Anda di halaman 1dari 19

FERTILISASI

Makalah Embriologi
Dosen Pengampu : Lora Purnamasari, M.Sc

Disusun Oleh :

Adilia Husnul Khotimah ( 1911060242 )


Dian Erni Silfia ( 1911060278 )
Fahmi Muharram ( 1911060301 )
Rohaida Aini ( 1911060185 )
Sagita Nia Marfuah ( 1911060192 )
Shela Aprianita ( 1911060445 )
Sherly Qhotifa ( 1911060206 )

Kelas/Semester: C/5
PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN INTAN LAMPUNG
2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpah dan rahmat-Nya kami
mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Embriologi.

Makalah ini telah kami susun semaksimal mungkin, tidak sedikit


hambatan yang penulis hadapi. Namun, penulis menyadari bahwa kelancaran
dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan kerjasama
kelompok, sehingga kendala – kendala yang penulis hadapi teratasi. Terlepas dari
semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Sendang Agung, 7 September 2021

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar ................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................... 3
A. Pengertian Fertilisasi .................................................................. 3
B. Tahapan Fertilisasi Manusia ....................................................... 5
C. Tahapan Fertilisasi Sea Urchine ................................................. 8
D. Reaksi dalam Fertilisasi .............................................................. 9
E. Macam-macam Fertilisasi........................................................... 12
BAB III PENUTUP .............................................................................. 15
A. Kesimpulan ................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua manusia yang berada di muka bumi ini tidak hadir tanpa adanya
sebuah proses yang sangat panjang dan merupakan hasil seleksi yang terjadi
di dalam rahim seorang wanita. Sperma yang dihasilkan laki-laki akan
berlomba memasuki sel telur yang kemudian terjadinya pembuahan. Proses
penciptaan manusia sudah tertulis sejak lama di dalam al-qur’an yakni
dalam firman Allah Q.S Al Mukminun ayat 12 – 14 sebagai berikut :

Artinya : “Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari


sari pati ( berasal ) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh ( Rahim ). Kemudian air mani
itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang itu
kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia mahluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha suci Allah pencipta yang baik.” (Q.S Al-
Mu’minun ayat 12 – 14 )1
Dari ayat diatas jelas bahwasannya proses penciptaan manusia memiliki
tahapan yang sangat panjang. Bukan hanya manusia melainkan semua
mahluk hidup yang menginginkan keturunan akan melewati beberapa
proses terlebih dahulu. Reproduksi adalah sebuah proses berkembangbiak
pada mahluk hidup baik manusia atau hewan yang diawali dengan

1
Kementerian Agama RI., 2013, Al-Qur’an Malihah Solo: PT. Tiga Searangkai Pustaka Mandiri
1
bersatunya sel telur ( ovum ) dengan sperma dan mengahasilakn zigot
yang kemudian menjadi embrio hingga fetus dan berakhir pada proses
kelahiran. Proses bertemunya sel gamet betina dan jantan disebut dengan
fertilisasi.

