Anda di halaman 1dari 22

REGENERASI

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Struktur Perkembangan Hewan II


yang dibina oleh Ibu Dra. Amy Tenzer, M.S.

Disusun Oleh:

Kelompok 10 Offering B-2017

Erma Wahyu Safira Nastiti (170341615078)

Salwa Nabilah Afifah (170341615067)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

Desember 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat serta hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik walaupun masih banyak kekurangan di dalamnya.
Makalah yang diberi judul “REGENERASI” ini disusun untuk melengkapi tugas
mata kuliah Sistem Perkembangan Hewan II. Penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca.

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan yang diberikan oleh
beberapa pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terimakasih
kepada :

1. Ibu Amy Tenzer selaku dosen pengampu mata kuliah Sistem Perkembangan
Hewan II.
2. Teman-teman yang telah membantu selama penyusunan dari awal hingga
selesainya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna, sehingga kritik dan saran diharapkan dari pembaca. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya penulis.

Malang, 2 Desember 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Regenerasi merupakan proses yang begitu penting artinya bagi kehidupan


makhluk hidup. Tanpa regenerasi maka tubuh organisme tak akan ada yang
sempurna. Dalam tubuh makhluk hidup terdapat kemampuan untuk melakukan
regenerasi pada tingkat sel atau jaringan sedangkan pada hewan tertentu mampu
melakukan regenerasi pada tingkat organ. Proses regenerasi yang efektif adalah
pada masa embrio hingga masa bayi, setelah dewasa kemampuan regenerasi ini
terbatas pada sel atau jaringan tertentu saja. Namun tidak demikian dengan bangsa
avertebrata dan reptilia tertentu, kemampuan untuk memperbaiki dirinya sangat
menakjubkan hingga dia mencapai dewasa.

Daya regenerasi tak sama pada berbagai organisme. Ada yang tinggi dan
ada yang rendah sekali dayanya. Tak jelas hubungan linier antara kedudukan
sistematik hewan dengan daya regenerasi. Yang terkenal tinggi dayanya adalah
Coelenterata, Platyhelminthes, Annelida, Crustacea, dan Urodela. Aves dan
Mammalia paling rendah dayanya, biasanya terbatas kepada penyembuhan luka,
bagian tubuh yang terlepas tak dapat ditumbuhkan kembali. Dalam melakukan
regenerasi banyak faktor yang mempengaruhi, salah satu diantaranya yaitu
enzimatis dalam tubuh. Semakin baik dan fertile kondisi enzim dalam tubuh
makkhluk hidup maka semakin besar pula melakukan proses regenerasi. Regenerasi
bila ditinjau lebih lanjut, ternyata terdiri dari berbagai kegiatan, mulai dari
pemulihan kerusakan yang parah akibat hilangnya bagian tubuh utama. Misalnya
penggantin anggota bagian badan sampai pada penggantian kerusakan kecil yang
terjadi dalam proses biasa, misalnya rontoknya rambut. Regenerasi dapat juga
berbentuk sebagai poliferasi dan diferensiasi sel-sel lapisan marginal.
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari regenerasi?


2. Bagaimana cara tahapan pada regenasi anggota tubuh?
3. Bagaimana regenerasi anggota tubuh pada beberapa hewan?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi regenerasi anggota tubuh?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari regenerasi.


