan setelah sedikit sambil diaduk dengan pengaduk
kelelawar ditangkap dengan cara: darah Sahli hingga warna larutan sama dengan
diambil dari vena interfemoral sebanyak warna standar hemoglobinmeter pada kit
1 ml menggunakan spuit ukuran 1 ml Sahli; 5) nilai hemoglobin (gram %)
(Kunz & Nagy 1988). Darah yang adalah angka yang tertera pada tabung
terambil segera dimasukkan ke dalam hemoglobin.
tabung venojact yang telah berisi Ethyl- Kecenderungan hubungan antara
ene Diamine Tetraacetic Acid . Penghi- parameter fisik gua dengan eritrosit dan
tungan jumlah eritrosit dilakukan dengan hemoglobin dianalisis menggunakan
cara (Sastradipradja 1989): 1) sampel analisis multivariat: RDA (Redundancy
darah dihisap menggunakan pipet eritrosit analysis). Adapun parameter fisik gua
hingga tanda tera 0.5 pada aspirator; 2) yang dianalisis adalah suhu, kelembaban
ujung pipet eritrosit dibersihkan , kadar oksigen dan kadar amonia udara.
menggunakan kertas tissu, selanjutnya Analisis RDA ini menggunakan software
pengencer hayem dihisap hingga tanda Canoco 4.5. Untuk meranking parameter
tera 101 pada aspirator; 3) pipet digerak- lingkungan yang paling berpengaruh
kan memutar dengan membentuk arah terhadap hematologi darah dan anatomi
angka 8 selama 3 menit; 4) larutan yang organ pernafasan kelelawar, digunakan
tidak tercampur dibuang dengan metode forward selection dan diuji
menempelkan kertas tissu pada ujung pi- menggunakanpermutasi Monte carlo
pet; 5) satu tetes larutan diteteskan dengan 199 permutasi acak.Untuk meng-
kedalam hemositometer; 6) dilakukan analisa bentuk hubungan antara mikro-
penghitungan jumlah sel eritrosit yang klimat sarang dengan hematologi darah
terdapat pada lima kotak eritrosit digunakan analisis regresi berganda
hemositometer (satu kotak kanan atas, (Gaspersz 1995).
satu kotak kiri atas, satu kotak kiri bawah,
satu kotak kiri bawah dan satu kotak HASIL.
tengah) di bawah mikroskop perbesaran
40 X 10. Jumlah total eritrosit adalah Jenis-jenis kelelawar penghuni gua
jumlah total eritrosit dalam 5 kotak karst Gombong yang berhasil ditangkap
hemositometer dikali 10 4 /mm3 . dan dilakukan pengamatan terhadap
Pengukuran kadar hemoglobin hematologi dan anatomi organ pernafa-
darah dilakukan dengan metode Sahli sannya terdiri atas 8 jenis Microchiroptera
(Sastradipradja 1989) yaitu : 1) larutan dan 3 jenis Megachiroptera. Jenis
91
Wijayanti dkk.
Mikrochiroptera terdiri dari: Rhinolo- value 0.48; axis 2 = 0.40 % dengan eigen-
phus affinis Horsfield,1823; Hipposide- value 0.372 . Secara bersama-sama axis
ros sorenseni Kichener & Maryan- 1 dan axis 2 dapat menerangkan varian
to,1993; Hipposideros ater Templeton, data sebesar 100 % dari varian total.
1848; Hipposideroscf.ater; Hipposide- Penggambaran RDA berdasasarkan
ros sp; Miniopterus australis Tomes, mikroklimat gua dengan hematologi darah
1858; Miniopterus schreibersii, (Kuhl menggunakan 2 axis dapat dilihat pada
1819) dan Chaerophon plicata Gambar 1.
