Anda di halaman 1dari 24

Fisiologi Hewan (2016)

Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si

REPRODUKSI HEWAN

Kelompok 6B

Aulia Winnas
Ernawati
Indriani
Megawati Anggraini
Rizki Maruf

Program Studi Pendidikan Biologi,


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau

1. Pendahuluan
Suatu populasi dapat melampaui rentang hidup yang terbatas hanya melalui
reproduksi, yaitu proses penciptaan individu baru dari individu yang ada.
Reproduksi merupakan proses perbanyakan keturunan untuk melestarikan
spesiesnya dan mewariskan karakter genetik dari satu generasi ke generasi
berikutnya melalui berbagai mekanisme baik secara aseksual maupun seksual.
Proses reproduksi antara spesies dengan spesies lainnya terdapat perbedaan.
Pembahasan pada topik reproduksi hewan ini, pertama-tama akan
membandingkan beraneka ragam mekanisme reproduksi yang telah berevolusi
dalam kingdom hewan. Kemudian membahas lebih rinci reproduksi mamalia,
khususnya manusia.

2. Pembahasan
2.1.Sistem Reproduksi Pada Hewan Invertebrata
Istilah Invertebrata adalah bentuk awal Vertebra yang berasal dari kata
Latin. Vertebra pada umumnya berarti sendi, arti khususnya adalah sendi tulang
belakang dari kata Vertebrata. Kata ini ditambah dengan awalan in berarti tidak
atau tanpa, yang mengandung arti mereka yang bukan vertebra.
Baik reproduksi aseksual maupun reproduksi seksual terjadi pada kingdom
hewan. Reproduksi seksual melibatkan pembuahan, penyatuan gamet untuk
membentuk zigot. Reproduksi aseksual lebih sering terjadi pada tumbuhan dari
pada hewan. Biasanya reproduksi aseksual merupakan suatu alternatif dari
reproduksi seksual.

2.1.1 Perkembangbiakan Aseksual


Berdasarkan filum invertebrata dari tabel 2.1 bisa dilihat perbedaan cara
reproduksi untuk masing-masing hewan. Reproduksi aseksual mempunyai
beberapa potensi keuntungan. Sebagai contoh hal tersebut membuat hewan-hewan
yang hidup dalam isolasi mampu menghasilkan keturunan tanpa harus mencari
dan menemukan pasangan kawin. Selain itu dapat menciptakan banyak sekali

|1
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si

keturunan dalam waktu singkat, yang merupakan hal ideal untuk dapat
mengkolonisasi suatu habitat secara cepat.

Tabel 2.1. Reproduksi Aseksual Hewan Invertebrata


Filum Invertebrata Aseksual
Protozoa Membelah diri
Porifera Membentuk kuncup/tunas
Ceolenterata Membentuk kuncup/tunas
Platyhelminthes Khusus pada Planaria dengan pembelahan tubuh

a) Membelah Diri
Banyak hewan invertebrata dapat bereproduksi secara aseksual dengan
cara pembelahan (fission), yaitu pemisahan sebuah induk menjadi dua atau lebih
individu dengan ukuran yang kira-kira sama. Tipe reproduksi ini hanya terjadi
pada protozoa, seperti Amoeba, Paramaecium, dan Euglena.
Mekanisme reproduksi (Gambar 2.1) aseksual ini diawali pada proses
pembelahan inti sel menjadi dua, kemudian diikuti pembelahan sitoplasma
menjadi dua bagian yang masing-masing menyelubungi masing-masing nukleus.
Bagian tengah sel akan menyempit dan disertai reaksi pemisahan individu.
Pada saat keadaan lingkungan kurang menguntungkan, Amoeba akan
melindungi diri dengan membentuk kista yang berdinding sangat kuat. Di
dalamnya, Amoeba membelah diri berulang-ulang menjadi banyak individu baru
dengan ukuran yang lebih kecil. Ketika kondisi lingkungan membaik, dinding
kista akan pecah dan individu-individu baru akan berkembang di lingkungan.

Gambar 2.1 Reproduksi dengan cara membelah diri pada Amoeba

b) Pembentukan Tunas

|2
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si

Pertunasan (budding), yang melibatkan proses pemisahan individu baru dari


individu yang telah ada. Hewan-hewan yang melakukan reproduksi dengan tunas
ialah ubur-ubur, hewan karang, dan anemon laut. Contohnya pada hewan
Cnidaria, individu baru tumbuh keluar dari tubuh seekor induk. Keturunan itu bisa
memisahkan diri dari induk atau tetap menempel, dan akhirnya membentuk koloni
yang besar. Hewan lain yang juga berkembang biak dengan tunas ialah Hydra sp
(Gambar 2.2). Individu baru Hydra terbentuk dari bagian tubuh Hydra dewasa.
Setelah cukup besar, tunas akan melepaskan diri dari tubuh induknya.

Gambar 2.2 Pertunasan pada Hydra sp

c) Fragmentasi
Fragmentasi adalah pematahan tubuh menjadi beberapa bagian, dan
beberapa atau semuanya berkembang menjadi individu dewasa yang lengkap.bagi
hewan untuk dapat bereproduksi dengan cara ini, fragmentasi harus disertai
dengan regenerasi, yaitu pertumbuhan kembali bagian tubuh yang hilang itu.
Hewan yang melakukan reproduksi secara fragmentasi dari filum
Platyhelminthes adalah cacing Planaria (Gambar 2.3). Seekor cacing Planaria jika
dipotong menjadi dua bagian, masing-masing potongan akan tumbuh dan
berkembang menjadi dua ekor cacing Planaria dan begitu setrusnya. Cacing
Planaria bersifat hermafrodit, artinya dalam satu individu terdapat dua macam alat
reproduksi, yaitu alat reproduksi jantan dan betina dan dapat melakukan
reproduksi secara seksual.

Gambar 2.3 Reproduksi dengan cara fragmentasi pada cacing Planaria. A. Secara
interkalar B. Mediolateral C. Anteroposterior

2.2.2 Perkembangbiakan Seksual


Reproduksi seksual adalah penciptaan keturunan melalui peleburan gamet
haploid untuk membentuk zigot yang haploid. Pada reproduksi seksual tidak
selalu terjadi pembuahan, namun kadang-kadang dapat terbentuk individu baru

|3
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si

tanpa adanya pembuahan, sehingga reproduksi secara kawin pada hewan


invertebrata dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Tanpa pembuahan, yaitu pada peristiwa partenogenesis, sel telur tanpa dibuahi
dapat tumbuh menjadi individu baru. Misalnya pada lebah jantan dan semut
jantan.
2. Dengan pembuahan, dapat dibedakan atas konjugasi dan anisogami.
Konjugasi, ini terjadi pada invertebrata yang belum jelas alat
reproduksinya misalnya Paramecium.
Anisogami, yaitu peleburan dua asel kelamin yang tidak sama besarnya,
misalnya peleburan mikrogamet dan makrogamet pada Plasmodium,
dan peleburan sperma dengan ovum di dalam rahim.

Filum Invertebrata Seksual Fertilisasi


Porifera Hermafrodit / Gonokoristik Internal di Mesoglea
Ceolenterata Hermafrodit / Gonokoristik Eksternal
Platyhelminthes Hermafrodit Internal silang
Nemathelminthes Gonokoristik Internal
Annelida Hermafrodit Internal silang
Mollusca Hermafrodit / Gonokoristik Internal silang
Echinodermata Gonokoristik Eksternal
Arthropoda Gonokoristik Internal
Reproduksi seksual meningkatkan keragaman genetik di antara keturunan
dengan cara membangkitkan kombinasi unik gen yang diwariskan dari dua induk.
Dengan menghasilkan keturunan yang mempunyai fenotipe beraneka ragam,
reproduksi seksual bisa meningkatkan keberhasilan reproduksi induk ketika
patogen atau faktor lingkungan lain berubah relatif cepat. Pada tabel 2.2
menunjukan adanya perbedaan seksual dan mekanisme fertilisasi masing-masing
filum invertebrata.

Tabel 2.2 Reproduksi Seksual Hewan Invertebrata


Catatan :
Dalam satu filum hewan, ada spesies yang hermaprodit atau gonokoristik,
Hermafrodit = berkelamin dua
Gonokoristik = berkelamin satu

a. Porifera
Porifera melakukan reproduksi secara aseksual maupun seksual.
Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan tunas (budding) dan
gemula (gemmule, tunas internal). Tunas merupakan salah satu jenis sel amebosit
yang udah dilepaskan. Sekelompok sel yang dilepaskan akan tumbuh menjadi
individu baru. Gemula merupakan sekumpulan arkeosit yang mengandung
cadangan makanan dan dikelilingi oleh amebosit yang membentuk lapisan luar
yang keras.

|4
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si

Umumnya, Porifera bersifat hermafrodit, tetapi ovum dan sperma


diproduksi pada waktu yang berbeda. Beberapa jenis lainnya ada yang
gonokoristik. Meskipun mempunyai dua macam alat reproduksi. Porifera tidak
dapat melakukan reproduksi sendiri. Proses reproduksi seksual Porifera adalah
sebagai berikut. Ovum Porifera yang sudah masak dibuahi sperma individu lain
yang sejenis. Dari hasil pembuahan ini, terbentuklah larva berflagela (berbulu
cambuk). Larva berflagela tersebut keluar dari tubuh induknya melalui suatu
lubang yang disebut oskulum dan berenang menjauh. Larva yang sangat kecil itu
akan menempel pada suatu dasar perairan untuk tumbuh dan berkembang menjadi
Porifera dewasa.

Gambar 2.4 Proses reproduksi pada Porifera

b. Coelenterata
Reproduksi Coelenterata (hewan berongga) terjadi secara aseksual dan
seksual. Reproduksi aseksual dilakukan dengan pembentukan tunas. Pembentukan
tunas selalu terjadi pada Coelenterata yang berbentuk polip. Tunas tumbuh di
dekat kaki polip dan akan tetap melekat pada tubuh induknya sehingga
membentuk koloni.
Reproduksi seksual dilakukan dengan pembentukan gamet. Gamet
dihasilkan oleh seluruh Coelenterata bentuk medusa dan beberapa Coelenterata
bentuk polip. Contoh Coelenterata berbentuk polip yang membentuk gamet adalah
Hydra sp (Gambar 2.5). Bersifat hermafrodit, testis berbentuk kerucut dan terletak
pada kulit luar. Sedangkan ovarium berupa bulatan menggelembung. Ovum
Hyidra dapat dibuahi oleh sperma yang dihasilkan oleh individu yang sama. Jadi.
pada Hydra sp dapat terjadi pembuahan sendiri. Meskipun demikian, pembuahan

|5
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si

sendiri jarang terjadi karena waktu masak


ovum dan sperma tidak bersamaan.

c. Platyhelminthes
Platyhelminthes bereproduksi secara
seksual, aseksual, atau keduanya. Pada
umumnya, bersifat hermafrodit. Pada
reproduksi seksual akan menghasilkan gamet.
Fertilisasi ovum oleh sperma terjadi di dalam
tubuh (internal). Fertilisasi dapat dilakukan
sendiri ataupun dengan pasangan lain.
Reproduksi aseksual tidak dilakukan oleh
semua Platyhelminthes.
Gambar 2.5 Letak organ reproduksi
d. Nemathelminthes Hydra sp
Sistem reproduksi pada
Nemathelminthes bersifat gonokoristik, yaitu alat kelamin jantan dan betinanya
terpisah pada individu yang berbeda. Fertilisasi dilakukan secara internal. Telur
yang sudah dibuahi memiliki cangkang yang tebal dan keras. Permukaan
cangkang yang tebal dan keras
sering digunakan untuk proses
identifikasi jernis cacing. Telur
menetas menjadi larva yang
berbentuk mirip induk. Larva
mengalami molting hingga empat
kali. Sedangkan cacing dewasa
tidak mengalami pergantian kulit,
tetapi tubuhnya tumbuh membesar.
Saat berada di lingkungan
yang tidak menguntungkan, maka
telur dapat membentuk kista untuk
perlindungan dirinya. Dalam daur hidupnya, Nemathelminthes memerlukan satu
inang atau lebih, misalnya Gambar 2.6 Daur hidup Wuchereris bancrofti
Wuchereris bancrofti (cacing
filaria) inang utama manusia dan inang perantara nyamuk. Oxyuris vermicularis
(cacing kremi) hanya memerlukan satu inang manusia dan tidak memerlukan
inang perantara.

e. Annelida
Pada umumnya Annelida bereproduksi dengan cara pembantukan gamet.
Annelida memiliki klitellum (struktur reproduksi yang mengsekresi cairan &
membentuk kokon tempat deposit telur) sebagai alat kopulasi. Organ seksual
Annelida ada yang menjadi satu dengan individu (hermafrodit) dan ada yang

|6
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si

terpisah pada individu lain melalui larva trochophore yang berenang bebas. Pada
cacing tanah, meskipun bersifat hermafrodit, tetapi individu tetap melakukan
perkawinan silang dengan cara saling mempertukarkan spermanya untuk
membuahi sel telur pasangannya.

f. Mollusca
Mollusca bereproduksi secara
seksual dan masing-masing organ
seksual saling terpisah pada individu
lain (gonokoristik), tetapi ada pula
yang hermafrodit. Fertilisasi dilakukan
secara internal dan eksternal untuk
menghasilkan telur. Telur berkembang Gambar 2.7 Proses perkawinan cacing tanah
menjadi larva dan berkembang lagi menjadi individu dewasa.

g. Arthropoda
Pada umumnya bersifat gonokoristik, tetapi tetapi ada pula yang
hermafrodit. Reproduksi Arthropoda dapat terjadi melalui perkawinan (kopulasi)
dan partenogenesis. Misalnya pada udang, secara normal udang adalah diossious,
hanya dalam keadaan tertentu uadang adalah hemaprodit. Alat reproduksi jantan
berupa testis yang terletak di bawah pericardial sinus. Dua vasa differensia yang
terbuka melalui coxopodite pada kaki jalan ke 5. Alat reproduksi betina adalah
ovarium yang berupa testis baik bentuk maupun letaknya. Sebuah oviduct terbuka
pada coxopodite pada kaki jalan ketiga. Kopulasi udang biasanya terjadi pada
bulan September, Oktober, Nopember pada tahun pertama.

h. Echinodermata
Secara umumnya, Echinodermata bersifat gonokoristik dengan dengan lima
pasang gonad. Gonad yang relative besar terletak di sebelah luar dengan
pembuluh sederhana, jumlah ovum banyak sekali dan pembuahan terjadi dalam
air (eksternal). Larva mikroskopis, berbentuk simetris bilateral, bersilia dan
transparan serta biasanya hidup bebas dengan berenang didalam air dan
bermetamorfosis yang kompleks. Kemudian larva tersebut turun ke substrat dan
bermetamorfosis menjadi individu yang berbentuk simetris radial.
Contohnya pada bintang laut, organ reproduksi bintang laut terpisah yaitu
harus ada yang jantan atau betina. Alat reproduksi strukturnya bercabang-cabang
pada masing-masing lengan terdapat dua cabang yang berada di bagian dasar
pertemuan lengan. Pada hewan betina alat reproduksinya dapat melepaskan 2,5
juta telur dalam tiap 2 jam, sehingga tiap musim bertelur dapat melepaskan telur
sebanyak kurang lebih 200 juta. Hewan jantan pun dapat menghasilkan sperma
lebih banyak dari jumlah sel telur telur betina. Fertilisasi atau pembuahan terjadi
dalam air, kemudian akan tumbuh menjadi larva simetris bilateral.

|7
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si

2.2.Sistem Reproduksi Pada Hewan Vertebrata


Bangun dasar semua sistem reproduksi vertebrata sangat mirip, tetapi
terdapat beberapa variasi penting. Pada banyak vertebrata yang bukan mamalia
sistem pencernaan, sistem ekskresi, dan sistem reproduksi mempunyai satu
pembukaan yang sama ke bagian luar tubuh, yaitu kloaka, yang kemungkinan
sudah ada pada leluhur semua vertebrata. Uterus sebagian besar vertebrata secara
sebagian atau seluruhnya terbagi ke dalam dua ruang. Akan tetapi, pada manusia
dan mamalia lain yang hanya menghasilkan beberapa anak pada satu waktu, dan
juga pada burung dan banyak ular, uterus merupakan suatu struktur tunggal.
Reproduksi vertebrata pada umumnya sama, tetapi karena tempat hidup,
perkembangan anatomi, dan cara hidup yang berbeda menyebabkan adanya
perbedaan pada organ, proses fertilisasi dan pengeluran keturunan (Tabel 2.3)
Misalnya hewan akuatik pada umumnya melakukan fertilisasi di luar tubuh,
sedangkan hewan darat melakukan fertilisasi di dalam tubuh. Bagi hewan yang
melakukan fertilisasi interna dilengkapi dengan adanya organ kopulatori, yaitu
suatu organ yang berfungsi menyalurkan sperma dari organisme jantan ke betina.

Tabel 2.3 Reproduksi Seksual Hewan Vertebrata


Pengeluara
Fertilisas
Organ Reprodusi n
Kelas i
Keturunan
Testis Ovarium Penis Uterus
Pisces ada ada - - ekternal / ovipar /
internal ovovivipar
Amphibia ada ada - ada ekternal ovipar
Reptil ada ada hemi penis - internal ovipar
Aves ada ada ada ada internal ovipar
Mammali ada ada ada ada internal semua
a vivipar kec.
Platypus
ovipar

2.2.1 Pisces
Proses fertilisasi/pembuahan pada ikan ada 2 cara, yakni pembuahan di
dalam (internal fertilization) dan pembuahan di luar (external fertilization).
Namun demikian kebanyakan jenis ikan melakukan pembuahan diluar (external
fertilization). Ikan yang melakukan pembuahan diluar disebut ikan jenis ovipar.
Ikan jenis ovipar mengeluarkan telur dari dalam tubuhnya untuk dibuahi oleh si
jantan.
Proses pembuahan sel telur oleh sel sperma berlangsung diluar tubuh ikan
dimana sperma memasuki sel telur melalui sebuah lubang yang disebut dengan
mikrofil. Umumnya hanya satu sperma yang dapat masuk ke dalam sebuah sel

|8
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si

telur. Oosit yang telah dibuahi oleh sel sperma disebut zigot. Sebaliknya ikan yang
melakukan pembuahan di dalam disebut ikan jenis ovovivipar. Ikan jenis ini
berkembang biak dengan cara melahirkan. Pembuahan terjadi di dalam tubuh ikan
betina (internal fertilization). Embrio berkembang di dalam tubuh induk betina,
kemudian melahirkan anak yang sudah berwujud mirip dengan induknya.

Gambar 2.8 Alat reproduksi Pisces (a) betina dan (b) jantan.
Ikan jantan alat
reproduksinya terdiri atas : sepasang testis, yang menghasilkan sel kelamin jantan
(sperma) berbentuk bulat telur. Testis sebelah kanan lebih tinggi bila dibandingkan
dengan testis sebelah kiri. Epididimis, vas deferens, saluran sperma yang keluar
dari testis, ginjal, saluran kencing dan kloaka.
Testis adalah organ reproduksi jantan yang terdapat berpasangan dan
terletak di bawah tulang belakang. Testis ikan berbentuk seperti kantong dengan
lipatan-lipatan, serta dilapisi dengan suatu lapisan sel spermatogenik
(spermatosit). Sepasang testis pada jantan tersebut akan mulai membesar pada
saat terjadi perkawinan, dan sperma jantan bergerak melalui vas deferens menuju
celah/ lubang urogenital. Testis berjumlah sepasang, digantungkan pada dinding
tengah rongga abdomen oleh mesorsium. Bentuknya oval dengan permukaan yang
kasar.
Ikan betina ovarium pada Elasmoranchi padat, tapi kurang kompak,
terletak pada anterior rongga abdomen. Pada saat dewasa yang berkembang hanya
ovarium kanan. Saluran reproduksi Elasmoranchi berjumlah sepasang, bagian
anteriornya berfusi yang memiliki satu ostium yang dikelilingi oleh fimbre-
fimbre. Oviduk sempit pada bagian anterior dan posteriornya. Pelebaran
selanjutnya pada uterus yang bermuara di kloaka. Ovary pada ikan terdiri dari
banyak telur. Setiap jenis ikan memiliki ukuran telur sendiri, ada yang besar dan
ada yang kecil. Ukuran telur akan menentukan jumlah telur yang dimiliki oleh
seekor induk.

2.2.2 Amphibia

|9
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si

Sistem reproduksi jantan, testis berjumlah sepasang, berwarna putih


kekuningan yang digantungkan oleh mesorsium. Sebelah kaudal dijumpai korpus
adiposum, terletak di bagian posterior rongga abdomen. Saluran reproduksi,
dimana tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen dan membawa spermatozoa
dari testis menuju duktus mesonefrus. Di dekat kloaka, duktus mesonefrus pada
beberapa spesies akan membesar membentuk vasikula seminalis (penyimpan
sperma sementara). Vesikula seminalis akan membesar hanya saat musim kawin
saja. Vasa aferen merupakan saluran-saluran halus yang meninggalkan testis,
berjalan ke medial menuju ke bagian kranial ginjal. Duktus wolf keluar dari
dorsolateral ginjal, ia berjalan di sebelah lateral ginjal. Kloaka kadang-kadang
masih jelas dijumpai.
Pada betina, ovarium berjumlah sepasang. Pada sebelah kranialnya
dijumpai jaringan lemak bermwarna kuning (korpus adiposum). Baik ovarium
maupum korpus adiposum berasal dari plica gametalis, masing-masing gonalis,
dan pars progonalis. Ovarium digantungkan oleh mesovarium. Saluran
reproduksi, oviduk merupakan saluran yang berkelok-kelok. Oviduk dimulai
dengan bangunan yang mirip corong (infundibulum) dengan lubangnya yang
disebut oskum abdominal. Oviduk di sebelah kaudal mengadakan pelebaran yang
disebut dutus mesonefrus. Dan akhirnya bermuara di kloaka.

Gambar 2.9 Alat reproduksi katak (a) betina dan (b) jantan.

Sistem reproduksi pada amphibi, pembuahannya terjadi secara eksternal


artinya penyatuan gamet jantan dan gamet betina terjadi di luar tubuh. Pada
pembuahan eksternal biasanya dibentuk ovum dalam jumlah besar, karena
kemungkinan terjadinya fertilisasi lebih kecil dari pada pembuahan secara
internal. Pada katak betina menghasilkan ovum yang banyak, kalau kita
membedah katak betina yang sedang bertelur, kita akan menjumpai bentukan
berwarna hitam yang hampir memenuhi rongga perutnya, itu merupakan ovarium
yang penuh berisi sel telur, jumlahnya mencapai ribuan.

2.2.3 Reptil

| 10
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si

Reproduksi jantan pada reptilia, testis berbentuk oval, relatif kecil,


berwarna keputih-putihan, berjumlah sepasang, dan terletak di dorsal rongga
abdomen. Pada kadal dan ular, salah satu testis terletak lebih ke depan dari pada
yang lain. Testis akan membesar saat musim kawin. Saluran reproduksi, duktus
mesonefrus berfungsi sebagai saluran reproduksi, dan saluran ini akan menuju
kloaka. Sebagian duktus wolf dekat testis bergelung membentuk epididimis.
Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen yang menghubungkan tubulus
seminiferus testis dengan epididimis. Duktus wolf bagian posterior menjadi
duktus deferen. Pada kebanyakan reptil, duktus deferen bersatu dengan ureter dan
memasuki kloaka melalui satu lubang, yaitu sinus urogenital yang pendek.
HemipenisGambar
yang tidak
2.10sempurna memasukkan
Alat reproduksi Reptilsperma ke dan
(a) betina dalam
(b)vagina
jantan.betina.
Reptil
betina

mempunyai ovaium berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan bagian


permukaannya benjol-benjol. Letaknya tepat di bagian ventral kolumna
vertebralis. Saluran reproduksi, oviduk panjang dan bergelung. Bagian anterior
terbuka ke rongga selom sebagai ostium, sedang bagian posterior bermuara di
kloaka. Dinding bersifat glanduler, bagian anterior menghasilkan albumin yang
berfungsi untuk membungkus sel telur, kecuali pada ular dan kadal. Bagian
posterior sebagai shell gland akan menghasilkan cangkang kapur.

2.2.1 Aves
Sistem genitalia jantan, testis berjumlah sepasang, berbentuk oval atau
bulat, bagian permukannya licin, terletak di sebelah ventral lobus penis bagian
paling kranial. Pada musim kawin ukurannya membesar. Di sinilah dibuat dan
disimpan spermatozoa. Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk
duktus aferen dan epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus
deferen. Pada burung- burung kecil, duktus eferen bagian distal yang sangat
panjang membentuk duktus aferen yang berdilatasi membentuk duktus ampula
yang bermuara dikloaka ssebagai duktus ejakulatori. Duktus eferen berhubungan
dengan epididimis yang kecil dengan ureter ketika masuk kloka.

| 11
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si

Kelompok burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok burung


tidak memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini
dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka. Sistem genitalia betina selain
pada burung elang, ovarium aves yang berkembang hanya yang kiri, dan terletak
di bagian dorsal rongga abdomen. Pada burung betina hanya ada satu ovarium,
yaitu ovarium kiri. Ovarium kanan tidak tumbuh sempurna dan tetap kecil yang
disebut rudimenter. Ovarium dilekati oleh suatu corong penerima ovum yang
dilanjutkan oleh oviduk. Ujung oviduk membesar menjadi uterus yang bermuara
pada kloaka.

Gambar 2.11 Alat reproduksi Aves (a) betina dan (b) jantan.

Pada burung jantan terdapat sepasang testis yang berhimpit dengan ureter
dan bermuara di kloaka. Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada
saat sperma masuk ke dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak
mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum yang
telah dibuahi sperma akan dikeliingi oleh materi cangkang berupa zat kapur. Telur
dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk akan membantu
pertumbuhan embrio menjadi anak burung.

2.2.2 Mammalia
Pada mamalia, telah berkembang suatu strategi cerdik untuk menghadapi
habitat teresterial. Tidak saja fertilisasinya berlangsung internal, tetapi embrionya
pun berkembang dalam tubuh sang induk betina. Pada beberapa kasus khusus,
serangga, laba-laba, dan ikan juga mengalami modifikasi sehingga perkembangan
anaknya berlangsung di dalam tubuh hewan betina, walaupun hal tersebut
biasanya berarti telur-telur terfertilisasi dierami dalam saluran reproduksi sampai
menetas.
Modifikasi besar pada saluran reproduksi betina merupakan syarat awal
bagi keberhasilan mengandung anak dalam tubuh induk melalui evolusi plasenta
setidaknya harus ada uterus, atau rahim, dimana tempat embrio berkembang.
Selain itu, plasenta yang menyalurkan makanan, oksigen, dan bahan-bahan
buangan antara ibu dan anak. Diperlukan juga serangkaian hormon rumit yang

| 12
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si

mengatur perubahan-perubahan periodik dalam uterus dan struktur-struktur di


dalam saluran reproduksi betina.

2.3.Sistem Reproduksi Manusia


2.3.1 Sistem Reproduksi Laki-laki
2.3.1.1 Organ Reproduksi Laki-laki
Organ Reproduksi Luar
a. Penis
Penis adalah alat kelamin pria yang
berfungsi sebagai alat
kopulasi, saluran pengeluaran
sperma, dan urine. Penis
disusun oleh jaringan otot,
pembuluh darah dan jaringan saraf.

b. Skrotum
Merupakan kantung pembungkus testis yang
berfungsi untuk melindungi testis.Jika suhu
panas, skrotum mengembang, Gambar 2.12 Organ Reproduksi
jikaLaki-laki
suhu dingin
skrotum mengkerut.

Organ Reproduksi Dalam :


a. Testis
Organ kelamin yang berfungsi sebagai penghasil sperma dan hormon
testosteron. Alat ini jumlahnya sepasang, bentuknya bulat telur. Testis tersimpan
di dalam suatu kantong yang disebut skrotum. Kantong ini terletak di luar rongga
perut. Di dalam testis banyak terdapat pembuluh- pembuluh halus disebut tubulus
seminiferus. Tubulus seminiferus sebagai tempat terjadinya spermatogenesis.
Lokasi testis berada
pada skrotum yang
memiliki lingkungan suhu
lebih rendah beberapa
derajat daripada suhu
tubuh. Pada kasus
Cryptorchidism (testis yang
masih ada di rongga
peritoneum, tidak turun ke
skrotum), lingkungan testis
menjadi lebih panas yang
mengakibatkan tidak dapat
menghasilkan sperma yang
viabilitasnya baik, karena sperma Gambar 2.13 Bagian-bagian testis
sangat sensitif terhadap suhu.

| 13
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si

b. Saluran Reproduksi
Epididi
mis
:

Merupakan saluran yang keluar dari testis, berbentuk


panjang dan berkelok-kelok berfungsi sebagai
tempat pematangan dan penyimpanan sperma untuk
sementara (2-3 minggu).
Vas Deferens : Saluran penghubung
epididimis dengan uretra pada penis.
Saluran ini berakhir pada kelenjar
prostat. Berfungsi untuk
mengangkut sperma dari epididimis
Gambar 2.14 Organ Reproduksi Laki-laki
menuju kantung sperma (vesika
seminalis).
Duktus Ejakulatori : Saluran pendek yang
menghubungkan kantung semen dengan uretra.
Saluran ini mampu mendorong sperma hingga
masuk ke dalam uretra dan selanjutnya
mengalirkannya ke luar.
Uretra : merupakan saluran terakhir dari saluran
reproduksi pria. Berfungsi untuk mengeluarkan
sperma dan urin keluar tubuh.

c. Kelenjar Asesoris / Kelenjar Kelamin


Vesika seminalis: Berfungsi mensekresikan cairan
kental yang mengandung fruktosa dan asam amino
sebagai makanan dan pelindung sperma.
Mensekresikan prostaglandin yang berfungsi
merangsang kotraksi otot uterin untuk mendorong
semen mencapai uterus.
Kelenjar prostat : Menghasilkan cairan basa
berwarna putih susu. Cairan ini berfungsi untuk
menetralkan sifat asam pada saluran vas eferent dan
cairan pada vagina. Cairan tersebut juga berfungsi

| 14
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si

mengaktifkan serta meningkatkan motilitas atau


pergerakan sperma.
Kelenjar cowper : Berukuran kecil, terletak
didaerah pangkal uretra. Mensekresikan cairan yang
berfungsi sebagai pelumas. Cairan tersebut pekat
dan disekresikan sebelum penis mengeluarkan
sperma dan semen.

Gambar 2.15 Organ Reproduksi Laki-laki

2.3.1.2 Hormon Kelamin Laki-laki


Proses pembentukan sperma manusia dipengaruhi oleh hormon-hormon
berikut ini,

| 15
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si

a. Hormon gonadotrofin, dihasilkan oleh hipotalamus


yang merangsang kelenjar hipofisis bagian anterior agar
mengeluarkan hormon FSH dan LH.
b. FSH (Folicle Stimulating Hormone), berfungsi
mempengaruhi dan merangsang perkembangan tubulus
seminiferus dan sel Sertoli untuk menghasilkan ABP
(Androgen Binding Protein) yang berfungsi memacu
pembentukan sperma.
c. LH (Luteinizing Hormone), berfungsi merangsang sel-
sel Leydig agar mensekresikan hormon testosteron.
d. Hormon testosteron, dihasilkan oleh testis, berfungsi
merangsang perkembangan organ seks primer pada saat
embrio belum lahir, mempengaruhi perkembangan alat
reproduksi dan ciri kelamin sekunder, memelihara ciri-
ciri kelamin sekunder dan mempengaruhi proses
spermatogenesis.

2.3.1.3 Spermatogenesis
Proses pembentukan sperma di dalam testis dinamakan spermatogenesis.
Proses ini terjadi ketika menginjak usia belasan tahun. Mula-mula sel-sel induk
sperma (spermatogonium) membelah secara mitosis beberapa kali menghasilkan
banyak spermatogonium. Sebagian dari sel spermatogonium terus membelah
mitosis, sedangkan sebagian yang lain membesar menjadi spermatosit primer.
Spermatosit primer membelah secara meiosis (tahap I) menghasilkan spermatosit
sekunder. Spermatosit sekunder membelah lagi secara meiosis (tahap II)
menghasilkan dua sel spermatid. Sel-sel spermatid akan mengalami diferensiasi
menjadi sel spermatozoa (sperma).

| 16

Gambar 2.15 Spermatogenesis


Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si

2.3.2 Sistem Reproduksi Perempuan


2.3.2.1 Organ Reproduksi Perempuan
Organ Reproduksi Luar
a. Vulva, merupakan celah paling luar dari alat kelamin wanita.
b. Labium Mayor
Dua lipatan dari kulit diantara kedua paha yang berukuran tebal, karena
dilapisi lemak dan berfungsi untuk melindungi vagina. Labia mayor banyak
mengandung urat syaraf dan rambut folikel.
c. Labium Minor
Lipatan kulit kecil yang berada di
sebelah dalam labia mayor. Labia minor halus,
tipis, dantidakdilapisi lemak. Banyak terdapat
pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut
saraf. Berfungsi untuk melindungi vagina
d. Klitoris

| 17
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si

Merupakan organ yang sangatsensitifberupatonjolan yang kecil di


bagiandepan vulva dan banyak terdapat pembuluh darah. Klitoris homolog dengan
penis pada pria.
Gambar 2.16 Organ Reproduksi
Organ Reproduksi Dalam Perempuan

a. Ovarium (indung telur)


Merupakan organ
reproduksi wanita yang
jumlahnya sepasang, terletak di
kedua sisi rahim di dalam
bagian mesovarium di bawah
oviduk (tuba fallopi),
danberbentuk oval kecil.
Ukuran ovarium dipengaruhi
oleh usia dan hormon. Namun
umumnya ovarium wanita
memiliki ukuran 3-5 cm selama Gambar 2.17 Organ Reproduksi Perempuan
periode aktif reproduksi dan
akan menjadi lebih kecil ketika wanita telah memasuki masa menopause. Fungsi
ovarium:
Pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum
Ovulasi
Sintesis dan sekresi hormon steroid

Ovarium akan memproduksi sel telur bila wanita telah dewasa dan
mengalami menstruasi. Ovarium akan menghasilkan sekitar 1-2 juta ovum, tetapi
hanya sekitar 300 dari total keseluruhan ovum yang matang dan dilepaskan untuk
pembuahan. Ovulasi terjadi setiap 28 hari. Ovarium terdiri dari 2 bagian :
1). Korteks ovari
- mengandung folikel primordial
- terdapat korpus luteum dan albican
- berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graaf
2). Medula ovari
- terdapat pembuluh darah dan syaraf

b. Oviduk / tuba fallopi

| 18
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si

Merupakan saluran telur


yang jumlahnya sepasang dengan
panjang 8-12 cm dan diameter 3-8
mm dan terletak di bagian
superior pinggul. Pada bagian
pangkal yang berbentuk corong
disebut infundibulum. Pada
infundibulum terdapat jumbai
(fimbriae) yang berfungsi
menangkap ovum yang
dilepaskan ovarium.Fungsi
ovidak, yaitu untuk menyalurkan
ovum dari ovarium menuju Gambar 2.18 Organ Reproduksi Perempuan
uterus dan tempat terjadinya
fertilisasi.

c. Uterus
Merupakan organ berongga dan berotot. Berfungsi sebagai tempat
berkembangnya embrio dan nutrisi konseptus. Mempunyai 3 lapisan dinding :
1) Perimetrium : lapisan paling luar dan yang
berhubungan dengan rongga perut. Berfungsi untuk
melindungi uterus
2) Myometrium : lapisan yang berfungsi untuk
mendorong bayi keluar pada proses persalinan
(kontraksi) dan banyak terdapat sel otot untuk relaksasi
uterus.
3) Endometrium : lapisan terdalam yang banyak
mengandung pembuluh darah serta sebagai tempat
menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Bila tidak
dibuahi, dinding endometrium ini akan meluruh
bersamaan dengan sel ovum matang.
Uterus terdiri atas 2 yaitu :
1). Serviks uteri
Bagian bawah dari uterus yang terhubung ke vagina. Serviks
berbentuksilinder yang terletak di garis tengah sehingga memungkinkan sperma
menuju ke dalam bagian rahim. Rata rata panjang serviks wanita ialah 3-5 cm.
Fungsi : tempat perkembangan zigot apabila terjadi fertilisasi
2). Korpus uteri
Bersifat elastis sehingga dapat memudahkan janin untuk terus berkembang
selama masa kehamilan. Proporsi ukuran korpus terhadap isthmus dan serviks
bervariasi selama pertumbuhan wanita.

d. Vagina

| 19
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si

Merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi bagian dalam wanita.


Terdapat dinding yang berlipat-lipat dengan bagian terluar berupa selaput lendir.
Selaput berlendi rmenghasilkan lender pada saat terjadi rangsangan seksual.
Lendir itu dihasilkan oleh kelenjar bertholin. Bagian tengah berupa otot dan
bagian dalam berupa jaringan ikat berserat. Jaringan otot dan jaringan ikat
berserat bersifat elastis. Vagina bermuara pada vulva. Fungsinya, tempat penis
pada saat kopulasi dan sebagai jalan keluar bayi pada proses kelahiran.

2.3.2.2 Hormon Kelamin Perempuan


Proses oogenensis dipengaruhi oleh beberapa hormon yaitu :
a. FSH (Follicle Stimulating Hormone), berfungsi untuk
merangsang pertumbuhan sel sel folikel sekitar sel ovum.
b. LH (Luteinizing Hormone), berfungsi merangsang
terjadinya ovulasi (yaitu proses pematangan sel ovum).
c. Estrogen. Dihasilkan oleh folikel graff dan dirangsang oleh
FSH di dalam ovarium. Estrogen berfungsi menimbulkan sifat
kelamin sekunder.
d. Progesteron. Dihasilkan juga oleh korpus luteum yang
berfungsi untuk menghambat sekresi FSH dan LH.Hormon
progesteron berfungsi juga untuk menebalkan dinding
endometrium.

2.3.2.3 Oogenesis
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur di dalam ovarium. Di
dalam ovarium terdapat Oogonium bersifat diploid. Oogonium memperbanyak
diri dengan pembelahan mitosis menghasilkan oosit primer, yang bersifat diploid.
Oogenesis sudah dimulai ketika janin berusia 5 bulan, sampai bayi berusia 6 bulan
oosit primer akan membelah secara meiosis, tetapi tidak dilanjutkan sampai anak
perempuan tadi mengalami pubertas. Saat itu oosit primer dalam keadaan
dorman.
Saat pubertas oosit primer akan melanjutkan meiosis I, menjadi satu oosit
sekunder dan satu polosit primer. Oosit sekunder melanjutkan meiosis II tetapi
tidak selesai sampai terjadinya ovulasi. Jika tidak terjadi fertilisasi oosit sekunder
akan berdegenerasi, jika terjadi fertilisasi meiosis II akan dilanjutkan kembali
dengan hasil satu ootid dan satu polosit sekunder, sedang polosit primer
membelah menjadi dua polosit sekunder. Hasil akhir dari oogenesis adalah satu
buah ootid yang akan tumbuh menjadi ovum dan 3 buah polosit sekunder.

| 20
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si

Gambar 2.18 Oogenesis


2.3.2.4
2.3.2.4
2.3.2.4
2.3.2.4
2.3.2.4
2.3.2.4
2.3.2.4
2.3.2.4
2.3.2.4
Peristiwa Menstruasi
Proses dan siklus terjadinya mestruasi pada wanita terjadi secara periodik,
ovum yang matang akan dikeluarkan dari ovarium. Ovum bergerak menuju rahim.
Rahim secara periodik mengalami penebalan dinding (endometrium) sebagai
persiapan menerima zigot hasil fertilisasi. Jika fertilisasi tidak terjadi maka ovum
dan dinding rahim akan luruh keluar dari rahim sebagai menstruasi. Siklus
menstruasi rata-rata 28 hari (tidak semua orang siklusnya sama). Siklus
menstruasi dikendalikan oleh hormon reproduksi. Saat menjelang dan sesudah
menstruasi, sebagian remaja perempuan diliputi suasana yang tidak menentu,
perasaan yang kurang nyaman, cepat marah, tersinggung dan terasa sakit di sekitar
rahim.

1. Fase Gambar 2.19 Siklus Menstruasi menstruasi

| 21
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si

Fase menstruasi
terjadi bila tidak terjadi
fertilisasi (ovum tidak
dibuahi oleh sperma), korpus
luteum akan mengkerut
menjadi korpus albicans
sehingga produksi hormon
estrogen dan progesteron
terhenti. Turunnya kadar
estrogen dan progesteron
menyebabkan peluruhan
endometrium dan ovum,
ditandai dengan pendarahan
dari uterus selama 5 hari
dengan volume darah sekitar
50 ml.

2. Fase pra-ovulasi Gambar 2.20 Perubahan tingkatan


Pada fase akhir hormon ketika siklus
menstruasi ini, hipotalamus menstruasi
mengeluarkan hormon Gonadotropin yang merangsang hipofisis
mengeluarkan FSH. FSH merangsang pembentukan folikel primer di
dalam ovarium yang mengelilingi oosit primer. Keduanya akan tumbuh
sampai hari ke 14 dari hari I menstruasi, saat itu folikel matang disebut
dengan folikel de Graaf dengan oosit sekunder di dalamnya.
Selama pertumbuhannya folikel melepaskan hormon estrogen yang
menyebabkan pembentukan kembali lapisan endometrium (proliferasi) dan
penetralan sifat asam pada serviks agar lebih mendukung kehidupan
sperma.

3. Fase ovulasi
Pada umumnya pada hari ke 14 terjadi perubahan produksi
hormon. Peningkatan kadar estrogen selama pra ovulasi menimbulkan
reaksi umpan balik negative yaitu penghambatan pelepasan FSH dari
hipofisis, karena FSH berkurang maka hipofisis ganti mengeluarkan LH.
LH merangsang pelepasan oosit sekunder daria folikel de Graaf siap
untuk dibuahi sperma.

4. Fase pasca-ovulasi
Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh
oosit sekunder akan berkerut dan berubah menjadi korpus luteum. Korpus
luteum tetap memproduksi estrogen dan progesteron. Keduanya bekerja
menebalkan endometrium, juga merangsang sekresi lendir pada vagina

| 22
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si

dan pertumbuhan kelenjar susu pada payudara. Keseluruhan fungsi


tersebut adalah menyiapkan implantasi zygot pada uterus bila terjadi
pembuahan atau kehamilan.

2.3.3 Pembentukan Zigot

Gambar 2.21 Fertilisasi


Terjadi saat oosit
sekunder yang mengandung ovum dibuahi oleh sperma.
Sebelum sperma membuahi ovum, sperma harus menembus beberapa lapisan.
Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun ovum
keduanya mengeluarkan enzim yang saling mendukung.
Sperma mengeluarkan beberapa jenis enzim, enzim untuk menghancurkan
hialuronid pada korona radiata, glikoprotein pada zona pelusida dan antifertilizin
yang menyebabkan sperma dapat melekat pada oosit sekunder. Saat satu sperma
menembus oosit sekunder, segera terbentuk senyawa tertentu pada zona pelusida
sehingga tidak dapat ditembus oleh sperma lainnya.
Masuknya sperma ke dalam oosit sekunder merangsang penyelesaian
meiosis II. Segera setelah masuk ke dalam oosit sekunder, nukleus pada kepala
sperma membesar, eko berdegenerasi. Kemudian inti sperma yang mengandung
23 kromosom dengan ovum yang juga mengandung 23 kromosom bersatu,
menghasilkan zigot dengan 23 pasang kromosom.

| 23
Fisiologi Hewan (2016)
Dosen Pengampu : Darmadi, S.Pd, M.Si
Gambar 2.22 Perkembangan sel setelah fertilisasi

Setelah fertilisasi akan masuk ke dalam periode gestasi (kehamilan),


dalam perjalanannya menuju uterus, zigot membelah secara mitosis berkali-kali.
Dengan tahapan yaitu pembelahan, gastrulasi dan organogenesis. Sesampainya di
dalam rahim zigot akan dimplantasikan (ditanam) pada endometrium uterus.

3. Daftar Pustaka

Budisma. 2015. Pengertian Invertebrata, Ciri dan Contoh. (Online)


www.budisma.net. Diakses 28 November 2016

Campbell, Neil A. dkk. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Erlangga. Jakarta.

Fried, George H. 2006. Schaums Outline of - Teori dan Soal-soal Biologi.


Erlanga. Jakarta.

Irnaningtyas. 2016. BIOLOGI untuk SMA/MA Kelas X. Erlangga. Jakarta.

Kusnadi dan Didik Priyandoko. 2007 Biologi SMA/MA Kelas X. Piranti. Jakarta.

Maskoeri Jasin. 1992. Zoologi Vertebrata. Sinar Wijaya. Jakarta.

Rachmawati, Faidah dkk. 2009. Biologi untuk SMA/MA Kelas XII Program IPA.
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Rohmimohtarto. 2007. Zoologi Invertebrata. Piranti. Jakarta.

Partodihardjo, S. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara. Bandung.

| 24

Anda mungkin juga menyukai