B. Rumusan Masalah
Dari permasalahan diatas maka dapat ditemukan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan fertilisasi ?
2. Bagaimana tahapan fertilisasi manusia ?
3. Bagaimana tahapan Fertilisasi Sea Urchine ?
4. Bagaiamana reaksi yang terjadi dalam fertilisasi ?
5. Apa sajakah macam-macam fertilisasi?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari permasalahan di atas sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa itu fertilisasi.
2. Untuk mengetahui tahapan fertilisasi manusia.
3. Untuk mengetahui tahapan fertilisasi sea urchin.
4. Untuk mengetahui reaksi selama fertilisasi.
5. Untuk mengetahui macam-macam fertilisasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fertilissasi
Fertilsasi merupakan peristiwa betemu dan bersatunya sel telur (ovum)
dengan sel spermatozoa. Selain itu ada beberapa pendapat lain yang
mengemukakan tentang definisi fertilisasi adalah peristiwa bersatunya sel telur
dan sel mani sedemikian rupa sehingga menghasilkan sebuah sel baru yang di
sebut zygote. Pendapat lain menyatkan bahwa, fertilisasi adalah serangkaian
peristiwa bersatunya pronukleus jantan (spermatozoa) dan pronukleus betina
(sel telur/ovum) yang di wakilkan dengan interaksi spesifik spermatozoa
dengan sel telur sampai terbentuknya polar body II (PB II). Interaksi ini
melibatkan terdapatnya reseptor pada spermatozoa dan ovum. Ovum memiliki
lapisan eksatraseluler yang terdapat pada cumulus dan zona pelusida yang
mengandung beberapa glikoprotein. Zygote merupakan bentuk awal dari
makhluk hidup yang berkembang menjadi embrio tahap dua sel, empat sel,
morula, blastosis berlanjut dengan deferensiasi membentuk organ
(organogenesis) hingga akhirnya menjadi fetus dan lahir.
Fertilisasi pada hewan mamalia terjadi pada caudal ampula dari tuba
fallopii. Adapun fungsi utama dari fertilisasi yaitu:
1. Fungsi reproduksi
2. Fungsi perkembangan
Fungsi reproduksi memungkinkan perpindahan unsur-unsur genetik dari
parentalnya. Sedangkan, fungsi perkembagan memungkinkan rangsangan pada
sel telur untuk melanjutkan dan menyelesaikan proses pembelahan meiosisnya.
Dan membentuk penukeus betina yang akan melebur (singami) dengan
penukleus jantan (berasal dari inti sepermatozoa) membnetuk zygote. Jika
fetilisasi tidak terjadi maka sel telur akan bertahan pada tahap mhetapase II dan
berdegenerasi tanpa melalui proses selanjutnya.
Fertilisasi merupakan suatu proses yang terdiri dari serangkaian langkah
yang dimulai dengan penembusan lapisan terluar dari sel telur yaitu cumulus
ooporus dengan bantuan enzim hyaluronidase. Dan dilanjutkan dengan interaksi
sel spermatozoa dengan zona pelusida dengan mengeluarkan enzim zonalisin,

1
yang kemudian sel spermatozoa akan berkaitan dengan reseptor zona peluisida
ZP3 yang kemudian akan menimbulkan terjadinya blockade zona. Proses
blockade ini diperlukan untuk mencegah terjadinya polispermia pada beberapa
spesies hewan seperti: kambing dan domba, hal ini sering terjadi sehingga dapat
menyebabkan terjadinya kegagalan dalam proses fertilisasi. Selanjutnya sel
spermatozoa akan menembus membran vitelin kedalam sitoplasma pengikat dan
pengaktif sel telur masuk ke zona polusida dan akan berkaitan dengan ZP3.
Penggabungan dari sel telur dan sel spermatozoa yang tidak sejenis dan
mengawali proses perkembangan embrio. Pengaktifan dari sel sepermatozoa dan
sel telur akan merangsang proses terjadinya fertilisasi. 2
Setiap spesies hewan memiliki tempat fertilisasi tertentu, dan tahan selalu
disitu, tidak pernah beralih alih. Tempat-tempat pembuahan tersebut, yaitu:
1. Di posterior saliran telur (oviduck, tuba): urodela, ghimnopiona, dan beberapa
Anura.
2. Di anterior: Oviduck, Reptilia, Avesm Elasmobranchii, Mammalia.
3. Pada rongga Peritoneum, antara ovarium dan infundibulum: sedikit Urodela
dan sedikit Aves.
4. Pada volikel ovarium: sedikit Tereostei (contoh:gabus).
5. Dalam kantong telur jantan: tangkur kuda dan tangkur buaya.
6. Di air umunya Evertebrata, Cycostomata, Pisces, dan Amphibi.

Secara umum, ada empat peristiwa utama selama fetilisasi, yaitu:


1. Kontak atau hubungan dua pengenalan antara sprema dan telur, yang dikenal
dengan tahap pengendalian kualitas, artinya sperma dan telur mesti dari spesies
yang sama.
2. Pengaturan sprema mamasuki telur, yang dikenal dengan tahap pengendalian
kuantitas, artinya hanya satu sperma yang dapat memasuki telur, dan sperma yang
lain menjadi musnah.
3. Penyatuan (fusi) material genetic antara yang dikandung sperma dan yang
dikandung telur.
4. Proses pengaktifan (aktival) metabolism telur untuk memulai perkembangan.3