(Buchannan,1800). Jenis-jenis Megachi- Berdasarkan RDA diatas, dapat
roptera terdiri dari: Cynopterus diketahui parameter mikroklimat yang
brachyotis (Muller,1838); Rousettus paling berpengaruh terhadap eritrosit dan
amplexicaudatus (Geof-froy,1810); dan hemoglobin kelelawar adalah kadar
Eonycteris spelaea (Dobson,187). Pada amonia di udara. Urutan berikutknya
penelitian ini semua sampel yang diambil adalah kelembaban, suhu dan oksigen.
adalah individu dewasa berjenis kelamin Rangking pengaruh parameter mikrokli-
jantan. Hasil pengukuran parameter mat terhadap darah kelelawar (Tabel 2).
lingkungan sarang dan parameter darah Hasil analis regresi berganda
kelelawar dapat dilihat pada Tabel 1 pengaruh mikroklimat sarang terhadap
Hasil RDA (redundancy analysis) jumlah eritrosit menunjukkan parameter
dengan 4 parameter mikroklimat gua mikroklimat (kelembaban,suhu,oksigen,
(suhu, kelembaban , kadar oksigen dan amonia) berkorelasi erat (R2 = 0.741
kadar amonia) disajikan pada Gambar 1. P = 0.000) dengan jumlah eritrosit. Hasil
Grafik tersebut menunjukkan hubungan analisis regresi berganda dapat dilihat
yang bisa diterangkan antara struktur pada tabel 3 dibawah ini.
komunitas kelelawar dengan fisik gua Persamaan regresi berganda
adalah: axis 1 = 99.6 % dengan eigen- hubungan mikroklimat dengan eritrosit
1.0
suhu
Kelembaplem
O2
AXIS 2
NH3
hemoglobin
Eritrosit
-0.2
-0.2 1.0
AXIS 1
Gambar 1 RDA antara mikroklimat sarang dengan eritrosit dan hemoglobin kelelawar
92
Faktor Kondisi Udara yang Mempengaruhi Eritrosit
Tabel 1 Hasil pengukuran mikroklimat udara tempat bertengger dan hasil pemeriksaan darah
kelelawar.
A B C D E F G H I J
o
C % % ppm juta/ml gr /ml juta/ml/gr gr/ml/gr
H_a Petruk 26.4±0.34 77.2±0.2 22.0±0.48 2490±0 2.9±0.26 8.83±0.2 0.47± 0.02 1.42± 0.08
H_cf Petruk 27.5±2.12 75.5±2.1 21.8±0.28 2340±212.3 6.15±4.13 9±0.28 0.47±0.01 1.34±0.01
H_s Petruk 27.9±0.18 70.8±1.1 22.0±0.52 1901.2±415 4.18±0.49 12.47±0.8 0.29±0.03 0.90±0.06
Jatijajar
Celeng
Hp Jatijajar 27.9±0.18 70.8±1.1 22.07±0.52 1901.2±415 4.18±0.49 12.4±0.81 0.29±0.03 0.90±0.06
Kampil
M_s 26.7±0.11 64.0±0.2 22.10±0.16 1872.8±0 3.63±0.45 9.8±0.30 0.33±0.02 0.8±0.02
Liyah
27±0 74.1±0 20.9±0.05 3180±0 3.25±0.21 8.65±0.07 0.69±0.01 1.65±0.08
M_a Inten
C_p Inten 30.8±0 80.4±0 22.8±0.52 3310±0 13.03±0.2 13.03±0.2 0.39±0.03 1.13±0.04
R_af Petruk 29.53±0.11 70±0 22.01±0.8 2810±0 12.4±0.52 12.4±0.5 0.317±0.01 0.96±0.07
C_b Petruk 27.24±0.21 52.8±1.2 21.02±0.1 1202±125 13.2±0.9 13.2±0.9 0.12±0.01 0.37±0.03
Liyah
E_s Celeng 28.2±0.21 63.0±0.8 21.98±0.83 1103.2±4.3 13.3±1.5 13.3±1.5 0.11±0.01 0.34±0.04
Kampil
R_a Petruk 27 56.8 20.9 640 16.15 0.06 0.19±0.02
Keterangan : A= species kelelawar, B= gua lokasi sarang, C= suhu udara, D= kelembaban, E= persentasi
oksigen, F= kadar amonia udara, G= jumlah eritrosit, H= kadar hemoglobin, I= rasio jumlah
eritrosit/berat badan, J= rasio kadar hemoglobin / berat badan, H_a = H. ater , H_cf= H. cf.ater, H_s
= H. sorenseni, H_p = Hipposideros sp., M_s=M. schreibersii, M_a=M. australis, R_af=R.
