penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 2
1.2 rumusan masalah ........................................................................................ 2
1.3 Tujuan.......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
BAB III PENUTUP................................................................................................. 5
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... ........ 6
ii
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Setiap organisme memiliki daya regenerasi yang berbeda-beda. Contohnya pada kecebong
dan cicak yang memilki system regenerasi yang berbeda. Pada cicak cara beregenerasinya
dengan memutuskan ekornya bila merasa dirinya dalam keadaan berbahaya.
Banyak hewan mempunyai kemampuan variasi yang berbeda. Salah satu yang menjadi
perbedaaan adalah regenerasi. Regenerasi merupakan kemampuan tubuh hewan (makhluk hidup)
untuk menggantikan tubuhnya yang rusak baik sengaja maupun tidak.
Awal untuk regenerasi pada hewan sebaiknya dilakukan ketika hewan tersebut belum
dewasa karena telah dijelaskan sebelumnya bahwa hewan akan beregenerasi tinggi bila umurnya
belum mencapai dewasa.
Daya regenerasi pada hewan vertebrata lebih rendah dibandingkan dengan hewan
avertebrata. Contohnya cicak yang hanya sebatas memutuskan ekornya saja. Untuk regenerasi
yang baik dan efektif diawali dengan terbentuknya embrio hingga bayi dan menuju dewasa
kemampuan untuk beregenerasi berkurang.
1
1.2 Rumusan masalah
Dari latar belakang yang dibahas dapat ditarik suatu permasalahan sebagai berikut :
Jelaskan 2 cara berlangsungnya regenerasi
Mengapa kecebong yang digunakan belum memiliki kaki
Hewan apa saja yang memilki daya regenerasi tinggi
Alat dan bahan yang digunakan dalam pengamatan regenerasi pada kecebong
Apa yang dimaksud dengan regenerasi
1.3. Tujuan
Mengetahui 2 cara berlangsungnya regenerasi
Memahami dan mengetahui alasan kecebong yang digunakan sebagai bukti regenerasi adalah
kecebong yang belum memiliki kaki
Mengetahui hewan yang memiliki regenerasi tinggi
Mengetahui metoda dan alat beserta bahan dalam pengamatan regenerasi
Mengetahui pengertian dari regenerasi.
2
BAB II
Pembahasan
3.1 kesimpulan
Setelah melihat hasil dari pembahasan diatas, kita dapat menarik kesimpulan yaitu :
1. Regenerasi adalah memperbaiki bagian tubuh yang rusak atau lepas kembali seperti semula.
2. Regenerasi dapat dilakukan 2 cara yakni epimorfis dan morfolaksisi
3. Untuk pengamatan pada kecebong yang digunakan bukan kecebong yang memiliki kaki Karen
jika telah memilki kaki dalam pengukuran akan mengkerut.
4. Alat dan bahan yang digunakan dalam pengamatan regenerasi kecebong yaitu bejana plastic,
silet, dan 12 kecebong dalam masing-masing toples.
5. Hewan yang memiki daya regenerasi tinggi yakni hydra, cicak, umumnya hewan avertebrata.
Daftar Pustaka
Disusun oleh:
Nama : ARANDA HAETA PUTRA
NIM : ACD 110 091
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul “PROSES PERKEMBANGAN ORGANOGENESIS,
REGENERASI DAN TAHAP PERKEMBANGAN EMBRIO”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Tuhan yang maha esa senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
C. Tujuan
Tujuan dari hasil makalah ini untuk memenuhi tugas yang diberikan
dosen kepada kami sebagai mahasiswa, selain itu juga dapat sebagai
referensi bagi adik tingkat kami sebagai panduan pembuatan makalah
selanjutnya dan besar harapan saya dapat bermanfaat bagi masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Organogensis
2. Regenerasi
Regenerasi adalah kemampuan untuk memperbaiki sel, jaringan atau bagian tubuh yang
rusak, hilang atau mati.
hewan tingkat tinggi ⇒ terbatas pada jaringan
hewan tingkat rendah ⇒ dapat sampai pada tingkat organ
Proses Regenerasi
Regenasi meliputi tiga cara:
Pertama lewat mekanisme yang melibatkan dediferensiasi struktur dewasa untuk membentuk masa
sel yang terdiferensiasi. yang kemudian direspesifikasi. Tipe regenerasi seperti ini disebut regenerasi
epimorfis, dan ini khas pada regenerasi membra.
