Anda di halaman 1dari 4

Bikin kajian harus dilihat secara komprehensif.

Buat analisis secara simple dan transparan. Kalau membuat kajian berhubungan dengan
keprofesional banyak tapi berkaitan dengan kebijakan public, pencemaran lingkungan, keputusan
pemeriintah untuk menghilangkan amdal. [ada ujung-ujungnya semua negara disini bermuar apada
kebijakan, keputusannya dibuat dari keputusan politik. Teman-teman buatnya secara data/angka.
Apakah efisien. Apakah perhitungannya tepat, diungkapkan dengan angka. Apakah itu logis.

Cek validitas:

1. Cek sumber dari datanya. Apakah penulisnya sudah terwakili dengna faktanya. Bagaimana
poisisi penulis dengan faktanya.
2. Teman-teman harus menggabungkan laporan, analisis yang lain,interview dengan orang,
independent source untuk mengambil data dan menjawab analisis. Jangan berdasarkan satu
sumber. Dikombinasikan dengan sumber-sumber yang lain.
3. Bagaimana faktanya dipublikasikan. Metodenya clear atau nggak. Kalau nggak clear mungkin
hoax yg dibuat secara logis. Logikanya nyambung satu dengan yang lain
4. Cek critical definitions. Untuk memajukan ekonomi. Apa yang dimajukan dari ekonomi.
Karena banyak juga dengan kata-kata yang aman, majority, kemiskinan, Cuma untuk kedok
aja untuk membenarkan asumsi dari pemerintah. Harus digali lebih dalam.

Masnya punya sedikit referensi untuk teman-teman membuat kajian analisis kebijakan public. Lebih
ke mindset nya seperti apa.

Pemerintah saat ini mensyaratkan PCR. Issue: apakah cukup diganti dengan sertifikat vaksin? Bisnis
dibalik PCR? Jadi yang benar pemerintah saat ini mensyaratkan pcr untuk seluruh penumpang darat,
laut dan udara. Apakah pcr mempermudah/mempersulit rakyat? Apakah pcr adalah solusi terbaik?
Pemerintah membuat pcr untuk mencegah covid -19 apakah pcr merupakan solusi terbaik dan
efisien untuk mencegah penularan covid-19.

Fact: PCR semakin cepat keluar hasilnya semakin mahal.

-Penularan covid tidak separah dulu.

-Sudah banyak yang divaksin

Teman-teman harus hati-hati dalam menentukan isu karena penting sebagai dasar untuk menjawab
kesimpulan. Kalau nggak pas nantinya berantakan semua. Mengarahkan kajiannya juga bingung.

Rules:

- Peraturan pemerintah terkait transportasi


- Peraturan WHO tentang kebijakan COVID.

Analisis:

- Ketika teman-teman membenturkan fakta dengan rules, harga pcr yang belum sesuai
dengan pemerintah memberatkan masyarakat. Kita harus pertimbangkan juga rules untuk
menjawab isu tersebut. Yang pertama kita menjawab dari segi efisien. Tidak semua
masyarakat mampu menjawab pcr. Kalau masyarakat pergi liburan dengan transportasi
udara, laut dan darat.
- Penularan covid yang melambat dan jumlah masyarakat yang divaksin sehingga pengecekan
pcr tidak efektif karena bisa diganti dengan pcr. Penggunaan pcr sudah bisa diganti dengan
antigen. PCR bukan solusi terbaik karena penularan melambat, pcr tidak dipakai dan bisa ada
antigennya.
- Masyarakat dengan kasus covid meningkat.

Kesimpulan: Penggunaan pcr sudah tidak efektif.

- Pencegahan penularan covid bisa menggunakan antigen


- PCR bukan merupakan solusi terbaik untuk syarat di transprtasi darat, laut dan udara.

