Anda di halaman 1dari 15

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Perkembangan Hewan dengan judul praktikum


“Fertilisasi” yang disusun oleh:
nama : Armin Arif
NIM : 1714040002
kelas : Pendidikan Biologi B 2017
kelompok : Satu (I)
setelah diperiksa dan dikoreksi oleh kepada Asisten/Koordinator Asisten, maka
dinyatakan diterima.

Makassar, November 2017


Koordinator Asisten, Asisten,

Suhardi Aldi Sri Rejeki


NIM: 1614042011 NIM: 1614041010

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dr. Adnan, M.S


NIP: 19650201 198803 1 003
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fertilisasi menjadi tahap yang mengawali proses perkembangan hewan
setelah gametogenesis. Proses ini mempertemukan kedua macam gamet dan
sekaligus mempertahankan jumlah kromosom anakan tetap diploid seperti
induknya. Fertilisasi pada berbagai jenis hewan dapat dibedakan berdasarkan
tempat berlangsungnya, yaitu fertilisasi secara eksternal dan fertilisasi secara
internal. Fertilisasi secara eksternal adalah fertilisasi yang berlangsung di luar
tubuh induknya. Fertilisasi secara internal adalah fertilisasi yang berlangsung
di dalam tubuh induknya.
Fertilisasi mamalia terjadi di dalam tubuh, seperti pada mencit (Mus
musculus). Proses fertilisasi atau pembuahan ini terjadi setelah proses
gametogenesis dan oogenesis. Fertilisasi ini dapat terjadi jika mencit betina
dan jantan melalui proses perkawinan. Jika mencit betina sedang estrus, maka
mencit betina dipelihara dalam satu kandang dengan seekor mencit jantan
agar terjadi perkawinan. Keberhasilan bunting atau tidaknya mencit betina
dapat dilihat dengan adanya sumbat vagina. Mencit betina yang bunting
dipisahkan dari mencit jantan serta dipelihara hingga melahirkan. Fertilitasi
betina diamati berdasarkan jumlah implantasi dan jumlah anakan.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini, yaitu:
1. Dapat memahami dan memiliki keterampilan dalam mengawinkan
mencit.
2. Memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai proses fertilisasi pada
mamalia.
C. Manfaat Praktikum
Manfaat yang diperoleh melalui praktikum fertilisasi, yaitu:
1. Mahasiswa memahami dan memiliki keterampilan dalam mengawinkan
mencit.
2. Mahasiswa lebih paham mengenai proses fertilisasi pada mamalia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Serangkaian peristiwa-peristiwa perkembangan yang kompleks dalam


