Anda di halaman 1dari 37

KATA PENGANTAR

           Assalamualaikum warahmatulahi wabarakatu


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat padawaktunya.
makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah sistem perkembangan
hewan II  yang di berikan oleh Dosen pengajar. dalam makalah ini penulis membahas
tentang Regenerasi.
Dalam pembuatan makalah  ini, penulis menyadari adanya berbagai kekurangan,
baik dalam isi materi maupun penyusunan kalimat. Namun demikian, perbaikan merupakan hal
yang berlanjut sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini sangat penulis
harapkan.
Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih pada teman-teman sekalian yang telah
membaca dan mempelajari makalah ini.
Wassalamualaikum warahmatulahi wabarakatu
Bengkulu, Maret 2012

         penyusun

i
DAFTAR ISI
                                                                                                                           Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii         
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 2
1.2 rumusan masalah ........................................................................................ 2
1.3 Tujuan.......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
BAB III PENUTUP................................................................................................. 5
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... ........ 6

ii
BAB I
Pendahuluan
1.1  Latar belakang
 Setiap organisme memiliki daya regenerasi yang berbeda-beda. Contohnya pada kecebong
dan cicak yang memilki system regenerasi yang berbeda. Pada cicak cara beregenerasinya
dengan memutuskan ekornya bila merasa dirinya dalam keadaan berbahaya.
Banyak hewan mempunyai kemampuan variasi yang berbeda. Salah satu yang menjadi
perbedaaan adalah regenerasi. Regenerasi merupakan kemampuan tubuh hewan (makhluk hidup)
untuk menggantikan tubuhnya yang rusak baik sengaja maupun tidak.
Awal untuk regenerasi pada hewan sebaiknya dilakukan ketika hewan tersebut belum
dewasa karena telah dijelaskan sebelumnya bahwa hewan akan beregenerasi tinggi bila umurnya
belum mencapai dewasa.
Daya regenerasi pada hewan vertebrata lebih rendah dibandingkan dengan hewan
avertebrata. Contohnya cicak yang hanya sebatas memutuskan ekornya saja. Untuk regenerasi
yang baik dan efektif diawali dengan terbentuknya embrio hingga bayi dan menuju dewasa
kemampuan untuk beregenerasi berkurang.

1
1.2  Rumusan masalah
Dari latar belakang yang dibahas dapat ditarik suatu permasalahan sebagai berikut :
 Jelaskan 2 cara berlangsungnya regenerasi
 Mengapa kecebong yang digunakan belum memiliki kaki
 Hewan apa saja yang memilki daya regenerasi tinggi
 Alat dan bahan yang digunakan dalam pengamatan regenerasi pada kecebong
 Apa yang dimaksud dengan regenerasi

1.3. Tujuan
 Mengetahui 2 cara berlangsungnya regenerasi
 Memahami dan mengetahui alasan kecebong yang digunakan sebagai bukti regenerasi adalah
kecebong yang belum memiliki kaki
  Mengetahui hewan yang memiliki regenerasi tinggi
 Mengetahui metoda dan alat beserta bahan dalam pengamatan regenerasi
 Mengetahui pengertian dari regenerasi.

2
BAB II
Pembahasan

1.      Cara – Cara berlangsungnya regenerasi


Dalam proses Regenerasi, Regenerasi berlangsung dalam dua cara yaitu :
      Regenerasi Morfalaksis
Yaitu pembentukan kembali bagian tubuh yang hilang sehingga terbentuk individu baru
tetapi dengan ukuran yang lebih kecil. Uukuran normal akan dicapai setelah individu
mengkomsumsi makanannya. Regenerasi ini terjadi pada pembentukan individu baru.
Hewan yang memiliki daya regenerasi cukup banyak. Tiap hewan seperti avertebrata dan
vertebrata masing-masing mempunyai daya regenerasi. Tetapi tidak semua hewan mempunyai
daya regenerasi tinggi.
      Regenerasi Epimorfis
Yaitu pembantukan kembali bagian kecil dari tubuh utama yang rusak atau hilang, dan
kadang-kadang tunas regenersi tidak tampak dengan jelas. Misalnya pembentukan kaki
salamander yang mengalami pemotongan.
3
Regenerasi yaitu memperbaiki bagian tubuh yang rusak atau lepas kembali seperti
semula. suatu organisme khususnya hewan memiliki kemampuan untuk memperbaiki struktur
atau jaringan yang mengalami kerusakan akibat kecelakaan yang tidak disengaja karena kondisi
natural atau kerusakan yang disengaja oleh manusia untuk keperluan penelitian atau experimen.
Untuk pengamatan regenerasi kecebong alat dan bahan yang digunakan yaitu bejana
plastic berisi air kolam jernih dan berisi pisau silet serta kecebong yang berukuran panjang tubuh
sama dan pada umur yang sama, sebanyak 12 ekor.
Pada Avertebrata yang terkenal tinggi dayanya adalah Coelenterata, Platyhelminthes,
Annelida, Crustacea, dan Urodela. Pada vertebrata , yaitu Aves dan Mammalia paling rendah
dayanya, biasanya terbatas kepada penyembuhan luka, bagian tubuh yang terlepas tak dapat
ditumbuhkan kembali. Kelas reptil (diwakili oleh cicak) dan kelas insecta (diwakili oleh kecoa).
Hydra dapat dipotong-potong sampai kecil sekali dan 1/200 bagian dari tubuhnya yang asli dapat
beregenerasi jadi individu baru yang utuh.
BAB III
Penutup

3.1 kesimpulan
            Setelah melihat hasil dari pembahasan  diatas, kita dapat menarik kesimpulan yaitu :
1.    Regenerasi adalah memperbaiki bagian tubuh yang rusak atau lepas kembali seperti semula.
2.    Regenerasi dapat dilakukan 2 cara yakni epimorfis dan morfolaksisi
3.    Untuk pengamatan pada kecebong yang digunakan bukan kecebong yang memiliki kaki Karen
jika telah memilki kaki dalam pengukuran akan mengkerut.
4.    Alat dan bahan yang digunakan dalam pengamatan regenerasi kecebong yaitu bejana plastic,
silet, dan 12 kecebong dalam masing-masing toples.
5.    Hewan yang memiki daya regenerasi tinggi yakni hydra, cicak, umumnya hewan avertebrata.

Daftar Pustaka

Balinsky, B. I. 1981. An Introduction to Embriology. W. B. Saunders Company, Philadelpia.


Kalthoff, Klaus. 1996. Analysis of Biological Development. Mc Graw-Hill Mc, New York.
Makalah
perkembangan hewan
Topik: Proses terjadinya Organogenesis,Regenerasi dan Tahap
Perkembangan Embrio

Disusun oleh:
Nama         : ARANDA HAETA PUTRA
NIM            : ACD 110 091

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul “PROSES PERKEMBANGAN ORGANOGENESIS,
REGENERASI DAN TAHAP PERKEMBANGAN EMBRIO”

Makalah ini berisikan tentang informasi Proses Perkembangan


organogenesis, regenerasi dan tahap perkembangan embrio atau yang
lebih khususnya membahas penerapan perkembangan hewan. Diharapkan
Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
proses Perkembangan organogenesis, regenerasi dan tahap
perkembangan embrio pada hewan. 

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Tuhan yang maha esa senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin.

Palangka Raya 3 desember 2012

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

    A.      Latar belakang


Organogenesis adalah tahapan dimana terjadi pembentukan organ-
organ tubuh dari tiga lapisan diatas, yaitu ektoderm, metoderm dan
entoderm. Setiap lapisan membentuk organ yang berbeda. Ektoterm
membentuk lapisan epidermis pada gigi, mata dan saraf pendengaran.
Mesoderm membentuk sistem respirasi, pericranial, peritonial, hati dan
tulang. Sedangkan entoterm membentuk sel kelamin dan kelenjar
endokrin.
Dalam proses pembuahan, spermatozoa masuk ke dalam telur melalui
lubang microphyle yang terdapat pada chorion. Tiap spermatozoa
mempunyai kesempatan yang sama untuk membuahi satu telur. Telur dan
sperma yang baru dikeluarkan dari tubuh induk, mengeluarkan zat kimia
yang berguna dalam proses pembuahan (Effendie,1997).

Fertilisasi dapat didukung oleh kualitas spermatozoa yang baik. Untuk


mengetahui tingkat fertilisasi yang lebih tinggi, perlu dicari larutan
fisiologis yang dapat menambah daya mortilitas dan viabilitas
spermatozoa. Menurut rustidja (1985) penggunaan larutan fisiologis yang
mengandung NaCl dan urea dapat mempertahankan daya hidup
spermatozoa antara 20-25 menit.

Regenerasi adalah menumbuhkan kembali bagian tubuh yang rusak


atau lepas. Daya regenerasi paling besar pada echinodermata dan
platyhelminthes yang dimana tiap potongan tubuh dapat tumbuh menjadi
individu baru yang sempurna. Pada Anelida kemampuan itu menurun.
Daya itu tinggal sedikit dan terbatas pada bagian ujung anggota pada
amfibi dan reptil. Pada mamalia daya itu paling kecil, terbatas pada
penyembuhan luka.

Embrio  adalah sebuah eukariota diploid multisel dalam tahap


paling awal dari perkembangan.
Dalam organisme yang berkembang biak secara seksual, ketika
satu sel sperma membuahi ovum, hasilnya adalah satu sel yang
disebut zigot yang memiliki seluruh DNA dari kedua orang tuanya.
Dalam tumbuhan, hewan, dan beberapa protista, zigot akan mulai
membelah oleh mitosis untuk menghasilkan organisme multiselular.
Hasil dari proses ini disebut embrio.
Pada manusia, terbentuk embrio (mudigah) antara umur 3-5 minggu masa
kehamilan dan sudah tampak rancangan bentuk alat-alat tubuh.
Pada hewan, perkembangan zigot menjadi embrio terjadi melalui tahapan
yang dikenal sebagai blastula, gastrula, danorganogenesis.

     B.      Rumusan Masalah

1.       Bagaimanakah proses perkembangan organogenesis?


2.       Seperti apakah proses perkembangan regenerasi?
3.       Bagaimanakah tahap perkembangan embrio?

C.      Tujuan

Tujuan dari hasil makalah ini untuk memenuhi tugas yang diberikan
dosen kepada kami sebagai mahasiswa, selain itu juga dapat sebagai
referensi bagi adik tingkat kami sebagai panduan pembuatan makalah
selanjutnya dan besar harapan saya dapat bermanfaat bagi masyarakat.