2. Mengetahui cara tahapan regenerasi tubuh.
3. Mengetahui regenerasi anggota tubuh pada beberapa hewan.
4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi regenerasi anggota tubuh.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Regenerasi
Regenerasi adalah pemulihan kerusakan parah akibat bilamana hilangnya
bagian tubuh utama, misalnya anggota tubuh, sampai pada pergantian kerusakan
kecil yang merupakan proses fisiologis biasa, misalnya pergantian rambut yang
rontok (Tim Dosen, 2010).
Daya regenerasi tak sama pada berbagai organisme, ada yang tinggi dan ada
yang rendah sekali. Tak jelas hubungan linier antara kedudukan sistematik hewan
dengan daya regenerasi. Hewan yang terkenal tinggi dayanya adalah Coelenterata,
Platyhelminthes, Annelida, Crustacea, dan Urodela. Kelompok Aves dan
Mammalia yang memiliki daya regenerasin paling rendah, biasanya terbatas kepada
penyembuhan luka, bagian tubuh yang terlepas tak dapat ditumbuhkan kembali.
Setiap larva dan hewan dewasa mempunyai kemampuan untuk menumbuhkan
kembali bagian tubuh mereka yang secara kebetulan hilang atau rusak terpisah.
Kemampuan menumbuhkan kembali bagian tubuh yang hilang ini disebut
regenerasi. Kemampuan setiap hewan dalam melakukan regenerasi berbeda-beda.
Hewan avertebrata mempunyai kemampuan regenerasi yang lebih tinggi dari pada
hewan vertebrata (Majumdar, 1985). Menurut Balinsky (1981), suatu organisme
khususnya hewan memiliki kemampuan untuk memperbaiki struktur atau jaringan
yang mengalami kerusakan akibat kecelakaan yang tidak disengaja karena kondisi
natural atau kerusakan yang disengaja oleh manusia untuk keperluan penelitian atau
experimen. Hilangnya bagian tubuh yang terjadi ini setiap saat dapat muncul
kembali, dan dalam kasus ini proses memperbaiki diri ini kita sebut sebagai
regenerasi.
Proses regenerasi dalam banyak hal mirip dengan proses perkembangan
embrio. Pembelahan yang cepat, dari sel-sel yang belum khusus timbullah
organisasi yang kompleks dari sel-sel khusus. Proses ini melibatkan morfogenesis
dan diferensiasi seperti perkembangan embrio akan tetapi paling tidak ada satu cara
proses regenerasi yang berbeda dari proses perkembangan embrio.
Kemampuan regenerasi dari hewan-hewan yang berbeda dapat dibedakan,
hal ini tampak dengan adanya beberapa hubungan antara kompleksitas dengan
kemampuan untuk regenerasi. Daya regenerasi Spons hampir sempurna.
Regenerasi pada manusia hanya terbatas pada perbaikan organ dan jaringan
tertentu. Kemampuan hewan untuk meregenerasi bagian-bagian yang hilang sangat
bervariasi dari spesies ke spesies. Hewan avertebrata seperti cacing tanah, udang,
ikan, salamander dan kadal tidak mempunyai daya regenerasi yang dapat
meregenerasi seluruh organisme, melainkan hanya sebagian dari organ atau
jaringan organisme tersebut (Kimball, 1992).
Regenerasi yang terjadi pada hewan dapat dilakukan dengan tiga cara.
Pertama regenerasi epimorfosis, yang mana pada regenerasi ini melibatkan
dediferensiasi struktur dewasa untuk membentuk masa sel yang belum
terdiferensiasi yang kemudian direspesifikasi. Regenerasi ini khas pada membra,
contohnya regenerasi pada kaki kecoa. Tipe regenerasi yang kedua adalah
regenerasi morfolaksis yang terjadi lewat pemulihan kembali jaringan yang masih
ada (tersisa), yang tidak disertai dengan pembelahan sel. Contohnya adalah hydra.
Regenerasi yang ketiga yaitu regenerasi intermediet, yang diduga sebagai
regenerasi kompensatori. Regenerasi ini sel-selnya membelah, tetapi
mempertahankan fungsi yang telah terdiferensiasi. Mereka memproduksi sel-sel
serupa pada dirinya sendiri dan tidak membentuk masa jaringan yang belum
terdiferensiasi. Tipe regenerasi kompensatori ini khas pada hati manusia (Soeminto,
2000).

B. Contoh Spesifik Proses Regenerasi.


Contoh yang spesifik dari proses regenerasi yaitu regenerasi pada kaki-kaki
kadal air. Pada kadal air ini memiliki kemampuan regenerasi yang luar biasa tinggi.
Oleh karena itu sering digunakan sebagai objek percobaan. Untuk tahapan proses
regenarasi dari kadal air yaitu tahap pertama dari proses perbaikan adalah bahwa
epidermis pada bagian tepi dari luka akan mulai menyebar sepanjang tepi luka dan
segera menutup semua permukaan yang terbuka. Dalam waktu beberapa kemudian
epidermis yang telah menutup luka ini akan mulai menonjol keluar menjadi
berbentuk konus. Suatu massa sel akan terakumulasi di bawah epidermis. Sel-sel
ini berada dalam tahap pembelahan dan bersama dengan epidermis yang
menutupinya membentuk apa yang disebut sebagai blastema regenerasi atau Tunas
regenerasi. Blastema ini tumbuh dengan cepat, pertama berbentuk konus tapi
kemudian menjadi datar pada bagian dorsoventral daerah datar ini adalah karpus
atau tarsus rudimenter yang disebut sebagai keping tangan atau kaki (hand atau
footplate). Setelah itu jari-jari rudimenter akan terbentuk, sementara itu massa sel
di bagian dalam tunas anggota ini mengalami segregasi untuk membentuk bagian
internal rudimenter dari anggota, yaitu menjadi tulang dan otot. Anggota jari-jari
rudimenter yang telah terbentuk kemudian memanjang dan proses regenerasi
dilanjutkan sampai organ itu mencapai ukuran yang semestinya ketika semua
jaringan mengalami diferensiasi secara lengkap maka anggota kemudian berfungsi
dengan sempurna pula sebagai alat gerak. Yang mana kaki hasil generasi sangat
sulit dibedakan dengan kaki aslinya. Jadi kaki yang baru dihasilkan dari rudimenter
yang terbentuk dari blastema regenerasi terbentuknya memerlukan potensi untuk
berkembang dan apabila potensi ini tidak ada hasilnya generasi akan tetap
rudimenter seperti yang dijumpai pada embrio muda.
Perbedaan dari rudimenter dan blastema yaitu blastema hanya dapat tumbuh
menjadi satu jenis organ saja yaitu kaki sementara rudimenter pada embrio dapat
tumbuh menjadi satu hewan yang lengkap (Surjono, 2001).