2
Herlina Pratiwi, aulia Firmawati dkk. 2019. Embrio Hewan. Malang: UB Press hal 27-28
3
Sumarmin, Ramadhan. 2016. Perkembangan Hewan Edisi Pertama. Jakarta: Kencana hal
2
B. Tahap-Tahapan Fertilisasi
Tempat terjadinya penyatuan ovum dengan spermatozoa adalah di
dalam ampula dari tuba fallopii. Pada pertemuan ini, ovum masih terbungkus
oleh sel-sel granulose yang berasal dari folikel dan selubung ovum. 4
Proses fertilisasi dimulai dengan pematangan (maturasi) sel telur dan
spermatozoa. Pematangan sel telur dimulai pada waktu proses pembelahan
meiosis dari profase I menjadi masak selama folikulogenesis. Sedangkan
spermatozoa memerlukan maturasi yang memerlukan waktu 10-15 hari ketika
melewati epididimis. Proses fertilisasi pada mamalia memerlukan tiga tahap
yaitu : sel spermatozoa harus menembus diantara sel-sel cumulus dengan
bantuan enzim spermatozoa harus mampu menembus lapisan zona pellucida,
dan spermatozoa akhirnya bersatu dengan membran plasma sel telur (Mujahid,
2012).hyaluronidase. sel Pertama, spermatozoa akan memasuki vagina,dimana
akan terjadi seleksi dengan adanya perbedaan pH antara spermatozoa (pH-
7)dan vagina (pH-4). Setelah melewati vagina spermatozoa yang telah
terseleksi akan memasuki serviks. Dalam serviks, hanya spermatozoa yang
normal yang dapat lewat, hal ini dikarenakan spermatozoa yang normal dapat
bergerak melewati cincin-cincin anulir pada serviks. Sampai akhirnya menuju
uterus, dimana mengalami kapasitasi yakni proses pendewasaan spermatozoa
oleh cairan endometrium sehingga spermatozoa dapat menembus lapisan-
lapisan sel telur. Tempat utama terjadinya proses kapasitasi adalah pada
ampula isthmus junction. Transport sel telur untuk menuju ampula isthmus
junction dimulai pada saat menjelang ovulasi, pada saat itu estrogen dominan
dan bersama oksitosin akan menyebabkan terjadinya gerakan peristaltik yang
aktif. Setelah terjadi ovulasi, sel telur akan ditangkap oleh fimbrae yang
terdapat pada infundibulum dengan adanya gerak peristaltik tersebut, sel telur
akan terdorong masuk hingga ampulla hingga mencapai ampula isthmus
junction.5
Setelah spermatozoa menembus lapisan cumulus oophorus,
spermatozoa pertama masuk, maka tidak akan ada lagi spermatozoa lain yang

4
Puja, I K., Suatha, I K., Heryani, S.S., Susari, N.N. W. Setiasih, N. L.E.,2010. Embryologi Modern.
Udayana University Press. Denpasar.
5
Mujahid, 2012. http://mujahidunhas.blogspot.co.id/2012/10/proses-fesrtilisasi.html
3
dapat masuk hal ini disebabkan oleh adanya reaksi zona, yakni suatu
mekanisme pada zona pellucida yang menghalangi masuknya spermatozoa
berikutnya. Setelah menembus zona pellucida, spermatozoa kemudian
menembus permukaan membran vitelin. Ovum yang telah dibuahi merupakan
sel terbesar dalam tubuh. Penyatuan ovum dan spermatozoa merangsang
dimulainya pembelahan mitosis yang menghasilkan 2,4,8,16, sampai 32 sel.
Selama perjalanan dalam tuba fallopii menuju uterus, embrio yang berjumlah
32 sel yang disebut morulla akan berkembang menjadi blastosist.6

Berikut ini adalah tahapan fertilisasi


1. Tahap pengendalian kualitas
Pada tahap pertama terjadi kontak atau hubungan dua pengenalan antara sprema
dan telur. Sperma dan telur mesti dari spesies yang sama. Kemudian saat ovulasi,
sel telur memiliki lapisan yang dinamakan corone radiote, yang kemudian
dilarutkan oleh spermatozoa (sel sperma) saat terjadi pembuahan, agar bisa
ditembus oleh sel sperma.

