Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dengan memadukan genetika molekuler dengan pendekatan klasik
terhadap embriologi, para ahli biologi perkembangan sekarang sedang mulai
menjawab banyak pertanyaan mengenai bagaimana sebuah telur yang dibuahi
menjadi seekor hewan tertentu. Ahli biologi molekuler Sidney Brenner telah
secara sini berkomentar bahwa biologi perkembangan adalah “bagaimana cara
membawa seekor mencit,” dan memang, mencit adalah model percobaan yang
paling disukai bagi para peneliti yang sedang mempelajari perkembangan
vertebrata, khususnya perkembangan mamalia. Katak dan ayam juga merupakan
organisme model yang penting untuk memahami perkembangan vertebrata,
khususnya perkembangan mamalia.
Reproduksi ada yang seksual dan ada pula yang aseksual. Generatif
maupun vegetatif (kawin dan tak kawin). Perkembangbiakan generatif pada
hewan meliputi perkembangbiakan dengan konjungsi dan pleburan dua sel gamet.
Konjugasi, yaitu perkembangbiakan secar kawin pada organisma yang belum jelas
alat kelaminnya, contohnya Spirogyra. Peleburan dua sel gamet, dapat terjadi pada
hewan yang telah memiliki alat kelamin tertentu, sebagai contoh pada cacing
tanah terjadi perkawinan silang antara dua cacing yang kawin. Cacing A dibuahi
oleh sperma dari cacing B, sedangkan cacing B dibuahi oleh sperma dari cacing
A. cacing tanah tergolong hewan hermafrodit yang memiliki alat kelamin jantan
dan berin pada satu tubuh. Selain cacing tanah yang tergolong hermafrodit antara
lain cacing pita, siput darat dan bekicot.
Reproduksi hewan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu secara
vegetatif dan generatif. Perkembangbiakan vegetatif terjadi tanpa peleburan sel
kelamin jjantan dan betina. Perkembangbiakan vegetatif biasanya terjadi pada
hewan tingkat rendah atau tidak bertulang bekakang (avertebrata).
Perkembangbiakan generatif umumnya terjadi pada hewan tingkat tinggi atau
hewan betulang belakang (vertebrata). Perkembangbiakan tersebut melibatkan alat

1
kelamin jantan dan alat kelamin betina dan ditandai oleh adanya peristiwa
pembuahan (Fertilisasi). Reproduksi vegetatif pada hewan umumnya terjadi pada
avertebrata dan tidak melibatkan alat reproduksi. Ada 3 cara perkembangbiakan
pada hewan secara vegetatif yaitu pertunasan, pembelahan sel, dan flagmentasi.
Kebanyakan organisme mempunyai perbedaan yang nyata antara individu jantan
dan individus betina. Alat reproduksi hewan pada dasarnya terdiri atas sel kelamin
dan alat kelamin (Anonim 1 : 2009 ).

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa yang dimaksud dengan reproduksi ?
2) Apa saja jenis-jenis reproduksi?
3) Bagaimana proses pembuahan pada hewan?
4) Apa saja alat reproduksi pada hewan?

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan reproduksi secara umum
2) Untuk memahami pembagian jenis-jenis reproduksi
3) Untuk mengenal proses pembuahan pada hewan
4) Untuk mengetahui alat reproduksi ada hewan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Reproduksi Secara Umum


Reproduksi yaitu suatu proses biologis di mana individu/organisme baru
diproduksi. Atau bisa juga merupakan cara dasar mempertahankan diri yang
dilakukan oleh semua bentuk kehidupan; setiap individu organisme ada sebagai
hasil dari suatu proses reproduksi oleh pendahulunya .

2.2 Perkembangbiakan Pada Hewan


Pada hewan terjadi dua cara perkembangbiakan antara lain :
A. Perkembangbiakan Aseksual pada Hewan
Perkembangbiakan aseksual pada hewan umumnya terjadi pada hewan tingkat
rendah/Avertebrata. Reproduksi aseksual artinya reproduksi yang terjadi tanpa
didahului dengan peleburan dua sel kelamin yang berbeda jenisnya. Reproduksi
aseksual pada hewan ada lima jenis, yaitu pembelahan biner, pembelahan ganda,
pembentukan tunas, regenerasi, dan partenogenesis.
1. Pembelahan biner
Terjadi pada makhluk hidup uniseluler, yaitu dari golongan Monera dan
Protista. Pada pembelahan biner, dari satu individu membelah secara
langsung menjadi dua sel anak. Pembelahan biner terdiri dari lima jenis,
yaitu pembelahan ortodoks, melintang, membujur, miring, dan strobilasi.
Pembelahan biner secara ortodoks/umum terjadi pada Amoeba dan
mikroorganisme lain dari golongan Rhizopoda. Pembelahan biner secara
melintang terjadi pada Paramecium. Pembelahan dengan tipe membujur
contohnya pada Euglena. Tipe pembelahan miring terjadi pada
Dinoflagellata. Sedangkan pembelahan biner tipe strobilasi menghasilkan
individu baru dari bagian tubuh induk yang lepas, contohnya pada cacing
pita (Taenia sp).

3
2. Pembelahan ganda,
Pembelahan berulang, sehingga dalam sekali pembelahan dari satu
individu dapat dihasilkan lebih dari dua individu. Contoh hewan yang
dapat melakukan pembelahan ganda adalah Plasmodium.
3. Pertunasan atau budding
Pembentukan tunas kecil yang serupa dengan induk. Tunas ini kemudian
memisahkan diri dan menjadi individu baru. Contohnya pada Hydra, ubur-
ubur pada saat berbentuk polip, dan hewan dari golongan Porifera. Selain
bereproduksi dengan tunas, Porifera juga dapat melakukan reproduksi
secara seksual.
4. Fragmentasi
Individu baru terbentuk dari bagian tubuh induk yang terbagi-bagi/terputus
baik sengaja atau tidak. Setiap bagian tumbuh dan berkembang
membentuk bagian yang belum ada sehingga menjadi  individu baru yang
utuh. Contoh hewan yang melakukan reproduksi secara fragmentasi adalah
cacing tanah, bintang laut, dan Planaria. Fragmentasi bukan merupakan
cara reproduksi yang utama, karena dalam kondisi normal Planaria
bereproduksi secara seksual.

5. Partenogenesis
Individu baru terbentuk dari telur yang tidak dibuahi. Hewan yang
mengalami partenogenesis adalah serangga, misalnya lebah madu.

4
B. Perkembangbiakan Seksual Pada Hewan
Perkembangbiakan secara seksual pada hewan melibatkan alat reproduksi,
sel kelamin/gamet jantan dan gamet betina, serta proses pembuahan atau
fertilisasi. Pembuahan pada hewan ada dua jenis, yaitu pembuahan yang terjadi di
dalam tubuh induk betina dan pembuahan yang terjadi di luar tubuh. Pembuahan
di dalam tubuh induk betina disebut fertilisasi internal. Sedangkan pembuahan di
luar tubuh induk betina disebut fertilisasi eksternal.
Pembuahan eksternal biasanya terjadi pada hewan yang hidup di dalam air,
misalnya katak dan ikan. Jumlah sel telur dan sperma yang dihasilkan sangat
banyak, sehingga dapat memperbesar peluang terjadinya pembuahan. Pembuahan
eksternal dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe acak dan tipe sarang. Pada
tipe acak, proses pelepasan sel telur dan sperma di lakukan di sembarang tempat.
Sedangkan pada tipe sarang, ada tempat tertentu untuk melepaskan sperma dan sel
telur, sehingga peluang terjadinya pembuahan lebih besar. Pada fertilisasi internal,
pembuahan yang terjadi dalam tubuh induk betina. Jadi sperma dari induk jantan
harus dimasukkan ke dalam tubuh betina melalui kopulasi.
Alat reproduksi menghasilkan sel kelamin. Sel kelamin jantan/sperma
dihasilkan oleh testis, sedangkan sel kelamin betina (ovum/sel telur) dihasilkan
oleh ovarium (indung telur). Proses pembentukan sel kelamin jantan dan betina
disebut gametogenesis. Proses pembentukan sel kelamin jantan disebut
spermatogenesis, sedangkan proses pembentukan sel kelamin betina disebut
oogenesis.
Setelah terjadi pembuahan atau fertilisasi, akan terbentuk zigot yang
kemudian berkembang menjadi embrio. Perkembangan dan kelahiran embrio
dapat terjadi melalui tiga cara, yaitu vivipar, ovipar, dan ovovivipar.
Pada reproduksi seksual tidak selalu terjadi pembuahan, namun kadang-
kadang dapat terbentuk individu baru tanpa adanya pembuahan, sehingga
reproduksi secara kawin pada hewan invertebrata dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:

5
1. Tanpa pembuahan, yaitu pada peristiwa partenogenesis, sel telur tanpa
dibuahi dapat tumbuh menjadi individu baru. Misalnya pada lebah jantan
dan semut jantan.
2. Dengan pembuahan, dapat dibedakan atas konjugasi dan anisogami.

o Konjugasi, ini terjadi pada invertebrata yang belum jelas alat


reproduksinya misalnya Paramecium.
o Anisogami, yaitu peleburan dua asel kelamin yang tidak sama
besarnya, misalnya peleburan mikrogamet dan makrogamet pada
Plasmodium, dan peleburan sperma dengan ovum di dalam rahim.
Reproduksi seksual/generative

1. Konjugasi

yaitu persatuan antara dua individu yang belum mengalami spesialisasi


sex. Terjadi persatuan inti (kariogami) dan sitoplasma (plasmogami).
Contohnya pada Paramaecium sp.

2. Fusi

yaitu persatuan/peleburan duya macam gamet yang belum dapat dibedakan


jenisnya. Dibedakan menjadi 3 macam yaitu :

3. Isogami

yaitu persatuan dua macam gamet yang memiliki bentuk dan ukuran yang
sama. Contohnya pada Phyllum Protozoa.

4. Anisogami

yaitu persatuan dua macam gamet yang berbeda ukuran dan bentuknya
sama. Contohnya Chlamydomonas sp.

6
5. Oogami

yaitu persatuan dua macam gamet yang memiliki ukuran dan bentuk yang
tidak sama. Contohnya pada Hydra sp.

2.3 Pembelahan Sel

A. Reproduksi Sel

Pernahkah kalian memikirkan proses tumbuhnya badan bayi hingga


dewasa? Dari bayi, kita dapat tumbuh menjadi bentuk sekarang ini disebabkan
sel-sel di dalam tubuh kita terus-menerus memperbanyak diri melalui pembelahan
sel. Oleh karena itu, pembelahan sel meru-pakan faktor penting dalam hidup kita.
Sel merupakan bagian terkecil yang menyusun tubuh kita. Setiap sel dapat
memperbanyak diri dengan membentuk sel-sel baru melalui proses yang disebut
pembelahan sel atau reproduksi sel . Pada organ-isme bersel satu ( uniseluler ),
seperti bakteri dan protozoa, proses pem-belahan sel merupakan salah satu cara
untuk berkembang biak. Proto-zoa melakukan pembelahan sel dari satu sel
menjadi dua, dari dua sel menjadi empat, dan dari empat sel menjadi delapan, dan
seterusnya.
Pada makhluk hidup bersel banyak (multiseluler), pembelahan sel mengakibatkan
bertambahnya sel-sel tubuh. Oleh karena itu, terjadi-lah proses pertumbuhan pada
makhluk hidup. Pembelahan sel juga berlangsung pada sel kelamin atau sel gamet
yang bertanggung jawab dalam proses perkawinan antar individu. Setelah dewasa,
sel kelenjar kelamin pada tubuh manusia membelah membentuk sel-sel kelamin.

Seorang laki-laki menghasilkan sperma di dalam testis, sedangkan wanita


menghasilkan sel telur atau ovum di dalam ovarium. Pada dasarnya, pembelahan
sel dibedakan menjadi dua, yaitu pembelahan secara langsung (amitosis) dan
pembelahan secara tidak langsung (mitosis dan meiosis). Apa yang dimaksud

7
dengan pembe-lahan sel secara langsung maupun tidak langsung tersebut? Kalian
akan mengetahuinya dengan menyimak penjelasan berikut.

1. Pembelahan Sel secara Langsung


Proses pembelahan secara langsung disebut juga pembelahan ami-tosis atau
pembelahan biner. Pembelahan biner merupakan proses pembelahan dari 1 sel
menjadi 2 sel tanpa melalui fase-fase atau tahap-tahap pembelahan sel.
Pembelahan biner banyak dilakukan organisme uniseluler (bersel satu), seperti
bakteri, protozoa, dan mikroalga (alga bersel satu yang bersifat mikroskopis).
Setiap terjadi pembelahan biner, satu sel akan membelah menjadi dua sel yang
identik (sama satu sama lain). Dua sel ini akan membelah lagi menjadi empat,
begitu seterus-nya. Pembelahan biner dimulai dengan pembelahan inti sel menjadi
dua, kemudian diikuti pembelahan sitoplasma. Akhirnya, sel terbelah menjadi dua
sel anakan. Pembelahan biner dapat terjadi pada organisme prokariotik atau
eukariotik tertentu. Perbedaan antara organisme prokariotik dan eukariotik,
terutama berdasarkan pada ada tidaknya membran inti selnya. Membran inti sel
tersebut membatasi cairan pada inti sel ( nukleoplasma) dengan cairan di luar inti
sel, tempat terdapatnya organel sel ( sitoplasma). Organisme prokariotik tidak
mempunyai membran inti sel, sedangkan organisme eukariotik mempunyai
membran inti sel. Oleh karena itu, eukariotik dikatakan mempunyai inti sel
(nukleus) sejati. Pembelahan biner pada organisme prokariotik terjadi pada
bakteri. DNA bakteri terdapat pada daerah yang disebut nukleoid . DNA pada
bakteri relatif lebih kecil dibandingkan dengan DNA pada sel eukariotik. DNA
pada bakteri berbentuk tunggal, panjang dan sirkuler sehingga tidak perlu dikemas
menjadi kromosom sebelum pembelahan.

8
2. Pembelahan Sel secara Tidak Langsung (Mitosis dan Meiosis)

Pembelahan sel secara tidak langsung adalah pembelahan yang melalui


tahapan-tahapan tertentu. Setiap tahapan pembelahan ditandai dengan
penampakan kromosom yang berbeda-beda. Kalian telah mengetahui bahwa di
dalam inti sel terdapat benang-benang kromatin . Ketika sel akan membelah,
benang-benang kromatin ini menebal dan memendek, yang kemudian disebut
kromosom.  Kromosom dapat berikatan dengan warna tertentu, sehingga mudah
diamati dengan mikroskop. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kromosom
merupakan benang pembawa sifat. Di dalam kromosom terdapat gen sebagai
faktor pembawa sifat keturunan. Pada waktu sel sedang membelah, terjadi proses
pembagian kromosom di dalamnya. Tingkah laku kromosom selama sel
membelah dibedakan menjadi fase-fase atau tahap-tahap pembelahan sel.
Pembelahan sel yang terjadi melalui fase-fase itulah yang disebut pembelahan
secara tidak langsung. Mengenai fase-fase pembelahan mitosis akan dibahas pada
subab tersendiri. Pembelahan sel secara tidak langsung dibedakan menjadi dua,
yaitu pembelahan mitosis dan meiosis . Sebelum kalian mempelajari lebih jauh
tentang pembelahan sel secara tidak langsung, ada baiknya kalian lakukan rubrik
Diskusi beri-kut ini.

Proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan atau organ tu-buh organisme


terjadi melalui proses pembelahan sel secara mitosis. Pembelahan mitosis adalah

9
pembelahan sel yang menghasilkan sel anakan dengan jumlah kromosom sama
dengan jumlah kromosom induknya. Proses pembelahan mitosis terjadi pada
semua sel tubuh makhluk hidup, kecuali pada jaringan yang menghasilkan gamet
(sel kelamin). Pada pembelahan mitosis, satu sel induk membelah diri menjadi
dua sel anakan. Sel anakan ini mewarisi sifat sel induknya dan memiliki jumlah
kromosom yang sama dengan induknya. Jika sel induk memi-liki 2n kromosom,
maka setiap sel anakan juga emiliki 2n kromo-som. Jumlah 2n ini disebut juga
kromosom diploid. Pembelahan mitosis terjadi selama pertumbuhan dan
reproduksi secara aseksual. Pada manusia dan hewan, pembelahan mitosis terjadi
pada sel meristem somatik (sel tubuh) muda yang mengalami pertum-buhan dan
perkembangan. Sebagai contoh, sel telur yang telah dibuahi sperma akan
membelah beberapa kali secara mitosis untuk membentuk embrio. Sel-sel pada
embrio ini terus-menerus membelah secara mitosis dan akhirnya terbentuk bayi.
Pertumbuhan manusia dari bayi hingga dewasa juga melalui mekanisme
pembelahan sel secara mitosis. Inilah salah satu bentuk kekuasaan tuhan yang
harus kita syukuri. Pembelahan meiosis yang disebut juga sebagai pembelahan
reduksi merupakan pembelahan sel induk dengan jumlah kromosom diploid (2n)
menghasilkan empat sel anakan. Setiap sel anakan mengandung separuh
kromosom sel induk atau disebut haploid ( n). Pembelahan meiosis terjadi pada
proses pembentukan sel gamet (sel kelamin) pada organ reproduksi (testis atau
ovarium). Pada manusia atau hewan, sperma yang haploid dihasilkan di dalam
testis dan sel telur yang juga haploid dihasilkan di dalam ovarium. Pada tumbuhan
berbunga, sel gamet dihasilkan di dalam putik dan benang sari. Pembentukan
gamet jantan dan gamet betina terjadi melalui tahapan gametogenensis (dibahas
pada subbab tersendiri). Penyatuan kedua gamet akan menghasilkan zigot dengan
variasi genetik. Ini disebabkan karena sel anakan merupakan hasil penyatuan dua
sel yang berbeda materi genetiknya. Perpaduan ini menyebabkan adanya variasi
genetik.

10
 Tahapan Pembelahan Mitosis

Pembelahan sel secara mitosis meliputi sejumlah tahapan tertentu.


Sebenarnya, pembelahan mitosis hanyalah sebagian kecil dari siklus sel. Siklus sel
terdiri dari fase pembelahan mitosis (M) dan periode pertumbuhan yang disebut
interfase. Interfase merupakan bagian ter-besar dari siklus sel. Interfase terdiri dari
tiga sub fase, yaitu fase G1 (pertumbuhan primer), fase S (sintesis) , dan fase G2
(pertumbuhan sekunder ). Pembelahan mitosis merupakan pembelahan yang
menghasil-kan sel-sel tubuh (sel somatik). Secara garis besar, pembelahan sel
secara mitosis terdiri dari fase istirahat (interfase ), fase pembelahaninti sel
( kariokinesis ), dan fase pembelahan sitoplasma (sitokinesis). Bagaimanakah ciri-
ciri setiap fase pembelahan tersebut? Untuk menge-tahuinya, simaklah penjelasan
berikut.
1. Interfase (Fase Istirahat)

Pada tahap ini, sel dianggap sedang istirahat dan tidak melaku-kan
pembelahan. Namun, interfase merupakan tahap yang penting untuk
mempersiapkan pembelahan atau melakukan metabolisme sel. Pada interfase,
tingkah laku kromosom tidak tampak karena berbentuk benang-benang kromatin
yang halus. Walaupun begitu, sel anak yang baru terbentuk sudah melakukan
metabolisme. Sel perlu tumbuh dan melakukan berbagai sintesis sebelum
memasuki proses pembelahan berikutnya.Apa saja kegiatan sel pada saat
interfase? Pada saat interfase, sel mengalami subfase berikut.

a. Fase Pertumbuhan Primer ( Growth 1 disingkat G1 )

Sel yang baru terbentuk mengalami pertumbuhan tahap pertama. Pada subfase
ini, sel-sel belum mengadakan replikasi DNA yang masih bersifat 2n (diploid).
Sementara organel-organel yang ada di dalam sel, seperti mitokondria,
retikulum endoplasma, kompleks golgi, dan or-ganel lainnya memperbanyak
diri guna menunjang kehidupan sel.

11
b. Fase Sintesis (S)

Pada subfase ini, sel melakukan sintesis materi genetik. Materi ge-netik adalah
bahan-bahan yang akan diwariskan kepada keturunannya, yaitu DNA. DNA
dalam inti sel mengalami replikasi (penggandaan jumlah salinan). Jadi, subfase
sintesis (penyusunan) menghasilkan 2 salinan DNA.

c. Fase Pertumbuhan Sekunder ( Growth 2 disingkat G2 )

Setelah DNA mengalami replikasi, subfase berikutnya adalah per-


tumbuhan sekunder (G2). Pada subfase ini, sel memperbanyak organel-organel
yang dimilikinya. Ini bertujuan agar organel-organel tersebut dapat diwariskan
kepada setiap sel turunannya. Pada subfase ini, rep-likasi DNA telah selesai
dan sel bersiap-siap mengadakan pembelahan secara mitosis. Selain itu, inti sel
(nukleus) telah terbentuk dengan jelas dan terbungkus membran inti.

Pada subfase ini, inti sel mempunyai satu atau lebih nukleolus
(membran inti sel). Di luar inti terdapat dua sentrosom yang terbentuk oleh
replikasi sentrosom pada tahap sebelumnya. Sentrosom mengala-mi
perpanjangan menyebar secara radial yang isebut aster (bintang). Pada
sentrosom terdapat sepasang sentriol yang berfungsi menentukan orientasi
pembelahan sel. Walaupun kromosom telah diduplikasi pada fase S, namun
pada fase G2, kromosom belum dapat dibedakan secara individual karena
masih berupa benang-benang kromatin.

Setelah ketiga tahapan interfase dilalui, sel telah siap menjalani pembelahan
secara mitosis. Seperti fase interfase, pembelahan mitosis juga terdiri dari
beberapa fase. Untuk mengetahui lebih jauh tentang fase-fase pada pembelahan
mitosis, simaklah penjelasan berikut. Secara garis besar, fase pembelahan mitosis
terbagi menjadi dua fase, yaitu fase pembelahan inti ( kariokinesis ) dan fase
pembelahan sitoplasma ( sitokinesis).Kariokinesis adalah fase pembelahan inti sel.

12
Secara rinci, fase kariokinesis dibagi menjadi empat subfase, yaitu profase,
metafase, anafase, dan telofase. Sekarang, marilah kita bahas keempat subfase
tersebut.

a Profase

Pada permulaan profase, di dalam nukleus mulai terbentuk kro-mosom ,


yaitu benang-benang rapat dan padat yang terbentuk akibat menggulungnya
kromatin. Pada fase ini, kromosom dapat dilihat menggunakan mikroskop.
Selanjutnya, nukleolus menghilang dan terjadi duplikasi kromosom (kromosom
membelah dan memanjang) menghasilkan 2 kromosom anakan yang disebut
kromatid . Kedua kromatid tersebut bersifat identik sehingga disebut kromatid
kembar (sister chromatid ), yang bersatu atau dihubungkan oleh sentromer pada
lekukan kromosom. Perhatikan Gambar 4.6. Sentromer merupakan bagian
kromosom yang menyempit, tampak lebih terang dan membagi kromosom
menjadi 2 lengan. Pada akhir profase, di dalam sitoplasma mulai terbentuk
gelendong pembelahan ( spindel ) yang berasal dari mikrotubulus. Mikrotubulus
tersebut memanjang, seolah-olah mendorong dua sentrosom di sepanjang
permukaan inti sel (nukleus). Akibatnya, sentrosom sa ling menjauh. Proses ini
kemudian berlanjut ke fase berikutnya, yaitu metafase.

b Metafase

Tahap awal metafase (prometafase) ditandai dengan semakin memadatnya


kromosom (kromosom ini terdiri dari 2 kromatid) dan terpecahnya membran inti
(membran nukleus). Hal ini menyebab-kan mikrotubulus dapat menembus inti sel
dan melekat pada struktur khusus di daerah sentromer setiap kromatid, disebut
kinetokor . Oleh karena itu, kinetokor ini berfungsi sebagai tempat bergantung
bagi kromosom. Sebagian mikrotubulus yang melekat pada kinetokor disebut
mikro-tubulus kinetokor, sedangkan mikrotubulus yang tidak memperoleh
kinetokor disebut mikrotubulus non kinetokor. Sementara itu, mikrotubulus non
kinetokor berinteraksi dengan mikrotubulus lain dari kutub sel yang berlawanan.

13
Pada metafase, kromosom tampak jelas.Pada tahap metafase sesungguhnya,
sentrosom telah berada pada kutub sel. Dinding inti sel menghilang. Sementara
itu, kromosom me-nempatkan diri pada bidang pembelahan yang disebut bidang
metafase. Bidang ini merupakan bidang khayal yang terletak tepat di tengah sel,
seperti garis katulistiwa bumi sehingga disebut juga bidang ekuator. Pada bidang
ini, sentromer dari seluruh kromosom terletak pada satu baris yang tegak lurus
dengan gelendong pembelahan. Kinetokor pada setiap kromatid menghadap pada
kutub yang berlainan (perhatikan Gambar 4.7). Dengan letak kromosom berada di
bidang pembelahan, maka pembagian jumlah informasi DNA yang akan diberikan
kepada sel anakan yang baru, benar-benar rata dan sama jumlahnya. Tahapan ini
merupakan akhir dari metafase.

c Anafase

Setelah berakhirnya tahap metafase, pembelahan sel berlanjut pada tahap


anafase. Tahap anafase ditandai dengan berpisahnya kromatid saudara pada
bagian sentromer kromosom. Gerak kromatid ini disebabkan tarikan benang
mikrotubulus yang berasal dari sentriol pada kutub sel. Kalian telah mengetahui
bahwa mikrotubulus melekat pada sentromer. Hal ini menyebabkan sentromer
tertarik terlebih dahulu. Akibatnya, sentromer berada di depan dan bagian lengan
kromatid berada di belakang. Struktur ini seperti huruf V. Gerakan ini menempuh
jarak sekitar 1μm (10-6 meter) tiap menit. Pada saat bersamaan, mikrotubulus non
kinetokor semakin memanjang sehingga jarak kedua kutub sel semakin jauh.
Selanjutnya, masing-masing kromatid bergerak ke arah kutub yang berlawanan
dan berfungsi sebagai kromosom lengkap, dengan sifat keturunan yang sama
(identik). Untuk menjalankan tugasnya ini, mikrotubulus telah mengalami
peruraian pada bagian kinetokornya. Lalu bagaimanakah bidang pembelahan sel
pada hewan dan tumbuhan? Salah satu perbedaan sel tumbuhan dan sel hewan
adalah ada ti-daknya sentriol. Pada sel tumbuhan, peran sentriol digantikan oleh
kromosom sehingga arah pembelahan tetap menuju ke kutub sel. Pada sel hewan,
sentriol pada kutub sel merupakan arah yang dituju oleh gerakan kromatid saat
pembelahan.

14
d Telofase

Pada tahap telofase ini, inti sel anakan terbentuk kembali dari fragmen-
fragmen nukleus. Bentuk selnya memanjang akibat peran mikrotubulus non
kinetokor. Benang-benang kromatin mulai longgar. Dengan demikian, fase
kariokinesis yang menghasilkan dua inti sel anak yang identik secara genetik telah
berakhir, namun dua inti sel masih berada dalam satu sel. Agar kedua inti terpisah
menjadi sel baru, perlu adanya pembelahan sitoplasma yang disebut sitokinesis.
Sitokinesis terjadi, segera setelah telofase selesai. Pada fase sitokinesis terjadi
pembelahan sitoplasma diikuti pembentukan sekat sel baru, sehingga terbentuk
dua sel anakan. Pada sel hewan, sitokinesis ditandai dengan pembentukan alur
pembelahan melalui pelekukan permukaan sel di sekitar bekas bidang ekuator. Di
sepanjang alur melingkar, terdapat mikrofi lamen yang terdiri dari protein aktin
dan miosin. Protein tersebut berperan dalam kontraksi otot atau pergerakan sel
yang lain. Kontraksi ini semakin ke dalam sehingga menjepit sel dan membagi isi
sel menjadi 2 bagian yang sama.

Berbeda dengan sel hewan, sel tumbuhan mempunyai dinding sel yang keras.
Oleh karena itu, pada sitokinensis tidak terbentuk alur pembelahan. Sitokinesis
terjadi dengan pembentukan pelat sel (cell plate ) yang terbentuk oleh vesikula di
sekitar bidang ekuator. Vesikula-vesikula yang dibentuk oleh badan golgi tersebut
saling bergabung. Penggabungan juga terjadi dengan membran plasma diikuti
terbentuknya dinding sel yang baru oleh materi dinding sel yang dibawa oleh
vesikula.

 Pembelahan Meiosis

Pernahkah kalian berpikir mengapa seekor kambing hanya mela-hirkan


kambing, manusia melahirkan manusia, atau sapi melahirkan sapi? Secara kodrati,
makhluk hidup tertentu hanya melahirkan makh-luk yang sejenis. Ini dikarenakan
adanya ekanisme tertentu pada saat awal perkembangbiakan. Bahkan, sebelum
terbentuk calon anak di dalam rahim, mekanisme ini sudah dimulai. Mekanisme

15
ini dimulai pada sel-sel kelamin (sel reproduksi) calon bapak dan calon ibu. Me-
kanisme tersebut adalah pembelahan sel secara meiosis . Makhluk hidup yang
sejenis mempunyai jumlah kromosom yang sama pada setiap sel. Misalnya,
manusia mempunyai 46 kromosom, ke-cuali pada sel reproduksi atau sel
kelaminnya. Sel kelamin pada manusia hanya mempunyai setengah jumlah
kromosom sel tubuh lainnya, yaitu 23 kromosom. Jumlah setengah kromosom
(haploid) ini diperlukan untuk menjaga agar jumlah kromosom anak tetap 46.
Kalian telah mengetahui bahwa anak terbentuk dari perpaduan antara sel kelamin
betina (sel telur) dan sel kelamin jantan (sperma). Perpadu an kedua sel kelamin
yang ma-sing-masing memiliki 23 kromosom ini akan menghasilkan sel anak
(calon janin) yang mempunyai 46 kromosom. Oleh sebab itu, pembelahan meio-
sis sangat berpengaruh dalam perkembang an makhluk hidup.

Pembelahan meiosis disebut juga pembelahan reduksi , yaitu pe-


ngurangan jumlah kromosom pada sel-sel kelamin (sel gamet jantan dan sel gamet
betina). Sel gamet jantan pada hewan (mamalia) diben-tuk di dalam testis dan
gamet betinanya dibentuk di dalam ovarium. Gamet jantan pada tumbuhan
dibentuk di dalam organ reproduktif berupa benang sari, sedangkan gamet
betinanya dibentuk di dalam pu-tik. Sel kelamin betina pada hewan berupa sel
telur, sedangkan pada tumbuhan berupa putik. Pada dasarnya, tahap pembelahan
meiosis serupa dengan pembelahan mitosis. Hanya saja, pada meiosis terjadi dua
kali pembelahan, yaitu meiosis I dan meiosis II. Masing-masing pembelahan
meiosis terdiri dari tahap-tahap yang sama, yaitu profase, metafase, anafase, dan
telofase. Bagaimanakah ciri-ciri setiap tahap pembelahan meiosis tersebut? Kalian
akan mengetahuinya setelah mempelajari uraian berikut.

1. Tahap Meiosis I

Seperti halnya pembelahan mitosis, sebelum mengalami pembe-lahan


meiosis, sel kelamin perlu mempersiapkan diri. Fase persiapan ini disebut tahap
interfase . Pada tahap ini, sel melakukan persiapan berupa penggandaan DNA dari
satu salinan menjadi dua salinan (seperti interfase pada mitosis). Tingkah laku

16
kromosom masih belum jelas terlihat karena masih berbentuk benang-benang
halus (kro-matin) sebagaimana interfase pada mitosis. Selain itu, sentrosom juga
bereplikasi menjadi dua (masing-masing dengan 2 sentriol), seperti tampak pada
gambar di samping. Sentriol berperan dalam menentu-kan arah pembelahan sel.

Setelah terbentuk salinan DNA, barulah sel mengalami tahap pembelahan meiosis
I yang diikuti tahap meiosis II. Tahap meiosis I ter-diri atas profase I, metafase I,
anafase I, dan telofase I, serta sitokinesis I. Bagaimanakah ciri-ciri setiap fase
pembelahan tersebut? Berikut akan dibahas fase-fase meiosis I pada sel hewan
dengan 4 kromosom diploid (2n = 2). Untuk lebih jelasnya, simaklah penjelasan
di bawah ini.

a. Profase I

Pada tahap meiosis I, profase I merupakan fase terpanjang atau terlama


dibandingkan fase lainnya bahkan lebih lama daripada tahap profase pada
pembelahan mitosis. Profase I dapat berlangsung dalam beberapa hari. Biasanya,
profase I membutuhkan waktu sekitar 90% dari keseluruhan waktu yang
dibutuhkan dalam pembelahan meiosis. Tahapan ini terdiri dari lima subfase,
yaitu leptoten, zigoten, pakiten, iploten, dan diakinesis.

1) Leptoten

Subfase leptoten ditandai adanya benang-benang kromatin yang memendek


dan menebal. Pada subfase ini mulai terbentuk sebagai kromosom homolog.
Kalian perlu membedakan kromosom homolog dengan kromatid saudara.
Gambar 4.13 memperlihatkan perbedaan pasangan kromosom homolog
dengan kromatid saudara.

2) Zigoten

17
Kromosom homolog saling berdekatan atau berpasangan menurut
panjangnya. Peristiwa ini disebut sinapsis. Kromosom homolog yang
berpasangan ini disebut bivalen (terdiri dari 2 kro-mosom homolog).

3) Pakiten

Kromatid antara kromosom homolog satu dengan kromosom


homolog yang lain disebut sebagai kromatid bukan saudara ( nonsister
chromatids ). Dengan demikian, pada setiap kelompok sinap-sis terdapat 4
kromatid (1 pasang kromatid saudara dan 1 pasang kromatid bukan
saudara). Empat kromatid yang membentuk pa-sangan sinapsis ini disebut
tetrad.

4) Diploten

Setiap bivalen me ngandung empat kromatid yang tetap berkaitan


atau berpasangan di suatu titik yang disebut kiasma (tunggal). Apabila titik-
titik perlekatan tersebut lebih dari satu disebut kiasmata. Proses perlekatan
atau persilangan kromatid-kromatid disebut pindah silang ( crossing over ).
Pada proses pin-dah silang, dimungkinkan terjadinya pertukaran materi
genetik (DNA) dari homolog satu ke homolog lainnya. Pindah silang ini-lah
yang memengaruhi variasi genetik sel anakan.

5) Diakinesis

Pada subfase ini terbentuk benang-benang spindel pembela-han


(gelendong mikrotubulus). Sementara itu, membran inti sel atau karioteka
dan nukleolus mulai lenyap.Profase I diakhiri dengan terbentuknya tetrad
yang mem-bentuk dua pasang kromosom homolog. Perhatikan lagi  Setelah
profase I berakhir, kromosom mulai bergerak ke bi-dang metafase.

b. Metafase I

18
Pada metafase I, kromatid hasil duplikasi kromosom homolog berjajar
berhadap-hadapan di sepanjang daerah ekuatorial inti (bidang metafase I).
Membran inti mulai menghilang. Mikrotubulus kinetokor dari salah satu kutub
melekat pada satu kromosom di setiap pasangan. Sementara mikrotubulus dari
kutub berlawanan melekat pada pasang-an homolognya. Dalam hal ini, kromosom
masih bersifat diploid.

c. Anafase I

Setelah tahap metafase I selesai, gelendong mikrotubulus mulai menarik


kromosom homolog sehingga pasangan kromosom homolog terpisah dan masing-
masing menuju ke kutub yang berlawanan Gambar 4.16). Peristiwa ini mengawali
tahap anafase I. Namun, kromatid saudara masih terikat pada sentromernya dan
bergerak sebagai satu unit tunggal. Inilah perbedaan antara anafase pada mitosis
dan meiosis. Pada mitosis, mikrotubulus memisahkan kromatid yang bergerak ke
arah berlawanan. Coba pelajari lagi tahap anafase pada mitosis.

d. Telofase I

Pada telofase, setiap kromosom homolog telah mencapai kutub-kutub


yang berlawanan. Ini berarti setiap kutub mempunyai satu set kromosom haploid.
Akan tetapi, setiap kromosom tetap mempunyai dua kromatid kembar. Pada fase
ini, membran inti muncul kembali. Peristiwa ini kemudian diikuti tahap
selanjutnya, yaitu sitokinesis.

e. Sitokinesis

Kalian masih ingat pengertian sitokinesis pada sel hewan mau-pun


tumbuhan bukan? Ya, sitokinesis merupakan proses pembelahan sitoplasma.
Tahap sitokinesis terjadi secara simultan dengan telofase. Artinya, terjadi secara
bersama-sama. Tahap ini merupakan tahap di antara dua pembelahan meiosis.
Alur pembelahan atau pelat sel mulai terbentuk (Gambar 4.17). Pada tahap ini
tidak terjadi perbanyakan (replikasi) DNA.  Hasil pembelahan meiosis I

19
menghasilkan dua sel haploid yang mengandung setengah jumlah kromosom
homolog. Meskipun demiki-an, kromosom tersebut masih berupa kromatid
saudara (kandungan DNA-nya masih rangkap). Untuk menghasilkan sel anakan
yang mem-punyai kromosom haploid diperlukan proses pembelahan selanjutnya,
yaitu meiosis II. Jarak waktu antara meiosis I dengan meiosis II disebut dengan
interkinesis .

Jadi, tujuan meiosis II adalah membagi kedua salinan DNA pada sel
anakan yang baru hasil dari meiosis I. Meiosis II terjadi pada ta-hap-tahap yang
serupa seperti meiosis I. Nah, untuk mengetahui lebih lanjut tentang tahap meiosis
II, perhatikan uraian selanjutnya.

 Tahap Meiosis II

Tahap meiosis II juga terdiri dari profase, metafase, anafase, dan telo-fase.
Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap meiosis I. Masing-masing sel anakan
hasil pembelahan meiosis I akan membelah lagi menjadi dua. Sehingga, ketika
pembelahan meiosis telah sempurna, dihasilkan empat sel anakan. Hal yang perlu
diingat adalah bahwa jumlah kromo-som keempat sel anakan ini tidak lagi diploid
(2n) tetapi sudah haploid (n). Proses pengurangan jumlah kromosom ini terjadi
pada tahap meio-sis II. Bagaimanakah proses pengurangan jumlah kromosom ini
terjadi? Kalian akan mengetahuinya setelah mempelajari uraian di bawah ini.

a. Profase II

Fase pertama pada tahap pembelahan meiosis II adalah profase II (Gambar


4.18a). Pada fase ini, kromatid saudara pada setiap sel anakan masih melekat
pada sentromer kromosom. Sementara itu, benang mi-krotubulus mulai
terbentuk dan kromosom mulai bergerak ke arah bidang metafase. Tahap ini
terjadi dalam waktu yang singkat karena diikuti tahap berikutnya.

20
b. Metafase II

Pada metafase II, setiap kromosom yang berisi dua kromatid, me-rentang atau
berjajar pada bidang metafase II (Gambar 4.18b). Pada tahap ini, benang-
benang spindel (benang mikrotubulus) melekat pada kinetokor masing-
masing kromatid.

c. Anafase II

Fase ini mudah dikenali karena benang spindel mulai menarik kromatid
menuju ke kutub pembelahan yang berlawanan. Akibatnya, kromosom
memisahkan kedua kromatidnya untuk bergerak menuju kutub yang berbeda
(Gambar 4.18c). Kromatid yang terpisah ini se-lanjutnya berfungsi sebagai
kromosom individual.

d. Telofase II

Pada telofase II, kromatid yang telah menjadi kromosom menca-pai kutub
pembelahan. Hasil akhir telofase II adalah terbentuknya 4 sel haploid,
lengkap dengan satu salinan DNA pada inti selnya (nuklei).

e. Sitokinesis II

Selama telofase II, terjadi pula sitokinesis II, ditandai adanya sekat sel yang
memisahkan tiap inti sel. Akhirnya terbentuk 4 sel kembar yang haploid.
Berdasarkan uraian di depan, sel-sel anakan sebagai hasil pembelahan
meiosis mempunyai sifat genetis yang bervariasi satu sama lain. Variasi
genetis yang dibawa sel kelamin orang tua menyebabkan munculnya
keturunan yang bervariasi juga.

 Gametogenesis dan Pewarisan Sifat

Sebelum menjadi individu baru, baik pada tumbuhan maupun hewan,


tentunya diperlukan bahan baku atau cikal bakal pembentuk in-dividu baru

21
tersebut. Pada proses perkembangbiakan generatif (seksu-al) hewan maupun
tumbuhan, bahan baku tersebut berupa sel kelamin yang disebut gamet. Gamet
jantan dan betina diperlukan untuk mem-bentuk zigot, embrio, kemudian individu
baru. Nah, pada materi beri-kut ini akan dibahas tentang proses pembentukan
gamet, baik jantan maupun betina yang disebut gametogenesis ( genesis =
pembentukan).Gametogenesis melibatkan pembelahan meiosis dan terjadi pada
organ reproduktif. Pada hewan dan manusia, gametogenesis terjadi pada testis dan
ovarium, sedangkan pada tumbuhan terjadi pada pu-tik dan benang sari. Hasil
gametogenesis adalah sel-sel kelamin, yaitu gamet jantan (sperma) dan gamet
betina (ovum atau sel telur). Seka-rang, marilah kita mempelajari proses
terjadinya gametoge nesis pada hewan dan tumbuhan.

1. Gametogenesis pada Hewan

Gametogenesis memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangbiakan


hewan. Gametogenesis pada hewan yang akan kita pelajari dibagi menjadi dua,
yaitu spermatogenesis dan oogenesis. Spermatogenesis merupakan proses
pembentukan gamet jantan (sperma).Sementara oogenesis adalah proses
pembentuk an gamet betina (ovum atau sel telur).

a. Spermatogenesis

22
Sperma berbentuk kecil, lonjong, berfl agela, dan secara keselu-ruhan
bentuknya menyerupai kecebong (berudu). Flagela pada sperma digunakan
sebagai alat gerak di dalam medium cair. Sperma dihasilkan pada testis. Pada
mamalia, testis terdapat pada hewan jantan sebagai buah pelir atau buah zakar.
Buah pelir pada manusia berjumlah sepasang. Di dalam testis terdapat saluran-
saluran kecil yang disebut tubulus seminiferus . Pada dinding sebelah dalam
saluran inilah, terjadi proses spermatogenesis. Di bagian tersebut terdapat sel-
sel induk sperma yang bersifat diploid (2n) yang disebut
spermatogonium .Pembentukan sperma terjadi ketika spermatogonium
mengalami pembelahan mitosis menjadi spermatosit primer (sel sperma
primer). Selanjutnya, sel spermatosit primer mengalami meiosis I menjadi dua
spermatosit sekunder yang sama besar dan bersifat haploid. Setiap sel
spermatosit sekunder mengalami meiosis II, sehingga terbentuk 4 sel spermatid
yang sama besar dan bersifat haploid.

Mula-mula, spermatid berbentuk bulat, lalu sitoplasmanya se-makin banyak


berkurang dan tumbuh menjadi sel spermatozoa yang berfl agela dan dapat
bergerak aktif. Berarti, satu spermatosit primer menghasilkan dua spermatosit
sekunder dan akhirnya terbentuk 4 sel spermatozoa (jamak = spermatozoon )
yang masing-masing bersifat haploid dan fungsional (dapat hidup).

b. Oogenesis

23
Oogenesis merupakan proses pembentukan sel kelamin betina atau gamet
betina yang disebut sel telur atau ovum. Oogenesis terjadi di dalam ovarium.
Di dalam ovarium, sel induk telur yang disebut oogonium tumbuh besar
sebagai oosit primer sebelum membelah secara meiosis. Berbeda dengan
meiosis I pada spermatogenesis yang menghasilkan 2 spermatosit sekunder
yang sama besar. Meiosis I pada oosit primer menghasilkan 2 sel dengan
komponen sitoplasmik yang berbeda, yaitu 1 sel besar dan 1 sel kecil. Sel yang
besar disebut oosit sekunder , sedangkan sel yang kecil disebut badan kutub
primer ( polar body ). Oosit sekunder dan badan kutub primer mengalami
pembelahan meiosis tahap II. Oosit sekunder menghasilkan dua sel yang
berbeda. Satu sel yang besar disebut ootid yang akan berkembang menjadi
ovum. Sedangkan sel yang kecil disebut badan kutub.Sementara itu, badan
kutub hasil meiosis I juga membelah menjadi dua badan kutub sekunder. Jadi,
hasil akhir oogenesis adalah satu ovum (sel telur) yang fungsional dan tiga
badan kutub yang me ngalami degenerasi (mati).

24
2.4 Pola Perkembangan Pada Hewan
1. Pengertian Fertilisasi
Pembuahan atau fertilisasi (singami) adalah peleburan dua gamet yang
dapat berupa nukleus atau sel-sel bernukleus untuk membentuk sel tunggal (zigot)
atau peleburan nukleus. Biasanya melibatkan penggabungan sitoplasma
(plasmogami) dan penyatuan bahan nukleus (kariogami). Dengan meiosis, zigot
itu membentuk ciri fundamental dari kebanyakan siklus seksual eukariota, dan
pada dasarnya gamet-gamet yang melebur adalah haploid. Bilamana keduanya
motil seperti pada tumbuhan, maka fertilisasi itu disebut isogami, bilamana
berbeda dalam ukuran tetapi serupa dalam bentuk maka disebut anisogami, bila
satu tidak motil (dan biasanya lebih besar) dinamakan oogami. Hal ini merupakan
cara khas pada beberapa tumbuhan, hewan, dan sebagian besar jamur. Pada
sebagian gimnofita dan semua antofita, gametnya tidak berflagel, dan polen tube
terlibat dalam proses fertilisasi.

 Fertilisasi pada hewan


 Fertilisasi eksternal (khas pada hewan-hewan akuatik): gamet-
gametnya dikeluarkan dari dalam tubuhnya sebelum fertilisasi.
 Fertilisasi internal (khas untuk adaptasi dengan kehidupan di
darat): sperma dimasukkan ke dalam daerah reproduksi betina yang
kemudian disusul dengan fertilisasi. Setelah pembuahan, telur itu
membentuk membran fertilisasi untuk merintangi pemasukan
sperma lebih lanjut. Kadang-kadang sperma itu diperlukan hanya
untuk mengaktivasi telur.
 Pembuahan in vitro (bahasa Inggris: in vitro fertilisation)
adalah sebuah teknik pembuahan dimana sel telur (ovum) dibuahi
di luar tubuh wanita. Bayi tabung adalah salah satu metode untuk
mengatasi masalah kesuburan ketika metode lainnya tidak berhasil.
Prosesnya terdiri dari mengendalikan proses ovulasi secara
hormonal, pemindahan sel telur dari ovarium dan pembuahan oleh
sel sperma dalam sebuah medium cair.

25
2.5 Reproduksi Pada Invertebrata dan Vertebrata

 REPRODUKSI PADA INVERTEBRATA

Seperti halnya pada tumbuhan, perkembangbiakan pada invertebrata (hewan


tanpa tulang belakang) meliputi perkembangbiakan secara Aseksual (Vegetatif)
dan Seksual (Generatif).

1.    Reproduksi Aseksual (Vegetatif)


Reproduksi yang terjadi tanpa proses peleburan sel gamet. Individu baru
muncul dari bagian tubuh induk. Beberapa hewan melakukan reproduksi aseksual,
karena bagian dari siklus hidupnya, dan beberapa karena pengaruh lingkungan
yang ekstreme. Sifat individu yang terbentuk dari reproduksi aseksual adalah
100% mirip dengan induk. Oleh karena itu, terdapat sedikit variasi genetik yang
ditemukan pada individu hasil reproduksi ini. 

Macam-macam reproduksi aseksual antara lain sebagai berikut :

a) Membelah Diri

Reproduksi dengan cara membelah diri hanya terjadi pada protozoa


(hewan bersel satu), misalnya Amoeba, Paramaecium, dan Euglena. Proses
pembelahan diawali dengan proses pembelahan inti sel menjadi dua, kemudian
diikuti pembelahan sitoplasma menjadi dua bagian yang masing-masing
menyelubungi masing-masing nukleus tersebut. Selanjutnya, bagian tengah
sitoplasma menyempit dan diikuti pemisahan yang membentuk dua individu. Pada
saat keadaan lingkungan kurang menguntungkan, Amoeba akan melindungi diri

26
dengan membentuk kista yang berdinding sangat kuat. Di dalam kista tersebut,
Amoeba membelah diri berulang-ulang menghasilkan banyak individu baru
dengan ukuran yang lebih kecil. Ketika kondisi lingkungan membaik, dinding
kista akan pecah dan individu-individu baru akan keluar, tumbuh dan berkembang
menjadi Amoeba dewasa.
b) Fragmentasi

Fragmentasi adalah perkembangbiakan dengan memotong bagian tubuh,


kemudian potongan tubuh tersebut tumbuh menjadi individu baru. Hewan yang
melakukan reproduksi secara fragmentasi adalah cacing Planaria. Cacing Planaria
mempunyai daya regenerasi yang sangat tinggi. Seekor cacing Planaria yang
dipotong menjadi dua bagian, masing-masing potongan akan tumbuh dan
berkembang menjadi dua ekor cacing Planaria.
c) Pembentukan Tunas
Tunas adalah cara perkembangbiakan di mana individu baru merupakan bagian
tubuh dari induk yang terlepas kemudian tumbuh. contoh Hewan yang
berkembang biak dengan membentuk tunas ialah Hydra sp. Individu baru Hydra
terbentuk dari bagian tubuh Hydra dewasa. Setelah cukup besar, tunas akan
melepaskan diri dari tubuh induknya. Hewan lain yang melakukan reproduksi
dengan tunas misalnya ubur-ubur, hewan karang, dan anemon laut.
d) Sporulasi (Pembentukan Spora)
Sporulasi adalah proses pembelahan berganda (pembelahan multipel) yang
menghasilkan spora. Hewan yang melakukan reproduksi dengan sporulasi adalah
Plasmodium sp. Plamodium adalah protozoa bersel satu yang dikenal sebagai
penyebab penyakit malaria. Dalam siklus hidupnya, plasmodium mengalami dua
fase, yaitu fase generatif dan fase vegetatif. Fase generatif berlangsung di dalam
tubuh nyamuk Anopheles betina, sedangkan fase vegetatif berlangsung di dalam
tubuh penderita penyakit malaria.

27
2. Reproduksi Seksual (Generatif) 

Pada reproduksi seksual tidak selalu terjadi pembuahan, namun kadang-


kadang dapat terbentuk individu baru tanpa adanya pembuahan, sehingga
reproduksi secara kawin pada hewan invertebrata dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
a. Tanpa pembuahan, yaitu pada peristiwa partenogenesis, sel telur tanpa
dibuahi dapat tumbuh menjadi individu baru. Misalnya pada lebah jantan
dan semut jantan.
b. Dengan pembuahan, dapat dibedakan atas konjugasi dan anisogami.

 Konjugasi, ini terjadi pada invertebrata yang belum jelas alat


reproduksinya misalnya Paramecium.
 Anisogami, yaitu peleburan dua asel kelamin yang tidak sama besarnya,
misalnya peleburan mikrogamet dan makrogamet pada Plasmodium, dan
peleburan sperma dengan ovum di dalam rahim.

 REPRODUKSI PADA VERTEBRATA


Vertebrata (hewan bertulang belakang) hanya dapat berkembangbiak secara
Seksual (Generatif). Reproduksi atau perkembangbiakan secara generatif
melibatkan peleburan (fertilisasi) dua macam sel gamet, sperma (gamet jantan)
dan ovum (gamet betina). Individu yang terbentuk akan mewarisi kedua sifat
induk yang akan memunculkan sifat yang menonjol. Kombinasi genetik pada
reproduksi seksual meningkatkan variasi genetik pada tingkat spesies. Reproduksi
seksual menghasilkan individu baru yang tidak sama persis dengan induk.
Berdasarkan tempat bertemunya sel gamet, reproduksi dibedakan menjadi;

1. Fertilisasi Internal
Peleburan sel gamet jantan dan sel gamet betina terjadi di dalam tubuh hewan
betina. Pada mekanisme ini hewan akan dilengkapi dengan alat kopulasi. Alat

28
kopulasi ini akan membantu menghantarkan pertemuan sel gamet. Penis
merupakan alat kopulasi pada beberapa jantan, dan vagina alat kopulasi pada
hewan betina. Hewan jantan melepaskan berjuta-juta sel gamet melalui alat
kopulasi ke dalam alat reproduksi betina. Kemudian sel-sel sperma ini akan
“berlari” mencari keberadaan ovum, hanya satu sperma yang dapat membuahi
satu telur. 
Berdasarkan cara perkembangan embrio dibedakan menjadi:

•    Bertelur (OVIPAR)


Embrio akan berkembang di luar tubuh induk dengan struktur yang
bercangkang. Telur embrio akan dikeluarkan dari tubuh induk.
Cangkang ini tersusun atas zat kapur yang melindungi telur embrio dari
kehilangan air. Berkembang diluar tubuh tidak mennghalangi
perkembangan embrio. Telur embrio telah dilengkapi dengan kantung
kuning (yolksacs) yang merupakan nutrisi untuk menyuplai
perkembangan embrio selama di dalam cangkang. Hewan memiliki
waktu yang bervariasi dalam perkembangan embrionya, hal ini dapat
ditujukan dengan ukuran telurnya. Semakin besar ukuran telur maka
kantung kuning semakin besar, artinya perkembangan embrio semakin
lama. Dibutuhkan panas dalam proses pertumbuhan embrio di dalam
cangkang, oleh karena itu, induk akan melakukan suatu cara untuk
menghangatkan anaknya di dalam telur. Beberapa induk mengerami
telurnya (ayam, burung, unggas lainnya) dan beberapa menguburnya di
dalam pasir atau tumpukan serah-serah daun (penyu, ular, dll).
Beberapa induk akan menunggu sampai anaknya menetas, dan ada yang
meninggalkan anaknya.
•    Melahirkan (VIVIPAR)
Embrio berkembang di dalam tubuh induk betina (rahim). Embrio akan
mendapat suplai makanan dari pembuluh darah induk melalui hubungan
plasenta. Embrio akan berkembang di dalam rahim induk betina dalam
masa mengandung yang waktunya sangat bervariasi pada tiap-tiap

29
hewan.
Contoh: sebagian besar mamalia, termasuk manusia.
•    Bertelur melahirkan (OVOVIVIPAR)
Suatu kombinasi antara bertelur dengan melahirkan. Pada
perkembangan ini, embrio disimpan dalam telur tak bercangkang di
dalam tubuh. Telur-telur ini dilengkapi dengan kantung kuning untuk
menyuplai perkembangan embrio. Sampai waktu yang ditentukan,
telur-telur ini pecah di dalam tubuh induk betina, dan keluar dari tubuh
betina.  Contoh: beberapa reptil (kadal, dll).

2.    Fertilisasi Eksternal


Peleburan sel gamet jantan (sperma) dan sel gamet betina (ovum) yang
terjadi di luar tubuh. Hewan jantan akan merangsang hewan betina untuk
menyemprotkan ovum, sedang hewan jantan akan melepaskan sel spermanya di
wilayah yang berair. Diperlukan media air untuk memperantai pertemuan kedua
sel gamet ini. Oleh karena itu, peleburan macam ini biasanya terjadi pada hewan-
hewan di lingkungan akuatik, seperti ikan dan katak. Selain itu, wilayah berair
akan melindungi telur-telur embrio dalam masa perkembangannya, hal ini
dikarenakan telur embrio yang terbentuk tidak memiliki cangkang dan
memerlukan kadar kelembapan yang tinggi. Jika telur-telur ini dipindahkan ke
wilayah yang kering (daratan) maka menyebabkan telur-telur ini mengering dan
akan merusak perkembangan embrio. Pada beberapa hewan air, telur akan
berkembang menjadi bentuk larva bersilia yang akan mengembara menempel di
dasar perairan membentuk koloni baru, atau fase sesil (menempel didasar
perairan) untuk perkembangan vegetatif. Contohnya ditemukan pada spons, ubur-
ubur, dll.

30
1.Reproduksi Ikan 

Ikan merupakan kelompok hewan ovipar, ikan betina dan ikan jantan tidak
memiliki alat kelamin luar. Ikan betina tidak mengeluarkan telur yang
bercangkang, namun mengeluarkan ovum yang tidak akan berkembang lebih
lanjut apabila tidak dibuahi oleh sperma. Ovum tersebut dikeluarkan dari ovarium
melalui oviduk dan dikeluarkan melalui kloaka. Saat akan bertelur, ikan betina
mencari tempat yang rimbun olehtumbuhan air atau diantara bebatuan di dalam
air. Bersamaan dengan itu, ikan jantan juga mengeluarkan sperma dar testis yang
disalurkan melalui saluran urogenital (saluran kemih sekaligus saluran sperma)
dan keluar melalui kloaka, sehingga terjadifertilisasi di dalam air (fertilisasi
eksternal). Peristiwa ini terus berlangsung sampai ratusan ovum yang dibuahi
melekat pada tumbuhan air atau pada celah-celah batu. Telur-telur yang telah
dibuahi tampak seperti bulatan-bulatan kecil berwarna putih. Telur-telur ini akan
menetas dalam waktu 24 – 40 jam.

Anak ikan yang baru menetas akan mendapat makanan pertamanya dari sisa
kuning telurnya, yang tampak seperti gumpalan di dalam perutnya yang masih
jernih. Dari sedemikian banyaknya anak ikan, hanya beberapa saja yang dapat
bertahan hidup.

2. Reproduksi Amfibi (Amphibia)

31
Kelompok amfibi, misalnya katak, merupakan jenis hewan ovipar. Katak
jantan dan katak betina tidak memiliki alat kelamin luar. Pembuahan katak terjadi
di luar tubuh. Pada saat kawin, katak jantan dan katak betina akan melakukan
ampleksus, yaitu katak jantan akan menempel pada punggung katak betina dan
menekan perut katak betina. Kemudian katak betina akan mengeluarkan ovum ke
dalam air. Setiap ovum yang dikeluarkan diselaputi oleh selaput telur (membran
vitelin). Sebelumnya, ovum katak yang telah matang dan berjumlah sepasang
ditampung oleh suatu corong. Perjalanan ovum dilanjutkan melalui oviduk. Dekat
pangkal oviduk pada katak betina dewasa, terdapat saluran yang menggembung
yang disebut kantung telur (uterus). Oviduk katak betina terpisah dengan ureter.
Oviduk nya berkelok-kelok dan bermuara di kloaka.

Segera setelah katak betina mengeluarkan ovum, katak jantan juga akan menyusul
mengeluarkan sperma. Sperma dihasilkan oleh testis yang berjumlah sepasang dan
disalurkan ke dalam vas deferens. Vas deferens katak jantan bersatu dengan
ureter. Dari vas deferens sperma lalu bermura di kloaka. Setelah terjadi fertilisasi
eksternal, ovum akan diselimuti cairan kental sehingga kelompok telur tersebut
berbentuk gumpalan telur.

Gumpalan telur yang telah dibuahi kemudian berkembang menjadi berudu.


Berudu awal yang keluar dari gumpalan telur bernapas dengan insang dan melekat
pada tumbuhan air dengan alat hisap.
Makanannya berupa fitoplankton sehingga berudu tahap awal merupakan
herbivora. Berudu awal kemudian berkembang dari herbivora menjadi karnivora

32
atau insektivora (pemakan serangga). Bersamaan dengan itu mulai terbentuk
lubang hidung dan paru-paru, serta celah-celah insang mulai tertutup. Selanjutnya
celah insang digantikan dengan anggota gerak depan.

Setelah 3 bulan sejak terjadi fertilisasi, mulailah terjadi metamorfosis. Anggota


gerak depan menjadi sempurna. Anak katak mulai berani mucul ke permukaan air,
sehingga paru-parunya mulai berfungsi. Pada saat itu, anak katak bernapas dengan
dua organ, yaitu insang dan paru-paru. Kelak fungsi insang berkurang dan
menghilang, sedangkan ekor makin memendek hingga akhirnya lenyap. Pada saat
itulah metamorfosis katak selesai.

3.Reproduksi Reptil (Reptilia)

Kelompok reptil seperti kadal, ular dan kura-kura merupakan hewan-


hewan yang fertilisasinya terjadi di dalam tubuh (fertilisasi internal). Umumnya
reptil bersifat ovipar, namun ada juga reptil yang bersifat ovovivipar, seperti ular
garter dan kadal. Telur ular garter atau kadal akan menetas di dalam tubuh induk
betinanya. Namun makanannya diperoleh dari cadangan makanan yang ada dalam
telur. Reptil betina menghasilkan ovum di dalam ovarium. Ovum kemudian
bergerak di sepanjang oviduk menuju kloaka. Reptil jantan menghasilkan sperma
di dalam testis. Sperma bergerak di sepanjang saluran yang langsung berhubungan
dengan testis, yaitu epididimis. Dari epididimis sperma bergerak menuju vas
deferens dan berakhir di hemipenis. Hemipenis merupakan dua penis yang
dihubungkan oleh satu testis yang dapat dibolak-balik seperti jari-jari pada sarung
tangan karet. Pada saat kelompok hewan reptil mengadakan kopulasi, hanya satu
hemipenis saja yang dimasukkan ke dalam saluran kelamin betina.

33
Ovum reptil betina yang telah dibuahi sperma akan melalui oviduk dan pada saat
melalui oviduk, ovum yang telah dibuahi akan dikelilingi oleh cangkang yang
tahan air. Hal ini akan mengatasi persoalan setelah telur diletakkan dalam
lingkungan basah. Pada kebanyakan jenis reptil, telur ditanam dalam tempat yang
hangat dan ditinggalkan oleh induknya. Dalam telur terdapat persediaan kuning
telur yang berlimpah.

Hewan reptil seperti kadal, iguana laut, beberapa ular dan kura-kura serta berbagai
jenis buaya melewatkan sebagian besar hidupnya di dalam air. Namun mereka
akan kembali ke daratan ketika meletakkan telurnya.

4. Reproduksi Burung (Aves)

Kelompok burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok buruk


tidak memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini
dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka.

Pada burung betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium kanan
tidak tumbuh sempurna dan tetap kecil yang disebut rudimenter. Ovarium dilekati
oleh suatu corong penerima ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung oviduk
membesar menjadi uterus yang bermuara pada kloaka. Pada burung jantan
terdapat sepasang testis yang berhimpit dengan ureter dan bermuara di kloaka.

34
Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma masuk ke
dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka. Saat
perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum yang telah dibuahi sperma akan
dikelilingi oleh materi cangkang berupa zat kapur.

Telur dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk akan
membantu pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak burung menetas
dengan memecah kulit telur dengan menggunakan paruhnya. Anak burung yang
baru menetas masih tertutup matanya dan belum dapat mencari makan sendiri,
serta perlu dibesarkan dalam sarang.

5.Reproduksi Mamalia (Mammalia)

Semua jenis mamalia, misalnya sapi, kambing dan marmut merupakan hewan
vivipar (kecuali Platypus). Mamalia jantan dan betina memiliki alat kelamin luar,
sehingga pembuahannya bersifat internal. Sebelum terjadi pembuahan internal,
mamalia jantan mengawini mamalia betina dengan cara memasukkan alat kelamin
jantan (penis) ke dalam liang alat kelamin betina (vagina).

Ovarium menghasilkan ovum yang kemudian bergerak di sepanjang oviduk


menuju uterus. Setelah uterus, terdapat serviks (liang rahim) yang berakhir pada
vagina.

35
Testis berisi sperma, berjumlah sepasang dan terletak dalam skrotum. Sperma
yang dihasilkan testis disalurkan melalui vas deferens yang bersatu dengan ureter.
Pada pangkal ureter juga bermuara saluran prostat dari kelenjar prostat. Kelenjar
prostat menghasilkan cairan yang merupakan media tempat hidup sperma.

Sperma yang telah masuk ke dalam serviks akan bergerak menuju uterus dan
oviduk untuk mencari ovum. Ovum yang telah dibuahi sperma akan membentuk
zigot yang selanjutnya akan menempel pada dinding uterus. Zigot akan
berkembang menjadi embrio dan fetus. Selama proses pertumbuhan dan
perkembangan zigot menjadi fetus, zigot membutuhkan banyak zat makanan dan
oksigen yang diperoleh dari uterus induk dengan perantara plasenta (ari-ari) dan
tali pusar.

36
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1) Reproduksi yaitu suatu proses biologis di mana individu/organisme
baru diproduksi. Atau bisa juga merupakan cara dasar
mempertahankan diri yang dilakukan oleh semua bentuk
kehidupan; setiap individu organisme ada sebagai hasil dari suatu
proses reproduksi oleh pendahulunya .
2) Pada hewan terjadi dua cara perkembangbiakan yaitu
Perkembangbiakan Aseksual dan Perkembangbiakan Seksual.
3) Pembuahan atau fertilisasi (singami) adalah peleburan dua gamet
yang dapat berupa nukleus atau sel-sel bernukleus untuk
membentuk sel tunggal (zigot) atau peleburan nukleus.
4) Perkembangbiakan pada invertebrata (hewan tanpa tulang
belakang) meliputi perkembangbiakan secara Aseksual (Vegetatif)
dan Seksual (Generatif). Sedangkan pada Vertebrata (hewan
bertulang belakang) hanya dapat berkembangbiak secara Seksual
(Generatif).

3.1 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan pada makala ini yaitu agar
pembaca dapat mengetahui tentang sistem reproduksi pada hewan dan
mengkritik jika terdapat kesalahan pada makala ini.

37

Anda mungkin juga menyukai