Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOTOKSIKOLOGI

UJI TOKSISITAS BERBAGAI MACAM DETERGEN


TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP IKAN NILA/
PPM (Orechromis niloticus)

OLEH :

NAMA : NADIA IZATUNISA


NIM : 08041382025088
KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN : MEUTHEA NAJLAA

LABORATORIUM FISIOLOGI DAN BIOSISTEMATIKA HEWAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sumber pencemaran di perairan dapat berasal dari limbah domestik.
Limbah yang berasal dari kegiatan sehari-hari rumah tangga, seperti kegiatan
mencuci yang menggunakan deterjen dan pewangi. Limbah domestik dapat dibagi
menjadi dua, yaitu limbah organik seperti sisa sayuran dan makanan serta limbah
anorganik seperti plastik, bahan-bahan kimia yang berasal dari penggunaan
deterjen, sampo maupun sabun (Larasati et al., 2021).
Kebutuhan terhadap air yang memiliki kualitas yang layak digunakan oleh
mahkluk hidup semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk
dunia dan perkembangan industri. Air limbah yang tidak diolah dengan baik
masih mengandung berbagai polutan dapat mengontaminasi sistem ekologi
termasuk sumber air terbuka seperti laut, sungai dan danau, termasuk sistem
ekologi di wilayah udara dan tanah (Martini et al., 2020).
Air limbah detergen termasuk polutan karena didalamnya terdapat zat
Alkyl Benzene Sulfonat. Karena sifatnya sulit terurai oleh mikroorganisme di
permukaan tanah, akhirnya di ganti senyawa Linier Alkyl Sulfonat (LAS) yang
lebih ramah lingkungan. Walau lebih ramah lingkungan, detergen tidak berarti
ramah bagi organisme dalam air. Jika detergen yang larut dalam air cukup
signifikal, maka dapat mematikan ikan yang hidup didalamnya. Ikan mengambil
oksigen yang terlarut dalam air memalui insangnya. Dengan adanya detergen
yang larut dalam air, maka zat tersebut akan masuk kedalam tubuh ikan langsung
pada sistem sirkulasinya. Keberadaan zat ini mengganggu metabolisme ikan, jika
melebihi ambang batas ikan akan mati (Isti’anah et al., 2017).

1.2. Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk menguji toksistas berbagai macam detergen
terhadap kelangsungan hidup ikan nila dan melakukan pengujian toksisitas (LC50)
pada ikan.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Limbah Detergen


Deterjen merupakan produk pembersih yang merupakan penyempurnaan
dari sabun. Umumnya deterjen tersusun atas tiga komponen yaitu, surfaktan
(sebagai bahan dasar deterjen) sebesar 20-30%, builders (senyawa fosfat) sebesar
70-80%, dan bahan aditif (pemutih dan pewangi) yang relative sedikit yaitu 2-8%.
Surface Active Agent (surfaktan) pada deterjen digunakan untuk proses
pembasahan dan pengikat kotoran, sehingga sifat dari deterjen dapat berbeda
tergantung jenis surfaktannya. Deterjen adalah racun yang kuat untuk biota
akuatik dan mencemari lingkungan perairan baik dari segi keperluan hidup dan
kehidupan biota akuatik maupun manusia (Handayani, 2020).

2.2 Dampak Limbah Detergen Bagi Ikan


Membuang deterjen langsung ke lingkungan perairan seperti sungai dapat
menyebabkan pencemaran yang berdampak pada biota air seperti ikan. Adanya
limbah deterjen pada organisme air dapat menyebabkan kerusakan organ pada
organisme seperti kerusakan insang dan hati. Hal tesebut disebabkan pada limbah
deterjen memiliki sifat yang toksik. Alat pernapasan ikan yang digunakan dalam
air yaitu insang. Adanya limbah detergen dapat berpengaruh pada ikan karena
menyebabkan perubahan morfologi pada insang sehingga menyebabkan kematian
dengan jangka panjang. Tidak hanya alat pernapasan yang mengalami kerusakan
akan tetapi juga hati dan alat reproduksi ikan dapat mengalami kerusakan yang
menyebabkan rusaknya kelangsungan hidup ikan di air (Darmono, 2001).
Tingginya akumulasi limbah detergen pada perairan, akan menyebabkan
rendahnya kandungan oksigen yang ada di dalam perairan yang akan mengganggu
proses pernapasan ikan yang akan menyebabkan kematian. Perubahan dari
komponen-komponen darah baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sebagai
fungsi utama darah untuk menentukkan kondisi kesehatannya karena darah
merupakan transpor nutrisi, oksigen, karbondioksida, dan hasil metabolisme
lainnya (Saparuddin, 2019).