2. Perlekatan spermatozoa dengan zona pelucida


Zona pelucida merupakan zona terluar dalam ovum, yang salah satu
komponennya berfungsi sebagai reseptor sperma. Syarat agar sperma bisa
menempel pada zona pelucida adalah jumlah kromosom harus sama, baik sperma
maupun ovum, karena hal ini menunjukkan salah satu ciri apabila keduanya
adalah individu yang sejenis. Pada saat penetrasi spermatozoa dalam menembus
zona pellusida, spermatozoa yang mengalami reaksi akrosom di dalamnya akan
menembus zona dan kehilangan semua komponen akroosomnya, kecuali segmen
equator dan membrane akrosom bagian dalam yang menutup bagian depan.

6
ibid
4
Setengah kepala yang berhubungan langsung dengan material zona dan
menembus zona dengan menggerakan ekornya secara kuat.
3. Fusi oosit dan membran sel sperma
Setelah spermatozoa menyentuh membrane sel oosit, kedua selaput plasma sel
tersebut menyatu. Pada manusia, kepala dan ekor spermatozoa memasuki
sitoplasma oosit, tetapi selaput plasma tertinggal di permukaan oosit. Sperma dan
oosit sekunder saling mengeluaran enzim yang membuat aktivitas yang saling
mendukung sehingga sperma bisa menembus oosit.7

4. Aktivasi sel telur


Sel telur setelah di penetrasi oleh spermatozoa secara metabolis bangkit untuk
serangkaian peristiwa morfologi dan biokimia yang mengarah kedeferensiasi dan
formasi individu baru. Pembangkitan ini dianggap sebagai aktivitas. Nukleus
haploid mentransformasi kedalam pronucleus spermatozoa. Sintesa DNA
(Duplikasi Akrosom) terjadi setelah penggabungan kedua pronucleus.
Pembungkus intinya meluruh dan akrosomnya bercampur. Pencampuran

7
https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/berita-update/proses-fertilisasi-atau-pembuahan-
pada-manusia-1vI38nJnDml
5
kromosom dapat dianggap sebagai akhir fertilisasi dan awal perkembangan
embrio.8

C. Tahapan fertilisasi Sea urchine

Reaksi aksrosomal dan reaksi kortikal selama fertilisasi Bulu babi peristiwa
yang mengikuti sebuah sperma tunggal dengan sel telur menjamin bahwa hanya
satu nukleus sperma yang memasuki sitoplasma sel telur. Pada gambar di atas
sel sperma mengadakan kontak dengan lapisan pembungkus berupa jelly coat
sel telur. Reaksi akrosomal dimulai dengan pembebasan enzim hidrolitik dari
akrosom yang ada pada kepala sperma. Enzim itu menggali lubang pada lapisan
pembungkus tersebut, sementara pertumbuhan filamen aktin menghasilkan
penonjolan dari kepala sperma, yaitu penjuluran akrosomal. Penjuluran
akrosomal memanjang melalui lapisan pembungkus jelly tersebut dan berkaitan

8
Trinil Susilawati, “Spermatology” Malang : UB Press, 2011 hal 77-78
6
dengan reseptor pada lapisan vitelin pada sel telur. Enzim pada penjuluran
akrosomal kemungkinan mencerna dan membuat lubang pada lapisan vitelin
itu, dan penjuluran akrosomal mengadakan kontak dengan membran plasma sel
telur. Membran plasma sperma dan sel telur menyatu, dan nukleus sperma
memasuki reaksi kortikal yang menghambat masuknya sperma lain. Dalam
reaksi kortikal, butiran kortikal pada sel telur menyatu dengan membran
plasma dan membebaskan enzim dan makromolekul lain memisahkan lapisan
vitelin dari membran plasma dan mengeraskannya. Lapisan vitelin menjadi
membran fertilisasi yang kedap (tidak dapat ditembus) sperma.9