gonad kedua induk menghasilkan sperma dan sel-sel telur (gamet), tipe sel yang
sangat terspesialisasi yang menyatu selama fertilisasi. Fungsi utama fertilisasi
adalah pengombinasian perangkat-perangkat haploid kromosom dari dua individu
menjadi satu sel diploid tunggal, zigot. Fertilisasi juga merupakan penyatuan
dengan sperma, misalanya sel telur. Pada waktu spermamendekati permukaan
telur terjadilah reaksi akromosom. Pada sejumlah spesies terbentuklah satu
ataulebih filamen akromosom yang menembus membrane vitelin. Bersamaan hal
tersebut, enzim-enzimyang dikeluarkan oleh akromosom melarutkan membran
sehingga terjadi jalan masuk. Jika zat dariakromosom itu mencapai membran
plasma, maka permukaan telur menonjol keluar dan membentuk kerucut fertilisasi
(Campbell, dkk 2008).
Menurut Adnan, dkk (2016), fertilisasi memiliki beberapa fungsi antara
lain:
1. Transmisi gen dari paternal dan maternal kepada keturunannya.
2. Merangsang sel telur untuk berkembang lebih lanjut.
3. Menghasilkan terjadinya syngami, yaitu peleburan sifat genetis paternal dan
maternal.
4. Mempertahankan kondisi diploiditas suatu species tertentu dari jenisnya.
5. Penentuan jenis kelamin secara genetis.
Pematangan oosit mempunyai fungsi yang sangat penting bagi keberhasilan
IVF. Pematangan oosit untuk menghasilkan oosit sekunder haploid yang memiliki
komponen sel yang diperlukan dalam proses fertilisasi dan perkembangan embrio.
Pematangan oosit meliputi pematangan inti dan pematangan sitoplasma. Selama
pematangan oosit, struktur kromatin dalam oosit yang tidak matang melewati
suatu proses penyusunan morfologi yang dimulai pada profase pembelahan
meiosis pertama dan berlanjut sampai metafase kedua. LH mempengaruhi
pematangan oosit dengan cara mengubah distribusi kalsium dalam ooplasma dan
bahwa gonadotropin menimbulkan peningkatan glikolisis, dikombinasikan dengan
peningkatan oksidasi glukosa mitokondrial pada sel kumulus tertutup di oosit
sapi. Pemaparan LH juga terbukti menghasilkan peningkatan metabolisme
glutamin pada oosit. Adanya Folicle Stimulating Hormone (FSH) dalam media
pematangan akan merangsang sel-sel kumulus oosit untuk mensekresikan faktor
pemicu terjadinya pembelahan meiosis (Widyastuti, dkk 2015).
Pada dasarnya fertilisasi bukan merupakan proses tunggal, melainkan
rangkaian proses yang melibatkan kedua gamet. Fertilisasi terdiri atas beberapa
tahap yaitu: (i) kontak dan pengenalan antara spermatozoa dengan ovum, (ii)
masuknya spermatozoa ke dalam telur, (iii) penyatuan materi genetik antara ovum
dan spermatozoa (iv) aktivasi metabolisme sel telur untuk memulai
perkembangan, (v) pencegahan polispermi oleh sel telur, (vi) penyempurnaan
miosis oleh sel telur (Adnan, dkk 2016).
Kualitas oosit dipengaruhi oleh lamanya waktu yang diperlukan untuk
memanfaatkan ooist tersebut sejak kematian hewan. Kualitas oosit akan tetap
terjaga apabila koleksi oosit dan pengerjaan proses FIV dilakukan sesegera
mungkin pasca kematian hewan. Akan tetapi karena keterbatasan sarana, peralatan
dan jarak yang jauh dari lokasi kematian hewan dengan laboratorium FIV
menyebabkan oosit tidak dapat segera dikoleksi. Setelah kematian hewan,
ovarium akan kehilangan suplai oksigen dan energi akibat dari terputusnya aliran
darah yang pada akhirnya menempatkan ovarium pada kondisi ischemia. Hal ini
memicu perubahan metabolism aerobik menjadi anaerobik yang kemudian terjadi
produksi laktat dan proton. Selain hal tersebut, terjadi pula depolarisasi sel yang
memicu gangguan pada keseimbangan ion yang pada akhirnya menyebabkan
kematian sel (Febretrisiana, dkk 2015).
Perjalanan ovum menuju tempat berlangsungnya fertilisasi
dikelompokkan menjadi tiga daerah yaitu: (i) perjalanan melalui peritoneum, (ii)
perjalanan melalui tuba fallopii, (iii) perjalanan ke luar tubuh induk bagi hewan
yang fertilisasinya berlangsung secara eksternal. Setelah berlangsungnya ovulasi
sel telur jatuh ke peritoneum dan ditangkap oleh infundibulum. Infundibulum
berbentuk menjari dan berperan untuk menangkap sel telur yang keluar dari
ovarium dengan tepat, dan kecil kemungkinan untuk gagal atau jatuh ke dalam
rongga abdomen. Infundibulum dapat melakukan gerakan dan bersifat mengisap.
Gerakan ovum dari ovarium menuju tuba fallopii disebabkan oleh gerak
mengayuh dari silia pada epitel dinding tuba dan konstraksi otot pada dinding
tuba (Adnan, dkk 2016).
Oosit mamalia yang diovulsi memerlukan aktivasi sebelum terjadi
penerusan pembelahan meiosis. Aktivasi oosit dapat terjadi karena penetrasi
spermatozoa (fertilisasi) atau aktivasi partenogenesis. Aktivasi karena fertilisasi
disebebkan oleh adanya interaksi antara spermatozoa dan oosit. Penggabungan
antara spermatozoa pada membran oosit memicu serangkaian reaksi dalam
membran oosit sehingga menyebabkan ion kalsium dilepaskan ke ooplasma. Pada
mencit besarnya kalsium internal yang dilepaskan mempengaruhi penerusan
siklus sel (Marhendra, dkk 2010).
Pada mamalia ovarium terpisah dari tuba fallopii ketika ovulasi
berlangsung. Infundibulum bergerak mendekati dan mengelilingi ovarium. Selain
itu, ovarium dapat pula mengalami perubahan posisi sehingga dapat masuk ke
arah infundibulum ketika ovulasi berlangsung. Sementara itu cairan infundibulum
juga memiliki daya adhesi terhadap ovum yang keluar dari ovarium. Pada
mamalia rendah (monotrematan dan marsupialia), hanya bertahan selama
beberapa jam. Ovum yang tidak dibuahi akan mengalami penyusutan dan
berdegenerasi (Adnan, dkk 2016).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Hari, tanggal : Selasa, 06 November 2018
Waktu : Pukul 13.00 sd 14.40 WITA
Tempat : Laboratorium Kebun Percobaan Biologi, Jurusan Biologi
FMIPA UNM
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Alat bedah 1 set
b. Papan bedah 1 buah
c. Timbangan 1 buah
d. Kandang mencit 1 buah
e. Botol minuman mencit 1 buah
2. Bahan
a. Mencit betina 1 ekor
b. Mencit jantan 1 ekor
c. Kertas HVS 2 lembar
d. Makanan dan minuman mencit
e. Sekam
C. Langkah Kerja
D.