affinis. C_p=C. plicata. C_b=C. brachyotis, E_s =E. spelaea. R_a =R. amplexicaudatus
93
Wijayanti dkk.
Tabel 3. Hasil analisis regresi berganda hubungan mikroklimat gua dengan jumlah eritrosit.
94
Faktor Kondisi Udara yang Mempengaruhi Eritrosit
dengan hasil identifikasi gua di Pulau ml s/d 12.39 juta/ml dan Eptesicus
Jawa bahwa gua-gua yang diteliti dalam fuscus 11.96 juta/ml. Bila dibandingkan
penelitian ini adalah gua tipe preatik aktif, dengan penelitian terdahulu, jumlah
yang ditandai dengan adanya penetrasi eritrosit kelelawar yang ditemukan dalam
air pada dinding dan atap gua (Departe- penelitian ini berada dalam kisaran yang
men Kehutanan 1987). Dalam penelitian lebih luas ( 2.9 juta/ml s/d 16.15 juta/ml).
ini semakin jauh dari pintu gua, persentasi Jumlah eritrosit yang sangat bervariasi ini
oksigen tidak semakin menurun, disebabkan sampel kelelawar yang diteliti
sebagaimana hasil penelitian Baudinette memiliki ukuran tubuh dan habitat yang
et al. (1994). Hal ini disebabkan pori- sangat bervariasi pula. Cunningham
pori karst pada dinding dan atap gua di (2002) menjelaskan jumlah eritrosit
gua-gua yang diteliti mampu dilewati hewan mamalia sebagai berikut: kucing
udara sehingga oksigen dapat masuk (Felis felis domesticus) 6 juta/ ml-8 juta/
melalui pori-pori tersebut. Masuknya ml; sapi 6 juta/ ml -8 juta/ml; anjing (Ca-
udara melalui pori-pori karst ini nis familiaris) 6 juta/ml s/d 8 juta/ml ;
menyebabkan oksigen udara yang kambing (Capra aegragrus) 13 juta/ml
berkurang karena digunakan oleh s/d 14 juta/ml; babi 6 juta/ml s/d 8juta/ml
kelelawar, bertambah lagi. ; dan kelinci 5.5 juta/ml s/d 6.5 juta/ml.
Jumlah eritrosit kelelawar Microchi- Bila dibandingkan dengan mamalia lain,
roptera yang ditemukan dalam penelitian rasio jumlah eritrosit/bobot tubuh
ini berkisar antara 2.9 juta/ml s/d 13.03 kelelawar jauh lebih besar dibandingkan
juta/ ml, dan jumlah eritrosit kelelawar rasio jumlah eritrosit/bobot tubuh mamalia
Megachiroptera berkisar antara 13.2 juta/ lain. Menurut Altringham (1996), pada
ml s/d 16.15 juta/ml . Riedesel (1977) waktu terbang kelelawar membutuhkan
menca-tat hasil-hasil penelitian mengenai banyak energi, sehingga lebih banyak
eritrosit beberapa jenis kelelawar adalah oksigen yang dikonsumsi. Oleh karena itu
sebagai berikut : Myotis sodalis 9.5 juta/ untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang
ml; Nyctalus noctula 10.61 juta/ml s/d besar, kelelawar memiliki jumlah eritrosit
14.38 juta/ml; Tadarida brasiliensis lebih banyak dan otot jantung yang lebih
mexicana 10.11 juta/ml s/d 16.53 juta/ml; kuat.