D. Reaksi yang terjadi dalam fertilisasi


1. Reaksi akrosom pada manusia
Spermatozoa pada zona dan reseptor- reseptor zona saling berinteraksi satu
dengan lainnya. Reseptor spermatozoa pada zona dan reseptor zona pada
spermatozoa menjadi pelengkap satu dengan lainnya. Aktivitas reseptor
spermatozoa menempati oligosakarida pada rantai O pada salah satu
glikoprotein zona yaitu ZP3. Oligo sakarida tersebut mengandung N-acetyl-D-
Glucosamine, asam sialat, fruktosa dan atau galaktosa yang menyusun bagian-
bagian aktif reseptor spermatozoa pada zona. Reseptor-reseptor zona pada
spermatozoa merupakan lectin protein dengan sakarida sebagai aktivitas
pengikat. Beberapa protein yang diisolasi dari spermatozoa diketahui
mempunyai kemampuan untuk mengikat molekul-molekul zona, tetapi tidak
jelas apakah reseptor zona merupakan protein murni atau protein konjugasi.
Banyak yang menyatakan reaksi zona menempati bagian protein, tetapi Shur
dan kelompoknya menyatakan bahwa galactose transferase merupakan
reseptor zona pada zona dan terminal N-acetyl-D-Glucosamine merupakan
reseptor spermatozoa pelengkap zona. Ikatan spermatozoa–zona terjadi dalam
bentuk enzim substrat yaitu sialil transferase spermatozoa dan asam sialat zona
berinteraksi pada ikatan zona-spermatozoa.Terdapat keterlibatan tripsin pada
ikatan spermatozoa-zona dan terdapat inhibitor dari proteinase. Molekul-
molekul non enzim dapat sebagai pengikat zona yang kemungkinan berada di

9
Neil A. Campbell, Biologi Jilid III, (Jakarta: Erlangga, 2004), hlm. 179
7
membran plasma, karena spermatozoa yang terkapasitasi setelah menempel
pada zona akan menyelesaikan reaksi akrosomnya.

Penetrasi spermatozoa dalam Menembus Zona Pellusida.Spermatozoa


yang mengalami reaksi akrosom dalam aksinya menembus zona akan
kehilangan semua komponen akrosomnya, kecuali segmen equator dan
membran akrosom bagian dalam yang menutup bagian depan. Setengah kepala
yang berhubungan langsung dengan material zona dan menembus zona dengan
menggerakkan ekornya secara kuat. Gerakan ekor yang kuat tersebut penting
untuk keberhasilan penetrasi zona, yang diikuti dengan gerakan memotong sisi
ke sisi dan gerakan maju dan mundur dari kepala spermatozoa. Spermatozoa
yang membuahi selalu meninggalkan celah penetrasi yang tajam dan tipis
secara vertical dalam menembus zonaAda beberapa hipotesis tentang
penembusan spermatozoa ke zona:
a. Hipotesa mekanik
Penembusan spermatozoa dalam sel telur benar-benar secara mekanik. Satu-
satunya tujuan
reaksi akrosom
adalah membuka
lubang pada
akrosom.
Kemudian membuat titik lubang yang tajam dan membuka zona secara
mekanik sejalan dengan cara menggerakkan ekor spermatozoa secara kuat.

8
b. Hipotesa enzimatis
Berlawanan dengan hipotesis diatas, setiap tahap alasan spermatozoa dalam
menerobos pelindung telur tergantung enzim. Hyaluronidase akrosom
dilepas selama aliran spermatozoa menembus kumulus. Beberapa enzim
lain di permukaan spermatozoa membantu ikatan antara zona dengan
spermatozoa. Akrosin tidak menghancurkan zona, tetapi menghidrolisa
glikoprotein zona yang spesifik untuk melunakkan zona. Ikatan enzim-
enzim ini memecah molekul zona sejalan dengan gerakan spermatozoa yang
kuat. Kemungkinan ikatan lisin itu meliputi akrosin, proteinase yang bukan
akrosin, hyaluronidase,Aryesulfatase, glycosulfatase dan N-
asetylhexosaminidase. Hipotesis mekanik berdasarkan pertimbangan
sebagai berikut:Secara teoritis, tenaga yang digunakan spermatozoa bisa
sebesar 100PN. Hal ini cukup besar untuk pembebasan tekanan dari
hubungan non kovalen glikoprotein zona yang bertindak sebagai cairan
viscoelastis.10
2. Reaksi Granula korteks
Granula-granula kecil yang berbentuk bola pada membran pembatas
organel ditemukan di bawah membran plasma sel telur masak yang tidak
dibuahi, hal ini banyak dijumpai pada kebanyakan vertebrata dan kebanyakan
invertebrata. Dengan menggunakan mikroskop fasekontras ditemukan adanya
granula-granula tersebut juga pada mammalia. Banyak granula kecil pada
bagian korteks telur hamster yang tidak dibuahi dan akan hilang selama
fertilisasi, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa granula-granula ini
homolog dengan granula-granula cortical landak laut yang berperan dalam
modiikasi penutup sel telur selama fertilisasiMekanisme molekuler saat
terjadinya fertilisasi dan block polyspermi Efisiensi reaksi zona dan vitteline
block dapat disimpulkan dengan mempelajari sejumlah spermatozoa yang
memasuki ruang perivittelin dan sitoplasma sel telur yang diikuti perkawinan
alami atau Inseminasi Buatan. Dengan cara ini telur-telur hamster, anjing,
domba diketahui mengalami reaksi zona yang sangat kuat. Sedangkan telur-
telur kelinci dan tikus sebaliknya, yaitu tidak tampak mengalami reaksi zona
atau hanya reaksi lemah pada kondisi alami. Telur-telur tersebut hampir

10
Bedford JM, 1970. “Sperm Capacitacion and fertilization in mamals” Biol.Repord. 2 : 28
9
sepenuhnya tergantung dari vittelin Block untuk menghindari polyspermy. Sel-
sel telur tikus besar, mencit, marmut, kucing secara in vitro sama dengan
manusia yaitu mengalami reaksi zona yang kuat, bahkan ketika diinseminasikan
dengan sejumlah spermatozoa, maka sebagian besar spermatozoa mengikat

permukaan zona lebih dari jumlah yang biasa pada bagian dalam zona. Sangat
mungkin zona bagian dalam merupakan tempat reaksi zona, sehingga fertilisasi
polispermi bisa terjadi. Salah satu sebab yang mungkin polyspermi pada
manusia adalah penundaan eksocytosis germinal cortical dan mengakibatkan
penundaan terjadinya reaksi zona. Kerusakan zona bertanggung jawab.11

3. Macam-macam Fertilisasi
1. Monospermi
adalah proses normal pembuahan sel telur dengan sperma. Jadi, itu
hanya melibatkan satu sel telur dan satu sperma. Begitu sperma memasuki
sitoplasma sel telur, ia mencegah masuknya sperma tambahan dengan
mengembangkan blok pada zona pellucida dan membran plasma telur.
Dengan melakukan itu, pembuahan mempertahankan jumlah kromosom
yang konstan pada setiap generasi.Secara umum, gamet mengandung satu
set kromosom. Ketika telur dan sperma bersatu, ia menciptakan zigot
diploid yang mengandung jumlah kromosom normal sel vegetatif.

Bearden JH, dkk, “Aplied animal reproduction 6 th edition” Perason.Prentice Hall. Upper Saddle River,
11

New Jeresey, 07458


10
2. Polispermia
adalah pembuahan sel telur dengan lebih dari satu sperma. Ini terjadi
ketika sel telur memungkinkan lebih dari satu sperma menembus sitoplasma
sel telur. Dengan demikian, ia menciptakan sel yang mengandung lebih dari
dua set kromosom. Dengan kata sederhana, polispermi menghasilkan
organisme yang mengandung tiga set atau lebih kromosom; sel telur
berkontribusi satu set kromosom sedangkan set kromosom lainnya berasal
dari beberapa sperma. Karenanya, sebagian besar waktu, polispermi bersifat
patologis. Ini menghasilkan embrio yang abnormal dan tidak layak.Namun,
pada beberapa taksa, beberapa sperma memasuki sel telur tanpa efek
samping yang nyata pada viabilitas zigot. Selain itu, sekitar 7% dari telur
manusia yang dibuahi adalah polispermia. Persamaan Antara Monospermy
dan Polyspermy yaitu Monospermi dan polispermi adalah dua jenis
pemupukan.Pada kedua jenis ini, sel telur bersatu dengan sperma.Perbedaan
monospermi adalah pembuahan oosit oleh satu spermatozun. Sebaliknya,
polispermi adalah pembuahan oosit oleh lebih dari satu spermatozoan. Jadi,
ini adalah perbedaan utama antara monospermi dan polispermi.
Monospermy adalah pembuahan normal yang terjadi pada organisme
sedangkan polispermia adalah kelainan dalam pembuahan yang
menghasilkan embrio yang tidak dapat hidup.Selain itu, monospermi
menghasilkan zigot diploid sementara polispermi menghasilkan embrio
triploid atau multiploid. Oleh karena itu, ini juga merupakan perbedaan
yang signifikan antara monospermi dan polispermi. Yang paling penting,
monospermi bersifat non-patologis sedangkan polispermia bersifat patologis
karena memiliki jumlah kromosom yang abnormal.
3. Partenogenesis
Partenogenesis adalah struktur reproduksi aseksual di mana betina
menghasilkan sel telur yang mengembang tanpa melewati proses fertilisasi.
Partenogenesis mampu kita lihat pada kutu daun, lebah, kutu cairan, dan
beberapa invertebrata pautannya, juga pada beberapa tumbuhan. Komodo
dan hiu ternyata juga bisa bereproduksi secara partenogenesis, bersama
dengan beberapa genera ikan, amfibi, dan reptil - yang telah menunjukkan
struktur reproduksi aseksual yang beda, termasuk partenogenesis sejati,

11
gynogenesis, dan hybridogenesis (bentuk tidak sempurna dari
partenogenesis).Pergiliran selang partenogenesis dan reproduksi seksual
disebut heterogami. Struktur reproduksi yang berkaitan dengan
partenogenesis tetapi membutuhkan sperma disebut dengan ginogenesis dan
hybridogenesis.12

12
Snook, Rhonda R, et al. “Biologi dan evolusiPolispermi : Wawasan dari studi seluler dan fungsional
tentang sperma dan prilaku centrosomal dalam telur yang di pupuk” Volume Reproduksin142, Edisi 6 :
2011, Reproduksi, Bioscientificia, 11 Agustus 2018
12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasakan uraian isi yang terdapat dalam makalah, maka dapat kami
simpulkan sebagai berikut :
1. Fertilisasi adalah peristiwa betemu dan bersatunya sel telur (ovum) dengan sel
spermatozoa.
2. Tahap-tahapan fertilisasi meliputi, pengenalan sel sperma dan sel telur,
perlekatan spermatozoa dengan zona pelucida, Fusi oosit dan membran sel
sperma, dan aktivasi sel.
3. Tahapan Fertilisasi sea urchin meliputi pengadaan kontak sperma dengan jelly
coat, reaksi akromosal di mulai, penjuluran akromosal dengan membrane
plasma sel telur, penyatuan sel telur dan sperma.
4. Reaksi yang terdapat dalam fertilisasi meliputi reaksi akrosom dan reaksi
granular
5. Macam-macam fertilisasi meliputi monospemi, polispermi, dan
parthenogenesis.

13
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. (2004). Biologi. Jilid 3. Edisi
Kelima. Alih Bahasa: Wasmen. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Herlina Pratiwi, aulia Firmawati dkk. 2019 “Embrio Hewan”. Malang: UB Press
https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/berita-update/proses-fertilisasi-
atau-pembuahan-pada-manusia-1vI38nJnDml
JH Beraden, dkk, “Aplied animal reproduction 6 th edition” Perason.Prentice Hall. Upper
Saddle River, New Jeresey, 07458
JM Bedford, 1970. “Sperm Capacitacion and fertilization in mamals” Biol.Repord. 2 :
28
Kementerian Agama RI., 2013, Al-Qur’an Malihah Solo: PT. Tiga Searangkai Pustaka
Mandiri
Mujahid, 2012. http://mujahidunhas.blogspot.co.id/2012/10/proses-fesrtilisasi.html
Puja Ik, dkk. 2010. “Embryologi Modern”. Dayana University Press. Denpasar.
Snook, Rhonda R, et al. “Biologi dan evolusiPolispermi : Wawasan dari studi seluler dan
fungsional tentang sperma dan prilaku centrosomal dalam telur yang di pupuk”
Volume Reproduksin142, Edisi 6 : 2011, Reproduksi, Bioscientificia, 11 Agustus
2018
Sumarmin, Ramadhan. 2016. “Perkembangan Hewan Edisi Pertama. Jakarta: Kencana
Susilawati Trinil. 2011 “Spermatology”. Malang : UB Press.

14

Anda mungkin juga menyukai