  

BAB II
PEMBAHASAN
1.       Organogensis

Organogenesis adalah tahapan dimana terjadi pembentukan organ-


organ tubuh dari tiga lapisan diatas, yaitu ektoderm, metoderm dan
entoderm. Setiap lapisan membentuk organ yang berbeda. Ektoterm
membentuk lapisan epidermis pada gigi, mata dan saraf pendengaran.
Mesoderm membentuk sistem respirasi, pericranial, peritonial, hati dan
tulang. Sedangkan entoterm membentuk sel kelamin dan kelenjar
endokrin.
Awal perkembangan dimulai saat pembuahan (fertilisasi) sebuah sel
telur oleh sel sperma yang membentuk zygot (zygot). Gametogenesis
merupakan fase akhir perkembangan individu dan persiapan untuk
generasi berikutnya. Proses perkembangan yang berlangsung dari
gametogenesis sampai dengan membentuk zygot disebut progenesis.
Proses selanjutnya disebut embriogenesis (blastogene) yang mencakup
pembelahan sel zygot (cleavage), blastulasi, gastrulasi, dan neurulasi.
Proses selanjutnya adalah organogenesis , yaitu pembentukan alat-alat
(organ) tubuh. Embriologi mencakup proses perkembangan setelah
fertilisasi sampai dengan organogenesis sebelum menetas atau lahir.
(Effendie, 1997)
Cleavage yaitu tahapan proses pembelahan sel. Proses ini berjalan
teratur dan berakhir hingga mencapai balastulasi. Bisa juga dikatakan
proses pembelahan sel yang terus menerus hingga terbentuk bulatan,
seperti bola yang di dalamnya berisi rongga. Gastrulasi merupakan proses
kelanjutan blastulasi. Hasil proses ini adalah terbentuknya tiga lapisan,
yaitu ektoderrm, modeterm dan entoderm. Organogenesis adalah tahapan
dimana terjadi pembentukan organ-organ tubuh dari tiga lapisan diatas,
yaitu ektoderm, metoderm dan entoderm. Setiap lapisan membentuk
organ yang berbeda. Ektoterm membentuk lapisan epidermis pada gigi,
mata dan saraf pendengaran. Mesoderm membentuk sistem respirasi,
pericranial, peritonial, hati dan tulang. Sedangkan entoterm membentuk
sel kelamin dan kelenjar endokrin. (Anonim,2008)

                Kebanyakan telur ikan-ikan pelagis laut dibuahi


secara eksternal dan melayang di dekat permukaan laut. Telur ini
berkisar 0,5-5,5 mm dalam diameter. Periode embrionik dapat dibagi
menjadi tiga tahap yaitu periode awal yang merupakan fertilisasi untuk
penutupan bastopore. Periode tengah yaitu waktu penutupan blastopori
dan ekor lateral mulai menjauh dari sumbu embrionik dan periode akhir
dimana waktu ekor melengkung dari sumbu embrionik. Pada setiap
spesies terdapat sedikit variasi telur karakter telur seperti ukuran, jumlah
dan ukuran gelembung-gelembung minyak, permukaan korion, kuning
telur, pigmentasi, dan morfologi dari perkembangan embrio yang meliputi
anatomi dan morphometric tahap awal telur ikan. (Anonim, 2008).

                Sperma didefinisikan sebagai larutan spermatozoa


yang berada di dalam larutan seminal dan dihasilkan oleh hidrasi testes,
atau salah satu bagian dari alat reproduksi ikan. Pengertian semen
berbeda dengan sperma. Secara keseluruhan, cairan putih dan kental
yang dikeluarkan dari alat kelamin lelaki saat ejakulasi disebut semen.
Sedangkan “makhluk” kecil yang berenang-renang di dalam semen
disebut spema. (Anonim,1999)
Spermatozoa merupakan sel padat dan sangat khas, tidak tumbuh atau
membai diri serta tidak mempunyai peranan fisiologis apapun pada hewan
yan menghasilkannya, semata-mata hanya untuk membuahi telur pada
jenis yang sama.(Effendie,2003)
Secara morfologis spermatozoa terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian kepala
dan bagian ekor, pada bagian kepala mengandung bahan genetik (inti sel)
yang dilapisi oleh akrosom dan membran plasma, bagian ekor terdiri dari
bagian tengah yang mengandung mitokondria, bagian utama dan bagaian
ujung terdiri dari fibril-fibril 
morfologi spermatozoa ikan mas sangat sederhana, terdiri dari kepala
dan ekor. Bagian kepala berbentuk membulat (spherical) dan bagian leher
mengalami reduksi, cahaya memanjang 10 sampai 20 kali dari panjang
ekornya. Ekor sperma berguna sebagai organ renang. Pada saat di
keluarkan dari alat kelamin jantan, spermatozoa beada dalam seminal
plasma. Campuran seminal plasma dengan spermatozoa disebut milt. Inti
spermatozoa terdapat pada bagian kepala yang mengandung kromosom,
dan tiap kromosom mengandung gen pembawa sifat.
( Anonim, 1999).

2.      Regenerasi

Regenerasi adalah kemampuan untuk memperbaiki sel, jaringan atau bagian tubuh yang
rusak, hilang atau mati. 
hewan tingkat tinggi ⇒ terbatas pada jaringan
hewan tingkat rendah ⇒ dapat sampai pada tingkat organ
Proses Regenerasi
Regenasi meliputi tiga cara:
Pertama lewat mekanisme yang melibatkan dediferensiasi struktur dewasa untuk membentuk masa
sel yang terdiferensiasi. yang kemudian direspesifikasi. Tipe regenerasi seperti ini disebut regenerasi
epimorfis, dan ini khas pada regenerasi membra. 

Mekanisme regenerasi kedua disebut mofolaksis. Regenerasi semacam ini terjadi lewat pemolaan
kembali jaringan yang masih ada (tersisa), yang tidak disertai dengan perbanyakan sel. Regenarasi
mofolaksis terjadi pada Hydra. 

Tipe regenerasi ketiga adalah regenerasi intermediet, dan diduga sebagai regenerasi konsenpatori.
Pada regenerasi ini, sel-sel membelah, tetapi mempertahankan fungsi sel yang telah terdiferensiasi.
Tipe regenerasi konsenpatori khas pada hati manusia .
Proses-proses umum yang terjadi pada regenerasi bagian yang putus atau rusak yaitu :
Darah mengalir menutupi luka, kemudian membeku dan membentuk “scab”. 
Epitel kulit menyebar di permukaan luka, dari bawah “scab”. Sel-sel epitel itu bergerak secara
amuboid dan membutuhkan beberapa hari agar kulit lengkap menutupi luka. 
Dediferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga jadi bersifat muda kembali dan pluripotent
untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru. Matrix tulang dan tulang rawan melarut. Sel-selnya
lepas dan tersebar di bawah epitel. Serat jaringan ikat juga berdisintegrasi dan sel-selnya
berdiferensiasi semua. Akhirnya tak dapat lagi dibedakan mana sel yang berasal dari tulang, tulang
rawan, atau jaringan ikat disusul oleh sel-sel otot berdiferensiasi, serat myofibril hilang, inti
membesar, dan sitoplasma menyempit. 
Pembentukan blastema, yaitu kuncup regenerasi pada permukaan bekas luka “scab” mungkin sudah
lepas waktu ini. Blastema besar dari penimbunan dari sel-sel dediferensiasi. 
Proliferasi sel-sel dediferensiasi secara mitosis, proliferasi ini serentak dengan proses dediferensiasi
dan memuncak pada waktu blastema dalam besarnya yang maksimal, dan waktu itu tak membesar
lagi. 
Rediferensiasi sel-sel dediferensiasi, serentak dengan berhentinya proliferasi sel-sel blastema itu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi petumbuhan dan perkembangan hewan dapat dibagi menjadi dua, 
faktor internal 
Faktor eksternal. 
Faktor internal meliputi gen dan hormon. Faktor eksternal meliputi air, makanan dan cahaya.
Faktor Internal 
Hormon merupakan senyawa organik yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan hewan
adalah hormon somatotrof (hormon pertumbuhan). Bila hewan kekurangan hormon pertumbuhan,
maka pertumbuhan akan terhambat sehingga badannya kerdil. Bila kelebihan hormone pertumbuhan,
maka akan mengalami pertumbuhan raksasa. 
Gen merupakan faktor keturunan yang diwariskan dari orang tua (induk) kepada
keturunannya. Gen akan mengendalikan pola pertumbuhan dan perkembangan hewan
Faktor eksternal
Makanan Makanan sangat diperlukan oleh hewan maupun makhluk hidup lainnya.Makanan
digunakan sebagai zat pembangun tubuh dan sumber energi. 
Air merupakan pelarut dan media untuk terjadinya reaksi metabolisme tubuh. Reaksi metabolisme ini
akan menghasilkan energi, membantu pembentukan sel-sel yang baru, dan memperbaiki sel-sel yang
rusak. Cahaya Matahari Cahaya matahari sangat diperlukan dalam pembentukan vitamin D.
Vitamin itu diperlukan dalam pembentukan tulang.

3.      Tahap Perkembangan Embrio

Tahap awal perkembangan ternak mamalia diawali dengan peristiwa pertemuan/peleburan


sel sperma dengan sel ovum yang dikenal dengan peristiwa fertilisasi. Fertilisasi akan
menghasilkan sel individu baru yang disebut dengan zygote dan akan melakukan pembelahan
diri/pembelahan sel (cleavage) menuju pertumbuhan dan perkembangan menjadi
embrio.Tahapan pertumbuhan dan perkembangan embrio dibedakan menjadi 2 tahap yaitu :
Fase Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama masa
embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai dengan terbentuknya janin di dalam
tubuh induk betina.
Fase fertilisasi adalah pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum dan akan menghasilkan
zygote. Zygote akan melakukan pembelahan sel (cleavage)
Tiga fase embrionik yaitu :

1. Morula
Morula adalah suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat pembelahan sel terus menerus.
Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat.Morulasi yaitu proses terbentuknya
morula

2. Blastula
Blastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus mengalami pembelahan. Bentuk
blastula ditandai dengan mulai adanya perubahan sel dengan mengadakan pelekukan yang tidak
beraturan. Di dalam blastula terdapat cairan sel yang disebut dengan Blastosoel.Blastulasi yaitu
proses terbentuknya blastula.

3. Gastrula
Gastrula adalah bentukan lanjutan dari blastula yang pelekukan tubuhnya sudah semakin nyata
dan mempunyai lapisan dinding tubuh embrio serta rongga tubuh. Gastrula pada beberapa hewan
tertentu, seperti hewan tingkat rendah dan hewan tingkat tinggi, berbeda dalam hal jumlah
lapisan dinding tubuh embrionya.