Gambar 1. Regenerasi pada kaki kadal air (Dikutip dari Balinsky, 1981)
C. Kemampuan Regenerasi pada Berbagai jenis hewan
Pada daya regenerasi tak sama pada berbagai organisme. Ada yang tinggi
dan ada yang rendah sekali dayanya. Yang terkenal tinggi dayanya adalah
Coelenterata, Platyhelminthes, Annelida, Crustacea, dan Urodela. Aves dan
Mammalia paling rendah dayanya, biasanya terbatas kepada penyembuhan luka,
bagian tubuh yang terlepas tak dapat ditumbuhkan kembali. Setiap larva dan hewan
dewasa mempunyai kemampuan untuk menumbuhkan kembali bagian tubuh
mereka yang secara kebetulan hilang atau rusak terpisah.
Kemampuan menumbuhkan kembali bagian tubuh yang hilang ini disebut
regenerasi. Kemampuan setiap hewan dalam melakukan regenerasi berbeda-beda.
Hewan avertebrata mempunyai kemampuan regenerasi yang lebih tinggi dari pada
hewan vertebrata (Majumdar, 1985). Menurut Balinsky (1981), suatu organisme
khususnya hewan memiliki kemampuan untuk memperbaiki struktur atau jaringan
yang mengalami kerusakan akibat kecelakaan yang tidak disengaja karena kondisi
natural atau kerusakan yang disengaja oleh manusia untuk keperluan penelitian atau
experimen. Hilangnya bagian tubuh yang terjadi ini setiap saat dapat muncul
kembali, dan dalam kasus ini proses memperbaiki diri ini kita sebut sebagai
regenerasi.
Proses regenerasi dalam banyak hal mirip dengan proses perkembangan
embrio. Pembelahan yang cepat, dari sel-sel yang belum khusus timbullah
organisasi yang kompleks dari sel-sel khusus. Proses ini melibatkan morfogenesis
dan diferensiasi seperti perkembangan embrio akan tetapi paling tidak ada satu cara
proses regenerasi yang berbeda dari proses perkembangan embrio.
Kemampuan regenerasi dari hewan-hewan yang berbeda dapat dibedakan,
hal ini tampak dengan adanya beberapa hubungan antara kompleksitas dengan
kemampuan untuk regenerasi. Daya regenerasi Spons hampir sempurna.
Regenerasi pada manusia hanya terbatas pada perbaikan organ dan jaringan
tertentu. Kemampuan hewan untuk meregenerasi bagian-bagian yang hilang sangat
bervariasi dari spesies ke spesies. Hewan avertebrata seperti cacing tanah, udang,
ikan, salamander dan kadal tidak mempunyai daya regenerasi yang dapat
meregenerasi seluruh organisme, melainkan hanya sebagian dari organ atau
jaringan organisme tersebut (Kimball, 1992).
Pada Hydra yang dipotong menjadi dua bagian atau lebih masing-masing
dapat melakukan reggaenerasi menjadi satu individu yang sempurna pada bagian
posterior akan membentuk mulut dan tentakel-tentakel baru, sementara pada bagian
anterior akan membentuk bagian posterior lengkap dengan kaki dan kaki
tempelnya.

Gambar 2. Regenerasi pada Hydra sp.


Sumber : www.sains-kompas.co.id

Pada Planaria bagian tubuh dapat dipotong melintang atau memanjang dan
masing-masing potongan tubuh akan melakukan regenarasi bagian-bagian yang
hilang. Saat terjadi pemotongan, sebuah blastema regenerasi akan terbentuk pada
permukaan potongan dan bagian yang hilang akan tumbuh dari blastema tersebut.
Regenerasi pada Planaria termasuk cara regenerasi epimorfis dan morfolaksis.

Gambar 3. Regenerasi pada Planaria


Sumber : www.brainly.co.id

Regenerasi yang dilakukan oleh Annelida yaitu Annelida dapat melakukan


regenarasi pada bagian anterior dan posterior setelah dilakukan amputasi yaitu
apabila cacing tanah atau oligochaeta dipotong menjadi dua bagian maka bagian
posterior akan melakukan regenerasi dengan membentuk bagian anterior termasuk
mulut dan bagian anterior akan membentuk bagian posterior yang baru dengan
demikian dua individu baru dapat dihasilkan dari satu individu saja.
Pada mollusca regenarasi sangat sulit terjadi tetapi pada tangkai mata
gastropoda mungkin dapat mengalami regenerasi seperti bagian kepala yang lain
atau bagian kaki perutnya tetapi kepala secara keseluruhan tidak akan mengalami
degenerasi apabila ganglion otaknya diambil bersama dengan kepala tidak akan
terjadi regenerasi.
Pada Arthropoda regenerasi dapat terjadi terutama pada pembentukan alat-
alat gerak yang hilang pada kebanyakan crustasea kaki-kaki yang hilang mungkin
akan diregenerasi pada stadium perkembangan. Pada serangga regenarasi hanya
terdapat dapat terjadi pada stadium larva. Biasanya kaki-kaki udang dan laba-laba
sudah siap patah untuk berhadapan dengan musuh. Kaki-kaki itu akan patah pada
titik patah di sekitar sendi kaki kedua. Proses pemotongan sendiri ini dikenal
sebagai autotomi setelah terjadi amputasi kaki maka pada bagian luka itu akan
tertutup oleh plug dari bahan tanduk (kitin) di bagian bawahnya tunas regenerasi
dibentuk dan kemudian akan tumbuh menjadi kaki baru atau regenerasi epimorfis.
Pada Echinodermata misalnya pada bintang laut dapat melakukan
regenarasi pada lengan lengannya yang hilang sehingga lengannya akan kembali
tumbuh.

Gambar 4. Regenerasi pada lengan bintang laut


Sumber : www.biosains.co.id

Pada vertebrata kemampuan rekreasi yang paling baik ditemukan pada


urodela yaitu regenarasi yang terjadi pada pada ekor dan kaki-kakinya.
Pada ikan regenarasi terjadi sangat terbatas sirip-sirip ikan dapat mengalami
regenarasi apabila rusak atau terpotong.
Kelompok kadal diketahui dapat melakukan reggaenerasi ekor dengan cara
autotomi ekor, yang akan patah pada bagian yang dekat dengan pangkalnya setelah
ekor putus, tunas regenerasi akan terbentuk pada permukaan bekas luka dan tunas
ini kemudian membentuk ekor baru. Ekor baru ini berbeda dengan ekor yang
aslinya karena columna vertebralis yang terbentuk sangat sederhana dan sisi yang
terbentuk juga berbeda dengan yang asli.
Pada kelompok burung yang mengalami regenerasi hanyalah bagian yang
tertentu yaitu dari bagian paruh nya yang mana bisa mengalami regenerasi tetapi
regenerasinya sangat buruk.
Mamalia hanya bisa mengalami regenerasi berupa regenerasi jaringan
misalnya untuk penutupan luka dan tidak pernah merupakan pembentukan baru dari
organ yang hilang. Misalnya pada kulit, penutupan luka akan segera dilakukan
dengan pembentukan jaringan penutup luka. Apabila luka pada kulit tersebut terjadi
dalam ukuran luas, maka suatu lapisan kulit akan dibentuk dari jaringan ikat yang
baru dan biasanya hasilnya tidak rata
Contoh regenarasi pada mamalia juga dapat dilihat pada regenarasi tulang
yang patah pada tulang yang patah ini dapat melakukan regenarasi sehingga
menjadi utuh kembali Selain itu ada juga regenerasi pada bagian otot yang luka
pada bagian otot yang luka akan membantu otot baru yang mana luka akan
diperbaiki dengan pembentukan jaringan ikat yang baru

Gambar 5. Proses penyembuhan luka pada manusia


Sumber : www.medicinestuffs.co.id
Regenerasi yang terjadi pada hewan dapat dilakukan dengan tiga cara.
Pertama regenerasi epimorfosis, yang mana pada regenerasi ini melibatkan
dediferensiasi struktur dewasa untuk membentuk masa sel yang belum
terdiferensiasi yang kemudian direspesifikasi. Regenerasi ini khas pada membra,
contohnya regenerasi pada kaki kecoa. Tipe regenerasi yang kedua adalah
regenerasi morfolaksis yang terjadi lewat pemulihan kembali jaringan yang masih
ada (tersisa), yang tidak disertai dengan pembelahan sel. Contohnya adalah hydra.
Regenerasi yang ketiga yaitu regenerasi intermediet, yang diduga sebagai
regenerasi kompensatori. Regenerasi ini sel-selnya membelah, tetapi
mempertahankan fungsi yang telah terdiferensiasi. Mereka memproduksi sel-sel
serupa pada dirinya sendiri dan tidak membentuk masa jaringan yang belum
terdiferensiasi. Tipe regenerasi kompensatori ini khas pada hati manusia (Soeminto,
2000).

D. Perubahan Histologis pada Regenerasi


Dalam melakukan regenerasi banyak faktor yang mempengaruhi, salah satu
diantaranya yaitu enzimatis dalam tubuh. Semakin baik dan fertile kondisi enzim
dalam tubuh makhluk hidup maka semakin besar pula melakukan proses regenerasi.
Adapun beberapa tahapan dalam regenerasi anggota tubuh pada hewan yaitu :
1. Luka akan tertutup oleh darah yang mengalir, lalu membeku membentuk scab
yang bersifat sebagai pelindung.
2. Sel epitel bergerak secara amoeboid menyebar di bawah permukaan luka, di
bawah scab. Proses ini membutuhkan waktu selama dua hari, dimana pada saat itu
luka telah tertutup oleh kulit.
3. Diferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga menjadi bersifat muda
kembali dan pluripotent untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru. Matriks
tulang dan tulang rawan akan melarut, sel-selnya lepas tersebar di bawah epitel.
Serat jaringan ikat juga berdisintegrasi dan semua sel-selnya mengalami
diferensiasi. Sehingga dapat dibedakan antara sel tulang, tulang rawan, dan jaringan
ikat. Setelah itu sel-sel otot akan berdiferensiasi, serat miofibril hilang, inti
membesar dan sitoplasma menyempit.
4. Pembentukan kuncup regenerasi (blastema) pada permukaan bekas luka. Pada
saat ini scab mungkin sudah terlepas. Blastema berasal dari penimbunan sel-sel
diferensiasi atau sel-sel satelit pengembara yang ada dalam jaringan, terutama di
dinding kapiler darah. Pada saatnya nanti, sel- sel pengembara akan berproliferasi
membentuk blastema.
5. Proliferasi sel-sel berdiferensiasi secara mitosis, yang terjadi secara serentak
dengan proses dediferensiasi dan memuncak pada waktu blastema mempunyai
besar yang maksimal dan tidak membesar lagi.
6. Rediferensiasi sel-sel dediferensiasi, serentak dengan berhentinya proliferasi sel-
sel blastema tersebut.
Sel-sel yang berasal dari parenkim dapat menumbuhkan alat derifat
mesodermal, jaringan saraf dan saluran pencernaan. Sehingga bagian yang dipotong
akan tumbuh lagi dengan struktur anatomis dan histologis yang serupa dengan
asalnya.

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Regenerasi


Kemampuan untuk melakukan regenerasi dari masing-masing hewan sangat
tergantung pada hewan itu sendiri, derajat diferensiasi dari sel-selnya atau stadium
ontogenesis yang dialami oleh hewan yang bersangkutan atau faktor-faktor lain.
Kemampuan regenerasi tersebut juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana
hewan tersebut berada.
Regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
- Temperatur, dimana peningkatan temperatur sampai titik tertentu maka akan
meningkatkan regenerasi. Misalnya pada planaria regenerasi tercepat pada suhu
29,7oC yang mana pada suhu ini kepala akan terbentuk dalam waktu 4,6 hari. Jika
individu tersebut dipelihara pada suhu 3oC maka akan mengalami pertumbuhan
kepala yang abnormal, dan matanya akan terbentuk sempurna dalam waktu 6 bulan.
Sedangkan pada suhu 32oC akan mengakibatkan kematian pada planaria tersebut.
- Makanan, tidak terlalu mempengaruhi proses regenerasi. Meskipun hewan yang
mengalami regenerasi sedang berpuasa, hewan tersebut tetap dapat mengalami
regenerasi dengan cara menggunaka bahan-bahan yang telah ada di dalam tubuhnya
sendiri. Sehingga tentu saja hewan tersebut akan mengalami pengecilan tubuhnya
- Sistem saraf, sel-sel yang membentuk regenerasi baru berasal dari sel sekitar luka.
Hal ini dapat dibuktikan dengan radiasi seluruh bagian tubuh terkecuali bagian yang
terpotong, maka terjadilah regenerasi dan faktor yang menentukan macam organ
yang diregenerasi. Dalam proses terjadinya regenerasi memerlukan kehadiran urat
saraf. Jika saraf dipotong waktu larva, kemudian anggota tubuh tersebut diamputasi,
maka tidak ada regenerasi yang berlangsung.
Dedifferensiasi akan terus berlangsung, tapi sel-selnya diabsorbsi masuk ke
dalam tubuh, sehingga akhirnya proses regenerasi berhenti. Jika hanya saraf saja
yang dipotong, tapi anggota tubuh tetap, anggota itu tidak akan berdegererasi. Tapi
jika saraf dipotong dan anggota tubuh diamputasi, maka tunggulnya akan
berdegerasi. Jika dialihkan saraf lain ke tunggul amputasi yang sarafnya sendiri
lebih dulu sudah diangkat, ternyata ada regenerasi. Hal tersebut membuktikan
bahwa perlu kehadiran saraf dalam proses regenerasi. Tentang zat yang terkandung
atau keluar dari saraf, yang bersifat trophic terhadap regenerasi tersebut belum
diketahui.eksperimen selanjutnya terhadap amputasi anggota tubuh salamander
ialah jika saraf diangkat setelah blastema terbentuk, maka regenerasi akan terus
berlangsung. Jadi nampaknya saraf perlu untuk pembentukan blastema. Namun
terjadi keanehan, yaitu jika sejak embrio saraf diangkat, pertumbuhan anggota akan
terus berlangsung. Jika diamputasi pun, bagian tersebut akan beregenerasi.
Serat saraf tepi yang putus dapat beregenerasi, asalkan perikaryon (soma
neuron) tidak ikut rusak. Jika urat saraf terpotong, bagian ujung yang lepas dari
perikaryon akan berdegerasi dan debrisnya diphagocytisis makrofag. Bagian
pangkal yang berhubungan dengan perikaryon tetap bertahan dan akan
beregenerasi. Proses yang terjadi adalah sebagai berikut: Chromatolysis, yakni
melarutnya badan Nissl, Perikaryon membesar, Inti berpindah ke tepi, Bagian ujung
akson yang dekat luka berdegenerasi sedikit, lalu tumbuh lagi. Dan Di ujung akson
yang putus, setelah semua hancur dan dibersihkan makrofag, sel Schwann
berproliferasi membentuk batang sel-sel. Bagian proximal akson kemudian tumbuh
dan bercabang-cabang mengikuti batang sel-sel Schwann ke bagian distal, sehingga
mencapai alat effector (otot, kelenjar). Jika jarak antara proksimal dengan distal
yang putus jauh sekali dan batang sel-sel Schwann tak mencapai ujung bagian
proksimal itu, ujung proksimal yang tumbuh tak sampai ke alat effector. Terbentuk
gumpalan serabut saraf lepas di bawah kulit bekas luka atau amputasi, yang akan
terasa sangat nyeri.
Oleh karena itu, kehadiran sel-sel Schwann di bagian effector sangat perlu
untuk mengarahkan atau jadi pedoman bagi axon untuk tumbuh. Jika neuron yang
putus jaraknya terlalu dekat dengan bagian perikaryon, tidak aka nada reaksi sel-sel
Schwann di bagian effector dan perikaryon lama- kelamaan akan mati. Neuroglia,
termasuk sel Schwann, dapat beregenerasi dengan melakukan mitosis. Celah-celah
bekas tempat neuron yang rusak dan hancur di saraf pusat (otak atau sumsum tulang
belakang), misalnya karena penyakit atau kerusakan lain, akan diisi lagi oleh
neuroglia, bukan oleh neuron baru. Ada beberapa contoh dari regenerasi anggota
tubuh yaitu : Dari Filum Invertebrata yaitu pada planaria.
- Sinar X atau Sinar Roentgen, dapat menghambat proses mitosis sel-sel yang akan
mengalami regenerasi. Apabila mitosis tidak terjadi maka jumla selnya tidak
bertambah dan regenerasi tidak akan mungkin terjadi tanpa penambahan sel.

F. Regenerasi pada Planaria


Planaria merupakan hewan invertebrata, termasuk cacing pipih yang
hidupnya bebas di alam, umumnya hidup di air tawar,sungai, danau atau di laut.
Cacing ini merupakan anggota dari kelas Turbellaria. Planaria dapat di pelihara
dengan tidak menempatkan pada cahaya yang kuat dan sebaiknya memelihara
Planaria pada tempat gelap. Planaria sensitif terhadap cahaya kuat, temperatur dan
pH. Jika kondisi lingkungan diubah ukurannya tubuh Planaria menjadi kecil dari
ukuran semula. Salah satu faktor abiotik (suhu) dapat mempengaruhi ukuran tubuh
planaria, karena pada suhu tinggi intensitas cahaya juga tinggi. Sehingga planaria
dalam beregenerasi atau bergerak perlu energi banyak. Maka dengan kondisi suhu
yang tinggi ini, tubuh planaria akan mengecil atau menyusut. Suhu dalam proses
beregenerasi berpengaruh pada saat planaria menutup luka atau bagian tubuh yang
rusak dalam neoblast. Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang utama,
dimana suhu memberikan efek yang berbeda-beda pada organisme-organisme di
bawah ini (Soeminto, 2000).
Dibandingkan dengan lingkungan daratan, lingkungan perairan mempunyai
variasi suhu yang relatif sempit. Sehubungan dengan itu, maka kisaran toleransi
hewan-hewan aquatik pada umumnya relatif sempit pula dibandingkan dengan
hewan-hewan daratan. Cacing Planaria hidup di dalam air yang dingin dengan suhu
yang rendah dimana air jernih, pada anak sungai dan bernaung pada tanaman air
atau batu karang dan sangat menghindari sinar matahari. Planaria menunjukan daya
regenerasi yang kuat, bila cacing tersebut mengalami luka baik secara alami
maupun secara buatan, bagian tubuh manapun yang mengalami kerusakan akan
diganti dengan yang baru. Individu cacing yang di potong-potong akan
menghasilkan cacing- cacing kecil yang utuh.
Setiap potongan dapat tumbuh kembali (regenerasi) menjadi individu-
individu baru yang lengkap bagian-bagiannya seperti induknya. Pada Planaria telah
diteliti bahwa sel-sel yang berasal dari parenkim (berasal dari lapis benih
mesoderm), selain menumbuhkan alat derivate mesodermal (yakni otot dan
parenkim lagi), juga sanggup menumbuhkan jaringan saraf dan saluran pencernaan
(masing-masing berasal dari lapis benih ectoderm dan endoderm). Akhirnya
anggota badan yang diamputasi itu akan tumbuh lagi sebesar semula, dengan
struktur anatomis dan histologis yang serupa dengan asalnya. Regenerasi pada
planaria ini merupaka regenarsi yang melibatkan penambahan massa dan
pembentukan kembali seluruh bentuk inividu yang dikenal sebagai morfolaksis atau
regenerasi morfolaktik.

Gambar 6. Contoh Regerenasi Planaria


Sumber : www.brainly.co.id

G. Regenerasi pada Cicak


Dari Filum Vertebrata yaitu Cicak. Cicak adalah sebagai salah satu contoh
dari sekian banyak makhluk hidup yang mempunyai kemampuan dalam regenerasi
organ. Cicak akan memutuskan ekornya bila merasa dirinya dalam keadaan bahaya
atau menghadapi musuh. Ekor yang diputuskan tersebut akan tergantikan kembali
melalui proses regenerasi organ yang memerlukan waktu tertentu dalam proses
pembentukannya. Regenerasi adalah proses memperbaiki bagian yang rusak
kembali seperti semula. Cicak memiliki daya regenerasi yang terdapat pada
ekornya.
Daya regenerasi pada berbagai organisme tidak sama karena ada yang
rendah sekali dayanya dan ada yang tinggi. Vertebrata paling rendah daya
regenerasinya dibandingkan dengan avertebrata. Sub phylum dari vertebrata yang
paling tinggi daya regenerasinya adalah urodela. Reptilia daya regenerasinya hanya
terbatas pada ekornya Setiap hewan mempunyai kemampuan hidup yang bervariasi
antara makhluk yang satu dengan yang lainnya. Salah satu contoh adalah regenerasi
dari organ. Regenerasi organ dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh suatu
organisme untuk menggantikan bagian tubuh yang rusak baik yang disengaja
ataupun yang tidak disengaja (karena kecelakaan) dengan bagian tubuh yang baru
dengan bentuk yang sama persis dengan sebelumnya. Ekor cicak memiliki bentuk
yang panjang dan lunak yang memungkinkan untuk bisa memendek dan menumpul.
Ekor akan mengalami regenerasi bila ekor tersebut putus dalam usaha perlindungan
diri dari predator.
Regenerasi tersebut diikuti oleh suatu proses, yaitu autotomi. Autotomi
adalah proses adaptasi yang khusus membantu hewan melepaskan diri dari
serangan musuh. Jadi, autotomi merupakan perwujudan dari mutilasi diri. Cicak
jika akan dimangsa oleh predatornya maka akan segera memutuskan ekornya untuk
menyelamatkan diri. Ekor yang putus tersebut dapat tumbuh lagi tetapi tidak sama
seperti semula (Balinsky, 1976). Proses regenerasi dalam banyak hal mirip dengan
proses perkembangan embrio. Pembelahan yang cepat, dari sel-sel yang belum
khusus timbullah organisasi yang kompleks dari sel-sel khusus. Proses ini
melibatkan morfogenesis dan diferensiasi seperti perkembangan embrio akan tetapi
paling tidak ada satu cara proses regenerasi yang berbeda dari proses perkembangan
embrio. Cicak akan melepaskan ekornya bila ditangkap pada bagian ekornya. Cicak
kemudian meregenerasi ekor baru pada tepi lainnya pada waktu senggang. Dalam
stadium- stadium permulaan dari regenerasi tidak ada sel-sel dewasa sehingga tidak
ada penghambatan pembelahan sel. Sel-sel pada permukaan depan mempunyai laju
metabolik yang tinggi daripada permukaan di tepi belakang. Kemampuan
regenerasi dari hewan-hewan yang berbeda dapat dibedakan, hal ini tampak dengan
adanya beberapa hubungan antara kompleksitas dengan kemampuan untuk
regenerasi.
Daya regenerasi Spons hampir sempurna. Regenerasi pada manusia hanya
terbatas pada perbaikan organ dan jaringan tertentu. Cicak mempunyai daya
regenerasi pada bagian ekor yang putus dengan cukup kokoh. Berdasarkan hasil
praktikum yang dilakukan pada cicak dengan memotong ekornya, setelah diamati
selama empat minggu, ternyata bagian ekor yang telah dipotong mengalami
pertumbuhan. Ekor yang putus tersebut tumbuh tetapi tidak dapat sama seperti
semula.
Ekor cicak yang dipotong sel epidermisnya menyebar menutupi permukaan
luka dan membentuk tudung epidermis apikal. Semua jaringan mengalami
diferensiasi dan generasi membentuk sel kerucut yang disebut blastema regenerasi
di bawah tudung. Berakhirnya periode proliferasi, sel blastema mengadakan
rediferensiasi dan memperbaiki ekornya. Ketika salah satu anggota badan terpotong
hanya bagian tersebut yang disuplai darah dan dapat bergenerasi. Hal inilah yang
memberi pertimbangan bahwa bagian yang dipotong selalu bagian distal (Kalthoff,
1996). Proses regenerasi pada reptil berbeda dengan pada hewan golongan amfibi.
Regenerasi tidak berasal dari proliferasi atau perbanyakan sel-sel blastema.
Regenerasi pada reptil diketahui bahwa ekor yang terbentuk setelah autotomi
menghasikan hasil dengan catatan khusus karena baik secara struktur maupun cara
regenerasinya berbeda (Balinsky, 1976).

Gambar 7. Hasil Regenerasi Ekor Cicak


Sumber : www.skitcafe.co.id
Secara eksperimental pada ekor cicak yang telah dipotong, ternyata hasil
regenerasinya tidak sama dengan semula. Pertambahan panjang tidak sama dengan
ekor yang dipotong. Ekor baru tidak mengandung notochord dan vertebrae yang
baru hanya terdiri dari ruas-ruas tulang rawan. Ruas-ruas ini hanya meliputi batang
syaraf (medula spinalis), jumlah ruas itu pun tidak lengkap seperti semula. Proses
perbaikan pertama pada regenerasi ekor cicak adalah penyembuhan luka dengan
cara penumbuhan kulit di atas luka tersebut. Kemudian tunas-tunas sel yang belum
berdiferensiasi terlihat. Tunas ini menyerupai tunas anggota tubuh pada embrio
yang sedang berkembang. Ketika waktu berlalu sel-sel dari anggota tubuh yang
sedang regenerasi diatur dan berdiferensiasi sekali lagi menjadi otot, tulang dan
jaringan lajunya yang menjadikan ekor fungsional.
Proses regenerasi ini secara mendasar tidak ada perusakan jaringan otot,
akibatnya tidak ada pelepasan sel-sel otot. Sumber utama sel-sel untuk beregenerasi
adalah berasal dari ependima dan dari berbagai macam jaringan ikat yang
menyusun septum otot, dermis, jaringan lemak, periosteum dan mungkin juga
osteosit vertebrae. Sumber sel untuk regenerasi pada reptile berasal dari beberapa
sumber yaitu ependima dan berbagai jaringan ikat (Manylov, 1994).

H. Regenerasi pada Amfibia


Menurut Singer dalam Browder (1984), bahwa proses-proses yang terlibat
dalam regenerasi anggota tubuh Cristurus cristatus, setelah diamputasi meliputi
hal-hal sebagai berikut :

a. Periode penyembuhan luka

Tahap penyembuhan luka ini diawali dari tepi luka dengan penyebaran
epidermis dari tepi luka yang akan menutupi permukaan yang terluka.
Penyebarannya dengan cara gerakan amoeboid sel-sel yang tidak melibatkan
pembelahan mitosis sel. Akan tetapi sekali penutupan selesaikan sel-sel epidermis
berproliferasi untuk menghasilkan mas sel yang berlapis-lapis dan membentuk
sebuah tudung berbentuk kerucut pada ujun anggota badan. Struktur tersebut
dikenal dengan “Apical epidermis cap”. Waktu penyembuhan luka relatif cepat,
namun tergantung juga pada ukuran hewan yng beregenerasi dan ukuran luka serta
faktor-faktor eksternal seperti suhu. Pada salamander proses penutupan luka setelah
anggota badan diamputasi berlangsung kira-kira satu atau dua hari.
b. Periode penghancuran jaringan (histolisis)

Setelah proses penutupan luka, proses lain yang sangat penting dalam
regeneras adalah terjadinya dediferensiasi jaringan-jaringan yang berdekatan
dengan permukaa luka, dediferensiasi didahului dengan histolisis jaringan-jaringan
didalam puntung secara besarbesaran. Jaringan yang telah terdiferensiasi seperti
otot, tulang rawa, tulang ikat, matriks, interselulernya hancur dan melepaskan
individu sel-sel mesenkhim yang merupakan sel-sel awal dari jaringan yng telah
berdiferensiasi tersebut.

c. Periode pembentukan blastema

Sel-sel mesenkhim yang dilepaskan selama diferensiasi tertimbun di bawah


epidermis, sel-sel berproliferasi cepat dan menyebabkan epidermis menjadi
semakin menonjol. Masa sel-sel mesenkhim ini dinamakan blastema regenerasi.

d. Diferensiasi dan morfogenesis

Jaringan pertama yang berdiferensiasi dari blastema adalah tulang rawan.


Mula-mula muncul pada ujung tulang sejati dan terjadi penambahan secara
progresif pada distal bagian ujungnya, ketika konstruksi tulang menjadi sempurna
rangka yang telah beregenerasi berubah menjadi tulang. Berikutnya otot terbentuk
disekitar tulang rawan. Sedangkan pembuluh darah tidak jelas pada tahap
konstruksi awal, serabut saraf yang terpotong pada saat amputasi segera aksonnya
tumbuh ke daerah luka dan merekontruksi pola-pola persarafan. Dibagian luar
terjadi perubahanperubahan bentuk puntung anggota yang semula menyerupai
kerucut, selanjutnya mulai memipih dorsoventral pada bagian ujungnya, bagian
pipih menunjukkan tanda-tanda jari awal yakni korpus atau tarsus rudimen yang
dinamakan plat kaki atau tangan. Selanjutnya pola-pola pembentukan jari-jari yang
progresif dimana segera jari-jari sederhana muncul, terpisah satu sama lainnya.
Akhirnya anggota tubuh sempurna terbentuk dan berfungsi normal.

I. Asal Sel yang Beregenerasi

Dari manakah sel-sel yang beregenerasi itu berasal pada uraian sebelumnya
bahwa sel-sel blastema yang terlibat yang terlibat dalam regenerasi anggota tubuh
berasal dari dediferensiasi lokal jaringan puntung selama penghancuran jaringan
(histolisis). Alternatif lain menyatakan bahwa sumber sel-sel blastema berasal dari
sel-sel cadangan yang bergerak dari wilayah lain sebagai akibat amputasi.
Mengenai asal sel lokal yang bergerak dalam ikut serta dalam regenerasi anggota
tubuh amfibia telah diketahui oleh Hertwig (1927) melakukan eksperimen yaitu,
suatu anggota tubuh haploid (n) yang diamputasi, selanjutnya dicangkokkan di
salamander diploid (2n). Hasil pencangkokan ini dibiarkan sampai sembuh,
berikutnya dilakukan amputasi pada bagian lengan atas dari anggota badan haploid
(n) yang telah sembuh. Setelah dibiarkan beberapa saat serta merta telah muncul
blastema, dan hasil eksperimen menunjukkan bahwa semua sel-sel yang
beregenerasi adalah haploid (n).

Sebenarnya asal blastema dari anggota badan yang beregenerasi asalnya


heterogen muncul dari diferensiasi jaringan-jaringan otot, tulang, tulang rawan,
ikat, dimana ujud sel blastema itu merupakan hal yang sangat penting dalam analisis
regenerasi anggota badan vertebrata. Suatu eksperimen standar telah dilakukan
dengan menggunakan radiasi sinar-X yaitu sebuah anggota badan amfibia diiradiasi
sinar-X sebelum amputasi ternyata mencegah terjadinya regenerasi yakni jaringan
puntung diiradiasi tidak sanggup berproliferasi membentuk blastema regenerasi.
Kejadian ini dimungkinkan sebagai akibat adanya iradiasi sinar-X merusak
kemampuan mitosis dari jaringan yang diiradiasi.
DAFTAR RUJUKAN

Balinsky, B.I. 1976. An Introduction Embryology 4 th ed, W.B. saunders Co.


Philadelphia, London.
Majumdar, N.N. 1985. Text Book of Vertebrae Embriology. New Delhi: Mc
Graw-Hill Pusblishing Company Limited

Surjono, 2001. Perkembangan hewan. Jakarta: Universitas Terbuka

Tim Dosen. 2010. Struktur Perkembangan Hewan. Medan : UNIMED.

Anda mungkin juga menyukai