2. Keesokan paginya,
mencit betina dan
jantan dipisahkan.
1. Pelihara mencit betina
Mencit betina bunting
yang sedang estrus
dibunuh dan dibedah
bersama seekor mencit
pada hari kebuntingan
jantan dalam satu
ke 18.
kandang agar mencit
tersebut kawin.

4. Mencit betina bunting 3. Timbang berat badan


dibunuh dan dibedah mencit betina yang
pada hari kebuntingan bunting setiap hari,
ke 18. Mematikan untuk memastikan
mencit dengan cara bahwa terjadi
dislokasi. kebuntingan.
5. Meletakkan mencit 6. Bedah mencit bunting
bunting di atas papan dan amati bagian-
bedah. bagiannya.

8. Menghitung jumlah 7. Memisahkan fetus dari


fetus hidup, fetus induk mencit dan
mati, fetus resorpsi, mengamatinya.
dan fetus yang
berhasil terimplantasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Tabel berat mencit betina bunting
No
Hari, Tanggal Berat (Gram)
.
1. Jumat, 19 Oktober 2018 26,45
2. Sabtu, 20 Oktober 2018 26,80
3. Minggu, 21 Oktober 2018 27,15
4. Senin, 22 Oktober 2018 28,82
5. Selasa, 23 Oktober 2018 29,02
6. Rabu, 24 Oktober 2018 30,00
7. Kamis, 25 Oktober 2018 31,02
8. Jumat, 26 Oktober 2018 32,11
9. Sabtu, 27 Oktober 2018 34,24
10. Minggu, 28 Oktober 2018 35,40
11. Senin, 29 Oktober 2018 35,50
12. Selasa, 30 Oktober 2018 36,02
13. Rabu, 31 Oktober 2018 37,30
14. Kamis, 01 November 2018 39,18
15. Jumat, 02 November 2018 40,50
16. Sabtu, 03 November 2018 43,60
17. Minggu, 04 November 2018 48,47
18. Senin, 05 November 2018 54,25
19. Selasa, 06 November 2018 56,40

B. Analisis Data
1. Jumlah korpus luteum : 12
2. Jumlah implantasi : 12
3. Jumlah fetus kanan :6
4. Jumlah fetus kiri :6
5. Jumlah fetus mati :0
6. Jumlah fetus hidup : 11
7. Embrio yang diresorbsi :1
Σ implantasi
1. Presentase implantasi (%) ¿ x 100 %
Σ korpus luteum
12
¿ x 100 %
12
¿ 100 %
2. Presentase kehilangan getasi (%) =