Triploblastik yaitu hewan yang mempunyai tiga lapisan dinding tubuh embrio, berupa ektoderm,
mesoderm dan endoderm. Hal ini dimiliki oleh hewan tingkat tinggi seperti Vermes, Mollusca,
Arthropoda, Echinodermata dan semua Vertebrata.Diploblastik yaitu hewan yang mempunyai 2
lapisan dinding tubuh embrio, berupa ektoderm dan endoderm. Dimiliki oleh hewan tingkat
rendah seperti Porifera dan Coelenterata.Gastrulasi yaitu proses pembentukan gastrula.

Organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ tubuh pada makhluk hidup. Organ yang
dibentuk ini berasal dari masing-masing lapisan dinding tubuh embrio pada fase gastrula.

1. Lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak (sistem saraf), integumen
(kulit), rambut dan alat indera.
2. Lapisan Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otot, rangka (tulang/osteon), alat reproduksi
(testis dan ovarium), alat peredaran darah dan alat ekskresi seperti ren.
3. Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan alat
respirasi seperti pulmo.

      Imbas embrionik yaitu pengaruh dua lapisan dinding tubuh embrio dalam pembentukan satu
organ tubuh pada makhluk hidup.Lapisan mesoderm dengan lapisan ektoderm yang keduanya
mempengaruhi dalam pembentukan kelopak mata.

       Implantasi adalah suatu proses melekatnya blastosis ke endometrium uterus diawali dengan
menempelnya embrio pada permukaan epitel endometrium, menembus lapisan epitelium
selanjutnya membuat hubungan dengan sistem sirukulasiinduk. Implantasi pada manusia terjadi
2-3 hari setelah telur yang telah dibuahi memasuki uterus atau 6-7 hari setelah terjadinya fertilasi
dimana ditandai dengan menempelnya blastosis pada epitel uterus. Dalam sistem reproduksi
manusia, implantasi merupakan proses yang harus dilalui, dan keberhasilan proses ini
membutuhkan kesiapan, koodinasi dan interaksi yang terus-menerus antara embrio dan induk.
Endometrium banyak mengandung selama darah kaya akan gilikogen. sel-sel stroma terutama
disekitar pembuluh darah mengalami hipertrofi keadaan ini sangat baik untuk implantasi dan
pertumbuhan dari hasil konsepsi. Fetusakan mendapatkan nutrisi melalui plasenta/ari-ari. Embrio
dilindungi oleh selaput-selaput yaitu :

1. Amnion yaitu selaput yang berhubungan langsung dengan embrio dan menghasilkan cairan
ketuban. Berfungsi untuk melindungi embrio dari guncangan.
2. Korion yaitu selaput yang terdapat diluar amnion dan membentuk jonjot yang
menghubungkan dengan dinding utama uterus. Bagian dalamnya terdapat pembuluh darah.
3. Alantois yaitu selaput terdapat di tali pusat dengan jaringan epithel menghilang dan pembuluh
darah tetap. Berfungsi sebagai pengatur sirkulasi embrio dengan plasenta, mengangkut sari
makanan dan O2, termasuk zat sisa dan CO2.
4. Sacus vitelinus yaitu selaput yang terletak diantara plasenta dan amnion. Merupakan tempat
munculnya pembuluhdarah yang pertama.

B. Implantasi
          Implantasi pada mamalia biasanya uterus membentuk suatu reaksi decidua sebagai respon.
Di dalam kejadian ini stroma endometrium, sel fibroblastik ditransformasikan ke dalam bentuk
sel decidua khusus. Sel ini ditandai dengan penonjolan epithelloid, kehadiran imti poliploid,
akumulasi glikogen dan lipid di dalam sitoplasma, pembentukan banyak lisosom dan terjadi
kontak antara sel dengan suatu hubungan yang kompleks. stroma endometrium ini akan menjadi
edemtus sebab terjadi vasodilatasi dan penambahan permiabilitas pembuluh kapiler, peningkatan
mitosis dan kegiatan metabolisme.

           Menurut Partodihardjo (1980), implantasi berlangsung secara bertahap. Tahap-tahap ini


adalah tahap persentuhan embrio dengan endometrium, terlepasnya zona pelusida,
pergeseranatau pembagian tempat dan yang terakhir ada1ah pertautan antara trofoblas dengan
epitel endometrium. Tahap pelepasan zona pelusida adalah penting karena zona pe1usida
merupaluran suatu penghalang untuk imp1antasi. Terlepasnya zona pelusida ada1ah sebagai
aktivitas dari enzim proteolitik dari airan uterus. Pelepasan zona pelusida terjadi sebelum
trofoblas melekat pada endometrium.

C. Peran Hormon Progesteron dan Oestradiol


        Pada masa awal kebuntungan progesteron dari korpus luteum inisangat diperlukan. Setelah
masa transisi, plasenta mengambil alih peran korpus luteum danmenghasilkanprogesteron.
Sintesi progesteron plasenta sangat bergantung pada hubungan antaramaternal dan plasenta.
Sumber utama sintesis protein progesteron adalahkolesterol. Kolesterol ini masuk kedalam
sitoplasma.Pengaruh-pengaruh khusus progesteron yang penting untuk kemajuan kehamilanyang
normal adalah sebagai berikut:
Progesteron menyebabkan sel-sel desidua tumbuh di endometrium uterus,dan sel-sel ini
memainkan peranan penting dalam nutrisi embrio awal.
Progesteron menurunkan kontraktilitas uterus gravid ,jadi mencegahkontraksi uterus yang
menyebabkan abortus spontan.
Progesteron juga membantu perkembangan hasil konsepsi bahkan sebelumimplantasi,karena
progesteron secara khusus meningkatkan sekresi tubafallopii dan uterus menyediakan bahan
nutrisi yang sesuai untuk perkembangan morula dan blastokista.
Progesteron yang disekresikan selama kehamilan juga membantu estrogenmempersiapkan untuk
laktasi.
         Seperti hal nya hormone oestradiol yang disekresi dari folikel ovarium, korpus luteum (sel
sertoli). Sinyal pensekresi berupa FSH. Oestradiol berfungsi pada ternakbetina untuk mengatur
sekresi gonadotropin pada siklus ovarian dan pada pria untuk umpan balik negatif pada sintesis
testosteron oleh sel Leydig.

       Hasil penelitian yang dilakukan oleh G. E. Mann and G. E. Lamming (2001) menyatakan
bahwa hormone progresteron dan oestradiol sangat dibutuhkan selama perkembangan fetus di
dalam uterus. Penelitian yang menggunakan 33 ekor indukan sapi Fries Holstein yang tidak
mengalami laktasi. Untuk melakukan sinkronisasi estrus maka ternak beberikan hprmon PGF2α.
Hormon yang digunakan sebagai bahan percobaan adalah hormon progesterone, oestradiol,
danPGFM (PGF2α). Pengaruh hormon progesteron dan oestradiol ini berpengaruh terhadap
perkembangan embrio. Selama perkembangan embrio, meski terdapa perkembangan folikel,
namun karena kandungan progresteron yang tinggi maka akan menekan produksi hormon
estrogen.
Kekurangan hormon progesterone dalam maka akan berdampak pada kegagalan kebuntingan.
Pemberian progesterone akan mengurangi kegagalan kebuntingan, hal tersebut dikarenakan
perkembangan embrio sangat berkaitan dengan kandungan hormone progresteron. Pemberian
hormon progesterone dapat dilakukan pada saat awal fase luteal .Namun dengan kadar hormon
progesterone dan oestradiol ini mengakibatkan fertilisasi yang tertunda. Selain hormon
progesterone, kebuntingan pada sapi ini juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dari hormon-
hormon endocrine. Namun karena penelitian ini hanya berlangsung selama 16 hari, maka tidak
dapat menjelaskan secara langsung peran penambahan hormone progesterone dan oertradiol pada
masa perkembangan fetus.

     Hormone progesterone juga berperan dalam preparasi endometrium untuk implantasi.


Maturasi endometrium yang tidak kuat dapat menyebabkan infertilisasi. Pemberian anti
progestin meferistone dan onapristone selama fase luteal dapat menghambat meturasi
endometrium dan implantasi embrio. Progesterone juga berperan dalam menjaga viabilitas
embrio. Namun dalam reseptivitas maturasi endometrium tidak membutuhkan banyak hormone
progesterone. Kinerja progresteron juga dipengaruhi oleh system metabolism hormone, dan
dipengaruhi oleh efek dari ko activator dan repressor.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa semua
proses dalam keberlangsungan dan pembentukan embrio semuanya
saling bersangkutan antara satu proses dengan proses yang selanjutnya,
sehingga bila terjadi kerusakan pada proses pertama akan berpengaruh
padaperkembangan embrio yangselanjutnya. Karena itulah dari sejak
perkembangan embrio yang pertama pada mahluk hidup harus berjalan
lancar dan normal agar tidak terjadi kerusakan senjutnya.

Daftar pustaka.
G. E. Mann and G. E. Lamming. 2001. Relationship between maternal endocrine environment,
early embryo               development and inhibition of the luteolytic mechanism in cows. Vol.
121, 175–180
Partodihardjo, S. 1980. Ilmu Reprodksi Hewan. Mutliara. Jakarta.
Regenerasi bila ditinjau lebih lanjut, ternyata terdiri dari berbagai kegiatan, mulai
dari pemulihan kerusakan yang parah akibatnya hilangnya bagian tubuh utama.
Misalnya anggota bagian badan sampai pada bagian sampai pada bagian kerusakan
kecil yang terjadi dalam proses biasa, misalnya rontoknya rambut. Regenerasi dapat
juga berbentuk sebagai proliferasi dan differensiasi lokal sel-sel lapisan marginal. Dapat
pula beberapa penimbunan-penimbunan sel-sel yang nampak belum berdifferensiasi
dan secara prosesif membentuk bagian yang hilang (Sugiono, 1996: 149).
 
Faktor-faktor yang mempengaruhi regenerasi :
Menurut Sudarwati (1990 : 59 ), regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain:
1.      Temperatur, dimana peningkatan temperatur sampai titik tertentu maka
akan meningkatkan regenerasi.
2.      Makanan, tingkat regenerasi akan cepat jika memperhatikan aspek
makanan. Makanan yang cukup dapat membantu mempercepat proses
regenerasi.
3.      System saraf, sel-sel yang membentuk regenerasi baru berasal dari sel
sekitar luka, hal ini dapat dibuktikan dengan radisai seluruh bagian tubuh
terkecuali bagian yang terpotong, maka terjadilah regenerasi dan faktor yang
menentukan macam organ yang diregenerasi.
 
 
Faktor-faktor penghambat regenerasi sel:
1.      Pemasukan nutrisi essensial (AAE) rendah, karena pemanasan suhu yang
tinggi sekitar 900
2.      Pemasukan toxin tinggi yang merusak sel, sumber-sumber toxin antara
lain:
a.       External
-          Zat aditif (perasa, pewarna, pengawet, pengembang, pengenyal)
-          Polusi udara, air , pestisida,  kaporit
-          Obat-obatan
b.      Internal, kerak dan pembusukan yang tinggi di usus besar
3.      Stress (ketegangan mental), menimbulkan kerusakan sel dan menghambat
regenerasi
Setiap larva dan hewan dewasa mempunyai kemampuan untuk menumbuhkan
kembali bagian tubuh mereka yang secara kebetulan hilang atau rusak terpisah.
Kemampuan menumbuhkan kembali bagian tubuh yang hilang ini disebut regenerasi.
Kemampuan setiap hewan dalam melakukan regenerasi berbeda-beda. Hewan
avertebrata mempunyai kemampuan regenerasi yang lebih tinggi daripada hewan
vertebrata (Majumdar, 1985).
Menurut Balinsky (1981), suatu organisme khususnya hewan memiliki
kemampuan untuk memperbaiki struktur atau jaringan yang mengalami kerusakan
akibat kecelakaan yang tidak disengaja karena kondisi natural atau kerusakan yang
disengaja oleh manusia untuk keperluan penelitian atau experimen. Hilangnya bagian
tubuh yang terjadi ini setiap saat dapat muncul kembali, dan dalam kasus ini proses
memperbaiki diri ini kita sebut sebagai regenerasi. Proses regenerasi dalam banyak hal
mirip dengan proses perkembangan embrio. Pembelahan yang cepat, dari sel-sel yang
belum khusus timbullah organisasi yang kompleks dari sel-sel khusus. Proses ini
melibatkan morfogenesis dan diferensiasi seperti perkembangan embrio akan tetapi
paling tidak ada satu cara proses regenerasi yang berbeda dari proses perkembangan
embrio. Cicak akan melepaskan ekornya bila ditangkap pada bagian ekornya. Cicak
kemudian meregenerasi ekor baru pada tepi lainnya pada waktu senggang. Dalam
stadium-stadium permulaan dari regenerasi tidak ada sel-sel dewasa sehingga tidak
ada penghambatan pembelahan sel. Sel-sel pada permukaan depan mempunyai laju
metabolik yang tinggi daripada permukaan di tepi belakang (Kimball, 1992).
REGENERASI ANGGOTA TUBUH
Anggota tubuh beberapa hewan vertebrata (isalnya salamander) mempunyai
kemampuan beregenerasi. Amputasi diikuti dengan kemampuan menutupi permukaan
daerah amputasi dan menghilangkan debris yang timbul dalam luka. Secara
experimental dilakukan juga amputasi pada salamander. Ternyata hasil regenerasi itu
tidak seperti semula. Ekor baru tidak mengandung notochord lagi, dan vertebrae yang
baru tidak mengandung tulang rawan. Ruas-ruas itu hanya menyelaputi batang saraf
(medulla spinalis). Jumlah ruas vertebrae tersebut tidak selengkap asalnya. Dalam
membuktikan bahwa sel dedifferensiasi bisa pluripotent, yakni dapat menumbuhkan
jaringan yang bukan dari mana dia berasal, sering dilakukan eksperimen amputasi pada
lensa salamander. Lensa baru terbentuk dari sel-sel dari pinggir dorsal iris, yang berasal
dari mesoderm. Padahal embriologis lensa tersebut tumbuh/berasal dari epidermis.
Peranan kulit dan saraf
Jika kulit segera menutupi luka pada amputasi salamander, maka regenerasi
terhalang. Seperti ditemukan pada katak, kulit segera menutupi luka. Karena itu jika
kaki katak diamputasi, tak terjadi regenerasi, karena kulit segera menutupi luka
tersebut. Dengan pemberian larutan garam untuk mencegah lapisan dermis kulit
bergerak ke luka, ternyata dapat terjadi regenerasi. Jika hanya epidermis kulit yang
menutup luka, maka regenerasi dapat terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa kulit,
terutama dermis, mengandung suatu zat yang memblokir proses regenerasi. Dalam
proses terjadinya regenerasi memerlukan kehadiran urat saraf. Jika saraf dipotong
waktu larva, kemudian anggota tubuh tersebut diamputasi, maka tidak ada regenerasi
yang berlangsung. Didifferensiasi akan terus berlangsung, tapi sel-selnya diabsorbsi
masuk ke dalam tubuh, sehingga akhirnya proses regenerasi berhenti. Jika hanya saraf
saja yang dipotong, tapi anggota tubuh tetap, anggota itu tidak akan berdegererasi.
Tapi jika saraf dipotong dan anggota tubuh diamputasi, maka tunggulnya akan
berdegerasi.

Gbr 0 1 . Proses regenerasi pada anggota tubuh


 
Jika dialihkan saraf lain ke tunggul amputasi yang sarafnya sendiri lebih dulu
sudah diangkat, ternyata ada regenerasi. Hal tersebut membuktikan bahwa perlu
kehadiran saraf dalam proses regenerasi. Tentang zat yang terkandung atau keluar dari
saraf, yang bersifat trophic terhadap regenerasi tersebut belum diketahui.eksperimen
selanjutnya terhadap amputasi anggota tubuh salamander ialah jika saraf diangkat
setelah blastema terbentuk, maka regenerasi akan terus berlangsung. Jadi nampaknya
saraf perlu untuk pembentukan blastema. Namun terjadi keanehan, yaitu jika sejak
embrio saraf diangkat, pertumbuhan anggota akan terus berlangsung. Jika diamputasi
pun, bagian tersebut akan beregenerasi. Sepertinya keperluan akan kehadiran saraf di
tunggul amputasi hanya semacam ‘ketagihan’.

REGENERASI HISTOLOGIS
Pada Mammalia, termasuk manusia, daya regenerasinya sangat rendah, hanya
terbatas pada taraf histologist, tidak sampai anatomis. Jaringan yang dapat
beregenerasi ialah tulang, tulang rawan, otot, saraf, jaringan ikat dan juga beberapa
kelenjar pencernaan seperti hati dan pancreas.
Tulang
Tulang dikenal paling tinggi penyembuhannya. Hal tersebut bisa diamati pada
saat terjadi patah tulang. Mula-mula darah membeku di tempat patahan (fraktur).
Disusul dengan hancurnya matriks tulang, dan osteosit di tempat tersebuat akan mati.
Periosteum dan endosteum di sekitar patahan akan bereaksi dengan terjadinya
proliferasi fibroblastnya. Sehingga terjadi penumpukan sel-sel di celah patahan. Proses
tersebut akan disusul dengan terbentuknya tulang rawan hialin di daerah tersebut.
Kemudian akan terjadi proses osifikasi secara Endochondral dan membranous.
Trabeculae terbentuk di celah patahan, yang menghubungkan kedua ujung patahan,
disebut callus. Ossifikasi berlangsung terus, sampai semua celah tersebut terisi kembali
dengan bahan tulang. Dalam rangka menyembuhkan patah tulang biasanya dilakukan
penekanan dari luar, biasanya berupa bilah papan. Hal tersebut akan menolong
remodeling callus sehingga kedua tepi patahan bertaut dengan rata oleh callus. Pada
tahap akhir, callus akan diresap dan diganti oleh tulang lamella.
Regenerasi sel

1. 1. REGENERASI SEL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang


Regenerasi merupakan proses yang begitu penting artinya bagi
kehidupan makhluk hidup. Tanpa regenerasi maka tubuh organisme
tak akan ada yang sempurna. Dalam tubuh akhluk hidup terdapat
kemampuan untuik melakukan regenerasi pada tingkat sel atau
jaringan sedangkan pada hewan tertentu mampu melakukan
regenerasi pada tingkat organ. Proses regenerasi yang efektif
adalah pada masa embrio hingga masa bayi, setelah dewasa
kemampuan regenerasi ini terbatas pada sel atau jaringan tertentu
saja. Namun tidak demikian dengan bangsa avertebrata dan reptilia
tertentu, kemampuan untuk memperbaiki dirinya sangat
menakjubkan hingga dia mencapai dewasa. Daya regenerasi tak
sama pada berbagai organisme. Ada yang tinggi dan ada yang
rendah sekali dayanya. Tak jelas hubungan linier antara kedudukan
sistematik hewan dengan daya regenerasi. Yang terkenal tinggi
dayanya adalah Coelenterata, Platyhelminthes, Annelida, Crustacea,
dan Urodela. Aves dan Mammalia paling rendah dayanya, biasanya
terbatas kepada penyembuhan luka, bagian tubuh yang terlepas tak
dapat ditumbuhkan kembali. Dalam melakukan regenerasi banyak
faktor yang mempengaruhi, salah satu diantaranya yaitu enzimatis
dalam tubuh. Semakin baik dan fertile kondisi enzim dalam tubuh
makkhluk hidup maka semakin besar pula melakukan proses
regenerasi. Regenerasi bila ditinjau lebih lanjut, ternyata terdiri dari
berbagai kegiatan, mulai dari pemulihan kerusakan yang parah
akibat hilangnya bagian tubuh utama. Misalnya penggantin anggota
bagian badan sampai pada penggantian kerusakan
2. 2. kecil yang terjadi dalam proses biasa, misalnya rontoknya
rambut. Regenerasi dapat juga berbentuk sebagai poliferasi dan
diferensiasi sel-sel lapisan marginal. B. Rumusan Masalah 1. Apa
pengertian dari regenerasi ? 2. Bagaimana cara tahapan pada
regenasi anggota tubuh ? 3. Bagaimana contoh regenerasi anggota
tubuh pada hewan? 4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
regenerasi anggota tubuh? C. Tujuan 1. Mengetahui pengertian dari
regenerasi 2. Mengetahui cara tahapan regenerasi tubuh 3.
Mengetahui contoh regenerasi anggota tubuh pada salah satu
hewan. 4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi regenerasi
anggota tubuh. D. Manfaat Dapat menambah wawasan baru tentang
regenerasi bagi mahasiswa
3.
4. BAB II PEMBAHASAN
Regenerasi adalah pemulihan kerusakan parah akibat bilamana
hilangnya bagian tubuh utama, misalnya anggota tubuh, samapai
pada pergantian kerusakan kecil yang merupkan proses fisiologis
biasa, misalnya pergantian rambut yang rontok.( Tim Dosen. 2010)
Pada daya regenerasi tak sama pada berbagai organisme. Ada yang
tinggi dan ada yang rendah sekali dayanya. Tak jelas hubungan
linier antara kedudukan sistematik hewan dengan daya regenerasi.
Yang terkenal tinggi dayanya adalah Coelenterata, Platyhelminthes,
Annelida, Crustacea, dan Urodela. Aves dan Mammalia paling
rendah dayanya, biasanya terbatas kepada penyembuhan luka,
bagian tubuh yang terlepas tak dapat ditumbuhkan kembali. Setiap
larva dan hewan dewasa mempunyai kemampuan untuk
menumbuhkan kembali bagian tubuh mereka yang secara kebetulan
hilang atau rusak terpisah. Kemampuan menumbuhkan kembali
bagian tubuh yang hilang ini disebut regenerasi. Kemampuan setiap
hewan dalam melakukan regenerasi berbeda-beda. Hewan
avertebrata mempunyai kemampuan regenerasi yang lebih tinggi
dari pada hewan vertebrata. (Majumdar, 1985) Menurut Balinsky
(1981), suatu organisme khususnya hewan memiliki kemampuan
untuk memperbaiki struktur atau jaringan yang mengalami
kerusakan akibat kecelakaan yang tidak disengaja karena kondisi
natural atau kerusakan yang disengaja oleh manusia untuk
keperluan penelitian atau experimen. Hilangnya bagian tubuh yang
terjadi ini setiap saat dapat muncul kembali, dan dalam kasus ini
proses memperbaiki diri ini kita sebut sebagai regenerasi. Proses
regenerasi dalam banyak hal mirip dengan proses perkembangan
embrio. Pembelahan yang cepat, dari sel-sel yang belum khusus
timbullah organisasi yang kompleks dari sel-sel khusus. Proses ini
melibatkan morfogenesis dan diferensiasi seperti perkembangan
embrio akan tetapi paling tidak ada satu cara proses regenerasi
yang berbeda dari proses perkembangan embrio.
5. 4. Kemampuan regenerasi dari hewan-hewan yang berbeda dapat
dibedakan, hal ini tampak dengan adanya beberapa hubungan
antara kompleksitas dengan kemampuan untuk regenerasi. Daya
regenerasi Spons hampir sempurna. Regenerasi pada manusia
hanya terbatas pada perbaikan organ dan jaringan tertentu.
Kemampuan hewan untuk meregenerasi bagian-bagian yang hilang
sangat bervariasi dari spesies ke spesies. Hewan avertebrata
seperti cacing tanah, udang, ikan, salamander dan kadal tidak
mempunyai daya regenerasi yang dapat meregenerasi seluruh
organisme, melainkan hanya sebagian dari organ atau jaringan
organisme tersebut. (Kimball, 1992) Dalam melakukan regenerasi
banyak faktor yang mempengaruhi, salah satu diantaranya yaitu
enzimatis dalam tubuh. Semakin baik dan fertile kondisi enzim
dalam tubuh makhluk hidup maka semakin besar pula melakukan
proses regenerasi. Adapun beberapa tahapan dalam regenerasi
anggota tubuh pada hewan yaitu : 1. Luka akan tertutup oleh darah
yang mengalir, lalu membeku membentuk scab yang bersifat
sebagai pelindung. 2. Sel epitel bergerak secara amoeboid
menyebar di bawah permukaan luka, di bawah scab. Proses ini
membutuhkan waktu selama dua hari, dimana pada saat itu luka
telah tertutup oleh kulit. 3. Diferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka,
sehingga menjadi bersifat muda kembali dan pluripotent untuk
membentuk berbagai jenis jaringan baru. Matriks tulang dan tulang
rawan akan melarut, sel-selnya lepas tersebar di bawah epitel.
Serat jaringan ikat juga berdisintegrasi dan semua sel-selnya
mengalami diferensiasi. Sehingga dapat dibedakan antara sel
tulang, tulang rawan, dan jaringan ikat. Setelah itu sel-sel otot akan
berdiferensiasi, serat miofibril hilang, inti membesar dan sitoplasma
menyempit. 4. Pembentukan kuncup regenerasi (blastema) pada
permukaan bekas luka. Pada saat ini scab mungkin sudah terlepas.
Blastema berasal dari
6. 5.  sekitar luka . hal ini dapat dibuktikan dengan radiasi seluruh
bagian tubuh terkecuali bagian yang terpotong, maka terjadilah
regenerasi dan faktor yang menentukan macam organ yang
diregenerasi. Dalam proses terjadinya regenerasi memerlukan
kehadiran urat saraf. Jika saraf dipotong waktu larva, kemudian
anggota tubuh tersebut diamputasi, maka tidak ada regenerasi yang
berlangsung. Dedifferensiasi akan terus berlangsung, tapi sel-selnya
diabsorbsi masuk ke dalam tubuh, sehingga akhirnya proses
regenerasi berhenti. Jika hanya saraf saja yang dipotong, tapi
anggota tubuh tetap, anggota itu tidak akan berdegererasi. Tapi jika
saraf dipotong dan anggota tubuh diamputasi, maka tunggulnya
akan berdegerasi. Jika dialihkan saraf lain ke tunggul amputasi
yang sarafnya sendiri lebih dulu sudah diangkat, ternyata ada
regenerasi. Hal tersebut membuktikan bahwa perlu kehadiran saraf
dalam proses regenerasi. Tentang zat yang terkandung atau keluar
dari saraf, yang bersifat System saraf, sel-sel yang membentuk
regenerasi baru berasal dari selan aspek makanan. Makanan yang
cukup dapat membantu mempercepat proses regenerasi. 
Makanan, tingkat regenerasi akan cepat jika memperhatik
Temperatur, dimana peningkatan temperatur sampai titik tertentu
maka akan meningkatkan regenerasi. penimbunan sel-sel
diferensiasi atau sel-sel satelit pengembara yang ada dalam
jaringan, terutama di dinding kapiler darah. Pada saatnya nanti, sel-
sel pengembara akan berproliferasi membentuk blastema. 5.
Proliferasi sel-sel berdiferensiasi secara mitosis, yang terjadi
secara serentak dengan proses dediferensiasi dan memuncak pada
waktu blastema mempunyai besar yang maksimal dan tidak
membesar lagi. 6. Rediferensiasi sel-sel dediferensiasi, serentak
dengan berhentinya proliferasi sel-sel blastema tersebut. Sel-sel
yang berasal dari parenkim dapat menumbuhkan alat derifat
mesodermal, jaringan saraf dan saluran pencernaan. Sehingga
bagian yang dipotong akan tumbuh lagi dengan struktur anatomis
dan histologis yang serupa dengan asalnya. Regenerasi dipengaruhi
oleh beberapa factor antara lain :
7. trophic terhadap regenerasi tersebut belum diketahui.eksperimen
selanjutnya terhadap amputasi anggota tubuh salamander ialah jika
saraf diangkat setelah blastema terbentuk, maka regenerasi akan
terus berlangsung. Jadi nampaknya saraf perlu untuk pembentukan
blastema. Namun terjadi keanehan, yaitu jika sejak embryo saraf
diangkat, pertumbuhan anggota akan terus berlangsung. Jika
diamputasi pun, bagian tersebut akan beregenerasi. Serat saraf tepi
yang putus dapat beregenerasi, asalkan perikaryon (soma neuron)
tidak ikut rusak. Jika urat saraf terpotong, bagian ujung yang lepas
dari perikaryon akan berdegerasi dan debrisnya diphagocytisis
makrofag. Bagian pangkal yang berhubungan dengan perikaryon
tetap bertahan dan akan beregenerasi. Proses yang terjadi adalah
sebagai berikut: Chromatolysis, yakni melarutnya badan Nissl,
Perikaryon membesar, Inti berpindah ke tepi, Bagian ujung akson
yang dekat luka berdegenerasi sedikit, lalu tumbuh lagi. Dan Di
ujung akson yang putus, setelah semua hancur dan dibersihkan
makrofag, sel Schwann berproliferasi membentuk batang sel-sel.
Bagian proximal akson kemudian tumbuh dan bercabang-cabang
mengikuti batang sel-sel Schwann ke bagian distal, sehingga
mencapai alat effector (otot, kelenjar). Jika jarak antara proksimal
dengan distal yang putus jauh sekali dan batang sel-sel Schwann
tak mencapai ujung bagian proksimal itu, ujung proksimal yang
tumbuh tak sampai ke alat effector. Terbentuk gumpalan serabut
saraf lepas di bawah kulit bekas luka atau amputasi, yang akan
terasa sangat nyeri. Oleh karena itu, kehadiran sel-sel Schwann di
bagian effector sangat perlu untuk mengarahkan atau jadi pedoman
bagi axon untuk tumbuh. Jika neuron yang putus jaraknya terlalu
dekat dengan bagian perikaryon, tidak aka nada reaksi sel-sel
Schwann di bagian effector dan perikaryon lama- kelamaan akan
mati. Neuroglia, termasuk sel Schwann, dapat beregenerasi dengan
melakukan mitosis. Celah-celah bekas tempat neuron yang rusak
dan hancur di saraf pusat (otak atau sumsum tulang belakang),
misalnya karena penyakit atau kerusakan lain, akan diisi lagi oleh
neuroglia, bukan oleh neuron baru. Ada beberapa contoh dari
regenerasi anggota tubuh yaitu : Dari Filum Invertebrata yaitu pada
planaria.
8. 7. Planaria merupakan hewan invertebrata, termasuk cacing pipih
yang hidupnya bebas di alam, umumnya hidup di air tawar,sungai,
danau atau di laut. Cacing ini merupakan anggota dari kelas
Turbellaria. Planaria dapat di pelihara pada temperatur 68-72OC,
dengan tidak menurunkan suhunya, serta tidak menempatkan pada
cahaya yang kuat dan sebaiknya memelihara Planaria pada tempat
gelap. Planaria sensitif terhadap cahaya kuat, temperatur dan pH.
Jika kondisi lingkungan diubah ukurannya tubuh Planaria menjadi
kecil dari ukuran semula. Salah satu faktor abiotik (suhu) dapat
mempengaruhi ukuran tubuh planaria, karena pada suhu tinggi
intensitas cahaya juga tinggi. Sehingga planaria dalam beregenerasi
atau bergerak perlu energi banyak. Maka dengan kondisi suhu yang
tinggi ini, tubuh planaria akan mengecil atau menyusut. Suhu dalam
proses beregenerasi berpengaruh pada saat planaria menutup luka
atau bagian tubuh yang rusak dalam neoblast. Berdasarkan uraian
di atas maka perlu adanya penelitian tentang pengaruh suhu air
terhadap kecepatan regenerasi cacing Planaria (Euplanaria sp).
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang utama, dimana
suhu memberikan efek yang berbeda-beda pada organisme-
organisme di bawah ini (Kramadibrata, 1996). Dibandingkan dengan
lingkungan daratan, lingkungan perairan mempunyai variasi suhu
yang relatif sempit. Sehubungan dengan itu, maka kisaran toleransi
hewan-hewan aquatik pada umumnya relatif sempit pula
dibandingkan dengan hewan-hewan daratan. Cacing Planaria hidup
di dalam air yang dingin dengan suhu yang rendah dimana air jernih,
pada anak sungai dan bernaung pada tanaman air atau batu karang
dan sangat menghindari sinar matahari. Dalam penelitian ini suhu
yang digunakan sekitar suhu 21-22oC sebagai kontrol, suhu di
habitat yaitu suhu yang di bawah normal ( 20,19,18O C dst ) maupun
suhu di atas normal ( 23,24,25,26 O C dst)Planaria tidak bisa
beregenerasi. Regenerasi Planaria Reganerasi adalah kemampuan
untuk memproduksi sel, jaringan atau bagian tubuh yang rusak,
hilang atau mati. Planaria menunjukan daya regenerasi yang
9. 8. kuat, bila cacing tersebut mengalami luka baik secara alami
maupun secara buatan, bagian tubuh manapun yang mengalami
kerusakan akan diganti dengan yang baru. Individu cacing yang di
potong-potong akan menghasilkan cacing- cacing kecil yang utuh.
Setiap potongan dapat tumbuh kembali (regenerasi) menjadi
individu-individu baru yang lengkap bagian-bagiannya seperti
induknya. Pada penelitian ini yang akan diteliti adalah bagaimana
pengaruh suhu air terhadap regenerasi cacing Planaria. Pada
Planaria telah diteliti bahwa sel-sel yang berasal dari parenkim
(berasal dari lapis benih mesoderm), selain menumbuhkan alat
derivate mesodermal (yakni otot dan parenkim lagi), juga sanggup
menumbuhkan jaringan saraf dan saluran pencernaan (masing-
masing berasal dari lapis benih ectoderm dan endoderm). Akhirnya
anggota badan yang diamputasi itu akan tumbuh lagi sebesar
semula, dengan struktur anatomis dan histologist yang serupa
dengan asalnya. Dari Filum Vertebrata yaitu Cicak Cicak adalah
sebagai salah satu contoh dari sekian banyak makhluk hidup yang
mempunyai kemampuan dalam regenerasi organ. Cicak akan
memutuskan ekornya bila merasa dirinya dalam keadaan bahaya
atau menghadapi musuh. Ekor yang diputuskan tersebut akan
tergantikan kembali melalui proses regenerasi organ yang
memerlukan waktu tertentu dalam proses pembentukannya.
Regenerasi adalah proses memperbaiki bagian yang rusak kembali
seperti semula. Cicak memiliki daya regenerasi yang terdapat pada
ekornya. Daya regenerasi pada berbagai organisme tidak sama
karena ada yang rendah sekali dayanya dan ada yang tinggi.
Vertebrata paling rendah daya regenerasinya dibandingkan dengan
avertebrata. Sub phylum dari vertebrata yang paling tinggi daya
regenerasinya adalah urodela. Reptilia daya regenerasinya hanya
terbatas pada ekornya Setiap hewan mempunyai kemampuan hidup
yang bervariasi antara makhluk yang satu dengan yang lainnya.
Salah satu contoh adalah regenerasi dari organ. Regenerasi organ
dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh suatu organisme untuk
menggantikan bagian tubuh yang rusak baik yang disengaja ataupun
yang tidak
10. 9. disengaja (karena kecelakaan) dengan bagian tubuh yang baru
dengan bentuk yang sama persis dengan sebelumnya. Ekor cicak
memiliki bentuk yang panjang dan lunak yang memungkinkan untuk
bisa memendek dan menumpul. Ekor akan mengalami regenerasi
bila ekor tersebut putus dalam usaha perlindungan diri dari
predator. Regenerasi tersebut diikuti oleh suatu proses, yaitu
autotomi. Autotomi adalah proses adaptasi yang khusus membantu
hewan melepaskan diri dari serangan musuh. Jadi, autotomi
merupakan perwujudan dari mutilasi diri. Cicak jika akan dimangsa
oleh predatornya maka akan segera memutuskan ekornya untuk
menyelamatkan diri. Ekor yang putus tersebut dapat tumbuh lagi
tetapi tidak sama seperti semula (Strorer, 1981). Proses regenerasi
dalam banyak hal mirip dengan proses perkembangan embrio.
Pembelahan yang cepat, dari sel-sel yang belum khusus timbullah
organisasi yang kompleks dari sel-sel khusus. Proses ini melibatkan
morfogenesis dan diferensiasi seperti perkembangan embrio akan
tetapi paling tidak ada satu cara proses regenerasi yang berbeda
dari proses perkembangan embrio. Cicak akan melepaskan ekornya
bila ditangkap pada bagian ekornya. Cicak kemudian meregenerasi
ekor baru pada tepi lainnya pada waktu senggang. Dalam stadium-
stadium permulaan dari regenerasi tidak ada sel-sel dewasa
sehingga tidak ada penghambatan pembelahan sel. Sel-sel pada
permukaan depan mempunyai laju metabolik yang tinggi daripada
permukaan di tepi belakang. Kemampuan regenerasi dari hewan-
hewan yang berbeda dapat dibedakan, hal ini tampak dengan
adanya beberapa hubungan antara kompleksitas dengan
kemampuan untuk regenerasi. Daya regenerasi Spons hampir
sempurna. Regenerasi pada manusia hanya terbatas pada perbaikan
organ dan jaringan tertentu. Cicak mempunyai daya regenerasi pada
bagian ekor yang putus dengan cukup kokoh. Berdasarkan hasil
praktikum yang dilakukan pada cicak dengan memotong ekornya,
setelah diamati selama empat minggu, ternyata bagian ekor yang
telah dipotong mengalami pertumbuhan. Ekor yang putus tersebut
tumbuh tetapi tidak dapat sama seperti semula. Pengamatan pada
minggu pertama ekor cicak
11. 10. bertambah 0,1 cm, minggu kedua 0,4 cm, dan beberapa hari
kemudian cicak tersebut mati. Pertumbuhan ekor cicak yang
mengalami regenerasi lebih pendek daripada ekor semula. Karena
panjang ekor yang dipotong sepanjang 5 cm sedangkan panjang
ekor regenerasi hanya 2 cm. Pada kaki kecoa terjadi penambahan
panjang yang tidak terlau signifikan dan kecoa mati sebelum
minggu ketiga. Ekor cicak yang dipotong sel epidermisnya
menyebar menutupi permukaan luka dan membentuk tudung
epidermis apikal. Semua jaringan mengalami diferensiasi dan
generasi membentuk sel kerucut yang disebut blastema regenerasi
di bawah tudung. Berakhirnya periode proliferasi, sel blastema
mengadakan rediferensiasi dan memperbaiki ekornya. Ketika salah
satu anggota badan terpotong hanya bagian tersebut yang disuplai
darah dan dapat bergenerasi. Hal inilah yang memberi pertimbangan
bahwa bagian yang dipotong selalu bagian distal (Kalthoff, 1996).
Proses regenerasi pada reptil berbeda dengan pada hewan golongan
amfibi. Regenerasi tidak berasal dari proliferasi atau perbanyakan
sel-sel blastema. Regenerasi pada reptil diketahui bahwa ekor yang
terbentuk setelah autotomi menghasikan hasil dengan catatan
khusus karena baik secara struktur maupun cara regenerasinya
berbeda (Balinsky, 1983). Secara eksperimental pada ekor cicak
yang telah dipotong, ternyata hasil regenerasinya tidak sama
dengan semula. Pertambahan panjang tidak sama dengan ekor yang
dipotong. Ekor baru tidak mengandung notochord dan vertebrae
yang baru hanya terdiri dari ruas-ruas tulang rawan. Ruas-ruas ini
hanya meliputi batang syaraf (medula spinalis), jumlah ruas itu pun
tidak lengkap seperti semula. Proses perbaikan pertama pada
regenerasi ekor cicak adalah penyembuhan luka dengan cara
penumbuhan kulit di atas luka tersebut. Kemudian tunas-tunas sel
yang belum berdiferensiasi terlihat. Tunas ini menyerupai tunas
anggota tubuh pada embrio yang sedang berkembang. Ketika waktu
berlalu sel-sel dari anggota tubuh yang sedang regenerasi diatur
dan berdiferensiasi sekali lagi menjadi otot, tulang dan jaringan
lajunya yang menjadikan ekor fungsional.
12. 11. Proses regenerasi ini secara mendasar tidak ada perusakan
jaringan otot, akibatnya tidak ada pelepasan sel-sel otot. Sumber
utama sel-sel untuk beregenerasi adalah berasal dari ependima dan
dari berbagai macam jaringan ikat yang menyusun septum otot,
dermis, jaringan lemak, periosteum dan mungkin juga osteosit
vertebrae. Sumber sel untuk regenerasi pada reptile berasal dari
beberapa sumber yaitu ependima dan berbagai jaringan ikat
(Manylov, 1994).
13. 12.  Adapun beberapa tahapan dalam regenerasi anggota tubuh
pada hewan yaitu : 1. Luka akan tertutup oleh darah yang mengalir,
lalu membeku membentuk scab yang bersifat sebagai pelindung. 2.
Sel epitel bergerak secara amoeboid menyebar di bawah permukaan
luka, di bawah scab. Proses ini membutuhkan waktu selama dua
hari, dimana pada saat itu luka telah tertutup oleh kulit. 3.
Diferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga menjadi bersifat
muda kembali dan pluripotent untuk membentuk berbagai jenis
jaringan baru. Matriks tulang dan tulang rawan akan melarut, sel-
selnya lepas tersebar di bawah epitel. Serat jaringan ikat juga
berdisintegrasi dan semua sel- selnya mengalami diferensiasi.
Sehingga dapat dibedakan antara sel tulang, tulang rawan, dan
jaringan ikat. Setelah itu sel-sel otot akan berdiferensiasi, serat
miofibril hilang, inti membesar dan sitoplasma menyempit. 4.
Pembentukan kuncup regenerasi (blastema) pada permukaan bekas
luka. Pada saat ini scab mungkin sudah terlepas. Blastema berasal
dari penimbunan sel-sel diferensiasi atau sel-sel satelit pengembara
yang ada dalam jaringan, terutama di dinding kapiler darah. Pada
saatnya nanti, sel-sel pengembara akan berproliferasi membentuk
blastema. 5. Proliferasi sel-sel berdiferensiasi secara mitosis, yang
terjadi secara serentak dengan proses dediferensiasi dan
memuncak pada waktu blastema mempunyai besar yang maksimal
dan tidak membesar lagi. 6. Rediferensiasi sel-sel dediferensiasi,
serentak dengan berhentinya proliferasi sel-sel blastema tersebut.
Sel-sel yang berasal dari parenkim Regenerasi merupakan proses
yang begitu penting artinya bagi kehidupan makhluk hidup. BAB III
PENUTUP Kesimpulan
14. 13.  Regenerasi dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain : 1.
Temperatur, dimana peningkatan temperatur sampai titik tertentu
maka akan meningkatkan regenerasi. 2. Makanan, tingkat
regenerasi akan cepat jika memperhatikan aspek makanan.
Makanan yang cukup dapat membantu mempercepat proses
regenerasi. 3. System saraf, sel-sel yang membentuk regenerasi
baru berasal dari sel sekitar luka .dapat menumbuhkan alat derifat
mesodermal, jaringan saraf dan saluran pencernaan. Sehingga
bagian yang dipotong akan tumbuh lagi dengan struktur anatomis
dan histologis yang serupa dengan asalnya.
15. 14. DAFTAR PUSTAKA Balinsky, B. I. 1981. An Introduction to
Embriology. W. B. Saunders Company, Philadelpia. Kalthoff, Klaus.
1996. Analysis of Biological Development. Mc Graw-Hill Mc, New
York. Kimball, John W. 1992. Biology. Addison-Wesley Publishing
Company, Inc., New York. Majumdar, N. N. 1985. Text Book of
Vertebrae Embriology. Mc Graw-Hill Publishing Company Limited,
New Delhi. Majumdar, N. N. 1985. Text Book of Vertebrae
Embriology. Mc Graw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi.
Tim Dosen. 2010. Struktur Perkembangan Hewan. Medan : UNIMED

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Regenerasi


Regenerasi ialah memperbaiki bagian tubuh yang rusak atau lepas kembali seperti semula.
Kerusakan itu bervariasi. Ada yang ringan, seperti luka dan memar; ada yang sedang, yang
menyebabkan ujung sebagian tubuh terbuang; dan ada yang berat yang menyebabkan suatu bagian
besar tubuh terbuang. 
Menurut Balinsky (1981), suatu organisme khususnya hewan memiliki kemampuan untuk
memperbaiki struktur atau jaringan yang mengalami kerusakan akibat kecelakaan yang tidak
disengaja karena kondisi natural atau kerusakan yang disengaja oleh manusia untuk keperluan
penelitian atau experimen. Hilangnya bagian tubuh yang terjadi ini setiap saat dapat muncul
kembali, dan dalam kasus ini proses memperbaiki diri ini kita sebut sebagai regenerasi.

2.2 Daya Regenerasi 


Daya regenerasi tak sama pada berbagai organisme. Ada yang tinggi dan ada yang rendah sekali
dayanya. Hubungan linier antara kedudukan sistematik hewan dengan daya regenerasinya belum
terungkap secara jelas. Daya regenerasi paling besar pada echinodermata dan platyhelminthes
yang dimana tiap potongan tubuh dapat tumbuh menjadi individu baru yang sempurna. 
Pada Anelida kemampuan itu menurun. Daya itu tinggal sedikit dan terbatas pada bagian ujung
anggota pada amfibi dan reptil. Vertebrata, dibandingkan dengan Evertebrata, terendah daya
regenerasinya. Pada Evertebrata yang terkenal tinggi dayanya adalah Coelenterata,
Platyhelminthes, Annelida, Crustacea, dan Urodela. Pada vertebrata , yaitu Aves dan Mammalia
paling rendah dayanya, biasanya terbatas kepada penyembuhan luka, bagian tubuh yang terlepas
tak dapat ditumbuhkan kembali. Kelas reptil (diwakili oleh cicak) dan kelas insecta (diwakili oleh
kecoa) memiliki daya regenerasi yang rendah, biasanya terbatas pada bagian ekor atau kaki yang
lepas atau rusak.
Hydra dapat dipotong-potong sampai kecil sekali dan 1/200 bagian dari tubuhnya yang asli dapat
beregenerasi jadi individu baru yang utuh. Pada Hydroid polyp, ada proses regenerasi yang terus-
menerus, disebut “regenerasi fisiologis”. Tentakel dan dasarnya sekalian pada waktu tertentu
dilepaskan, dibuang lalu tumbuh lagi yang baru dari bawah. 
Gambar Proses Regenerasi Pada Hydra.
Setelah Coelenterata menyusul Platyhelminthes, hewan yang paling tinggi daya regenerasinya.
Contoh Planaria yang mampu beregenerasi dari 1/300 fragmen tubuhnya menjadi individu yang
utuh.
Pada Annelida daya regenerasinya terbatas. Jika tubuh dipotong-potong, setiap potongan dapat
tumbuh menjadi individu baru yang utuh, tapi segmennya tidak selengkap semula. Alat genitalia tak
ikut beregenerasi. Jika potongan tak mengandung genitalia asli individu baru yang berasal dari situ
tak bergenitalia. Hirudinea (pacet dan lintah) tidak beregenerasi. Nematoda juga tidak.

2.3 Proses Regerasi 


Proses regenerasi yang efektif adalah pada masa embrio hingga masa bayi, setelah dewasa
kemampuan regenerasi ini terbatas pada sel atau jaringan tertentu saja. Namun tidak demikian
dengan bangsa avertebrata dan reptilia tertentu, kemampuan untuk memperbaiki dirinya sangat
menakjubkan hingga dia mencapai dewasa. Proses regenerasi dapat terjadi pada tingkat sel
maupun tingkat organ. Regenerasi sel yaitu proses pertumbuhan dan perkembangan sel yang
bertujuan untuk mengisi ruang tertentu pada jaringan atau memperbaiki bagian yang rusak.
Sedangkan Regenerasi organ dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh suatu organisme untuk
menggantikan bagian tubuh yang rusak baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja (karena
kecelakaan) dengan bagian tubuh yang baru dengan bentuk yang sama persis dengan sebelumnya.
Dipakai contoh (Urodela) dalam experiment untuk meneliti proses regenerasi. Satu kaki salamander
ini dipotong dekat pangkal lengan, kemudian terjadilah proses berikut:
1. Darah mengalir menutupi permukaan luka, luka beku, membentuk “scab” yang sifatnya
melindungi.
2. Epitel kulit menyebar di permukaan luka, di bawah “scab”. Sel epitel itu bergerak secara
amoeboid. Butuh waktu dua hari agar kulit itu lengkap menutupi luka. (Pada Invertebrata otot bawah
kulit ikut berkerut untuk mempercepat epitel menutup luka.)
3. Dedifferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga menjadi bersifat muda kembali dan
pluripotent untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru. Matriks tulang dan tulang rawan melarut,
sel-selnya lepas dan bersebar di bawah epitel. Serat jaringan ikat juga berdisintegrasi, dan sel-
selnya berdiferensiasi semuanya. Akhirnya, tak dapat lagi dibedakan mana sel yang berasal dari
tulang, tulang rawan, atau jaringan ikat. Disusul sel-sel otot berdiferensiasi, serat myofibril hilang, inti
membesar, sitoplasma menyempit.
4. Pembentukan Blastema, yakni kuncup regenerasi pada permukaan bekas luka. “Scab” mungkin
sudah lepas pada waktu ini. Blastema berasal dari penimbunan sel-sel dedifferensiasi. Ada juga
pendapat yang mengemukakan, bahwa blastema berasal juga dari sel-sel satelit pengembara, yang
selalu ada di berbagai jaringan, terutama di dinding kapiler darah. Sel-sel pengembara ini nanti akan
berproliferasi membentuk blastema. Namun dengan memakai tracer radioaktif dapat kini diketahui,
bahwa sel-sel blastema berasal dari segala jenis jaringan yang berdedifferensiasi sekitar amputasi.
5. Proliferasi sel-sel dedifferensiasi secara mitosis. Proliferasi ini serentak dengan proses
dediferensiasi, dan memuncak pada waktu blastema dalam besarnya yang maskimal, dan waktu itu
tak membelah lagi.
6. Redifferensiasi sel-sel dedifferensiasi, serentak dengan berhentinya proliferasi sel-sel blastema
itu.
Pada Planaria telah diteliti bahwa sel-sel yang berasal dari parenkim (berasal dari lapis benih
mesoderm), selain menumbuhkan alat derivate mesodermal (yakni otot dan parenkim lagi), juga
sanggup menumbuhkan jaringan saraf dan saluran pencernaan (masing-masing berasal dari lapis
benih ectoderm dan endoderm).
Akhirnya anggota badan yang diamputasi itu akan tumbuh lagi sebesar semula, dengan struktur
anatomis dan histologist yang serupa dengan asalnya.
Proses regenerasi dalam banyak hal mirip dengan proses perkembangan embrio. Pembelahan yang
cepat, dari sel-sel yang belum khusus timbullah organisasi yang kompleks dari sel-sel khusus.
Proses ini melibatkan morfogenesis dan diferensiasi seperti perkembangan embrio akan tetapi
paling tidak ada satu cara proses regenerasi yang berbeda dari proses perkembangan embrio.
Cicak akan melepaskan ekornya bila ditangkap pada bagian ekornya. Cicak kemudian
meregenerasi ekor baru pada tepi lainnya pada waktu senggang. Dalam stadium-stadium
permulaan dari regenerasi tidak ada sel-sel dewasa sehingga tidak ada penghambatan pembelahan
sel. Sel-sel pada permukaan depan mempunyai laju metabolik yang tinggi daripada permukaan di
tepi belakang (Kimball, 1992).
Kemampuan regenerasi dari hewan-hewan yang berbeda dapat dibedakan, hal ini tampak dengan
adanya beberapa hubungan antara kompleksitas dengan kemampuan untuk regenerasi. Daya
regenerasi Spons hampir sempurna. Regenerasi pada manusia hanya terbatas pada perbaikan
organ dan jaringan tertentu. Cicak mempunyai daya regenerasi pada bagian ekor yang putus
dengan cukup kokoh. (Kaltroff, 1996). 

Regenerasi alat lain salamander


Secara experimental dilakukan juga amputasi pada salamander. Ternyata hasil regenerasi itu tidak
seperti semula. Ekor baru tidak mengandung notochord lagi, dan vertebrae yang baru tidak
mengandung tulang rawan. Ruas-ruas itu hanya menyelaputi batang saraf (medulla spinalis).
Jumlah ruas vertebrae tersebut tidak selengkap asalnya.

Dalam membuktikan bahwa sel dedifferensiasi bisa pluripotent, yakni dapat menumbuhkan jaringan
yang bukan dari mana dia berasal, sering dilakukan eksperimen amputasi pada lensa salamander.
Lensa baru terbentuk dari sel-sel dari pinggir dorsal iris, yang berasal dari mesoderm. Padahal
embriologis lensa tersebut tumbuh/berasal dari epidermis.
Bila ada tungkai depan Salamander yang dibuang, proses perbaikan pertama ialah penyembuhan
luka dengan cara menumbuhkan kulit di atas luka tersebut kemudian suatu tunas sel-sel yang belum
terdiferensiasi terlihat. Tunas ini mempunyai rupa yang mirip dengan tunas anggota tubuh pada
embrio yang sedang berkembang. Pembelahan yang cepat dari sel-sel embrio yang belum khusus
dari tunas anggota tubuh mungkin berasal dari dediferensiasi sel-sel khusus demikian, sebagai sel-
sel otot atau sel-sel tulang rawan. Dediferensiasi berarti bahwa sel-sel ini kehilangan struktur
diferensiasinya sebelum berperan dalam tugas regenerasi. Sel-sel dari anggota tubuh yang sedang
regenerasi diatur dan berdiferensiasi sekali lagi menjadi otot, tulang, dan jaringan lainnya yang
menjadikan kaki fungsional (Kimball, 1992).
Kemampuan hewan untuk meregenerasi bagian-bagian yang hilang sangat bervariasi dari spesies
ke spesies. Hewan avertebrata seperti cacing tanah, udang, ikan, salamander dan kadal tidak
mempunyai daya regenerasi yang dapat meregenerasi seluruh organisme, melainkan hanya
sebagian dari organ atau jaringan organisme tersebut (Kimball, 1992). Tahap dari perkembangan
yang menarik perhatian adalah pergantian dari tubuh yang hilang. Tersusun dari regenerasi jumlah
struktur baru organisme tersebut (Wilis, 1983).
Ekor cicak memiliki bentuk yang panjang dan lunak yang memungkinkan untuk bisa memendek dan
menumpul. Ekor akan mengalami regenerasi bila ekor tersebut putus dalam usaha perlindungan diri
dari predator. Regenerasi tersebut diikuti oleh suatu proses, yaitu autotomi. Autotomi adalah proses
adaptasi yang khusus membantu hewan melepaskan diri dari serangan musuh. Jadi, autotomi
merupakan perwujudan dari mutilasi diri. Cicak jika akan dimangsa oleh predatornya maka akan
segera memutuskan ekornya untuk menyelamatkan diri. Ekor yang putus tersebut dapat tumbuh lagi
tetapi tidak sama seperti semula (Strorer, 1981).
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan pada cicak dengan memotong ekornya, setelah diamati
selama empat minggu, ternyata bagian ekor yang telah dipotong mengalami pertumbuhan. Ekor
yang putus tersebut tumbuh tetapi tidak dapat sama seperti semula. Pengamatan pada minggu
pertama ekor cicak bertambah 0,1 cm, minggu kedua 0,4 cm, dan beberapa hari kemudian cicak
tersebut mati. Pertumbuhan ekor cicak yang mengalami regenerasi lebih pendek daripada ekor
semula. Karena panjang ekor yang dipotong sepanjang 5 cm sedangkan panjang ekor regenerasi
hanya 2 cm. Pada kaki kecoa terjadi penambahan panjang yang tidak terlau signifikan dan kecoa
mati sebelum minggu ketiga.
Ekor cicak yang dipotong sel epidermisnya menyebar menutupi permukaan luka dan membentuk
tudung epidermis apikal. Semua jaringan mengalami diferensiasi dan generasi membentuk sel
kerucut yang disebut blastema regenerasi di bawah tudung. Berakhirnya periode proliferasi, sel
blastema mengadakan rediferensiasi dan memperbaiki ekornya. Ketika salah satu anggota badan
terpotong hanya bagian tersebut yang disuplai darah dan dapat bergenerasi. Hal inilah yang
memberi pertimbangan bahwa bagian yang dipotong selalu bagian distal (Kalthoff, 1996). 
Proses regenerasi pada reptil berbeda dengan pada hewan golongan amfibi. Regenerasi tidak
berasal dari proliferasi atau perbanyakan sel-sel blastema. Regenerasi pada reptil diketahui bahwa
ekor yang terbentuk setelah autotomi menghasikan hasil dengan catatan khusus karena baik secara
struktur maupun cara regenerasinya berbeda (Balinsky, 1983).
Secara eksperimental pada ekor cicak yang telah dipotong, ternyata hasil regenerasinya tidak sama
dengan semula. Pertambahan panjang tidak sama dengan ekor yang dipotong. Ekor baru tidak
mengandung notochord dan vertebrae yang baru hanya terdiri dari ruas-ruas tulang rawan. Ruas-
ruas ini hanya meliputi batang syaraf (medula spinalis), jumlah ruas itu pun tidak lengkap seperti
semula.
Proses perbaikan pertama pada regenerasi ekor cicak adalah penyembuhan luka dengan cara
penumbuhan kulit di atas luka tersebut. Kemudian tunas-tunas sel yang belum berdiferensiasi
terlihat. Tunas ini menyerupai tunas anggota tubuh pada embrio yang sedang berkembang. Ketika
waktu berlalu sel-sel dari anggota tubuh yang sedang regenerasi diatur dan berdiferensiasi sekali
lagi menjadi otot, tulang dan jaringan lajunya yang menjadikan ekor fungsional. 
Proses regenerasi ini secara mendasar tidak ada perusakan jaringan otot, akibatnya tidak ada
pelepasan sel-sel otot. Sumber utama sel-sel untuk beregenerasi adalah berasal dari ependima dan
dari berbagai macam jaringan ikat yang menyusun septum otot, dermis, jaringan lemak, periosteum
dan mungkin juga osteosit vertebrae. Sumber sel untuk regenerasi pada reptile berasal dari
beberapa sumber yaitu ependima dan berbagai jaringan ikat (Manylov, 1994).
Studi regenerasi mengungkapkan bahwa sel-sel dewasa dari jaringan tertentu yang telah
berdiferensiasi misalnya epidermis, mensintesis dan menghasilkan zat yang secara aktif
menghambat mitosis-sel-sel muda dari jaringan yang sama, zat ini disebut kolona. Stadium
permulaan dari regenerasi tidak ada sel-sel dewasa sehingga tidak ada penghambatan pembelahan
sel. Jaringan dari struktur yang mengalami regenerasi berdiferensiasi, mulailah produksi kolona dan
agaknya secara berangsur-angsur menghentikan pertunbuhan struktur tersebut. Regenerasi melalui
beberapa tahapan, yaitu :
1. Luka akan tertutup oleh darah yang mengalir, lalu membeku membentuk scab yang bersifat
sebagai pelindung.
2. Sel epitel bergerak secara amoeboid menyebar di bawah permukaan luka, di bawah scab. Proses
ini membutuhkan waktu selama dua hari, dimana pada saat itu luka telah tertutup oleh kulit.
3. Diferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga menjadi bersifat muda kembali dan pluripotent
untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru. Matriks tulang dan tulang rawan akan melarut, sel-
selnya lepas tersebar di bawah epitel. Serat jaringan ikat juga berdisintegrasi dan semua sel-selnya
mengalami diferensiasi. Sehingga dapat dibedakan antara sel tulang, tulang rawan, dan jaringan
ikat. Setelah itu sel-sel otot akan berdiferensiasi, serat miofibril hilang, inti membesar dan sitoplasma
menyempit.
4. Pembentukan kuncup regenerasi (blastema) pada permukaan bekas luka. Pada saat ini scab
mungkin sudah terlepas. Blastema berasal dari penimbunan sel-sel diferensiasi atau sel-sel satelit
pengembara yang ada dalam jaringan, terutama di dinding kapiler darah. Pada saatnya nanti, sel-sel
pengembara akan berproliferasi membentuk blastema.
5. Proliferasi sel-sel berdiferensiasi secara mitosis, yang terjadi secara serentak dengan proses
dediferensiasi dan memuncak pada waktu blastema mempunyai besar yang maksimal dan tidak
membesar lagi.
6. Rediferensiasi sel-sel dediferensiasi, serentak dengan berhentinya proliferasi sel-sel blastema
tersebut. Sel-sel yang berasal dari parenkim dapat menumbuhkan alat derifat mesodermal, jaringan
saraf dan saluran pencernaan. Sehingga bagian yang dipotong akan tumbuh lagi dengan struktur
anatomis dan histologis yang serupa dengan asalnya.
Regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah temperatur, proses biologi dan
faktor bahan makanan. Kenaikan dari tempetatur, pada hal-hal tertentu dapat mempercepat
regenerasi. Regenerasi menjadi cepat pada suhu 29,7 derajat Celcius. Faktor bahan makanan tidak
begitu mempengaruhi proses regenerasi (Morgan, 1989).
Secara eksperimental bagian kaki kecoa yang terpotong ternyata hasil regenerasinya tidak sama
seperti semula. Pertumbuhan kaki kecoa tidak sama dengan kaki kecoa yang tidak dipotong. Kaki
yang baru strukturnya tidak sama dengan kaki yang sebelum dipotong.
Berdasarkan data di atas, ternyata pertumbuhan ekor cicak cukup lambat dan tidak terlalu signifikan.
Hal ini mungkin dikarenakan kurangnya pasokan dalam pemberian makan atau suhu tempat cicak
tersebut kurang ideal karena hidup terkurung dalam toples dan tidak sebebas di luar sehingga cicak
menjadi stres yang dapat mempengaruhi kerja proses biologis di dalam tubuhnya, yang
mengakibatkan pertumbuhan ekornya lambat.Hari ke 17, cicak tersebut mati. Begitu pula pada kaki
kecoa yang dapat diamati. . Hasil regenerasi dari organ tertentu dalam hal ini ekor cicak dan kaki
kecoa tidak harus kembali seperti semula. Hal itu membuktikan bahwa sel de-differensiasi bersifat
pluripotent, yakni dapat menimbulkan jaringan yang bukan darimana ia berasal. 

Daftar Pustaka

Balinsky, B. I. 1981. An Introduction to Embriology. W. B. Saunders Company, Philadelpia.


Kalthoff, Klaus. 1996. Analysis of Biological Development. Mc Graw-Hill Mc, New York.
Kimball, John W. 1992. Biology. Addison-Wesley Publishing Company, Inc., New York.
_____________. 1992. Biologi Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Majumdar, N. N. 1985. Text Book of Vertebrae Embriology. Mc Graw-Hill Publishing Company
Limited, New Delhi. 
Manylov, O.G.1994. Regeneration in Gastrotricha –I Light Microscopical Observation on The
Regeneration in Turbanella sp.St. Petersburg State University. Russia.
Tjitrosoepomo. 1984. Biologi Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Willis, S. 1983. Biology. Holt Rinehart & Winston Inc, USA.
Yatim, W. 1982. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito, Bandung.
________. 1990. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai