Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

PERKEMBANGAN HEWAN
REGENERASI

OLEH:

NAMA : NADIA IZATUNISA


NIM : 08041382025088
KELOMPOK : 5 (LIMA)
ASISTEN : LAFITA MARDIAH

LABORATORIUM BIOSISTEMATIKA
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021

Universitas Sriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hewan ternyata sanggup melakukan perbaikan jaringan akibat dari
terbentuknya luka. Proses perbaikan bisa jadi dilakukan pada luka kecil maupun
pada pengrusakan sebagian jaringan dari badan hewan tersebut, atau cedera yang
bisa jadi mengaitkan kehilangan organ atau bagian yang lebih besar dari badan.
Perihal ini kadang- kadang bisa diperbaharui, serta apabila hal ini terjadi maka
proses ini disebut sebagai regenerasi (Surjono, 2001).
Regenerasi merupakan memperbaiki bagian badan yang rusak ataupun
lepas kembali seperti semula. Kerusakan itu bermacam-macam. Terdapat yang
ringan, semacam luka serta memar ada yang sedang, yang menimbulkan ujung
sebagian badan terbuang dan yang berat itu yang menimbulkan suatu bagian besar
badan terbuang. Regenerasi yang berlangsung pada hewan pastinya tidak selalu
sama, perihal ini dapat dipengaruhi oleh wujud serta dimensi dari hewan tersebut,
dan bagian badan yang alami regenerasi. Semakin besar individu tersebut dan
bagian yang luka ataupun terpotong semakin banyak maka regenerasinya bakal
semakin lama (Soepribadi, 2013).
Regenerasi ialah proses yang begitu berarti artinya untuk kehidupan
makhluk hidup. Tanpa regenerasi maka badan organisme tidak bakal ada yang
sempurna. Dalam badan makhluk hidup ada kemampuan guna melaksanakan
regenerasi pada tingkatan sel ataupun jaringan, sebaliknya pada hewan tertentu
sanggup melakukan regenerasi pada tingkatan organ. Proses regenerasi yang
efisien merupakan pada masa embrio sampai masa bayi, setelah dewasa
kemampuan regenerasi terbatas pada sel maupun jaringan tertentu. Tetapi tidak
dengan bangsa avertebrata serta reptilia tertentu, kemampuan untuk memperbaiki
dirinya sangat luar biasa sampai mencapai dewasa (Sumarmin, 2016).

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui kemampuan regenerasi
tiap bagian tubuh yang berbeda dari cicak.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Regenerasi
Regenerasi diartikan sebagai proses pergantian bagian badan yang rusak
ataupun hilang. Bagian itu bisa berbentuk organ, semacam anggota tubuh serta
ekor, jaringan semacam kulit, ataupun sebagian sel saja. Bagian yang terkecil
yang hilang merupakan sitoplasma dari binatang seluler. Pada tingkatan molekul,
bagian yang rusak berbentuk base pada molekul DNA, yang diketahui sebagai
repparasi DNA. Regenerasi tingkatan sel berlangsung semenjak lahir hingga mati.
Pada badan binatang berlangsung regenerasi pada tiap saat, sebab terdapat sel
yang mati diganti dengan sel baru baik sel dari bagian internal ataupun eksternal
(Tim Asisten SPH II, 2013).
Setiap hewan memiliki kemampuan hidup yang bermacam- macam antara
makhluk yang satu dengan yang yang lain. Salah satu contoh merupakan
regenerasi dari organ. Regenerasi organ bisa dimaksud sebagai kemampuan badan
suatu organisme buat menggantikan bagian badan yang rusak baik yang disengaja
maupun yang tidak disengaja (karna kecelakaan) dengan bagian badan yang baru
dengan wujud yang sama persis dengan tadinya. Hewan-hewan yang tercantum
dalam sub phylum vertebrata memiliki daya regenerasi yang lebih rendah
dibanding dengan daya regenerasi pada hewan-hewan avertebrata (Adnan, 2013).
Sebagian reptilia, salah satunya cicak sanggup melaksanakan regenerasi
pada bagian tertentu yang hilang dengan cukup kuat. Cicak bakal melepaskan
ekornya serta setelah itu bakal meregenerasi ekor baru pada waktu yang tidak
begitu lama. Kemampuan regenerasi menurun dengan meningkatnya kompleksitas
stuktur serta fisiologis. Proses regenerasi mirip dengan proses pertumbuhan
embrio. Pemisahan kilat dari sel-sel yang belum khusus (timbulah) organisasi
yang komplek dari sel-sel khusus yang menyertakan morfogenesis serta
diferensiasi semacam pertumbuhan embrio (Kimball, 2000).

2.2. Macam-macam Regenerasi


Regenerasi yang terjalin pada hewan bisa dibedakan jadi dua macam yakni

Universitas Sriwijaya
regenerasi morfalaksis dan regenerasi epimorfosis. Regenerasi morfalaksis ialah
suatu proses perbaikan yang mengaitkan reorganisasi bagian badan yang masih
tersisa buat memulihkan kembali bagian badan yang hilang. Jadi dalam kategori
regenerasi ini pemulihan bagian yang hilang itu seluruhnya diganti oleh jaringan
lama yang masih tertinggal. Regenerasi epimorfosis yakni rekonstruksi bagian-
bagian yang hilang melalui proliferasi serta diferensiasi jaringan permukaan luka.
Namun regenerasi dapat berbentuk penumpukan sel-sel yang nampaknya belum
terdiferensiasi pada luka dan kerap disebut blastema, yang bakal berproliferasi
serta secara progresif membentuk bagian yang hilang (Soeminto, 2000).

2.3. Proses Regenerasi


Proses-proses universal yang berlangsung pada regenerasi bagian yang
putus ataupun rusak ialah yang pertama darah bakal mengalir menutupi luka,
kemudian akan mengeras dan membentuk “scab”. Setelah itu epitel kulit
menyebar di permukaan luka, dari dasar “scab”. Sel-sel epitel itu bergerak secara
amuboid serta memerlukan beberapa hari supaya kulit lengkap menutupi luka
(Adnan, 2008).
Berlangsung dediferensiasi sel-sel jaringan dekat luka, sehingga jadi
bersifat muda kembali serta pluripotent guna membentuk bermacam tipe jaringan
baru. Matrix tulang dan tulang rawan melarut. Sel-selnya lepas serta tersebar
dibawah epitel. Serat jaringan ikat juga berdisintegrasi dan sel-selnya
berdiferensiasi seluruhnya. Akhirnya tidak bisa lagi dibedakan mana sel yang
berasal dari tulang, tulang rawan, ataupun jaringan ikat disusul oleh sel-sel otot
berdiferensiasi, serat myofibril hilang, inti membengkak, serta sitoplasma
menyempit (Kimball, 2000).
Pembentukan blastema, yakni kuncup regenerasi pada permukaan sisa luka
“scab” mungkin telah lepas waktu ini. Blastema besar dari penumpukan dari sel-
sel dediferensiasi. Berikutnya proliferasi sel-sel dediferensiasi secara mitosis,
proliferasi ini serentak dengan proses dediferensiasi serta memuncak pada waktu
blastema dalam besarnya yang optimal serta saat itu tidak membengkak lagi.
Rediferensiasi sel-sel dediferensiasi, serentak dengan berhentinya proliferasi sel-
sel blastema itu (Adnan, 2008).

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 22 Oktober 2021
pada pukul 16.00 WIB di Laboratorium Biosistematika. Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pisau dan cawan petri/
mangkok. Sedangkan bahan yang digunakan adalah Cicak.

3.3. Cara Kerja


Pertama, cicak dipotong menjadi beberapa bagian. Diberi tanda sesuai
dengan bagian yang diambil (bagian ekor), diamati bagian yang lebih cepat pulih
dan dicatat kecepatan regenerasi masing-masing bagian.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan mengenai regenerasi
didapatkan hasil sebagai berikut :
No Gambar Perkembangan (cm) Kelompok
.
1.

0,1 cm 8

2.

0,2 cm 9

3.

0,3 cm 5

4.

Universitas Sriwijaya
4
0,5 cm

5.

0,6 cm 2

6.

0,05 cm 1

4.2. Pembahasan

Universitas Sriwijaya
Berdasarkan pada hasil praktikum yang telah dilakukan mengenai
regenerasi. Setelah diamati selama 6 hari pasca ekor cicak putus didapat bahwa pa
da cicak kelompok 8 didapat perkembangan ekor cicak sepanjang 0,1cm. Pada
kelompok 9 didapat perkembangan ekor cicak sepanjang 0,2cm. Pada kelompok 5
didapat perkembangan ekor cicak sepanjang 0,3cm. Pada kelompok 4 didapat
perkembangan ekor cicak sepanjang 0,5cm. Pada kelompok 2 didapat
perkembangan ekor cicak sepanjang 0,6cm. Terakhir pada kelompok 1 didapat
perkembangan ekor cicak hanya sepanjang 0,05cm.
Proses regenerasi pada ekor cicak memerlukan beberapa hari untuk
kembali lagi semacam semula. Menurut Kimball (2000), menyatakan bahwa
proses perbaikan awal pada regenerasi ekor cicak adalah penyembuhan luka
dengan penumbuhan kulit diatas luka tersebut, setelah itu suatu tunas-tunas sel
yang belum berdiferensiasi akan tampak. Tunas ini menyerupai rupa yang mirip
dengan tunas anggota badan pada embrio yang tengah tumbuh. Ketika waktu
berlalu sel-sel dari anggota badan yang tengah beregenerasi diatur dan
berdiferensiasi sekali lagi menjadi otot, tulang serta jaringan lanjutnya yang
menjadikan ekor serta kaki fungsional.
Riset regenerasi mengatakan kalau sel-sel dewasa dari jaringan tertentu
yang sudah berdiferensiasi misalnya epidermis mensintesis serta mengasilkan zat
yang secara aktif membatasi mitosis sel-sel muda dari jaringan yang sama.
Stadium permulaan dari regenerasi tidak terdapat sel-sel dewasa sehingga tidak
ada penghambat pemisahan sel. Usia organisme mempengaruhi kemampuan
regenerasi dengan meningkatnya usia tanpa kemampuan regenerasi lenyap tampak
kemampuan regenerasi lenyap secara progesif. Kemampuan regenerasi menurun
dengan meningkatnya kompleksitas struktur serta fisiologi.
Autotomi dan regenerasi mempunyai hubungan pada prosesnya. Menurut
Basrawi (2012), menyatakan bahwa proses regenerasi diiringi oleh suatu proses,
yakni autotomi. Autotomi merupakan proses menyesuaikan diri yang khusus
membantu hewan membebaskan diri dari serbuan musuh. Autotomi ialah
perwujudan dari mutilasi diri. Cicak apabila hendak dimangsa oleh predatornya
maka akan segera memutuskan ekornya guna menyelamatkan diri. Ekor yang
putus tersebut bisa beregenerasi kembali namun tidak akan sama semacam

Universitas Sriwijaya
semula.
Hasil regenerasi ekor itu tidak semula kembali sebab ekor yang baru itu
tidak memiliki notochord lagi. Kulit yang segera menutupi luka amputasi cicak
bakal mengakibatkan regenerasi terhalang, namun bila cuma epidermis kulit yang
menutup luka hingga regenerasi terjadi. Perihal ini menunjukkan kulit paling
utama kulit dermis memiliki suatu zat yang memblokir proses regenerasi.
Regenerasi tidak sempurna ditandai dengan adanya bentuk badan yang
sama, namun ukurannya berbeda pada salah satu fase regenerasi. Menurut
Soeminto (2004), menyatakan bahwa faktor-faktor yang pengaruhi petumbuhan
serta perkembangan hewan bisa dibagi jadi dua, ialah faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal meliputi gen serta hormon. Aspek eksternal meliputi air,
makanan dan cahaya.
Hormon ialah senyawa organik yang mengendalikan pertumbuhan dan
perkembangan hewan yakni hormon somatotrof (hormon perkembangan). Apabila
hewan kekurangan hormon perkembangan, maka perkembangan bakal terhambat
sehingga badannya kerdil. Apabila kelebihan hormone perkembangan, maka akan
alami perkembangan raksasa. Gen merupakan faktor generasi yang diwariskan
dari orang tua (induk) kepada keturunannya. Gen bakal mengatur pola
pertumbuhan dan perkembangan hewan.
Makanan sangat dibutuhkan oleh hewan ataupun makhluk hidup yang lain.
Makanan digunakan selaku zat pembangun badan dan sumber tenaga. Air
merupakan pelarut serta media guna terbentuknya reaksi metabolisme badan.
Reaksi metabolisme ini bakal menghasilkan tenaga, menolong pembentukan sel-
sel yang baru, serta membetulkan sel-sel yang rusak. Cahaya matahari sangat
dibutuhkan dalam pembuatan vitamin D. Vitamin itu dibutuhkan dalam
pembentukan tulang.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa


kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil regenerasi ekor cicak tidak semula kembali karena ekor yang baru
tidak mengandung notochord lagi.
2. Autotomi merupakan perwujudan dari mutilasi diri.
3. Fase penutupan luka, sebagai fase pertama dari proses regenerasi.
4. Faktor internal yang mempengaruhi regenerasi meliputi gen dan
hormon.
5. Faktor eksternal yang mempengaruhi regenerasi meliputi air, makanan
dan cahaya.
6.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Adnan. 2008. Perkembangan Hewan. Makassar: FMIPA UNM.

Adnan. 2013. Perkembangan Hewan. Makassar: FMIPA UNM.

Basrawi. 2012. Perbandingan Struktur Morfologi Kulit Ekor Asli dan Regenerat
Tokek (Gekko Gecko Linnaeus, 1758) dengan Cicak (Hemadactylus
Frenatus Gray, 1825). Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Kimball, T. 2000.  Biologi Jilid II. Jakarta: Erlangga.

Soeminto. 2004. Struktur dan Perkembangan Hewan II. Purwokerto: Universitas


Jenderal Sudirman.

Soepribadi, Istiati. 2013. Regenerasi dan Penyembuhan. Jakarta: Sagung Seto.

Surjono. 2001. Proses Perkembangan Embrio. Jakarta: Universitas Terbuka.

Tim Asisten SPH II. 2013. Buku Penuntun Praktikum SPH II. Indralaya:
Universitas Sriwijaya.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

Gambar 1. Pertumbuhan 0,1 cm Gambar 2. Pertumbuhan 0,2 cm

Gambar 3. Pertumbuhan 0,3 cm Gambar 4. Pertumbuhan 0,5 cm

Gambar 5. Pertumbuhan 0,6 cm Gambar 6. Pertumbuhan 0,05 cm

Universitas Sriwijaya
DOKUMENTASI PLAGIARSM

Plagiarsm BAB 1 Pendahuluan

Plagiarsm BAB 2 Tinjauan Pustaka

Universitas Sriwijaya
Plagiarsm BAB 4 Pembahasan

(Sumber : https://www.duplichecker.com/, 2021)

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai