PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk
suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi
bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar
tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan,
namun bagaimana cara yang efektif untuk melibatkan siswa secara aktif membuat
atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu pengalaman yang
bermanfaat bagi siswa. Pembelajaran merupakan suatu sistim yang membantu siswa
belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan.
Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia
belajar, sehingga memahami proses kompleks dari belajar. Ada tiga perspektif utama
dalam teori belajar, yaitu Behaviorisme, Kognitivisme, dan Konstruktivisme. Pada
dasarnya teori pertama dilengkapi oleh teori kedua dan seterusnya, sehingga ada
varian, gagasan utama, ataupun tokoh yang tidak dapat dimasukkan dengan jelas
termasuk yang mana, atau bahkan menjadi teori tersendiri. Untuk memahami teori
mana yang baik untuk diterapkan pada kawasan tertentu, dan teori mana yang sesuai
untuk kawasan lainnya. Perlu pemahaman yang mendalam agar dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran.
Oleh sebab itu, pada makalah ini akan dibahas lebih mendalam mengenai
Teori-teori belajar dalam pembelajaran ditinjau dari beberapa aspek yaitu Prinsip-
prinsip belajar, klasifikasi teori belajar, dan paradigma pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja prinsip belajar dalam pencapaian tujuan pembelajaran?
2. Apa saja klasifikasi dari teori belajar dalam pembelajaran?
3. Apa yang dimaksud dengan Paradigma pembelajaran?
C. Tujuan
1. Prinsi-prinsip Belajar
Salah satu tugas guru adalah mengajar. Dalam kegiatan mengajar tentu saja
tidak dapat dilakukan sembarangan atau semaunya saja, tetapi harus menggunakan
prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran tertentu agar bisa bertindak secara tepat.
Oleh karena itu, sebagai pendidik perlu mempelajari prinsip-prinsip belajar dan
pembelajaran yang tepat agar dapat membimbing aktivitas perencanakan dan
melaksanakan kegiatan belajar mengajar dikelas.
Muis (2016), mengemukakan dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-
prinsip belajar dapat mengungkap batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran
dalam melaksanakan pengajaran, pengetahuan dan prinsip-prinsip belajar dan
pembelajaran agar dapat membantu guru dalam memilih tindakan yang tepat. Selain
itu dengan prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran ia memiliki dan mengembangkan
sikap yang diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar peserta didik secara
efektif dan efesien. Ada beberapa prinsip belajar dalam pembelajaran yaitu:
a. Prinsip Kesiapan (Readiness)
kesiapan atau readiness ialah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat
belajar. Berkenaan dengan hal itu terdapat berbagai macam taraf kesiapan belajar
untuk suatu tugas khusus. Seseorang peserta didik yang belum siap untuk
melaksanakan suatu tugas dalam belajar akan mengalami kesulitan atau malah putus
asa. Yang termasuk kesiapan ini ialah kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi
latar belakang pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor-
faktor lain yang memungkinkan seseorang dapat belajar, agar proses pembelajaran
dapan berjalan sesuai tujuan kurikulum yang berlaku.
b. Prinsip Motivasi (Motivation)
Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi
adalah suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah
kegiatan itu dan memelihara kesungguhan. Secara alami para peserta didik selalu
ingin tahu dan melakukan kegiatan penjajakan dalam lingkungannya. Rasa ingin tahu
ini seyogianya didorong dan bukan dihambat dengan memberikan aturan yang sama
untuk semua anak. Motivasi yaitu salah satu faktor seperti halnya intelegensia dan
hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar peserta didik
dari segi kognitif, afektif dan psikomotor. Motivasi adalah unsur utama dalam
pembelajaran, dan pembelajaran tidak dapat berlangsung tanpa adanya perhatian.
Jadi, sesuatu hal dikatakan menarik perhatian peserta didik, oleh karena itu para
pendidik dituntut agar bisa memotivasi para peserta didik baik dikelas maupun diluar
kelas.
c. Prinsip Tujuan dan keterlibatan langsung
Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang. Prinsip
keterlibatan langsung merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Pembelajaran
sebagai aktivitas mengajar dan belajar, maka guru harus terlibat langsung begitu juga
peserta didik. Prinsip keterlibatan langsung ini mencakup keterlibatan langsung
secara fisik maupun non fisik. Prinsip ini diarahkan agar peserta didik merasa dirinya
penting dan berharga dalam kelas sehingga dia bisa menikmati jalannya
pembelajaran. Karena jika dalam pembelajaran di kelas guru hanya mengajar dalam
bentuk ceramah, yang berarti peserta didik hanya mendengarkan, maka peserta didik
dapat menangkap dari pelajaran tersebut 10% dari apa yang didengarnya. Akan tetapi,
jika seorang guru menyajikan materi dengan melibatkan peserta didik secara
langsung dalam arti peserta didik yang aktif mengerjakan tugas kelompok dan
melaporkan hasilnya maka peserta didik akan mampu mengingat sampai 90% dari
apa yang dikerjakan. Walaupun demikian perlu dijelaskan bahwa keterlibatan itu
bukan dalam bentuk fisik semata, bahkan lebih dari itu keterlibatan secara emosional
dengan kegiatan kognitif dalam perolehan pengetahuan, penghayatan dalam
pembentukan afektif dan pada saat latihan dalam pembentukan nilai psikomotor.
Persepsi adalah interpretasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat
dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi
perilaku individu. Seorang guru akan dapat memahami peserta didiknya lebih baik
bila ia peka terhadap bagaimana cara melihat suatu situasi tertentu. Sedangkan prinsip
aktivitas yaitu segala pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan dan
pengalaman sendiri. Jiwa memiliki energi sendiri dan dapat menjadi aktif karena
didorong oleh kebutuhan-kebutuhan. Jadi, dalam pembelajaran yang mengolah dan
mencerna adalah peserta didik sesuai dengan kemauan, kemampuan, bakat dan latar
belakang masing-masing, guru hanya merangsang keaktifan peserta didik dengan
menyajikan bahan pelajaran.
(1). Perubahan pola pikir pembelajaran dari yang cenderung berorientasi pada
pengajaran, menuju pola pikir baru yang berorientasi pada pembelajaran.
(2) Perubahan pola pikir pembelajaran dari pandangan lama yang berpusat pada guru
menjadi menjadi model pembelajaran yang berfokus pada siswa.
(3) Perubahan pola pembelajaran dari model yang tertutup, terpisah, atau terisolasi
dengan lingkungan dan masyarakatnya menjadi model pembelajaran yang terbuka,
erat, dan akrab engan habitat dan masyarakat.
Untuk itu, perlu strategi pembelajaran yang efektif dan efisien dengan
membatasi waktu bagi guru untuk melakukan presentasi tidak lebih dari 30% dari
waktu yang tersedia, sisanya berikan kesempatan pada siswa untuk melaksanakan
aktifitas belajar yang tentunya hal ini jelas akan mengolah potensi inteligensi
majemuk siswa untuk bekerja dan berkembang (Muali ,2016).