REPRODUKSI HEWAN
Kelompok 6B
Aulia Winnas
Ernawati
Indriani
Megawati Anggraini
Rizki Maruf
1. Pendahuluan
Suatu populasi dapat melampaui rentang hidup yang terbatas hanya melalui
reproduksi, yaitu proses penciptaan individu baru dari individu yang ada.
Reproduksi merupakan proses perbanyakan keturunan untuk melestarikan
spesiesnya dan mewariskan karakter genetik dari satu generasi ke generasi
berikutnya melalui berbagai mekanisme baik secara aseksual maupun seksual.
Proses reproduksi antara spesies dengan spesies lainnya terdapat perbedaan.
Pembahasan pada topik reproduksi hewan ini, pertama-tama akan
membandingkan beraneka ragam mekanisme reproduksi yang telah berevolusi
dalam kingdom hewan. Kemudian membahas lebih rinci reproduksi mamalia,
khususnya manusia.
2. Pembahasan
2.1.Sistem Reproduksi Pada Hewan Invertebrata
Istilah Invertebrata adalah bentuk awal Vertebra yang berasal dari kata
Latin. Vertebra pada umumnya berarti sendi, arti khususnya adalah sendi tulang
belakang dari kata Vertebrata. Kata ini ditambah dengan awalan in berarti tidak
atau tanpa, yang mengandung arti mereka yang bukan vertebra.
Baik reproduksi aseksual maupun reproduksi seksual terjadi pada kingdom
hewan. Reproduksi seksual melibatkan pembuahan, penyatuan gamet untuk
membentuk zigot. Reproduksi aseksual lebih sering terjadi pada tumbuhan dari
pada hewan. Biasanya reproduksi aseksual merupakan suatu alternatif dari
reproduksi seksual.
|1
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si
keturunan dalam waktu singkat, yang merupakan hal ideal untuk dapat
mengkolonisasi suatu habitat secara cepat.
a) Membelah Diri
Banyak hewan invertebrata dapat bereproduksi secara aseksual dengan
cara pembelahan (fission), yaitu pemisahan sebuah induk menjadi dua atau lebih
individu dengan ukuran yang kira-kira sama. Tipe reproduksi ini hanya terjadi
pada protozoa, seperti Amoeba, Paramaecium, dan Euglena.
Mekanisme reproduksi (Gambar 2.1) aseksual ini diawali pada proses
pembelahan inti sel menjadi dua, kemudian diikuti pembelahan sitoplasma
menjadi dua bagian yang masing-masing menyelubungi masing-masing nukleus.
Bagian tengah sel akan menyempit dan disertai reaksi pemisahan individu.
Pada saat keadaan lingkungan kurang menguntungkan, Amoeba akan
melindungi diri dengan membentuk kista yang berdinding sangat kuat. Di
dalamnya, Amoeba membelah diri berulang-ulang menjadi banyak individu baru
dengan ukuran yang lebih kecil. Ketika kondisi lingkungan membaik, dinding
kista akan pecah dan individu-individu baru akan berkembang di lingkungan.
b) Pembentukan Tunas
|2
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si
c) Fragmentasi
Fragmentasi adalah pematahan tubuh menjadi beberapa bagian, dan
beberapa atau semuanya berkembang menjadi individu dewasa yang lengkap.bagi
hewan untuk dapat bereproduksi dengan cara ini, fragmentasi harus disertai
dengan regenerasi, yaitu pertumbuhan kembali bagian tubuh yang hilang itu.
Hewan yang melakukan reproduksi secara fragmentasi dari filum
Platyhelminthes adalah cacing Planaria (Gambar 2.3). Seekor cacing Planaria jika
dipotong menjadi dua bagian, masing-masing potongan akan tumbuh dan
berkembang menjadi dua ekor cacing Planaria dan begitu setrusnya. Cacing
Planaria bersifat hermafrodit, artinya dalam satu individu terdapat dua macam alat
reproduksi, yaitu alat reproduksi jantan dan betina dan dapat melakukan
reproduksi secara seksual.
Gambar 2.3 Reproduksi dengan cara fragmentasi pada cacing Planaria. A. Secara
interkalar B. Mediolateral C. Anteroposterior
|3
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si
a. Porifera
Porifera melakukan reproduksi secara aseksual maupun seksual.
Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan tunas (budding) dan
gemula (gemmule, tunas internal). Tunas merupakan salah satu jenis sel amebosit
yang udah dilepaskan. Sekelompok sel yang dilepaskan akan tumbuh menjadi
individu baru. Gemula merupakan sekumpulan arkeosit yang mengandung
cadangan makanan dan dikelilingi oleh amebosit yang membentuk lapisan luar
yang keras.
|4
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si
b. Coelenterata
Reproduksi Coelenterata (hewan berongga) terjadi secara aseksual dan
seksual. Reproduksi aseksual dilakukan dengan pembentukan tunas. Pembentukan
tunas selalu terjadi pada Coelenterata yang berbentuk polip. Tunas tumbuh di
dekat kaki polip dan akan tetap melekat pada tubuh induknya sehingga
membentuk koloni.
Reproduksi seksual dilakukan dengan pembentukan gamet. Gamet
dihasilkan oleh seluruh Coelenterata bentuk medusa dan beberapa Coelenterata
bentuk polip. Contoh Coelenterata berbentuk polip yang membentuk gamet adalah
Hydra sp (Gambar 2.5). Bersifat hermafrodit, testis berbentuk kerucut dan terletak
pada kulit luar. Sedangkan ovarium berupa bulatan menggelembung. Ovum
Hyidra dapat dibuahi oleh sperma yang dihasilkan oleh individu yang sama. Jadi.
pada Hydra sp dapat terjadi pembuahan sendiri. Meskipun demikian, pembuahan
|5
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si
c. Platyhelminthes
Platyhelminthes bereproduksi secara
seksual, aseksual, atau keduanya. Pada
umumnya, bersifat hermafrodit. Pada
reproduksi seksual akan menghasilkan gamet.
Fertilisasi ovum oleh sperma terjadi di dalam
tubuh (internal). Fertilisasi dapat dilakukan
sendiri ataupun dengan pasangan lain.
Reproduksi aseksual tidak dilakukan oleh
semua Platyhelminthes.
Gambar 2.5 Letak organ reproduksi
d. Nemathelminthes Hydra sp
Sistem reproduksi pada
Nemathelminthes bersifat gonokoristik, yaitu alat kelamin jantan dan betinanya
terpisah pada individu yang berbeda. Fertilisasi dilakukan secara internal. Telur
yang sudah dibuahi memiliki cangkang yang tebal dan keras. Permukaan
cangkang yang tebal dan keras
sering digunakan untuk proses
identifikasi jernis cacing. Telur
menetas menjadi larva yang
berbentuk mirip induk. Larva
mengalami molting hingga empat
kali. Sedangkan cacing dewasa
tidak mengalami pergantian kulit,
tetapi tubuhnya tumbuh membesar.
Saat berada di lingkungan
yang tidak menguntungkan, maka
telur dapat membentuk kista untuk
perlindungan dirinya. Dalam daur hidupnya, Nemathelminthes memerlukan satu
inang atau lebih, misalnya Gambar 2.6 Daur hidup Wuchereris bancrofti
Wuchereris bancrofti (cacing
filaria) inang utama manusia dan inang perantara nyamuk. Oxyuris vermicularis
(cacing kremi) hanya memerlukan satu inang manusia dan tidak memerlukan
inang perantara.
e. Annelida
Pada umumnya Annelida bereproduksi dengan cara pembantukan gamet.
Annelida memiliki klitellum (struktur reproduksi yang mengsekresi cairan &
membentuk kokon tempat deposit telur) sebagai alat kopulasi. Organ seksual
Annelida ada yang menjadi satu dengan individu (hermafrodit) dan ada yang
|6
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si
terpisah pada individu lain melalui larva trochophore yang berenang bebas. Pada
cacing tanah, meskipun bersifat hermafrodit, tetapi individu tetap melakukan
perkawinan silang dengan cara saling mempertukarkan spermanya untuk
membuahi sel telur pasangannya.
f. Mollusca
Mollusca bereproduksi secara
seksual dan masing-masing organ
seksual saling terpisah pada individu
lain (gonokoristik), tetapi ada pula
yang hermafrodit. Fertilisasi dilakukan
secara internal dan eksternal untuk
menghasilkan telur. Telur berkembang Gambar 2.7 Proses perkawinan cacing tanah
menjadi larva dan berkembang lagi menjadi individu dewasa.
g. Arthropoda
Pada umumnya bersifat gonokoristik, tetapi tetapi ada pula yang
hermafrodit. Reproduksi Arthropoda dapat terjadi melalui perkawinan (kopulasi)
dan partenogenesis. Misalnya pada udang, secara normal udang adalah diossious,
hanya dalam keadaan tertentu uadang adalah hemaprodit. Alat reproduksi jantan
berupa testis yang terletak di bawah pericardial sinus. Dua vasa differensia yang
terbuka melalui coxopodite pada kaki jalan ke 5. Alat reproduksi betina adalah
ovarium yang berupa testis baik bentuk maupun letaknya. Sebuah oviduct terbuka
pada coxopodite pada kaki jalan ketiga. Kopulasi udang biasanya terjadi pada
bulan September, Oktober, Nopember pada tahun pertama.
h. Echinodermata
Secara umumnya, Echinodermata bersifat gonokoristik dengan dengan lima
pasang gonad. Gonad yang relative besar terletak di sebelah luar dengan
pembuluh sederhana, jumlah ovum banyak sekali dan pembuahan terjadi dalam
air (eksternal). Larva mikroskopis, berbentuk simetris bilateral, bersilia dan
transparan serta biasanya hidup bebas dengan berenang didalam air dan
bermetamorfosis yang kompleks. Kemudian larva tersebut turun ke substrat dan
bermetamorfosis menjadi individu yang berbentuk simetris radial.
Contohnya pada bintang laut, organ reproduksi bintang laut terpisah yaitu
harus ada yang jantan atau betina. Alat reproduksi strukturnya bercabang-cabang
pada masing-masing lengan terdapat dua cabang yang berada di bagian dasar
pertemuan lengan. Pada hewan betina alat reproduksinya dapat melepaskan 2,5
juta telur dalam tiap 2 jam, sehingga tiap musim bertelur dapat melepaskan telur
sebanyak kurang lebih 200 juta. Hewan jantan pun dapat menghasilkan sperma
lebih banyak dari jumlah sel telur telur betina. Fertilisasi atau pembuahan terjadi
dalam air, kemudian akan tumbuh menjadi larva simetris bilateral.
|7
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si
2.2.1 Pisces
Proses fertilisasi/pembuahan pada ikan ada 2 cara, yakni pembuahan di
dalam (internal fertilization) dan pembuahan di luar (external fertilization).
Namun demikian kebanyakan jenis ikan melakukan pembuahan diluar (external
fertilization). Ikan yang melakukan pembuahan diluar disebut ikan jenis ovipar.
Ikan jenis ovipar mengeluarkan telur dari dalam tubuhnya untuk dibuahi oleh si
jantan.
Proses pembuahan sel telur oleh sel sperma berlangsung diluar tubuh ikan
dimana sperma memasuki sel telur melalui sebuah lubang yang disebut dengan
mikrofil. Umumnya hanya satu sperma yang dapat masuk ke dalam sebuah sel
|8
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si
telur. Oosit yang telah dibuahi oleh sel sperma disebut zigot. Sebaliknya ikan yang
melakukan pembuahan di dalam disebut ikan jenis ovovivipar. Ikan jenis ini
berkembang biak dengan cara melahirkan. Pembuahan terjadi di dalam tubuh ikan
betina (internal fertilization). Embrio berkembang di dalam tubuh induk betina,
kemudian melahirkan anak yang sudah berwujud mirip dengan induknya.
Gambar 2.8 Alat reproduksi Pisces (a) betina dan (b) jantan.
Ikan jantan alat
reproduksinya terdiri atas : sepasang testis, yang menghasilkan sel kelamin jantan
(sperma) berbentuk bulat telur. Testis sebelah kanan lebih tinggi bila dibandingkan
dengan testis sebelah kiri. Epididimis, vas deferens, saluran sperma yang keluar
dari testis, ginjal, saluran kencing dan kloaka.
Testis adalah organ reproduksi jantan yang terdapat berpasangan dan
terletak di bawah tulang belakang. Testis ikan berbentuk seperti kantong dengan
lipatan-lipatan, serta dilapisi dengan suatu lapisan sel spermatogenik
(spermatosit). Sepasang testis pada jantan tersebut akan mulai membesar pada
saat terjadi perkawinan, dan sperma jantan bergerak melalui vas deferens menuju
celah/ lubang urogenital. Testis berjumlah sepasang, digantungkan pada dinding
tengah rongga abdomen oleh mesorsium. Bentuknya oval dengan permukaan yang
kasar.
Ikan betina ovarium pada Elasmoranchi padat, tapi kurang kompak,
terletak pada anterior rongga abdomen. Pada saat dewasa yang berkembang hanya
ovarium kanan. Saluran reproduksi Elasmoranchi berjumlah sepasang, bagian
anteriornya berfusi yang memiliki satu ostium yang dikelilingi oleh fimbre-
fimbre. Oviduk sempit pada bagian anterior dan posteriornya. Pelebaran
selanjutnya pada uterus yang bermuara di kloaka. Ovary pada ikan terdiri dari
banyak telur. Setiap jenis ikan memiliki ukuran telur sendiri, ada yang besar dan
ada yang kecil. Ukuran telur akan menentukan jumlah telur yang dimiliki oleh
seekor induk.
2.2.2 Amphibia
|9
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si
Gambar 2.9 Alat reproduksi katak (a) betina dan (b) jantan.
2.2.3 Reptil
| 10
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si
2.2.1 Aves
Sistem genitalia jantan, testis berjumlah sepasang, berbentuk oval atau
bulat, bagian permukannya licin, terletak di sebelah ventral lobus penis bagian
paling kranial. Pada musim kawin ukurannya membesar. Di sinilah dibuat dan
disimpan spermatozoa. Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk
duktus aferen dan epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus
deferen. Pada burung- burung kecil, duktus eferen bagian distal yang sangat
panjang membentuk duktus aferen yang berdilatasi membentuk duktus ampula
yang bermuara dikloaka ssebagai duktus ejakulatori. Duktus eferen berhubungan
dengan epididimis yang kecil dengan ureter ketika masuk kloka.
| 11
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si
Gambar 2.11 Alat reproduksi Aves (a) betina dan (b) jantan.
Pada burung jantan terdapat sepasang testis yang berhimpit dengan ureter
dan bermuara di kloaka. Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada
saat sperma masuk ke dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak
mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum yang
telah dibuahi sperma akan dikeliingi oleh materi cangkang berupa zat kapur. Telur
dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk akan membantu
pertumbuhan embrio menjadi anak burung.
2.2.2 Mammalia
Pada mamalia, telah berkembang suatu strategi cerdik untuk menghadapi
habitat teresterial. Tidak saja fertilisasinya berlangsung internal, tetapi embrionya
pun berkembang dalam tubuh sang induk betina. Pada beberapa kasus khusus,
serangga, laba-laba, dan ikan juga mengalami modifikasi sehingga perkembangan
anaknya berlangsung di dalam tubuh hewan betina, walaupun hal tersebut
biasanya berarti telur-telur terfertilisasi dierami dalam saluran reproduksi sampai
menetas.
Modifikasi besar pada saluran reproduksi betina merupakan syarat awal
bagi keberhasilan mengandung anak dalam tubuh induk melalui evolusi plasenta
setidaknya harus ada uterus, atau rahim, dimana tempat embrio berkembang.
Selain itu, plasenta yang menyalurkan makanan, oksigen, dan bahan-bahan
buangan antara ibu dan anak. Diperlukan juga serangkaian hormon rumit yang
| 12
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si
b. Skrotum
Merupakan kantung pembungkus testis yang
berfungsi untuk melindungi testis.Jika suhu
panas, skrotum mengembang, Gambar 2.12 Organ Reproduksi
jikaLaki-laki
suhu dingin
skrotum mengkerut.
| 13
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si
b. Saluran Reproduksi
Epididi
mis
:
| 14
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si
| 15
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si
2.3.1.3 Spermatogenesis
Proses pembentukan sperma di dalam testis dinamakan spermatogenesis.
Proses ini terjadi ketika menginjak usia belasan tahun. Mula-mula sel-sel induk
sperma (spermatogonium) membelah secara mitosis beberapa kali menghasilkan
banyak spermatogonium. Sebagian dari sel spermatogonium terus membelah
mitosis, sedangkan sebagian yang lain membesar menjadi spermatosit primer.
Spermatosit primer membelah secara meiosis (tahap I) menghasilkan spermatosit
sekunder. Spermatosit sekunder membelah lagi secara meiosis (tahap II)
menghasilkan dua sel spermatid. Sel-sel spermatid akan mengalami diferensiasi
menjadi sel spermatozoa (sperma).
| 16
| 17
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si
Ovarium akan memproduksi sel telur bila wanita telah dewasa dan
mengalami menstruasi. Ovarium akan menghasilkan sekitar 1-2 juta ovum, tetapi
hanya sekitar 300 dari total keseluruhan ovum yang matang dan dilepaskan untuk
pembuahan. Ovulasi terjadi setiap 28 hari. Ovarium terdiri dari 2 bagian :
1). Korteks ovari
- mengandung folikel primordial
- terdapat korpus luteum dan albican
- berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graaf
2). Medula ovari
- terdapat pembuluh darah dan syaraf
| 18
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si
c. Uterus
Merupakan organ berongga dan berotot. Berfungsi sebagai tempat
berkembangnya embrio dan nutrisi konseptus. Mempunyai 3 lapisan dinding :
1) Perimetrium : lapisan paling luar dan yang
berhubungan dengan rongga perut. Berfungsi untuk
melindungi uterus
2) Myometrium : lapisan yang berfungsi untuk
mendorong bayi keluar pada proses persalinan
(kontraksi) dan banyak terdapat sel otot untuk relaksasi
uterus.
3) Endometrium : lapisan terdalam yang banyak
mengandung pembuluh darah serta sebagai tempat
menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Bila tidak
dibuahi, dinding endometrium ini akan meluruh
bersamaan dengan sel ovum matang.
Uterus terdiri atas 2 yaitu :
1). Serviks uteri
Bagian bawah dari uterus yang terhubung ke vagina. Serviks
berbentuksilinder yang terletak di garis tengah sehingga memungkinkan sperma
menuju ke dalam bagian rahim. Rata rata panjang serviks wanita ialah 3-5 cm.
Fungsi : tempat perkembangan zigot apabila terjadi fertilisasi
2). Korpus uteri
Bersifat elastis sehingga dapat memudahkan janin untuk terus berkembang
selama masa kehamilan. Proporsi ukuran korpus terhadap isthmus dan serviks
bervariasi selama pertumbuhan wanita.
d. Vagina
| 19
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si
2.3.2.3 Oogenesis
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur di dalam ovarium. Di
dalam ovarium terdapat Oogonium bersifat diploid. Oogonium memperbanyak
diri dengan pembelahan mitosis menghasilkan oosit primer, yang bersifat diploid.
Oogenesis sudah dimulai ketika janin berusia 5 bulan, sampai bayi berusia 6 bulan
oosit primer akan membelah secara meiosis, tetapi tidak dilanjutkan sampai anak
perempuan tadi mengalami pubertas. Saat itu oosit primer dalam keadaan
dorman.
Saat pubertas oosit primer akan melanjutkan meiosis I, menjadi satu oosit
sekunder dan satu polosit primer. Oosit sekunder melanjutkan meiosis II tetapi
tidak selesai sampai terjadinya ovulasi. Jika tidak terjadi fertilisasi oosit sekunder
akan berdegenerasi, jika terjadi fertilisasi meiosis II akan dilanjutkan kembali
dengan hasil satu ootid dan satu polosit sekunder, sedang polosit primer
membelah menjadi dua polosit sekunder. Hasil akhir dari oogenesis adalah satu
buah ootid yang akan tumbuh menjadi ovum dan 3 buah polosit sekunder.
| 20
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si
| 21
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si
Fase menstruasi
terjadi bila tidak terjadi
fertilisasi (ovum tidak
dibuahi oleh sperma), korpus
luteum akan mengkerut
menjadi korpus albicans
sehingga produksi hormon
estrogen dan progesteron
terhenti. Turunnya kadar
estrogen dan progesteron
menyebabkan peluruhan
endometrium dan ovum,
ditandai dengan pendarahan
dari uterus selama 5 hari
dengan volume darah sekitar
50 ml.
3. Fase ovulasi
Pada umumnya pada hari ke 14 terjadi perubahan produksi
hormon. Peningkatan kadar estrogen selama pra ovulasi menimbulkan
reaksi umpan balik negative yaitu penghambatan pelepasan FSH dari
hipofisis, karena FSH berkurang maka hipofisis ganti mengeluarkan LH.
LH merangsang pelepasan oosit sekunder daria folikel de Graaf siap
untuk dibuahi sperma.
4. Fase pasca-ovulasi
Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh
oosit sekunder akan berkerut dan berubah menjadi korpus luteum. Korpus
luteum tetap memproduksi estrogen dan progesteron. Keduanya bekerja
menebalkan endometrium, juga merangsang sekresi lendir pada vagina
| 22
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si
| 23
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si
Gambar 2.22 Perkembangan sel setelah fertilisasi
3. Daftar Pustaka
Campbell, Neil A. dkk. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Erlangga. Jakarta.
Kusnadi dan Didik Priyandoko. 2007 Biologi SMA/MA Kelas X. Piranti. Jakarta.
Rachmawati, Faidah dkk. 2009. Biologi untuk SMA/MA Kelas XII Program IPA.
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
| 24