Desmodus rotundus murinus 8.20 juta/ Kadar hemoglobin darah kelelawar
95
Wijayanti dkk.
Microchiroptera yang ditemukan dalam ruhi oleh umur, jenis kelamin dan berat
penelitian ini berkisar antara 8.6-13.6. badan dan lingkungan.
Sedangkan kadar hemoglobin kelelawar Hasil uji regresi menunjukkan rasio
Megachiroptera berkisar antara 11.9- jumlah eritrosit/berat badan semakin
16.2. Riedesel (1977) mencatat hasil-hasil meningkat dengan menurunnya suhu dan
penelitian mengenai hemoglobin beberapa meningkatnya kelembaban udara. Hasil
jenis kelelawar adalah sebagai berikut: penelitian Baudinette et al.(2000)
Nyctalus noctula 11.1 gr/ml; Myotis menunjukkan adanya peningkatan laju
myotis 10.9 gr/ml; Plecotus auritus 9.8 respirasi dengan menurunnya suhu dan
gr/ml; Myotis nattereri 10.9; dan meningkatnya kelembaban . Meningkat-
Artibeus lituratus 17.0 gr/ml. Menurut nya jumlah eritrosit pada hewan yang
Guyton (1995) dalam keadaan normal 1 bertengger di ruang gua yang dingin dan
ml darah manusia mengandung 14 gram lembab merupakan bentuk adaptasi agar
(14 gr/mm3) hemoglobin yang mampu laju respirasi dapat berjalan dengan cepat.
mengangkut 0.03 gram oksigen. Dengan meningkatnya laju respirasi,
Penelitian Nugraha (2007) mendapatkan energi yang dihasilkan meningkat. Hal ini
kandungan hemoglobin anjing (Canis menyebabkan suhu menjadi lebih hangat.
familiaris) usia 3 sampai 7 bulan berkisar Menurut Atringham (1996), kelelawar
5.77-0.94 gr/mm3. Sedangkan Fatmawati merupakan hewan homoikiloterm.
(2007) mendapatkan hemoglobin anjing Thermoregulasi kelelawar menyebabkan
ras Dobermean dewasa berkisar 11.8 ± suhu tubuh tetap hangat, walaupun berada
1.13. Bila dibandingkan dengan hewan di lingkungan yang dingin. Meningkatnya
mamalia lain, kadar hemoglobin dalam laju respirasi yang didukung oleh
darah kelelawar yang ditemukan dalam meningkatnya jumlah eritrosit merupakan
penelitian ini cenderung lebih tinggi. Hal salah satu bentuk thermoregulasi
ini karena untuk dapat terbang kelelawar kelelawar di lingkungan yang dingin agar
membutuhkan pasokan oksigen lebih suhu tubuh tetap hangat.
banyak dibanding-kan mamalia lain. Berdasarkan hasil analisis regrasi
Dalam penelitian ini terbukti adanya berganda, diketahui bahwa rasio jumlah
perbedaan rasio jumlah eritrosit/ berat eritrosit/berat badan juga meningkat
badan kelelawar yang bertengger pada dengan menurunnya persentasi oksigen,
kondisi udara dengan suhu,kelembaban , , meskipun dalam penelitian ini pengaruh
kadar oksigen dan kadar amonia berbeda. oksigen tersebut tidak nyata. Meningkat-
Demikian pula halnya dengan rasio kadar nya kadar amonia menyebab-kan
hemoglobin/berat badan. Pada kondisi peningkatan rasio jumlah eritrosit / berat
udara dengan suhu, kelembaban , badan. Dalam penelitian ini, terbukti kadar
persentasi oksigen dan kadar amonia amonia udara sangat tinggi (mencapai
berbeda, rasio kadar hemoglobin/berat 3310 ppm). Peraturan Pemerintah RI no
badan berbeda nyata. Hal ini sesuai 41 tahun 1999 menetapkan ambang batas
dengan pendapat Guyton (1995) bahwa kandungan amonia untuk udara ambien
jumlah eritrosit dan hemoglobin dipenga- di lingkungan manusia adalah 68 ppm.