Σ korpus luteum−Σ implantasi


x 100 %
Σ korpus luteum
12−12
¿ x 100 %
12
¿0%
3. Presentase kematian pasca implantasi (%)
Σ embrio yang diresorbsi+ Σfetus mati
¿ x 100 %
Σ implantasi
1+ 0
¿ x 100 %
12
¿8,3%
4. Presentase embrio yang diresorbsi (%)

Σ embrio yang diresorbsi


¿ x 100 %
Σ implantasi
1
¿ x 100 %
12
¿ 8,3 %
Σ fetus mati
5. Presentase fetus mati (%) ¿ x 100 %
Σ implantasi
0
¿ x 100 %
12
¿0%
Σ fetus hidup
6. Presentase fetus hidup (%) ¿ x 100 %
Σ implantasi
11
¿ x 100 %
12
¿ 91,7 %
C. Pembahasan
Mencit betina hanya akan berkopulasi dengan mencit jantan selama fase
estrus, yaitu ketika sel telurnya telah siap untuk dibuahi. Kadang-kadang
kopulasi dapat terjadi pada waktu antara 5 jam sebelum ovulasi sampai 8 jam
setelah ovulasi (Adnan, 2016).
Perkawinan yang terjadi pada mencit dapat diketahui dengan memeriksa
adanya sumbat vagina (vaginal plug) pada mencit betina. Sumbat ini
merupakan cairan seminal (semen) yang mengental dan berasal dari sekresi
kelenjar khusus mencit jantan. Kemudian mencit betina bunting ditimbang
setiap hari dan mengalami peningkatan berat badan setiap harinya. Telur yang
berkembang akan menjadi matang sehingga mampu mengadakan penyatuan
dengan sperma, proses ini disebut fertilisasi. Fertilisasi adalah proses peleburan
sel spermatozoa dengan ovum membentuk zigot, yang merupakan proses awal
pembentukan suatu individu.
Pada saat pembedahan, dapat diamati plasenta dan membran ketuban
mencit meskipun tidak terlalu jelas. Plasenta adalah organ yang sangat
dibutuhkan untuk kelangsungan hidup embrio. Plasenta berfungsi sebagai
saluran atau transportasi nutrisi dan oksigen dari ibu. Beberapa fungsi plasenta
respirasi dengan pengambilan oksigen dari ibu melalui sawar plasenta terjadi
melalui janin ke ibu. Sedangkan membran ketuban adalah membran tipis yang
berasal dari kantung somatplura yang melingkupi embrio dan diisi dengan
cairan yang berfungsi sebagai pelindung embrio terhadap kekeringan, penawar
kejutan, pengaturan suhu intruterus dan anti-adhesi.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan
bahwa: Fertilisasi adalah proses peleburan sel spermatozoa dengan ovum
membentuk zigot, yang merupakan proses awal pembentukan suatu individu.
Proses yang terkait langsung dengan fertilisasi meliputi; kapasitasi, reaksi
akrosom sperma, fusi gamet jantan dan betina, pencegahan polispermi, dan
penyelesaian pembelahan meiosis II.
B. Saran
Saat praktikum berlangsung sebaiknya praktikan lebih tertib, disiplin agar
tidak sampai mengganggu praktikan lain dan lebih menjaga kebersihan
laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan. 2016. Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan. Makassar: Jurusan


Biologi FMIPA UNM.

Adnan., Arifin A.N., Suryani, Irma. 2016. Perkembangan Hewan. Makassar:


Jurusan Biologi FMIPA UNM.

Campbell N.A., Reece J.B., Mitchell L.G. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3
(Terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Febretrisiana, Arie., Setiadi, M.A., Karja, N.W.K. 2015. Tingkat Fertilisasi Oosit
Domba dari Ovarium yang Disimpan pada Suhu dan Waktu yang Berbeda
Secara In Vitro. Jurnal Kedokteran Hewan. Vol 9 (2).

Marhendra, A.P.W., Boediono, Arief. 2010. Perkembangan Partenogenetik dari


Oosit Mencit yang Diaktivasi dengan Ethanol dan 6-DMAP Secara In Vitro.
Veterinariamedika. Vol 3 (1).

Widyastuti, Rini., Rasad, S.D. 2015. Tingkat Kematangan Inti Oosit Sapi Setelah 24
Jam Presevasi Ovarium. Agripet. Vol 15 (2).

Anda mungkin juga menyukai