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, 28 September 2022 pada pukul
10.00 sampai dengan selesai. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium
Fisiologi dan Biosistematika Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah aerator, alat tulis, kamera,
pipet tetes, termometer, dan toples. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu air,
deterjen, dan Oreochromis niloticus.

3.3. Cara Kerja


Dimasukkan ikan nila ke dalam toples yang telah diberi aerasi, masing-
masing toples diisi 2 ekor nila, kemudian diukur suhu air dan dicatat hasilnya.
Dibiarkan selama beberapa menit agar ikan dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan barunya. Ikan nila yang telah dimasukkan kedalam toples selanjutnya
diberi perlakuan yaitu dengan memasukkan bahan pencemar yakni deterjen
dengan dosis yang telah ditentukan. Toples A (0 ppm), B (0,3 ppm), C (1 ppm), D
(1,5 ppm), E (2 ppm), F (2,5 ppm).
Kemudian diukur suhu masing-masing toples dan dicatat. Dilakukan
pengamatan setelah bahan pencemar deterjen di masukkan. Diamati tingkah laku
ikan dari menit 0, 5, 15, 30 dan kemudian 1 jam hingga 24 jam. Selain tingkah
laku, bukaan operkulum juga dihitung. Dicatat jumlah ikan yang diamati pada
masing-masing toples selama pengamatan berlangsung.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN DESKRIPSI

4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan pada uji toksisitas
berbagai macam detergen terhadap kehidupan ikan nila didapatkan hasil sebagai
berikut.
No. Nama Waktu Keterangan
Detergen
1. Daia 10 menit pertama Pergerakan ikan lambat, overculum
lambat, berlendir
10 menit ke dus Overculim tidak bergarak, belendir,
berdarah, ikan nila mati
10 menit ke tiga -
2. Rinso 10 menit pertama Ikan masih bergerak dengan aktif
tetapi badannya memucat,
operkulumnya mengeluarkan darah
dan berlendir
10 menit kedua Ikan mati
10 menit ketiga -
3. Downy 10 menit pertama Pada menit pertama pergerakan ikan
cepat, menit selanjutnya ikan mulai
berenang miring, ikan juga melompat
di air, kemudian di menit ke-6ikan
pingsan, masih ada pergerakan sangat
lemah, dan pada menit ke-9 ikan mati.
10 menit kedua Ikan mati
10 menit ketiga Ikan mati
4. Boom 10 menit pertama Pada menit pertama ikan masih
bernafas, overkulum ikan bergerak
lambat, mulut mengeluarkan darah dan

Universitas Sriwijaya
lender, sitoplasma telah keluar.
10 menit kedua Overkulum dan mulut bergerak
sesekali,warna mata dan kulit lebih
pucat.
10 menit ketiga Ikan mati
5. Wings 10 menit pertama Menit ke-4: ikan berbalik ke dasar
baskom
Menit ke-5: ikan keluar dari baskom,
ikan mengeluarkan lender menutupi
tubuhnya dan keluar darah pada
insang.
10 menit kedua Menit ke-5: ikan berbalik
Menit ke-8: ikan ke permukaan
baskom mencari pasukan oksigen
10 menit ketiga Menit ke-1: ikan berada di permukaan
Menit ke-2: ikan berbalik ke dasar
baskom
Menit ke-10: ikan mati

4.2. Perhitungan
��
Rumus : SR =
��
x 100%

Keterangan : SR = Kelangsungan hidup hewan uji (%)


Nt = Jumlah ikan uji pada akhir penelitian (ekor)
No = Jumlah ikan uji pada awal penelitian (ekor)
Diketahui :
Nt = 0 ekor
No = 6 ekor
Kelangsungan Hidup Hewan Uji (SR) :
0
SR = 6 x 100%