========================================================================

Connectded world: akan muncul lagi yang lebih berkelanjutan. Whatsapp dan Facebook terintegrasi
dengan google. Contoh simple adalah orang-orang Liverpool rela datang. Percuma lapor pilisi dan
gerak cepat. Akan

Yang mendorong hal tersebut terjadi yaitu algoritma. Yaitu memetakan cenderung medsos sesuai
dengan interest kita. Isi eksplor Instagram kita mu semua. Kalau kita share tiktok ada pargoy isinya
pargoy semua. Kita sering likes fotonya Jokowi, isinya Jokowi semua. Eko chamber adalah isolasi dan
polarisasi sesuai interest kita.

Kasus Agni berawal dari sosmed, menekan pihak kampus untuk menerbitkan surat keputusan rector
atas pemerkosaan agni. Colaborative action dan connective action. Contoh bentuk algoritma aktivits
hadir.

Ketika kapolri menyiarkan arogansi, setelah 3 jam kapolri menyabut kebijkan larangan upload berita
sosmed terkait arogansi. Ketika mass akita banyak maka momentum dapat terjadi.

Ketika kita diperbolehkan twitter mengambil data untuk dianalisis, aktor2nya siapa, terkait kondisi
sosial di twiiter sangat cepat, trafik dialektikanya sangat cepat, ketika nge like pasti muncul di
follower2 dan timeline kita.

Tantangan yang harus kita hadapi saat ini dan pecahkan solusinya yaitu 1)isu sporadis:
dilempar/dialihkan isu kita. Orang-orang melupakan

Propaganda lewat tiktok. Memodifikasi metode, bisa menjadi evaluasi.

Menggunakan pisau analisis dan kacamata untuk melihat fenomena yaitu MDH. Satu pisau analisis
untuk melihat fenomena. Fenomena sosial sekarang dipengaruhi fenomena sebelumnya. Ada
materialsme dialektis. Kita perlu berdiskusi/ngobrol/merumuskan hal baru yaitu bentuk dialektis,
sering dilakukan teman2 akspro. Ketika melihat suatu hal dari sisi historis. Kenapa isu ini bisa
tenggelam dan naik. Itu salah satu kacamata yang kupegang sampai sekarang.

Manajemen isu ketika urgent dan penting dieksekusi. Kalau penting dan mendesak diberi ke orang
lain. Penting dan tidak mendesak di plan/pengawalan/sistematika pergerakan. Isu tidak mendesak
dan tidak penting dibuang. Pada saat 2019 ada isu RUU KUHP, ada isu yang mendesak yaitu
integrotas akspro. Itu penting tapi mendesak. Turunkan ego terkait presma sendiri, lebih penting isu
nasional. Mengorbankan satu isu untuk isu yang lain. Mahasiswa kurang sejalan evaluasi Jokowi.
Bentuk-bentuk manajemen isu yaitu bagaimana bentuk manajemen isu yang baik dan benar.

Manajemen opini public ada 3 hal: wacana, logika, retorika. Wacana ada suatu fenomena yang ada,
ketika tahu wacana apa yang kita perjuangkan siapa yang kita perjuangkan. Logika itu basis
intelektual kita sebagai mahasiswa perlu mengkaji isu menjadi suatu hal yang baku, akademik,
berlandasan keilmuan dan logika. Apakah dasar-dasar keilmuan dipahami orang awam? Tergantung
pasarnya. Kalau pasarnya buruh, petani, bodo amat dengan kajian, kita harus mengubah kajian-
kajian akademis menjadi hal yang mudah dipahami.

Dana kepolisian paling banyak apbn nya. Tpai apakah dimenegrti oleh orang yang awam. Kita perlu
merubah narasi menjadi narasi yang menimbulkan emosi. Hal itu menimbulkan emosi masyarakat,
bagaimana mengubah mindset orang sesuai hal yang kita pikirkan. Cara membungkus narasi kita.

Manajemen public Teknik komunikasi massa:

Komunikator Jokowi pesan demokrasi media instragram penerima pesan pengguna Instagram
efeknya mengubah pemikiran msyarakat agar respek dengan Jokowi.