96
Faktor Kondisi Udara yang Mempengaruhi Eritrosit
Bila dibanding-kan, kadar amonia udara subunit dapat membawa satu molekul
di sekitar lokasi tempat bertengger oksigen, dengan demikian setiap molekul
kelelawar jauh di atas ambang batas hemoglobin dapat membawa empat
tersebut. Hutabarat (2000) melakukan molekul oksigen. Peningkatan kadar he-
penelitian terhadap karyawan pabrik la- moglobin kelelawar sejalan dengan
tex yang terkena paparan amonia sebesar peningkatan jumlah eritrosit. Oleh
500 ppm sampai 600 ppm selama 60 hari. karenanya pada kondisi udara dengan
Hasil penelitian menunjukkan karyawan suhu rendah, kelembaban tinggi, oksigen
yang terkena paparan amonia mengalami rendah dan amonia tinggi kadar hemo-
gejala sebagai berikut: tenggorokan globin meningkat. Peningkatan kadar
kering (80%); jalan pernafasan kering hemoglobin tersebut merupakan strategi
(73.3%); mata perih (66.67%); batuk agar respirasi sel-sel tubuh dapat
(53.3%); dan pingsan (6.67%). Peningka- meningkat. Dengan demikian suhu tubuh
tan jumlah amonia udara di dalam gua dapat dipertahankan dan masuknya racun
menyebabkan laju respirasi meningkat, ke dalam tubuh dapat segera dinetralisir.
hal ini karena tubuh berusaha menetralisir
atau mengeluarkan racun dengan KESIMPULAN
meningkatkan laju metabolisme tubuh.
Laju metabolisme tubuh dapat meningkat Sebagai bentuk adaptasi terhadap
bila laju respirasi meningkat juga. mikroklimat gua rasio jumlah eritrosit
Menurut Guyton (1995), semua bentuk kelelawar meningkat dengan menurunnya
metabolis-me tubuh membutuhkan energi, suhu, meningkatnya kelembaban,
dimana energi tersebut didapatkan dari menurunnya persentasi oksigen dan
hasil respirasi sel. meningkatnya kadar amonia udara di
Hasil analisis regresi berganda sekitar tempat bertenggernya. Rasio
hubungan mikroklimat gua terhadap rasio kadar hemoglobin kelelawar meningkat
kadar hemoglobin / berat badan menun- dengan menurunnya suhu, meningkatnya
jukkan hasil yang sama, dimana rasio kelembaban , menurunnya persentasi
kadar hemoglobin/ berat badan meningkat oksigen dan meningkatnya kadar amonia
dengan menurunnya suhu, meningkatnya udara di sekitar tempat bertenggernya.
kelembaban, menurunnya kadar oksigen
serta meningkatnya kadar amonia di DAFTAR PUSTAKA
udara. Manurut Ganong (1989) kemam-
puan sel darah merah mengikat oksigen Altringham, JD.1996. BATS. Biologi and
disebabkan adanya hemoglobin. Hemo- behaviour. Oxford University
globin merupakan molekul protein yang Press. New York.
berikatan dengan porphyrin. Di bagian Baudinette, RV, RT Wlls, KJ Sanderson
tengah molekul porphyrin tersebut and B Clark. 1994. Microclimat
terdapat satu atom besi (Fe). Hemoglo- conditions in maternity caves of the
bin mamalia tersusun atas empat sub- Bent-wing bat Miniopterus
unit protein bebentuk globul (bola). Satu schreiber-sii: an attempt restora-
97
Wijayanti dkk.
98