Mekanisme regenerasi kedua disebut mofolaksis. Regenerasi semacam ini terjadi lewat pemolaan
kembali jaringan yang masih ada (tersisa), yang tidak disertai dengan perbanyakan sel. Regenarasi
mofolaksis terjadi pada Hydra.
Tipe regenerasi ketiga adalah regenerasi intermediet, dan diduga sebagai regenerasi konsenpatori.
Pada regenerasi ini, sel-sel membelah, tetapi mempertahankan fungsi sel yang telah terdiferensiasi.
Tipe regenerasi konsenpatori khas pada hati manusia .
Proses-proses umum yang terjadi pada regenerasi bagian yang putus atau rusak yaitu :
Darah mengalir menutupi luka, kemudian membeku dan membentuk “scab”.
Epitel kulit menyebar di permukaan luka, dari bawah “scab”. Sel-sel epitel itu bergerak secara
amuboid dan membutuhkan beberapa hari agar kulit lengkap menutupi luka.
Dediferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga jadi bersifat muda kembali dan pluripotent
untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru. Matrix tulang dan tulang rawan melarut. Sel-selnya
lepas dan tersebar di bawah epitel. Serat jaringan ikat juga berdisintegrasi dan sel-selnya
berdiferensiasi semua. Akhirnya tak dapat lagi dibedakan mana sel yang berasal dari tulang, tulang
rawan, atau jaringan ikat disusul oleh sel-sel otot berdiferensiasi, serat myofibril hilang, inti
membesar, dan sitoplasma menyempit.
Pembentukan blastema, yaitu kuncup regenerasi pada permukaan bekas luka “scab” mungkin sudah
lepas waktu ini. Blastema besar dari penimbunan dari sel-sel dediferensiasi.
Proliferasi sel-sel dediferensiasi secara mitosis, proliferasi ini serentak dengan proses dediferensiasi
dan memuncak pada waktu blastema dalam besarnya yang maksimal, dan waktu itu tak membesar
lagi.
Rediferensiasi sel-sel dediferensiasi, serentak dengan berhentinya proliferasi sel-sel blastema itu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi petumbuhan dan perkembangan hewan dapat dibagi menjadi dua,
faktor internal
Faktor eksternal.
Faktor internal meliputi gen dan hormon. Faktor eksternal meliputi air, makanan dan cahaya.
Faktor Internal
Hormon merupakan senyawa organik yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan hewan
adalah hormon somatotrof (hormon pertumbuhan). Bila hewan kekurangan hormon pertumbuhan,
maka pertumbuhan akan terhambat sehingga badannya kerdil. Bila kelebihan hormone pertumbuhan,
maka akan mengalami pertumbuhan raksasa.
Gen merupakan faktor keturunan yang diwariskan dari orang tua (induk) kepada
keturunannya. Gen akan mengendalikan pola pertumbuhan dan perkembangan hewan
Faktor eksternal
Makanan Makanan sangat diperlukan oleh hewan maupun makhluk hidup lainnya.Makanan
digunakan sebagai zat pembangun tubuh dan sumber energi.
Air merupakan pelarut dan media untuk terjadinya reaksi metabolisme tubuh. Reaksi metabolisme ini
akan menghasilkan energi, membantu pembentukan sel-sel yang baru, dan memperbaiki sel-sel yang
rusak. Cahaya Matahari Cahaya matahari sangat diperlukan dalam pembentukan vitamin D.
Vitamin itu diperlukan dalam pembentukan tulang.
1. Morula
Morula adalah suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat pembelahan sel terus menerus.
Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat.Morulasi yaitu proses terbentuknya
morula
2. Blastula
Blastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus mengalami pembelahan. Bentuk
blastula ditandai dengan mulai adanya perubahan sel dengan mengadakan pelekukan yang tidak
beraturan. Di dalam blastula terdapat cairan sel yang disebut dengan Blastosoel.Blastulasi yaitu
proses terbentuknya blastula.