Propaganda sebagai media untuk menguasai rakyat. Propaganda sebagai media, pedoman untuk
menguasai sesuatu yaitu pikiran, atau perasaan orang-orang.

Propagandis banyak gagasan. Supaya orang-orang sadar dan bisa menyebarkan ke orang lain.
Agitator menyebarkan sedikit gagasan dan mengarahkan banyak orang. Ketika kita demonstrasi pasti
ada agitator yang tidak jelas. Agitator Cuma memanas-manaskan massa, propagandis orang yang
dibelakang layer, membuat kajian dan disampaikan ke beberapa orang saja tapi memiliki gagasan
dan substansi yang dibahas.

Laclau dan mouffe, menggunakan narasi yang menggugah semua orang. Gambar sapi dan sampah.

Kita pura-pura aksi tapi jualan manga

Proses artikulasi dan penyampaiannya dibuat aware

Propaganda: bagaimana strategi propaganda:

Mengembalikan suara-suara hilang: blusukan

Empati: membicarakan hati dan perasaan. Paling gampang adalah menimbulkan empati. Curiosity:
apa yang terjadi, propaganda terkait polisi di akhir slide, apa yang terjadi dengan kepolisian. Aksi
damai, solidaritas lebih ke emosional.

Distribusi tugas saat aksi: terstruktur agar aman. Pasca aksi ada evaluasi supaya aksi kedepannya,
harus damai dan terpenuhi. Keos karena gaada advokasi dan negosiasi. Pasca aksi harus ada
evaluasi.

Konsolidasi dan teknis asi

Perangkat aksi: coordinator umum, bertanggung jawab atas massa aksi yaitu mengkoordinir barisan,
sub korlap.

FKL: mengkoordinir tiap fakultas

Kastrat: tiap kajiannya

Forum aksi: menyiapakn aksinya

Aksi adalah orang-orang yang tidak masuk dalam tugas ini. Eskalasi yaitu bareng-bareng, nempel2
poster dan aksi.

Skenario pengawalan isu: berbagai kementerian yang mengawal isu besar.

Retorika, komunikasi massa, manajemen opini public, framing, kita framing ke rektorat bahwa kita
dioper-oper tidak jelas. Framing yang kita lakukan tidak pernah goal. Kita memframing bahwa orang-
orang rektorat di taas makan uang mahasiswa. Fasilitas juga jelek. Kita framing disini. Layangan
seperti ukt dan kebijakan kampus. Gelanggang mahasiswa dibongkar 1 tahun yang lalu dan tidak
dibangun. UGM sangat nggak masuk.

Aksi mural: framing yang kita lakukan yakni symbol. Sampah-sampah ini diwaroskan ke anak
cucunya. Anak kita pasti tahu smapah-sampah ini. Kita harus mengolah sampah. Tirai di bawahnya
sampah. Pesan yang ingin teman-teman sampaikan ke semua orang.

MV negeri istimewa: daerah istimewa kok ga punya tempat sanpah, yang menonton 200 ribuan

Ketika teman-teman naik jadi pejabat tapi tidak ada yang mengkritik, jangan sampai perjuangan
berhenti pada masa kita, sebarkan perjuangan dan narasi perlawanan pada teman-teman lain agar
masih ada orang-orang yang mau berjuang membenahi kejahatan ini.

Harits: belakangan ini kita sering online untuk offline ksusahan. Kalau di organisasi ketika hendak
pergantian organisasi pasti memperjuangkan sesuatu, case nya, sekelompok orang yang meneruskan
redup. Jadi orang-orang yang berpotensi meneruskan jadi ketuanya kesusahan untuk
membangkitkan semangat dari massa2 tersbeut. Klaau bagus tanpa massa tidak bisa melanjutkan
organisasi. Karena online akhirnya terfokus pada sebuah peekrjaan, keprofesian. Akhirnya
terbengkalai. Terus juga forum tidak bisa diadakan secara online sehingga tingkat diskusinya
menurun.

Anda mungkin juga menyukai