Anda di halaman 1dari 3

Anjaliya Salma Putri

01311940000068

Pada paper ini dilakukan penelitian mengenai mikroplastik pada ikan trout cokelat
(Salmo trutta) dari sungai Slaney Irlandia. Ikan trout coklat (Salmo trutta) spesies asli Eropa dan
tersebar luas dari Asia hingga Pegunungan Atlas di Afrika Utara. Spesies ini juga diperkenalkan
ke banyak negara di luar Eropa termasuk Amerika Serikat, Kanada dan Australia. Spesies ini
termasuk karnivora yang memakan makroinvertebrata dari benthos dan drift. Keberadaan dan
kelimpahan S. trutta digunakan di Irlandia sebagai bioindikator kualitas air. Mikroplastik
merupakan partikel kecil plastik dengan ukuran 1 mm hingga 5 mm dan polutan ini ditemukan
tersebar baik di air tawar, air lentik (danau) dan sungai (lotik). Sungai Slaney Irlandia diketahui
sebagai penyalur mikroplastik pada lingkungan laut dan terendap pada sedimen. Mikroplastik
sendiri biasanya banyak ditemukan pada ikan dan faktor yang mempengaruhi serapan
mikroplastik dapat diketahui dari feeding habits spesies, karakter biologis contohnya jenis
kelamin dan ukuran. Hingga tahun 2020, hanya sedikit studi lapangan yang meneliti mikroplastik
pada spesies salmonid dimana dua diantaranya termasuk S. trutta. Tujuan dilakukannya
penelitian ini: 1. untuk meneliti kelimpahan ikan yang berhubungan dengan beban mikroplastik
di sungai pada populasi S. trutta pada hulu dan hilir sungai dari kemungkinan sumber
mikroplastik. 2. Mengetahui hubungan antara banyaknya mikroplastik dengan sifat biologis pada
ikan (panjang ikan dan kematangan gonad).
Penelitian ini dilakukan di Sungai Slaney Irlandia dimana daerah di sekitarnya
didominasi oleh pertanian. Pengambilan sampel ikan dilakukan di 6 lokasi, 3 diantaranya berada
di hilir (kondisi paparan tinggi mikroplastik dari yang bersumber dari instalasi pengolahan air
limbah perkotaan) dan 3 diantaranya berada di hulu (dengan paparan mikroplastik rendah).
Sebanyak 58 sampel S. trutta dibungkus dengan aluminium foil dan dimasukkan ke kantong
untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam freezer dengan suhu 20 C. Setelah beku ikan
dikeluarkan dari freezer dan dibiarkan mencair. Untuk mengetahui banyaknya mikroplastik serta
kandungan makanan setiap ikan, terdapat 2 langkah. Pertama, perut ikan dipotong terbuka dari
mulut hingga dekat caudal fin dan isi perut dikeluarkan ke aluminium foil yang telah dibilas
sebelum dipindahkan ke kertas saring serat gelas (ukuran 47mmØ), yang disegel dalam cawan
petri steril untuk enumerasi mikroplastik. Kedua, sisa organ pencernaan (mengandung jaringan
lambung, esophagus, pyloric caeca dan usus yang dibedah) ditimbang hingga dekati 0,01 g dan
ditempatkan dalam botol kaca yang dicuci dengan asam (0,05% asam nitrat (HNO3)) (344 ml).
Kemudian diberikan larutan dengan rasio 3:1 (larutan:sampel) yakni 10% kalium hidroksida lalu
diinkubasi pada suhu 40 C selama 48 jam sampai jaringan lunak dicerna. Lalu sampel disaring
secara vakum pada kertas saring serat kaca ukuran 1,2 mm untuk selanjutnya dilakukan
enumerasi dan karakterisasi mikroplastik. Semua partikel mikroplastik dicatat berdasarkan jenis
(yaitu serat, fragmen, film) di bawah mikroskop stereo perbesaran x1.6. Untuk ukuran diukur
secara manual dengan sumbu terpanjang ke 0,1 mm terdekat. Partikel yang dicurigai dipindahkan
dan diisolasi pada kertas saring serat kaca menggunakan tang ujung halus stainless steel. Lalu
dilakukan uji FT-IR untuk membaca spectrum standar dari database polimer yaitu Euclidean
Distance untuk mengetahui jenis polimer dalam sampel tersebut. Tipe mikroplastik yang akan
dianalisis dengan FT-IR dirubah tipe menjadi serbuk dan dihomogenkan dengan KBr (Potasium
bromide) untuk dijadikan pellet yang diuji. FT-IR ditekan terlebih dahulu dengan menggunakan
alat hidrolik dengan kekuatan 6 ton selama 15 menit. Pelet yang dibuat harus bening agar sampel
yang akan di uji dapat menerima interaksi dengan sinar infrared yang dtembakkan.
Dari 58 spesimen S. trutta yang diteliti kandungan mikroplastiknya, sebanyak 105
partikel mikroplastik ditemukan dari 72% ikan yang mencakup saluran pencernaan dan isi
lambung. Untuk jenis polimer yang diidentifikasi yaitu aramid, etilena-vinil asetat (EVA), etilena
propilen diena monomer (EPDM), kopolimer stirena-akrilonitril, polivinil fluorida (PVF),
poliester uretan (PEUU), polistirena (PS), politetrafluoroetilen (PTFE). ), polipropilen (PP),
polietilena tereftalat (PET) dan polieter eter keton (PEEK). Secara keseluruhan, 71 partikel
ditemukan pada saluran gastrointestinal dengan banyaknya rata-rata 1,88 +/- 1,53 dengan ukuran
paling kecil 106,6 mm dan ukuran paling besar 4,7 mm. Jenis mikroplastik Polistirena lebih
banyak ditemukan. Isi lambung menghasilkan jumlah mikroplastik terendah dimana serat adalah
jenis mikroplastik dominan diikuti fragmen. UKuran paling kecil yaitu 1,9 mm dan ukuran
paling besar 2,9 mm. Jenis polimer dominan yaitu polistirena dan aramid. Mikroplastik banyak
ditemukan di hulu sungai dibandingkan hilir sungai.
Penelitian ini merupakan penelitian pertama mikroplastik untuk spesies ikan air tawar di
Irlandia. Dalam penelitian lain pada saluran gastrointestinal menghasilkan kelimpahan
mikroplastik terbesar. Pada penelitian Roch dkk (2019) ditemukan hanya 18,8% ikan (beberapa
spesies) yang dikumpulkan dari sungai dan danau Jerman yang mengandung mikroplastik, pada
penelitian Slootmakers et al (2019) ikan gudgeon gobio gobio memiliki kelimpahan lebih rendah
yaitu 9% di sungai Flemish Belgia. Lalu ditemukan mikroplastik yang diperoleh dari S. trutta
tidak bergantung pada panjang ikan, yang konsisten dengan beberapa penelitian ikan lainnya.
Meskipun tidak jelas apakah ikan yang lebih besar menunjukkan tingkat makan yang lebih besar
dalam hal ini, pengamatan sebelumnya dari sungai di Swedia barat menemukan bahwa S. trutta
dewasa umumnya lebih menyukai daerah aliran lambat yang lebih dalam, setidaknya di musim
panas, dengan sedikit vegetasi dasar dan tutupan yang menjorok terlepas. posisi mereka dalam
hierarki sosial (yaitu posisi makan) (H€ojesj€o et al., 2007). Ini menunjukkan kerentanan yang
seragam terhadap paparan mikroplastik diantara ikan dewasa, mengingat habitat ini
kemungkinan besar mengakumulasi mikroplastik (Nel et al., 2018; Nizzetto et al., 2016/).
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa pada S trutta menelan mikroplastik dalam sistem
sungai ini, yang dapat memiliki implikasi lebih lanjut bagi konsumen tingkat atas yang memakan
spesies tersebut, termasuk manusia dan masih bisa dilakukan penelitian lanjut mengenai
kelimpahan mikroplastik dari komponen makanan yang diperlukan untuk mengidentifikasi jalur
penyerapan spesies (yaitu konsumsi primer atau sekunder).
Referensi:
O’Connor, J. D., Murphy, S., Lally, H. T., O’Connor, I., Nash, R., O’Sullivan, J., ... & Mahon,
A. M. (2020). Microplastics in brown trout (Salmo trutta Linnaeus, 1758) from an Irish riverine
system. Environmental pollution, 267, 115572. https://doi.org/10.1016/j.envpol.2020.115572

Anda mungkin juga menyukai