3. Gastrula
Gastrula adalah bentukan lanjutan dari blastula yang pelekukan tubuhnya sudah semakin nyata
dan mempunyai lapisan dinding tubuh embrio serta rongga tubuh. Gastrula pada beberapa hewan
tertentu, seperti hewan tingkat rendah dan hewan tingkat tinggi, berbeda dalam hal jumlah
lapisan dinding tubuh embrionya.
Triploblastik yaitu hewan yang mempunyai tiga lapisan dinding tubuh embrio, berupa ektoderm,
mesoderm dan endoderm. Hal ini dimiliki oleh hewan tingkat tinggi seperti Vermes, Mollusca,
Arthropoda, Echinodermata dan semua Vertebrata.Diploblastik yaitu hewan yang mempunyai 2
lapisan dinding tubuh embrio, berupa ektoderm dan endoderm. Dimiliki oleh hewan tingkat
rendah seperti Porifera dan Coelenterata.Gastrulasi yaitu proses pembentukan gastrula.
Organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ tubuh pada makhluk hidup. Organ yang
dibentuk ini berasal dari masing-masing lapisan dinding tubuh embrio pada fase gastrula.
1. Lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak (sistem saraf), integumen
(kulit), rambut dan alat indera.
2. Lapisan Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otot, rangka (tulang/osteon), alat reproduksi
(testis dan ovarium), alat peredaran darah dan alat ekskresi seperti ren.
3. Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan alat
respirasi seperti pulmo.
Imbas embrionik yaitu pengaruh dua lapisan dinding tubuh embrio dalam pembentukan satu
organ tubuh pada makhluk hidup.Lapisan mesoderm dengan lapisan ektoderm yang keduanya
mempengaruhi dalam pembentukan kelopak mata.
Implantasi adalah suatu proses melekatnya blastosis ke endometrium uterus diawali dengan
menempelnya embrio pada permukaan epitel endometrium, menembus lapisan epitelium
selanjutnya membuat hubungan dengan sistem sirukulasiinduk. Implantasi pada manusia terjadi
2-3 hari setelah telur yang telah dibuahi memasuki uterus atau 6-7 hari setelah terjadinya fertilasi
dimana ditandai dengan menempelnya blastosis pada epitel uterus. Dalam sistem reproduksi
manusia, implantasi merupakan proses yang harus dilalui, dan keberhasilan proses ini
membutuhkan kesiapan, koodinasi dan interaksi yang terus-menerus antara embrio dan induk.
Endometrium banyak mengandung selama darah kaya akan gilikogen. sel-sel stroma terutama
disekitar pembuluh darah mengalami hipertrofi keadaan ini sangat baik untuk implantasi dan
pertumbuhan dari hasil konsepsi. Fetusakan mendapatkan nutrisi melalui plasenta/ari-ari. Embrio
dilindungi oleh selaput-selaput yaitu :
1. Amnion yaitu selaput yang berhubungan langsung dengan embrio dan menghasilkan cairan
ketuban. Berfungsi untuk melindungi embrio dari guncangan.
2. Korion yaitu selaput yang terdapat diluar amnion dan membentuk jonjot yang
menghubungkan dengan dinding utama uterus. Bagian dalamnya terdapat pembuluh darah.
3. Alantois yaitu selaput terdapat di tali pusat dengan jaringan epithel menghilang dan pembuluh
darah tetap. Berfungsi sebagai pengatur sirkulasi embrio dengan plasenta, mengangkut sari
makanan dan O2, termasuk zat sisa dan CO2.
4. Sacus vitelinus yaitu selaput yang terletak diantara plasenta dan amnion. Merupakan tempat
munculnya pembuluhdarah yang pertama.
B. Implantasi
Implantasi pada mamalia biasanya uterus membentuk suatu reaksi decidua sebagai respon.
Di dalam kejadian ini stroma endometrium, sel fibroblastik ditransformasikan ke dalam bentuk
sel decidua khusus. Sel ini ditandai dengan penonjolan epithelloid, kehadiran imti poliploid,
akumulasi glikogen dan lipid di dalam sitoplasma, pembentukan banyak lisosom dan terjadi
kontak antara sel dengan suatu hubungan yang kompleks. stroma endometrium ini akan menjadi
edemtus sebab terjadi vasodilatasi dan penambahan permiabilitas pembuluh kapiler, peningkatan
mitosis dan kegiatan metabolisme.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh G. E. Mann and G. E. Lamming (2001) menyatakan
bahwa hormone progresteron dan oestradiol sangat dibutuhkan selama perkembangan fetus di
dalam uterus. Penelitian yang menggunakan 33 ekor indukan sapi Fries Holstein yang tidak
mengalami laktasi. Untuk melakukan sinkronisasi estrus maka ternak beberikan hprmon PGF2α.
Hormon yang digunakan sebagai bahan percobaan adalah hormon progesterone, oestradiol,
danPGFM (PGF2α). Pengaruh hormon progesteron dan oestradiol ini berpengaruh terhadap
perkembangan embrio. Selama perkembangan embrio, meski terdapa perkembangan folikel,
namun karena kandungan progresteron yang tinggi maka akan menekan produksi hormon
estrogen.
Kekurangan hormon progesterone dalam maka akan berdampak pada kegagalan kebuntingan.
Pemberian progesterone akan mengurangi kegagalan kebuntingan, hal tersebut dikarenakan
perkembangan embrio sangat berkaitan dengan kandungan hormone progresteron. Pemberian
hormon progesterone dapat dilakukan pada saat awal fase luteal .Namun dengan kadar hormon
progesterone dan oestradiol ini mengakibatkan fertilisasi yang tertunda. Selain hormon
progesterone, kebuntingan pada sapi ini juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dari hormon-
hormon endocrine. Namun karena penelitian ini hanya berlangsung selama 16 hari, maka tidak
dapat menjelaskan secara langsung peran penambahan hormone progesterone dan oertradiol pada
masa perkembangan fetus.
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa semua
proses dalam keberlangsungan dan pembentukan embrio semuanya
saling bersangkutan antara satu proses dengan proses yang selanjutnya,
sehingga bila terjadi kerusakan pada proses pertama akan berpengaruh
padaperkembangan embrio yangselanjutnya. Karena itulah dari sejak
perkembangan embrio yang pertama pada mahluk hidup harus berjalan
lancar dan normal agar tidak terjadi kerusakan senjutnya.
Daftar pustaka.
G. E. Mann and G. E. Lamming. 2001. Relationship between maternal endocrine environment,
early embryo development and inhibition of the luteolytic mechanism in cows. Vol.
121, 175–180
Partodihardjo, S. 1980. Ilmu Reprodksi Hewan. Mutliara. Jakarta.
Regenerasi bila ditinjau lebih lanjut, ternyata terdiri dari berbagai kegiatan, mulai
dari pemulihan kerusakan yang parah akibatnya hilangnya bagian tubuh utama.
Misalnya anggota bagian badan sampai pada bagian sampai pada bagian kerusakan
kecil yang terjadi dalam proses biasa, misalnya rontoknya rambut. Regenerasi dapat
juga berbentuk sebagai proliferasi dan differensiasi lokal sel-sel lapisan marginal. Dapat
pula beberapa penimbunan-penimbunan sel-sel yang nampak belum berdifferensiasi
dan secara prosesif membentuk bagian yang hilang (Sugiono, 1996: 149).
Faktor-faktor yang mempengaruhi regenerasi :
Menurut Sudarwati (1990 : 59 ), regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain:
1. Temperatur, dimana peningkatan temperatur sampai titik tertentu maka
akan meningkatkan regenerasi.
2. Makanan, tingkat regenerasi akan cepat jika memperhatikan aspek
makanan. Makanan yang cukup dapat membantu mempercepat proses
regenerasi.
3. System saraf, sel-sel yang membentuk regenerasi baru berasal dari sel
sekitar luka, hal ini dapat dibuktikan dengan radisai seluruh bagian tubuh
terkecuali bagian yang terpotong, maka terjadilah regenerasi dan faktor yang
menentukan macam organ yang diregenerasi.
Faktor-faktor penghambat regenerasi sel:
1. Pemasukan nutrisi essensial (AAE) rendah, karena pemanasan suhu yang
tinggi sekitar 900
2. Pemasukan toxin tinggi yang merusak sel, sumber-sumber toxin antara
lain:
a. External
- Zat aditif (perasa, pewarna, pengawet, pengembang, pengenyal)
- Polusi udara, air , pestisida, kaporit
- Obat-obatan
b. Internal, kerak dan pembusukan yang tinggi di usus besar
3. Stress (ketegangan mental), menimbulkan kerusakan sel dan menghambat
regenerasi
Setiap larva dan hewan dewasa mempunyai kemampuan untuk menumbuhkan
kembali bagian tubuh mereka yang secara kebetulan hilang atau rusak terpisah.
Kemampuan menumbuhkan kembali bagian tubuh yang hilang ini disebut regenerasi.
Kemampuan setiap hewan dalam melakukan regenerasi berbeda-beda. Hewan
avertebrata mempunyai kemampuan regenerasi yang lebih tinggi daripada hewan
vertebrata (Majumdar, 1985).
Menurut Balinsky (1981), suatu organisme khususnya hewan memiliki
kemampuan untuk memperbaiki struktur atau jaringan yang mengalami kerusakan
akibat kecelakaan yang tidak disengaja karena kondisi natural atau kerusakan yang
disengaja oleh manusia untuk keperluan penelitian atau experimen. Hilangnya bagian
tubuh yang terjadi ini setiap saat dapat muncul kembali, dan dalam kasus ini proses
memperbaiki diri ini kita sebut sebagai regenerasi. Proses regenerasi dalam banyak hal
mirip dengan proses perkembangan embrio. Pembelahan yang cepat, dari sel-sel yang
belum khusus timbullah organisasi yang kompleks dari sel-sel khusus. Proses ini
melibatkan morfogenesis dan diferensiasi seperti perkembangan embrio akan tetapi
paling tidak ada satu cara proses regenerasi yang berbeda dari proses perkembangan
embrio. Cicak akan melepaskan ekornya bila ditangkap pada bagian ekornya. Cicak
kemudian meregenerasi ekor baru pada tepi lainnya pada waktu senggang. Dalam
stadium-stadium permulaan dari regenerasi tidak ada sel-sel dewasa sehingga tidak
ada penghambatan pembelahan sel. Sel-sel pada permukaan depan mempunyai laju
metabolik yang tinggi daripada permukaan di tepi belakang (Kimball, 1992).
REGENERASI ANGGOTA TUBUH
Anggota tubuh beberapa hewan vertebrata (isalnya salamander) mempunyai
kemampuan beregenerasi. Amputasi diikuti dengan kemampuan menutupi permukaan
daerah amputasi dan menghilangkan debris yang timbul dalam luka. Secara
experimental dilakukan juga amputasi pada salamander. Ternyata hasil regenerasi itu
tidak seperti semula. Ekor baru tidak mengandung notochord lagi, dan vertebrae yang
baru tidak mengandung tulang rawan. Ruas-ruas itu hanya menyelaputi batang saraf
(medulla spinalis). Jumlah ruas vertebrae tersebut tidak selengkap asalnya. Dalam
membuktikan bahwa sel dedifferensiasi bisa pluripotent, yakni dapat menumbuhkan
jaringan yang bukan dari mana dia berasal, sering dilakukan eksperimen amputasi pada
lensa salamander. Lensa baru terbentuk dari sel-sel dari pinggir dorsal iris, yang berasal
dari mesoderm. Padahal embriologis lensa tersebut tumbuh/berasal dari epidermis.
Peranan kulit dan saraf
Jika kulit segera menutupi luka pada amputasi salamander, maka regenerasi
terhalang. Seperti ditemukan pada katak, kulit segera menutupi luka. Karena itu jika
kaki katak diamputasi, tak terjadi regenerasi, karena kulit segera menutupi luka
tersebut. Dengan pemberian larutan garam untuk mencegah lapisan dermis kulit
bergerak ke luka, ternyata dapat terjadi regenerasi. Jika hanya epidermis kulit yang
menutup luka, maka regenerasi dapat terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa kulit,
terutama dermis, mengandung suatu zat yang memblokir proses regenerasi. Dalam
proses terjadinya regenerasi memerlukan kehadiran urat saraf. Jika saraf dipotong
waktu larva, kemudian anggota tubuh tersebut diamputasi, maka tidak ada regenerasi
yang berlangsung. Didifferensiasi akan terus berlangsung, tapi sel-selnya diabsorbsi
masuk ke dalam tubuh, sehingga akhirnya proses regenerasi berhenti. Jika hanya saraf
saja yang dipotong, tapi anggota tubuh tetap, anggota itu tidak akan berdegererasi.
Tapi jika saraf dipotong dan anggota tubuh diamputasi, maka tunggulnya akan
berdegerasi.
REGENERASI HISTOLOGIS
Pada Mammalia, termasuk manusia, daya regenerasinya sangat rendah, hanya
terbatas pada taraf histologist, tidak sampai anatomis. Jaringan yang dapat
beregenerasi ialah tulang, tulang rawan, otot, saraf, jaringan ikat dan juga beberapa
kelenjar pencernaan seperti hati dan pancreas.
Tulang
Tulang dikenal paling tinggi penyembuhannya. Hal tersebut bisa diamati pada
saat terjadi patah tulang. Mula-mula darah membeku di tempat patahan (fraktur).
Disusul dengan hancurnya matriks tulang, dan osteosit di tempat tersebuat akan mati.
Periosteum dan endosteum di sekitar patahan akan bereaksi dengan terjadinya
proliferasi fibroblastnya. Sehingga terjadi penumpukan sel-sel di celah patahan. Proses
tersebut akan disusul dengan terbentuknya tulang rawan hialin di daerah tersebut.
Kemudian akan terjadi proses osifikasi secara Endochondral dan membranous.
Trabeculae terbentuk di celah patahan, yang menghubungkan kedua ujung patahan,
disebut callus. Ossifikasi berlangsung terus, sampai semua celah tersebut terisi kembali
dengan bahan tulang. Dalam rangka menyembuhkan patah tulang biasanya dilakukan
penekanan dari luar, biasanya berupa bilah papan. Hal tersebut akan menolong
remodeling callus sehingga kedua tepi patahan bertaut dengan rata oleh callus. Pada
tahap akhir, callus akan diresap dan diganti oleh tulang lamella.
Regenerasi sel
BAB II PEMBAHASAN
Dalam membuktikan bahwa sel dedifferensiasi bisa pluripotent, yakni dapat menumbuhkan jaringan
yang bukan dari mana dia berasal, sering dilakukan eksperimen amputasi pada lensa salamander.
Lensa baru terbentuk dari sel-sel dari pinggir dorsal iris, yang berasal dari mesoderm. Padahal
embriologis lensa tersebut tumbuh/berasal dari epidermis.
Bila ada tungkai depan Salamander yang dibuang, proses perbaikan pertama ialah penyembuhan
luka dengan cara menumbuhkan kulit di atas luka tersebut kemudian suatu tunas sel-sel yang belum
terdiferensiasi terlihat. Tunas ini mempunyai rupa yang mirip dengan tunas anggota tubuh pada
embrio yang sedang berkembang. Pembelahan yang cepat dari sel-sel embrio yang belum khusus
dari tunas anggota tubuh mungkin berasal dari dediferensiasi sel-sel khusus demikian, sebagai sel-
sel otot atau sel-sel tulang rawan. Dediferensiasi berarti bahwa sel-sel ini kehilangan struktur
diferensiasinya sebelum berperan dalam tugas regenerasi. Sel-sel dari anggota tubuh yang sedang
regenerasi diatur dan berdiferensiasi sekali lagi menjadi otot, tulang, dan jaringan lainnya yang
menjadikan kaki fungsional (Kimball, 1992).
Kemampuan hewan untuk meregenerasi bagian-bagian yang hilang sangat bervariasi dari spesies
ke spesies. Hewan avertebrata seperti cacing tanah, udang, ikan, salamander dan kadal tidak
mempunyai daya regenerasi yang dapat meregenerasi seluruh organisme, melainkan hanya
sebagian dari organ atau jaringan organisme tersebut (Kimball, 1992). Tahap dari perkembangan
yang menarik perhatian adalah pergantian dari tubuh yang hilang. Tersusun dari regenerasi jumlah
struktur baru organisme tersebut (Wilis, 1983).
Ekor cicak memiliki bentuk yang panjang dan lunak yang memungkinkan untuk bisa memendek dan
menumpul. Ekor akan mengalami regenerasi bila ekor tersebut putus dalam usaha perlindungan diri
dari predator. Regenerasi tersebut diikuti oleh suatu proses, yaitu autotomi. Autotomi adalah proses
adaptasi yang khusus membantu hewan melepaskan diri dari serangan musuh. Jadi, autotomi
merupakan perwujudan dari mutilasi diri. Cicak jika akan dimangsa oleh predatornya maka akan
segera memutuskan ekornya untuk menyelamatkan diri. Ekor yang putus tersebut dapat tumbuh lagi
tetapi tidak sama seperti semula (Strorer, 1981).
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan pada cicak dengan memotong ekornya, setelah diamati
selama empat minggu, ternyata bagian ekor yang telah dipotong mengalami pertumbuhan. Ekor
yang putus tersebut tumbuh tetapi tidak dapat sama seperti semula. Pengamatan pada minggu
pertama ekor cicak bertambah 0,1 cm, minggu kedua 0,4 cm, dan beberapa hari kemudian cicak
tersebut mati. Pertumbuhan ekor cicak yang mengalami regenerasi lebih pendek daripada ekor
semula. Karena panjang ekor yang dipotong sepanjang 5 cm sedangkan panjang ekor regenerasi
hanya 2 cm. Pada kaki kecoa terjadi penambahan panjang yang tidak terlau signifikan dan kecoa
mati sebelum minggu ketiga.
Ekor cicak yang dipotong sel epidermisnya menyebar menutupi permukaan luka dan membentuk
tudung epidermis apikal. Semua jaringan mengalami diferensiasi dan generasi membentuk sel
kerucut yang disebut blastema regenerasi di bawah tudung. Berakhirnya periode proliferasi, sel
blastema mengadakan rediferensiasi dan memperbaiki ekornya. Ketika salah satu anggota badan
terpotong hanya bagian tersebut yang disuplai darah dan dapat bergenerasi. Hal inilah yang
memberi pertimbangan bahwa bagian yang dipotong selalu bagian distal (Kalthoff, 1996).
Proses regenerasi pada reptil berbeda dengan pada hewan golongan amfibi. Regenerasi tidak
berasal dari proliferasi atau perbanyakan sel-sel blastema. Regenerasi pada reptil diketahui bahwa
ekor yang terbentuk setelah autotomi menghasikan hasil dengan catatan khusus karena baik secara
struktur maupun cara regenerasinya berbeda (Balinsky, 1983).
Secara eksperimental pada ekor cicak yang telah dipotong, ternyata hasil regenerasinya tidak sama
dengan semula. Pertambahan panjang tidak sama dengan ekor yang dipotong. Ekor baru tidak
mengandung notochord dan vertebrae yang baru hanya terdiri dari ruas-ruas tulang rawan. Ruas-
ruas ini hanya meliputi batang syaraf (medula spinalis), jumlah ruas itu pun tidak lengkap seperti
semula.
Proses perbaikan pertama pada regenerasi ekor cicak adalah penyembuhan luka dengan cara
penumbuhan kulit di atas luka tersebut. Kemudian tunas-tunas sel yang belum berdiferensiasi
terlihat. Tunas ini menyerupai tunas anggota tubuh pada embrio yang sedang berkembang. Ketika
waktu berlalu sel-sel dari anggota tubuh yang sedang regenerasi diatur dan berdiferensiasi sekali
lagi menjadi otot, tulang dan jaringan lajunya yang menjadikan ekor fungsional.
Proses regenerasi ini secara mendasar tidak ada perusakan jaringan otot, akibatnya tidak ada
pelepasan sel-sel otot. Sumber utama sel-sel untuk beregenerasi adalah berasal dari ependima dan
dari berbagai macam jaringan ikat yang menyusun septum otot, dermis, jaringan lemak, periosteum
dan mungkin juga osteosit vertebrae. Sumber sel untuk regenerasi pada reptile berasal dari
beberapa sumber yaitu ependima dan berbagai jaringan ikat (Manylov, 1994).
Studi regenerasi mengungkapkan bahwa sel-sel dewasa dari jaringan tertentu yang telah
berdiferensiasi misalnya epidermis, mensintesis dan menghasilkan zat yang secara aktif
menghambat mitosis-sel-sel muda dari jaringan yang sama, zat ini disebut kolona. Stadium
permulaan dari regenerasi tidak ada sel-sel dewasa sehingga tidak ada penghambatan pembelahan
sel. Jaringan dari struktur yang mengalami regenerasi berdiferensiasi, mulailah produksi kolona dan
agaknya secara berangsur-angsur menghentikan pertunbuhan struktur tersebut. Regenerasi melalui
beberapa tahapan, yaitu :
1. Luka akan tertutup oleh darah yang mengalir, lalu membeku membentuk scab yang bersifat
sebagai pelindung.
2. Sel epitel bergerak secara amoeboid menyebar di bawah permukaan luka, di bawah scab. Proses
ini membutuhkan waktu selama dua hari, dimana pada saat itu luka telah tertutup oleh kulit.
3. Diferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga menjadi bersifat muda kembali dan pluripotent
untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru. Matriks tulang dan tulang rawan akan melarut, sel-
selnya lepas tersebar di bawah epitel. Serat jaringan ikat juga berdisintegrasi dan semua sel-selnya
mengalami diferensiasi. Sehingga dapat dibedakan antara sel tulang, tulang rawan, dan jaringan
ikat. Setelah itu sel-sel otot akan berdiferensiasi, serat miofibril hilang, inti membesar dan sitoplasma
menyempit.
4. Pembentukan kuncup regenerasi (blastema) pada permukaan bekas luka. Pada saat ini scab
mungkin sudah terlepas. Blastema berasal dari penimbunan sel-sel diferensiasi atau sel-sel satelit
pengembara yang ada dalam jaringan, terutama di dinding kapiler darah. Pada saatnya nanti, sel-sel
pengembara akan berproliferasi membentuk blastema.
5. Proliferasi sel-sel berdiferensiasi secara mitosis, yang terjadi secara serentak dengan proses
dediferensiasi dan memuncak pada waktu blastema mempunyai besar yang maksimal dan tidak
membesar lagi.
6. Rediferensiasi sel-sel dediferensiasi, serentak dengan berhentinya proliferasi sel-sel blastema
tersebut. Sel-sel yang berasal dari parenkim dapat menumbuhkan alat derifat mesodermal, jaringan
saraf dan saluran pencernaan. Sehingga bagian yang dipotong akan tumbuh lagi dengan struktur
anatomis dan histologis yang serupa dengan asalnya.
Regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah temperatur, proses biologi dan
faktor bahan makanan. Kenaikan dari tempetatur, pada hal-hal tertentu dapat mempercepat
regenerasi. Regenerasi menjadi cepat pada suhu 29,7 derajat Celcius. Faktor bahan makanan tidak
begitu mempengaruhi proses regenerasi (Morgan, 1989).
Secara eksperimental bagian kaki kecoa yang terpotong ternyata hasil regenerasinya tidak sama
seperti semula. Pertumbuhan kaki kecoa tidak sama dengan kaki kecoa yang tidak dipotong. Kaki
yang baru strukturnya tidak sama dengan kaki yang sebelum dipotong.
Berdasarkan data di atas, ternyata pertumbuhan ekor cicak cukup lambat dan tidak terlalu signifikan.
Hal ini mungkin dikarenakan kurangnya pasokan dalam pemberian makan atau suhu tempat cicak
tersebut kurang ideal karena hidup terkurung dalam toples dan tidak sebebas di luar sehingga cicak
menjadi stres yang dapat mempengaruhi kerja proses biologis di dalam tubuhnya, yang
mengakibatkan pertumbuhan ekornya lambat.Hari ke 17, cicak tersebut mati. Begitu pula pada kaki
kecoa yang dapat diamati. . Hasil regenerasi dari organ tertentu dalam hal ini ekor cicak dan kaki
kecoa tidak harus kembali seperti semula. Hal itu membuktikan bahwa sel de-differensiasi bersifat
pluripotent, yakni dapat menimbulkan jaringan yang bukan darimana ia berasal.
Daftar Pustaka