Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
Dr. Adnan,M.S.
NIP.19650201 198803 1 003
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemampuan hewan untuk dapat menyembuhkan bagian tubuhnya yang
terluka atau dalam istilah biologi dikenal dengan istilah “Regenerasi”.
Menurut KBBI, regenerasi merupakan penggantian alat yang rusak atau
yang hilang dengan pembentukan jaringan sel baru. Semua ini terjadi atas
kuasa sang pencipta pada makhluknya. Setiap hewan memiliki tingkat
regenerasi yang berbeda-beda dalam artian antara hewan yang satu dengan
yang lainnya tidak dapat disamakan waktu penyembuhan lukanya meskipun
tergolong kedalam spesies yang sama. Banyak hal yang dapat
mempengaruhi hal tersebut, diantaranya jenis makanan. Pada hewan yang
jenis makanannya baik maka kemampuan regenerasinya akan lebih cepat
dibanding dengan yang kualitas makanannya buruk.
Ikan cupang berasal dari Asia Tenggara, ikan ini lebih menyukai air
hangat. berkisar antara 22,2-26,7 derajat Celsius. Hal ini tentu dapat
berpengaruh pada proses regenerasi itu sendiri, semakin baik lingkungan
hidupnya, semakin cepat pula proses regenerasinya. Berbeda halnya dengan
manusia, didalam tubuh manusia terdapat suatu sel yang dapat meregenerasi
suatu organisme, disebut dengan sel punca yang berfungsi untuk mengganti
sel-sel tubuh yang telah rusak demi kelangsungan hidup, sel yang baru
mempunyai potensi untuk tetap menjadi sel punca atau menjadi sel dari jenis
lain dengan fungsi yang lebih khusus, misalnya sel otot, sel darah merah
atau sel otak.
Namun pada praktikum unit Regenerasi kali ini,dengan ikan cupang
sebagai sampelnya diharapkan agar kita dapat mengetahui tahapan-tahapan
regenerasi pada hewan terkhusus pada ekor ikan cupang yang dipotong
secara vertical, horizontal, zigzag dan satu jenis ikan yang digunakan
sebagai variabel kontrol (tanpa pemotongan ekor ikan). Dan juga dengan
adanya praktikum ini kita dapat mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang
berpengaruh dalam regeneasi ekor ikan cupang.
B. Tujuan Praktikum
Melalui percobaan ini, mahasiswa diharapkan mahasiswa memiliki
pemahaman yang lebih baik mengenai konsep-konsep perkembangan pada
hewan dewasa, regenerasi dan proses regenerasi.
C. Manfaat Praktikum
Manfaat yang diperoleh dari percobaan ini yaitu mahasiswa mahasiswa
memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai konsep-konsep
perkembangan pada hewan dewasa, regenerasi dan proses regenerasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan hias merupakan jenis ikan yang hidup di air tawar maupun laut yang
mempunyai bentuk atau warna tubuh menarik dan indah. Salah satu jenis ikan
hias dengan keunikan tersendiri dibandingkan ikan hias lainnya adalah ikan
cupang. Keunikan yang dimaksud adalah kegemarannya bertarung dengan sesama
jenisnya, namun tidak menutup kemungkinan dengan jenis lain namun masih
dalam satu suku. Daya agresifitasnya sangat tinggi sehingga sangat tidak
dianjurkan untuk menempatkan atau memelihara ikan ini dalam satu wadah. Hal
ini dimaksudkan untuk menghindari perkelahian antar sesama individu. Ikan
cupang juga mempunyai berbagai macam corak dan pola warna yang unik dan
menarik, salah satu yang menjadi ciri khas keindahan cupang adalah saat
memamerkan ekornya (Wahyudewantoro, 2017).
Ikan cupang (Betta splendens) adalah salah satu jenis ikan hias yang
memiliki banyak bentuk terutama pada bentuk ekor, seperti tipe mahkota (crown
tail), ekor penuh (full tail) dan slayer. Ikan hias ini juga memiliki perbedaan harga
antara ikan jantan dan betina. Ikan jantan sendiri memiliki harga yang lebih tinggi
atau mahal daripada betina. Hal ini disebabkan ikan jantan memiliki keunggulan
dari morfologi dan warnanya sehingga menjadi nilai estetika. Ikan betina
memiliki warna yang kurang menarik, perut gemuk, serta sirip ekor dan sirip anal
pendek, sehingga harga jual ikan betina lebih rendah dari ikan jantan. Ikan jantan
lebih banyak peminat dan diburu para pecinta ikan hias, sehingga lebih efektif dan
menguntungkan apabila hanya memproduksi dan dipelihara jantannya
saja (Rachmawati, 2016). Sehingga ikan cupang juga digunakan sebagai indikator
dalam regenerasi.
Istilah regenerasi meliputi berbagai kegiatan mulai dari pemulihan
kerusakan parah akibat hilangnya bagian tubuh utama misalnya anggota badan
sampai kepada pergantian kerusakan kecil yang terjadi dalam proses fisiologi
biasanya misalnya rontoknya rambut. Regenerasi juga dapat berbentuk sebagai
proliferasi dan diferensiasi local sel-sel mukosa usus. Dapat pula berupa
penimbunan sel-sel yang nampaknya belum berdiferensiasi pada luka yang
disebut blastema yang akan berpoliferasi dan secara progresif membentuk bagian
yang hilang (Adnan dkk, 2016).
Kemampuan dari organisme untuk mengganti kerusakan badan, kematian,
atau kehilangan dari anggota badannya. Pada tanaman mempunyai daya
regenerasi yang amat baik jika dibandingkan dengan binatang
(perkembangbiakan dengan cara vegetative atau pemotongan/stek). Binatang
hanya mempunyai sedikit saja daya regenerasi. Namun, kendala budidaya yang
dialami para peternak atau pembudidaya adalah susah untuk mendapatkan benih
jantan, karena jumlah benih jantan yang diperoleh setiap pemijahan sangat rendah
dan kualitasnya tidak sesuai yang diinginkan (Lesmana, 2015).
Regenerasi melibatkan berbagai proses yang sama seperti yang terjadi
dalam perkembangan embrionik, prinsip-prinsip yang sama dapat digunakan
untuk menginterpretasikan berbagai fakta. Namun demikian regenerasi tidak sama
dengan pertumbuhan dan perkembangan embrionik.Pada saat embrio sama sekali
tidak dapat beregenerasi. Regenerasi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
epimorfis dan morfalaksis. Epimorfis adalah istilah yang digunakan untuk
rekontruksi bagian-bagian yang hilang melalui proliferasi dan diferensiasi local
dari suatu blastema. Morfalaksis adalah semacam regenerasi yang biasanya
pertumbuhan diferensiasi blastema disertai dengan reorganiasi jaringan-jaringan
yang berdampingan atau pemulihan bagian yang hilang itu mungkin saja
sepenuhnya diganti oleh jaringan yang masih tertinggal (Adnan dkk, 2016).
Kemampuan untuk meregenerasi struktur yang hilang terdapat pada
hampir semua makhluk, paling tidak dalam suatu derajat tertentu. Kemampuan
regenerasi yang sangat jelas dijumpai pada spons, coelenterate, cacing, bahkan
banyak diantaranya yang mampu membentuk organisme baru yang dari fragmen-
fragmen tubuhnya saja. Pada vertebrata yang lebih tinggi tingkatannya sama
sekali tidak terdapat kemampuan meregenerasi anggota badannya. Regenerasi
hanya terjadi secara fisiologi seperti sel-sel darah, kulit dan turunan-turunan
integument yang berlangsung selama hidupnya (Adnan, 2016).
Regenerasi merupakan proses yang terjadi atas beberapa tahapan-tahapan
yaitu, penyembuhan luka yang dimulai dengan menyebarkan epidermis dari tepi
untuk menutupi permukaan yang terbuka. Proses ini biasanya terjadi secara cepat
dan biasanya terjadi selama satu atau dua hari. Perombakan jaringan atau
histologis, dalam proses ini, jaringan-jaringan yang telah berdeferensiasi seperti
otot, kartilago, tulang, dan jaringan ikat terlepas sebagai sel-sel mesenkim yang
memiliki ciri yang tidak sama dengan jaringan asalnya. Pembentukan blastema,
sel-sel mesenkim yang telah dilepaskan selama diferensiasi terakumulasi dibawah
epidermis, yang terakhir morfogenesis dan rediferensiasi (Adnan dkk, 2016).
Pada vertebrata kemampuan meregenerasi struktur-struktur utama
tubuhnya terbatas pada urodella yang dapat mengganti anggota badan atau ekor,
mata, insang yang hilang, dan juga pada beberapa Lacerilia yang dapat
meregenerasi bagian ekor yang hilang, seperti halnya kecebong. Ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi regenerasi, antara lain : Temperatur, Makanan
dan juga Sistem saraf (Adnan, 2016).
Luka pada moluska sering disebabkan oleh predasi ataupun juga akibat
benturan fisik baik itu secara sengaja ataupun tidak sengaja. Namun kemampuan
menyembuhkan luka adalah sifat alamiah dari setiap makhluk hidup. Setiap
proses penyembuhan luka, biasanya diikuti proses regenerasi. Proses untuk
menyembuhan luka selalu diikuti oleh proses regenerasi organ untuk
menggantikan bagian yang hilang (Polaktian, 2013).
Tahap pertama regenerasi adalah epitel kepermukaan luka dan
penumpukan sel-sel yang membentuk tudung apeks. Jadi terjadi penebalan
ectoderm. Lamina basalis tidak terbentuk sehingga terdapat kontak langsung
antara epitel dengan sel mesenkim. Goss memotong lengan Triturus dewasa dan
menyisipkan ujung distal punting ke dalam rongga tubuh, akibatnya epitel gagal
terbentuk. Kegagalan ini pun menyebabkan tidak terjadinya regenerasi. Tetapi jika
penyisipan ke rongga tubuh dilakukan sesudah epitel penutup luka terbentuk,
maka regenerasi dapat terjadi meskipun agak abnormal. Meskipun sel-sel epitel
dalam terjadinya regenerasi, sel-sel epitel ini tidak berperan dalam pembentukan
blastema. Sel-sel blastema yang terbentuk ternyata berasal dari inang yang
diselimuti epidermis donor (Adnan dkk, 2016).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Hasil Pengamatan
NO Hari ke-
Verikal Horizontal Zigzag Kontrol
(cm) (cm) (cm) (cm)
Panjang
1 1,5 1,7 1,8 1,5
awal ekor
B. Analisis data
1. Vertikal
a. Pertumbuhan ekor hari ke-1 (V1) = V1 –V0
= 0,8cm – 0,8cm
= 0cm
b. Pertumbuhan ekor hari ke-2 (V2) = V2 – V1
= 0,8cm – 0,8cm
= 0cm
c. Pertumbuhan ekor hari ke-3 (V3) = V3 – V2
= 0,85cm – 0,8cm
= 0,05cm
d. Pertumbuhan ekor hari ke-4 (V4) = V4 – V3
= 0,88cm – 0,85cm
= 0,03cm
e. Pertumbuhan ekor hari ke-5 (V5) = V5 – V4
= 0,9cm – 0,88cm
= 0,02cm
f. Pertumbuhan ekor hari ke-6 (V6) = V6 – V5
= 1cm – 0,9m
= 0,1cm
g. Pertumbuhan ekor hari ke-7 (V7) = V7 – V6
= 1,2cm – 1cm
= 0,2cm
Rata-rata pertumbuhan =
∑ Pertumbuhanekor
Jumlah hari
V 1+V 2+V 3+V 4+V 5+V 6+V 7
=
n hari
0+0+0,05+ 0,03+0,02+0,1+0,2
=
7
0,4
=
7
= 0,06
2. Horizontal
a. Pertumbuhan ekor hari ke-1 (V1) = V1 –V0
= 1cm – 1cm
= 0cm
b. Pertumbuhan ekor hari ke-2 (V2) = V2 – V1
= 1,1cm – 1cm
= 0,1cm
c. Pertumbuhan ekor hari ke-3 (V3) = V3 – V2
= 1,2cm – 1,1cm
= 0,1cm
d. Pertumbuhan ekor hari ke-4 (V4) = V4 – V3
= 1,2cm – 1,2cm
= 0cm
e. Pertumbuhan ekor hari ke-5 (V5) = V5 – V4
= 1,2cm – 1,2cm
= 0cm
f. Pertumbuhan ekor hari ke-6 (V6) = V6 – V5
= 1,3cm – 1,2cm
= 0,1cm
g. Pertumbuhan ekor hari ke-7 (V7) = V7 – V6
= 1,4cm – 1,3cm
= 0,1cm
Rata-rata pertumbuhan =
∑ Pertumbuhanekor
Jumlah hari
V 1+V 2+V 3+V 4+V 5+V 6+V 7
=
n hari
0+0,1+0,1+0+ 0+0,1+0,1
=
7
0,4
=
7
= 0,06
3. Zigzag
Rata-rata pertumbuhan =
∑ Pertumbuhanekor
Jumlah hari
V 1+V 2+V 3+V 4+V 5+V 6+V 7
=
n hari
0,1+0,2+0,2+0+0+ 0+0
=
7
0,5
=
7
= 0,07
4. Kontrol
a. Pertumbuhan ekor hari ke-1 (V1) = V1 –V0
= 1,5cm – 1,5cm
= 0cm
Rata-rata pertumbuhan =
∑ Pertumbuhanekor
Jumlah hari
V 1+V 2+V 3+V 4+V 5+V 6+V 7
=
n hari
0+0+0,1+ 0+0+0,1+0,1
=
7
0,3
=
7
= 0,04
C. Grafik
1 Horizontal
Zig-zag
0.8
Kontrol
0.6
0.4
0.2
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Hari ke -
D. Pembahasan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa menggunakan
Ikan cupang (Betta splendens) adalah salah satu jenis ikan hias yang memiliki
banyak bentuk terutama pada bentuk ekor, seperti tipe mahkota (crown tail),
ekor penuh (full tail) dan slayer. Sehingga sering digunakan dalam indikator
regenerasi. Istilah regenerasi meliputi berbagai kegiatan mulai dari pemulihan
kerusakan parah akibat hilangnya bagian tubuh utama misalnya anggota badan
sampai kepada pergantian kerusakan kecil yang terjadi dalam proses fisiologi
Regenerasi ini berlangsung untuk memperbaiki jaringan yang telah
rusak atau dalam hal ini ekor ikan yang telah dipotong mengalami proses yang
namanya regenerasi sehingga terbentuk jaringan baru yang membentuk ekor.
Namun proses regenerasi pada ikan cupang ini tergolong sangat lambat, hal ini
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu temperatur, makanan dan juga
sistem saraf. Faktor lainnya karena waktu yang digunakan dalam kegiatan
praktikum ini hanya 7 hari untuk pengamatan, sehingga ekor ikan belum
beregenerasi dengan sempurna. Adapun tahapan regenerasi yaitu,
penyembuhan luka, perombakan jaringan, pembentukan blastema dan
morfologi dan rediferensiasi.
B. Saran
Untuk praktikan selanjutnya, sebaiknya memahami
prosedur kerja dengan baik sebelum masuk praktikum,
sehingga praktikum dapat berjalan dengan tertib. Dan tidak
terlalu ribut saat melalukan praktikum demi kenyamanan bersama.
DAFTAR PUSTAKA