SR = 0 x 100%
SR = 0%

Universitas Sriwijaya
4.3. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada percobaan uji toksisitas
limbah detergen pada ikan nila (Orechromis niloticus) saat 10 menit pertama
operkulum ikan nila mengeluarkan darah dan lendir yang cukup banyak, ikan nila
berenang tidak teratur, dan badannya memucat. Kemudian saat 10 menit kedua
ikan nila sudah mati. Menurut Dalimin (2022) menyatakan bahwa adanya limbah
detergen yang dapat menyebabkan keracunan pada insang, hati, dan alat
reproduksi ikan, juga disebabkan adanya busa-busa pada detergen akan menutupi
permukaan air yang menghambat sirkulasi oksigen dalam air sehingga dapat
menurunkan kadar oksigen yang akan berpengaruh pada ikan yang seiring
berjalannya waktu ikan akan mati.
Ikan nila (Orechromis niloticus) digunakan dalam percobaan uji toksisitas
ini karena ikan nila dapat beradaptasi bagus di dalam berbagai jenis air. Ikan nila
juga tahan terhadap perubahan lingkungan. Pertumbuhannya cepat dan tahan
terhadap serangan penyakit. Berdasarkan pernyataan Soemirat (2009), ikan nila
mempunyai tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap material beracun dan
perubahan lingkungan. Ikan nila juga banyak hidup bebas di sungai tempat
dibuangnya efluen limbah cair. Insang secara langsung berkontak dengan air saat
melakukan proses pernapasan, sehingga apapun perubahan-perubahan yang terjadi
di lingkungan perairan akan secara langsung dan tidak langsung berdampak
kepada struktur dan fungsi insang serta hemoglobinnya.
Praktikum uji toksisitas limbah detergen pada ikan nila ini menggunakan
bahan salah satunya kertas pH untuk mengukur kadar asam basa pada detergen
yang digunakan. Diketahui kadar pH pada detergen rinso yang digunakan yakni
pH 11. Menurut Batu (2016) menjelaskan bahwa tingkat keasaman (pH) detergen
rata-rata 10-12, sementara pH yang dapat ditoleransi oleh lingkungan adalah 6-9.
Akibat detergen menimbulkan dampak pada kulit manusia. Selain berbahaya bagi
kulit manusia, air bekas cucian yang dibuang ke sungai dapat mengancam
lingkungan. Akibatnya kualitas air menurun dan ikan akan makin susah hidup.
Bahan antiseptik dalam sabun atau detergen mengganggu kehidupan
mikroorganisme yang ada di alam air bahkan dapat mematikan.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai


berikut:
1. Ikan nila (Orechromis niloticus) mengalami kematian pada 10 menit
kedua.
2. Semakin kecil angka PPM, maka tingkat ketoksikan semakin tinggi.
3. Semakin tinggi angka PPM, maka tingkat ketoksikan semakin rendah.
4. Limbah detergen dapat menyebabkan keracunan pada insang, hati, dan
alat reproduksi ikan.
5. Kadar pH pada detergen rinso yang digunakan yakni pH 11.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Batu, D, F, L. 2016. Ekotoksikologi Perairan. Bogor: IPB Press.

Dalimin, A, D, L. 2022. Pengaruh Pencemaran Limbah Detergen Terhadap


Ekosistem Perairan. Jurnal Sains. 3(1): 24-36.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta: UI Press.

Handayani, L. 2020. Pengaruh Kandungan Deterjen pada Limbah Rumah Tangga


terhadap Kelangsungan Hidup Udang Galah (Macrobracium rosenbergii).
Jurnal Sebatik. 10(2): 75-80.

Isti’anah, Sayyidatun, N., dan Selvy, H, P, P. 2017. Pengaruh Pencemaran Limbah


Detergen terhadap Biota Air. Jurnal EnviScience. 1(1): 17-19.

Larasati, N, N., Sri, Y, W., Lilik, M., Muhammad, Z., dan Kunarso. 2021.
Kandungan Pencemar Detejen dan Kualitas Air di Perairan Muara Sungai
Tapak, Semarang. Indonesian Journal of Oceanography. 3(1): 1-13.

Martini, S., Erna, Y., dan Dian, K. 2020. Pembuatan Teknologi Pengolahan
Limbah Cair Industri. Jurnal Distilasi. 5(2): 26-33.

Saparuddin. 2019. Pengaruh Limbah Industri Laundry terhadap Mortalitas,


Hemoglobin dan Trombosit Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal
Biotek. 7(2): 83-95.

Soemirat. 2009. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University


Press.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

Gambar 1. Gambar 2. Rinso Gambar 3. Air Rinso


Orechromis niloticus

Gambar 4. Kertas pH Gambar 5. Gambar 6.


10 Menit Pertama 10 Menit Kedua

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022)

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai