REGENERASI
Offering H
Kelompok 7
1. Ainun Nadzifatun Arifah (160342606232)
2. Lutfita Fitriana (160342606284)
3. Rika Nur Azizah (160342606265)
4. Shinta Dewi M.K (160342606214)
2. Bahasan
2.1 Pengertian Regenerasi
Regenerasi adalah memperbaiki kembali bagian tubuh yang rusak atau lepas,
kembali seperti keadaan semula. Regenerasi merupakan proses pembentukan kembali
jaringan dan organ yang hilang setelah proses perkembangan tubuh dan
diferensiasi sel-sel telah selesai (Nakatani et al., 2008). Hal tersebut berarti bahwa
kemampuan tumbuh dan berdiferensiasi tidak terbatas pada embrionya saja tetapi
juga sampai dewasa bahkan sampai seumur hidup organisme tersebut. Dalam proses
regenerasi polaritas akan selalu dipertahankan. Hewan memiliki kemampuan untuk
memperbaiki kerusakan-kerusakan bagian tubuh secara ekstensif baik akibat
kecelakaan pada kondisi alamiah maupun akibat disengaja dalam suatu percobaan
melalui proses regenerasi. Kerusakan yang diperbaiki itu mungkin berupa
pemulihan kerusakan akibat hilangnya bagian tubuh utama, seperti anggota
badan biasanya hanya berupa penggantian kerusakan-kerusakan yang terjadi
dalam proses fisiologi (Lukman, 2009).
Daya regenerasi pada berbagai organisme tidak sama. Daya regenerasi pada
berbagai organisme tidak sama. Umumnya pada Avertebrata lebih tinggi,
kemampuannya dari pada Vertebrata, dan pada Mammalia biasanya hanya terbatas
pada penyembuhan luka, bagian tubuh yang lepas/hilang tidak dapat tumbuh
kembali.
Menurut Surjono (2001), regenerasi yang terjadi pada hewan dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu :
Sedangkan menurut Browder (1984), ada dua mekanisme primer dalam proses
regenerasi yaitu :
Keterangan:
Planaria bila mengalami luka baik secara alami maupun buatan, bagian tubuh
manapun yang rusak akan diganti dengan yang baru. Jika tubuh planaria dipotong-
potong maka tiap potongan akan dapat tumbuh kembali (regenerasi) menjadi individu
baru yang lengkap (Kastawi, dkk. 2003).
Apabila tubuh planaria terluka atau terpotong, maka hal pertama yang terjadi
adalah penyembuhan luka yang menutup permukaan puntung. Proses selanjutnya
adalah pembersihan “serpihan” luka di bagian dalam dan pertumbuhan serta
perkembangan jaringan baru. Proses regenerasi planaria tetap mempertahankan
polaritas tubuh. Bagian anterior dari puntung tetap akan berkembang menjadi bagian
itu (anterior tubuh) dan bagian posterior dari puntung akan membentuk bagian
posterior tubuh. Hasil akhir dari proses ini adalah tubuh planaria yang utuh kembali.
Child dalam Radiopoetro (1990) melakukan percobaan dengan planaria, bagian
tengah tubuh planaria dipotong dan diperoleh hasil bahwa pada bagian ujung anterior
akan terbentuk kepala dan pada bagian posterior akan terbentuk caudanya.
Menurut Sudarwati & Sutasurya (1990), regenerasi dapat terjadi lewat adanya
kumpulan sel-sel yang belum terdiferensiasi pada suatu luka, disebut blastema yang
kemudian akan berproliferasi dan secara progresif berdiferensiasi membentuk bagian-
bagian yang hilang. Blastema dapat berasal dari sel-sel pada permukaan luka atau
dapat pula berasal dari sel-sel cadangan khusus, misalnya neoblast yang bermigrasi ke
tempat luka. Bila planaria dipotong, neoblast akan tampak terhimpun pada permukaan
luka sehingga terbentuk suatu blastema yang kemudian akan berproliferasi dan
berdiferensiasi membentuk bagian-bagian yang hilang.
Child dalam Radiopoetro (1990) dalam percobaannya dengan berbagai variasi
potongan, diantaranya jika potongan yang berbentuk segitiga dipotong atau diambil
dari bagian lateral badan, umumnya regenerasi kepala pada ujung dalam sedang
pembentukan ekor pada tepi lateral. Jika potongan membengkok atau melengkung,
maka kepala akan tumbuh pada bagian samping dalam. Jika kepala planaria dibelah
akan dapat terbentuk seekor planaria berkepala dua, kemudian jika pembelahan
dilanjutkan ke posterior sampai terjadi dua buah belahan, maka tiap belahan akan
dapat tumbuh menjadi seekor cacing yang lengkap.
Berdasarkan percobaan Child tersebut, variasi potongan pada planaria dalam
bentuk apapun, yaitu memotong planaria secara melintang menjadi 2 dan 3 bagian,
planaria tetap mampu beregenerasi menjadi planaria baru yang lengkap. Fanny dan
Veyl (2006) bahwa terbentuknya bagian anterior dan posterior yang baru
membutuhkan waktu maksimal 192 jam (8 hari). Menurut Sheiman, dkk (2006)
planaria melengkapi bagian tubuhnya yang hilang menjadi individu yang lengkap,
dalam waktu 10 hari setelah pemotongan.
Setelah planaria terpisah (diregenerasi) daerah luka secara cepat tertutup oleh
suatu lapisan tipis dari sel epidermis, disebut neoblast yang merupakan serabut
totipotent yang mengganda dan berfungsi untuk mengobati luka (Newmark &
Alvarado, 2005). Menurut Sheiman, dkk (2006) bahwa proses penyembuhan luka oleh
neoblast pada regenerasi planaria terjadi cukup cepat yaitu kurang dari 15 menit
setelah pemotongan.
2. REGENERASI CICAK
Ekor cicak memiliki bentuk yang panjang dan lunak. Ekor akan mengalami
regenerasi bila ekor tersebut putus dalam usaha perlindungan diri dari predator.
Regenerasi tersebut diikuti oleh suatu proses, yaitu autotomi. Autotomi adalah proses
adaptasi yang khusus membantu hewan melepaskan diri dari serangan musuh.
Autotomi merupakan perwujudan dari mutilasi diri. Cicak jika akan dimangsa oleh
predatornya maka akan segera memutuskan ekornya untuk menyelamatkan diri. Ekor
yang putus tersebut dapat tumbuh lagi tetapi tidak sama seperti semula (Strorer, 1981).
Tahap pertama dari perbaikan kerusakan ekor cicak adalah sel epidermis dari
bagian luka menyebar diseluruh luka dan sesegera mungkin menutupi permukaan
luka. Selama beberapa hari penutupan luka dari sel epidermis ini menjadi tudung
epidermis apikal. Sel-sel yang banyak terkumpul di bawah epidermis. Semua jaringan
di bawah tudung mengadakan dediferensiasi dan regenerasi membentuk sel kerucut
yang disebut blastema regenerasi atau tunas regenerasi. Blastema tersebut tumbuh
dengan cepat, di mana pada saat pertama berbentuk kerucut, tetapi kemudian pada
akhirnya menjadi flattened dorsoventral. Kemudian setelah periode proliferasi, sel
blastema mengadakan dediferensiasi dan memperbaiki ekornya. Bagian yang
terpotong inilah yang disuplai darah dan dapat beregenerasi (Kalthoff, 1996).
Proses regenerasi ini secara mendasar tidak ada perusakan jaringan otot.
Akibatnya, tidak ada pelepasan sel-sel otot. Sumber utama sel-sel untuk beregenerasi
adalah berasal dari epedima dan dari berbagai macam jaringan ikat yang menyusun
septum otot, dermis, jaringan lemak, periosteum dan mungkin juga osteosit vertebrae.
Sumber sel untuk regenrasi pada reptil berasal dari beberapa ependima dan berbagai
jaringan ikat (Manyiov, 1994).
Perbaikan kerusakan ekor ikan terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama
adalah penyembuhan luka melalui penutupan permukaan yang rusak, tahap kedua
adalah pertumbuhan ekor yang rusak hingga mencapai ukuran semula, dan tahap
ketiga adalah diferensiasi jaringan-jaringan yang baru terbentuk (Tenzer, 2000).
Tahap pertama adalah penutupan luka dengan sel-sel epitel . Epitel kulit akan
menyebar ke permukaan luka dan melakukan penetrasi ke bagian bawah jendalan
darah, kemudian melekat pada jaringan ikat. Penyebaran ini umumnya berkaitan
dengan sifat amoeboid epitel dan bukan karena adanya pembelahan sel epitel itu
sendiri, karena hingga saat ini tidak dijumpai pembelahan mitosis. Kemampuan epitel
menyebar hingga menutup luka ini sangat tergantung pada epitel hewan yang
beregenerasi dan besarnya luka yang harus ditutupi.
Sementara sel-sel mengalami dediferensiasi, sel pada bagian luka akan mulai
melakukan proliferasi dan pembelahan secara mitosis. Mitosis yang terjadi sangat
cepat sehingga dalam waktu dekat bersama-sama sel yang sudah mengalami
dediferensiasi akan dibentuk suatu massa sel pada permukaan luka dan terbentuklah
blastema regenerasi yang kemudian tumbuh memanjang. Pertumbuhan paling cepat
terjadi pada tahap awal dan seterusnya akan menurun sesuai dengan kecepatan normal
pembelahan sel. Perkembangan organ yang mengalami regenerasi kemudian
mengalami rediferensiasi dan mengikuti cara seperti yang terjadi pada organogenesis
biasa hingga terbentuk organ secara sempurna.
Jenis amfibia yang sering digunakan sebagai objek studi regenerasi adalah
salamander dewasa dan larvanya, terutama spesies-spesies Ambystoma dan Triturus.
Menurut Singer dalam Browder (1984), bahwa proses-proses yang terlibat dalam
regenerasi anggota tubuh Cristurus cristatus, setelah diamputasi meliputi hal-hal
sebagai berikut :
Tahap penyembuhan luka ini diawali dari tepi luka dengan penyebaran
epidermis dari tepi luka yang akan menutupi permukaan yang terluka. Penyebarannya
dengan cara gerakan amoeboid sel-sel yang tidak melibatkan pembelahan mitosis sel.
Akan tetapi sekali penutupan selesaikan sel-sel epidermis berproliferasi untuk
menghasilkan masa sel yang berlapis-lapis dan membentuk sebuah tudung berbentuk
kerucut pada ujung anggota badan. Struktur tersebut dikenal dengan “Apical epidermis
cap”. Waktu penyembuhan luka relatif cepat, namun tergantung juga pada ukuran
hewan yang beregenerasi dan ukuran luka serta faktor-faktor eksternal seperti suhu.
Pada salamander proses penutupan luka setelah anggota badan diamputasi berlangsung
kira-kira satu atau dua hari.
Setelah proses penutupan luka, proses lain yang sangat penting dalam
regenerasi adalah terjadinya dediferensiasi jaringan-jaringan yang berdekatan dengan
permukaan luka, dediferensiasi didahului dengan histolisis jaringan-jaringan didalam
puntung secara besarbesaran. Jaringan yang telah terdiferensiasi seperti otot, tulang
rawa, tulang ikat, matriks, interselulernya hancur dan melepaskan individu sel-sel
mesenkhim yang merupakan sel-sel awal dari jaringan yang telah berdiferensiasi
tersebut.
3. Kesimpulan
a. Regnerasi merupakan pertumbuhan kembali bagian tubuh yang rusak dari suatu
organisme. Pada umumnya pada avertebrata lebih tinggi kemampuannya daripada
hewan vertebrata.
b. Macam-macam regenerasi terbagi menjadi 2 yaitu regenerasi morfolaksis, dan
regenerasi epomorfis.
c. Secara umum, tahapan regenerasi ada yaitu yang pertama penutupan luka,
selanjutnya yaitu pertumbuhan dan yang terakhir yaitu deferensiasi jaringan-jaringan.
d. Faktor yang mempengaruhi regenerasi sangatlah beragam dimulai dari temperatur,
lingkungan, makanan dan lain-lain.
DAFTAR RUJUKAN
Adnan, Halifah pagarra, Asmawati, 2007. Penuntun Praktikum Reproduksi dan Embriologi.
Browder, L.W. 1984. Developmental biology, 2 th ed, W.B. Saunders, London. Goss, B.M.
1956. Fundamental of comparative embryology. Fith edition. Mc. Graw Hill Book Co.
New York.
Lisdalia, S. 2006. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Kecepatan Regenerasi Non Alami
Cacing Planaria. Skripsi. Semarang: FMIPA UNNES.
Newmark, P. A & A. S. Alvarado. 2005. Regeneration in Planaria. Semarang. http: // rudyct.
tripod. com. / sem 2-on / hera-maheswari. htm.
Phillip, G. 1978. Biology of developmental system, Holt, Rinehart and Winston, New York,
Sab Francisco.