Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat
kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme
disebut juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal
(uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler).
Tanah merupakan cadangan utama kehidupan mikroorganisme.
Mikroorganisme paling besar jumlahnya menghuni tanah adalah bacteria yang
mencapai jumlah berjuta-juta yang dapat dijumpai dalam jumlah yang besar
menghasilkan substansi dalam wujud yang dinamakan geosmin. Tingkat
kesuburan tanah dipengaruhi beberapa faktor antara lain keanekaragaman mikroba
tanah, faktor iklim seperti suhu, curah hujan, kelembaban, faktor nutrisi dan
lingkungan, serta populasi mikroba yang merupakan indikator tingkat kesuburan
tanah.
Peran mikroba dalam tanah antara lain adalah daur ulang hara, penyimpanan
sementara dan pelepasan untuk dimanfaatkan tanaman dan lain-lain. Di dalam
laboratorium HPT populasi bakteri dan jamur dapat diisolasi menjadi kultur murni
yaitu pertumbuhan jasad renik yang diambil dari hasil suspensi dan dapat di
pelajari morfologi, sifat dan kemampuanya. Untuk mempelajari karakteristik
ekologi dan struktur mikrobia (jamur dan bakteri) maka dilakukan isolasi bakteri
dengan cara pembuatan inokulum pada media DPA (Potato Dextrose Agar) dan
NA yang melibatkan proses sterilisasi di dalamnya.
Isolasi suatu mikrobia ialah memisahkan mikrobia tersebut dari
lingkungannya di alam dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam
medium buatan. Isolasi harus diketahui cara-cara menanam dan menumbuhkan
mikrobia pada medium biakan serta syarat-syarat lain untuk pertumbuhannya.
Memindahkan bakteri dari medium lama kedalam medium yang baru diperlukan
ketelitian dan pengsterilan alat-alat yang digunakan, supaya dapat dihindari
terjadinya kontaminasi. Pada pemindahan bakteri dicawan petri setelah agar baru,
maka cawan petri tersebut harus dibalik, hal ini berfungsi untuk menghindari
adanya tetesan air yang mungkin melekat pada dinding tutup cawan petri (Alam
dkk. 2013)

1
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini, yaitu :
1. Apakah pengertian mikroba?
2. Bagaimanakah proses isolasi mikroba tanah.
3. Bagaimanakah pelaksanaan isolasi bakteri tanah.
4. Bagaimanakah cara pelaksanaan isolasi bakteri tanah penghasil
antibiotik.

1.3. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini, yaitu :
1. Memenuhi tugas mata kuliah mikrobiologi analitik
2. Untuk mengetahui pengertian mikroba
3. Untuk mengetahui proses isolasi mikroba tanah.
4. Untuk mengetahui pelaksanaan isolasi bakteri tanah.
5. Untuk mengetahui pelaksanaan isolasi bakteri tanah penghasil
antibiotik.

1.4 Manfaat penulisan


1. Mahasiswa mengetahui pengertian, proses dan cara pelaksanaan isolasi
bakteri.
2. Menambah informasi untuk para pembaca dan sebagai sumber literatur
untuk penelitian mengenai mikrobiologi dan proses isolasi bakteri..

BAB II
PEMBAHASAN

2
2.1 Pengertian Mikroorganisme/Mikroba

Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat


kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme
disebut juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal
(uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler).
Mikrobia mampu hidup di hampir semua tempat dan keadaan serta mampu
bertahan dalam berbagai keadaan lingkungan seperti suhu, tekanan, PH, tingkat
osmosis serta kadar air yang ekstrim. Mikrobia nersifat mikroskopis yaitu
ukurannya yang sangat kecil sehingga tidak terlihat dengan mata telanjang.
(Winarno, 1994). Daya tahan mikrobia sangat tergantung pada banyak faktor
separti konsentrasi aon hidrogen, kebutuhan air, tekanan oksigen, kandungan zat
gizi dan senyawa penghambat. Kadar air dalam bahan makanan juga dikenal
sebagai aktifitas air. Mikrobia sangat memerlukan tersedianya cukup air untuk
tumbuh dan melangsungkan proses metabolisme dalam tubuhnya. (Winarno,
1994).
Pada umumnya kepekaan yang berbeda-beda terhadap tekanan oksigen
dalam udara lingkungan hidupnya dari medium pertumbuhanya. Hal ini banyak
kaitanya dengan kemampuan medium atau substrat untuk dapat menangkap atau
melepas electron. (Winarno, 1992). Menurut Rasti Saraswati, Edi Husen dan
Simanungkalit (2007 : 10), keberadaan mikroba di dalam tanah sangat
dipengaruhi oleh kondisi fisik, kimia, dan biologi tanah. Ungkapan Beijerinck
(the Father of Microbial Ecology) Every-thing is everywhere and the milieu
selects menjelaskan besarnya peran faktor lingkungan dalam seleksi mikroba;
lingkungan yang memilih, jenis mikroba mana saja yang dapat hidup dan
berkembangbiak dalam suatu ekosistem tanah tertentu.
Perbedaan berbagai atribut mikroba pada berbagai kondisi tanah disebabkan
antara lain oleh perbedaan jenis dan kandungan bahan organik, kadar air, jenis
penggunaan tanah dan cara pengelolaannya. Sedangkan menurut Budiyanto
(2004), populasi mikroorganisme dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu jumlah dan jenis zat hara dalam tanah, kelembaban, tingkat aerasi, suhu, pH
dan perlakuan pada tanah, seperti pemupukan atau terjadinya banjir.
Mikroba berguna (effective microorganisme) sebagai komponen habitat
alam mempunyai peran dan fungsi penting dalam mendukung terlaksananya
pertanian ramah lingkungan melalui berbagai proses, seperti dekomposisi bahan
organik, mineralisasi senyawa organik, fiksasi hara, pelarut hara, nitrifikasi dan
denitrifikasi. Dalam aliran .pertanian input organik., mikroba diposisikan sebagai

3
produsen hara, tanah dianggap sebagaimedia biosintesis, dan hasil kerja mikroba
dianggap sebagai pensuplai utama kebutuhan hara bagi tanaman.
Ada empat macam fase pertumbuhan mikroorganisme yaitu fase lag, fase
log (fase eksponensial), fase stasioner, dan fase kematian (Praitiwi, 2007) :
1. Fase lag merupakan fae adaptasi, yaitu penyesuaian mikroorganisme pada suatu
lingkungan baru.Ciri fase lag adalah tidak adanya peningkatan jumlah sel, yang
ada hanyalah peningkatan ukuran sel. Fase lag tergantung pada kondisi dan
jumlah awal mikroorganisme dan media pertumbuhan. Bila sel-sel
mikroorganisme diambil dari kultur yang sama sekali berlaianan, maka yang
sering terjadi adalah mikroorganisme tersebut tidak mampu tumbuh dalam
kultur.
2. Fase log (fase eksponensial) merupakan fase dimana mikroorganisme tumbuh
da membelah pada kecepatan maksimum, tergantung pada genetika
mikroorganisme, sifat media, dan kondisi pertumbuhan.
3. Pada fase stasioner, pertumbuhan mikroorganisme berhenti dan terjadi
keseimbangan antara jumlah sel yang membelah dengan jumlah sel yang mati.
Pada fase ini terjadi akumulasi produk buangan yang toksik. Pada sebagian
besar kasus, pergantian sel terjadi dalam fase stasioner ini. Terdapat kehilangan
sel yang lambat karena kematian diimbangi oleh pembentukan sel-sel baru
melalui pertumbuhan dan pembelahan dengan nutrisi ya g dilepaskan oleh sel-
sel yang mati karena mengalami lisis.
4. Pada fase kematian, jumlah sel yang mati meningkat, faktor penyebabnya
adalah ketidaktersediaan nutrisi dan akumulasi produk buangan yang toksisk.

Di Amerika Serikat,mikroba tanah dipandang sangat penting, sehingga


menjadi salah satu indikator dalam menentukan indeks kualitas tanah (Karlen et
al. 2006 : 484-495). Semakin tinggi populasi mikroba tanah semakin tinggi
aktivitas biokimia dalam tanah dan semakin tinggi indeks kualitas tanah.
Skrining adalah sejenis tes yang digunakan untuk mendeteksi adanya
antibodi spesifik atau mikroorganisme dalam sejumlah besar spesimen. Tes
skrining relatif mudah dan tidak mahal (peralatan yang dibutuhkan tidak terlalu
rumit). Beberapa tes skrining masih dapat dilanjutkan dengan tes lain yang lebih
spesifik.(Singleton,2001). Dalam skrining, banyak dari isolasi yang memproduksi
antibiotik yang diketahui, jadi industri mikrobiologi harus cepat mengidentifikasi
dari antibiotic yang ditemukan. Ditemukan organisme penghasil antibiotic yang
baru, antibiotic yang diproduksi dalam jumlah yang cukup untuk analisis struktur
dan kemudian diuji aktifitas toksisitosnya dan terapelitik pada infeksi binatang.
Saat ini, sangat sedikit antibiotik yang baru digunakan secara penuh untuk
kebutuhan medis dan produksi komersial. (Madigan, 2000)
2.2 Proses Isolasi Mikroba Tanah

4
Isolasi mikroorganisme mengandung arti proses pengambilan
mikroorganisme dari lingkungannya untuk kemudian ditumbuhkan dalam suatu
medium di laboratorium (Sarles, 1956). Proses isolasi ini menjadi penting dalam
mempelajari identifikasi mikrobia, uji morfologi, fisiologi, dan serologi (Soetarto,
2010). Prinsip kerja isolasi bakteri cukup sederhana yakni dengan
menginokulasikan sejumlah kecil bakteri pada suatu medium tertentu yang dapat
menyusung kehidupan bakteria. Sejumlah kecil bakteri ini didapat dari bermacam-
macam tempat tergantung dari tujuan inokulasi. Dalam kajian mikrobiologi yang
berhubungan dengan sumber bakteri adalah mikrobia tanah, air, makanan dan
udara (Talaro, 1999).
Pada saat isolasi mikrobia perlu dilakukan inokulasi mikrobia. Sebelum dan
sesudah menginokulasikan mikrobia jarum ose yang digunakan harus dipanaskan
terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar jarum ose yang digunakan bersifat steril
dan bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan. Sedangkan pada cawan
petri, setelah sampel dimasukan kedalam cawan petri setiap membuka dan
menutup cawan petri harus terlebih dahulu dipanaskan untuk meminimalkan
terkontaminasinya sampel. Wadah media yang menggunakan cawan petri, pada
saat inkubasi mikrobia pada cawan petri selalu dalam posisi terbalik. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah mikrobia terkena uap air yang dihasilkan pada saat
inkubasi. Sehingga kualitas mikroba tidak rusak atau mengalami gangguan.
Teknik dalam menginokulasi bakteri memiliki beberapa variasi metode,
misalnya metode goresan (streak plate), metode taburan (pour plate), dan metode
apusan (surface plate). Pemilihan teknik ini didasarkan pada tujuan
penelitian/percobaan (Pelczar, 1986).
1. Metode goresan (streak plate)
Apabila ingin mendapatkan kultur murni suatu mikrobia yang digunakan
adalah metode streak plate, karena hasil akhir metode ini adalah berupa kumpulan
sel-sel yang semakin jarang pada ujung streak sehingga dapat diambil bakteri pada
jumlah seluler (satu sel). Selain itu bakteri yang didapat seharusnya merupakan
bakteri yang memang ingin dibiakkan di kultur tersebut dengan kata lain bukan
bakteri kontaminan, sebab yang diambil atau dicuplik adalah koloni bakteri yang
berada di atas streak yang dibuat dan bukan di luar streak. Kelebihan metode ini
adalah dapat segera diketahui adanya kontaminasi. Sedangkan kekurangannya
metode ini sulit dilakukan dan hanya dapat digunakan untuk menumbuhkan
bakteri aerob saja (Burrrow, 1959).

2. Metode taburan (pour plate)

5
Metode ini dilakukan dengan menginokulasikan sejumlah bakteri ke dasar
cawan baru kemudian medium agar cair dimasukkan dan dibiarkan memadat.
Metode ini cocok digunakan apabila kita ingin menguji apakah suatu koloni
bakteri merupakan bakteri yang aerobik, anaerob fakultatif, ataukah anaerob
obligat. Pengujian ini dapat terjadi karena hasil akhir metode pour plate adalah
berupa pertumbuhan bakteri pada dasar medium, tengah medium, dan pada
permukaan medium. Bakteri yang terdapat pada dasar medium mungkin adalah
bakteri anaerob obligat, sedangkan bakteri yang tumbuh pada bagian tengah
medium adalah bakteri anaerob fakultatif, dan bakteri yang
tumbuh pada permukaan adalah bakteri aerob walaupun perlu pengkajian lebih
lanjut mengenai hal ini (Black, 1999). Kekurangan metode ini adalah sulit
menentukan kontaminan dan kerapatan mikrobia karena jarak antar koloni terlalu
rapat.
3. Metode apusan (surface plate)
Metode yang ketiga adalah surface plate. Metode ini dilakukan dengan
menginokulasikan sejumlah bakteri pada medium dan diratakan pada bagian
permukaan medium dengan menggunakan drygal ski. Metode ini cocok
digunakan apabila ingin mengetahui bentuk koloni alami dari suatu bakteri.
Kelebihan teknik ini adalah mudah dilakukan dan mudah menghitung kerapatan
mikrobia. Sedangkan kekurangannya sulit mengetahui kontaminasi, untuk
mengetahuinya perlu perlakuan kontrol. Mikroba tanah dapat diisolasi dan
ditumbuhkan pada medium buatan. Beberapa medium yang banyak digunakan
adalah agar ekstrak tanah (soil extract agar), trypticase soy agar (TSA), dan
nutrient agar (NA). (Rasti S, Edi husen dan simanungkalit, 2007:10).
Perlakuan yang tidak sesuai terhadap isolat mikrobia dapat mengakibatkan
perkembangan kultur mikrobia hasil isolasi terhambat. Sebagai contoh apabila
yang diisolasi adalah bakteri acidofil namun dikembangkan dalam medium yang
netral maka pertumbuhan bakteri tidak akan maksimal atau malah akan mati
(Talaro, 1999).

2.3 Isolasi Bakteri Tanah

Isolasi bakteri merupakan suatu cara untuk memisahkan atau memindahkan


mikroba tertentu dari lingkungan sehingga diperoleh kultur atau biakan murni.
Ada beberapa cara umum yang dapat dilakukan dengan cara goresan (steak plate),
cara taburan atau tuang (pour plate), serta mikromanipulator (the
micromanipulator methods). Secara alami, bakteri di alam ditemukan dalam
populasi campuran. Hanya dalam keadaan tertentu saja populasi ini ditemukan
dalam dalam keadaan murni . Untuk dapat mempelajari sifat biakan, morfologi,

6
dan analisis lain, maka organisme yang akan diteliti harus dapat dipisahkan. Ini
berarti bahwa harus ada biakan murni yang hanya mengandung satu jenis bakteri.
Isolasi bakteri dikarakterisasi dengan menumbuhkan pada medium dan
dilakukan pengamatan meliputi: pertumbuhan koloni bakteri pada medium agar
miring yaitu bentuk pertumbuhan pada bekas goresan, pertumbuhan koloni bakteri
pada medium agar tegak yaitu bentuk pertumbuhan pada bekas tusukan dan
pertumbuhan koloni bakteri pada medium agar lempeng yaitu bentuk, tepian,
elevasi, permukaan warna, diameter koloni dan konfigurasi. Berdasarkan hasil
identifikasi secara mikrobiologis maupun fisiologis melalui uji biokimia
ditemukan tujuh isolat bakteri yang termasuk kedalam bakteri patogen maupun
non patogen (Rahmaningsih, dkk. 2012).
Bakteri dalam tanah terdapat dalam dua jenis yaitu bakteri aerob dan bakteri
anaerob. Bakteri aerob merupakan bakteri yang banyak ditemui di permukaan
tanah. Bakteri ini hidup dengan menggunakan oksigen. Dan bakteri anaerob
merupakan bakteri yang dominan didalam tanah dan tidak membutuhkan oksigen.
Pengamatan bakteri itu dapat kita lakukan secara individual, satu per satu,
maupun secara kelompok dalam bentuk koloni bakteri. Besar kecilnya koloni,
mengkilat tidaknya, halus kasarnya permukaan, dan warna koloni merupakan
sifat-sifat yang diperlukan dalam menentukan identifikasi spesies. Warna bakteri
baru tampak jelas, jika bakteri itu diamati dalam kelompok atau koloni.
Kebanyakan bakteri mempunyai warna yang keputih-putihan, kelabu, kekuning-
kuningan, atau hampir bening, akan tetapi ada juga beberapa spesies yang
mempunyai pigmen warna yang lebih tegas. Sedangkan jamur memiliki warna
lebih gelap deibandingkan bakteri.
Pemanfaatan mikroba tanah untuk meningkatkan dan mempertahankan
kesuburan tanah dalam sistem pertanian organik sangat penting. Peran mikroba
dalam tanah antara lain adalah daur ulang hara, penyimpanan sementara dan
pelepasan untuk dimanfaatkan tanaman dan lain-lain. Di dalam laboratorium HPT
populasi bakteri dan jamur dapat diisolasi menjadi kultur murni yaitu
pertumbuhan jasad renik yang diambil dari hasil suspensi dan dapat di pelajari
morfologi, sifat dan kemampuanya. Untuk mempelajari karakteristik ekologi dan
struktur mikrobia (jamur dan bakteri) maka dilakukan isolasi bakteri dengan cara
pembuatan inokulum pada media DPA (Potato Dextrose Agar) dan NA yang
melibatkan proses sterilisasi di dalamnya.
Medium NA berdasarkan susunan kimianya merupakan medium
nonsintetik/semi almiah, berdasarkan konsistensinya merupakan medium
padat.Medium ini digunakan untuk pertumbuhan bakteri. Inokulum murni tunggal
terdiri atas satu jenis spora kapang. Inokulum campuran merupakan berbagai jenis
mikroba seperti kapang, jamur, bakteri. Inokulum murni campuran dibuat dengan

7
campuran Rhizopus oligosporus dan murni klebsiella yang merupakan bakteri
penghasil vitamin B12. (Shurtteff dan Aoyagi, 1979 : 118) .

Inokulasi merupakan proses memindahkan inokulum dari biakan ke inang.


Inokulasi adalah suatu proses patogen atau unit-unit reproduksinya mengadakan
kontak dengan tumbuhan. Setelah mengadakan inokulasi inokulum patogen
tertentu (konidium jamur) harus berkecambah, terbentuklah germ tube (tabung
kecambah) yang selanjutnya membentuk apresorium, berfungsi sebagai alat
penetrasi. Pada patogen yang mengadakan penetrasi langsung biasanya dari
apresorium dibentuk penetration peg (tabung infeksi), fungsinya untuk menembus
kutikula dan dinding sel epidermis (Sastrahidayat, 1990).
Inokulasi dapat beberapa macam cara atau jenisnya, yaitu inokulasi jamur,
inokulasi bakteri, dan inokulasi virus. Pada inokulasi jamur dilakukan melalui
luka-luka dan stomata. Untuk inokulasi bakteri dibuat dengan cara penetrasi
patogen dengan bantuan air. Inokulasi virus dibuat dengan cara melalui suatu
kerusakan mekanis dan dengan perantara virus (Jutono, 1973).

Contoh Cara Kerja Isolasi Bakteri pada Tanah


1. Tanah diambil sebanyak 1 gram.
2. Masukkan tanah ke tabung dengan tambahan aquades sebanyak 10 ml.
Sampel yang mengandung bakteri diambal 1 ml dan dimasukan ke dalam
tabung pengenceran pertama (1/10 atau 10-1) secara aseptis (dari preparasi
suspensi) dengan aquades sebanyak 9 ml. Perbandingan berat sampel
dengan volume tabung pertama adalah 1 : 9. Setelah sampel masuk lalu
dilarutkan dengan dikocok.
3. Diambil 1 ml dari tabung 10-1 dengan pipet ukur kemudian dipindahkan ke
tabung 10-2 secara aseptis kemudian dikocok dengan membenturkan
tabung ke telapak tangan sampai homogen. Pemindahan dilanjutkan
hingga tabung pengenceran terakhir dengan cara yang sama sampai ke
tabung 10-3. Pipet ukur yang digunakan harus selalu diganti, artinya setiap
tingkat pengenceran digunakan pipet ukur steril yang berbeda/baru.
4. Suspensikan bahan yang mengandung bakteri atau campur bakteri seencer
mungkin, maksutnya kelak supaya terjadi koloni-koloni yang terpisah
sehingga mudah diisolasi.
5. Cairkan nutrien agar berupa NA dalam penangas air.
6. Dinginkan nutrien agar NA tersebut sampai suhu 45 - 50 0C, Seterilkan
tangan dengan alcohol.
7. Petri dipanaskan pada pinggirannya dengan cara diputar-putar diatas
pembakaran bunshet.
8. Ambil campuran bakteri 1 ml masukkan campuran bakteri kedalam petri
yang telah terisi asam asetat 2 tetes, kemudian tutup dan seterilkan.

8
9. Masukkan nutrien agar NA ke petri dan tutup, kemudian seterilkan
kembali, putar petri untuk menghomogenkan suspense bakteri.
10. Inkubasi selama 24 72 jam lalu amati.

2.4 Isolasi Bakteri Tanah Penghasil Antibiotik

Isolasi merupakan proses memindahkan mikroba uji dari lingkungannya


untuk memperoleh biakan murni. Hal ini dilakukan untuk memperoleh biakan
murni yang hanya menganung satu mikroorganisme untuk diidentifikasi sebagai
mikroba penghasil antibiotic. Antibiotik sendiri merupakan bahan atau senyawa
yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapat membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme lain.
Antibiotik secara umum didefinisikan sebagai bahan yang diproduksi oleh
mikroorganisme yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Adanya
metode sintetik, bagaimanapun dihasilkan pada modifikasi dari definisi ini dan
antibiotic saat ini megarah pada bahan yang diproduksi oleh mikroorganisme ,
atau bahan yang sama (yang diproduksi keseluruhan atau sebagian oleh sintetis
kimia), yang dimana ada konsentrasi yang rendah menghambat pertumbuhan
mikroorganisme lain (hugo, 2004).
Jadi isolasi antibiotik merupakan suatu cara untuk memisahkan suatu
mikroorganisme dari lingkungannya. Dimana di sini mikroorganisme tersebut
memiliki suatu senyawa yang dapat menghambat atau membunuh
mikroorganisme lain (utamanya yang bersifat pathogen pada manusia) yang
disebut sebagai antibiotik, sehingga diperoleh biakan murni dari mikroorganisme
tersebut.
Salah satu contoh dari bakteri penghasil antibiotik adalah spesies Bacillus
adalah gram positif, membentuk endospora, batang chemotherotrophic yang
biasanya motil dengan flagela peritrichious, itu adalah aerobik dan katalase
positif. Banyak spesies Bacillus yang cukup penting karena mereka memproduksi
antibiotik (Waites et al, 2008). Spesies Bacillus menghasilkan berbagai jenis
antibiotik yang berbagi berbagai aktivitas antimikroba seperti bacitracin yang
diproduksi oleh Bacillus licheniformis adalah campuran dari setidaknya 5
polipeptida. Antibiotik ini terdiri dari 3 senyawa terpisah, bacitracin A, B dan C.
Bacitracin A adalah kepala konstituen. Hal ini aktif terhadap organisme Gram
positif seperti Stapylococci, Streptococcus, kokus anaerob, dan Cornyebacter.

Penggolongan antibiotik berdasarkan spektrum kerjanya :

9
a. Spektrum luas (aktivitas luas) : Antibiotik yang bersifat aktif bekerja
terhadap banyak jenis mikroba yaitu bakteri gram positif dan gram negative.
Contoh antibiotik dalam kelompok ini adalah sulfonamid, ampisilin,
sefalosforin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan rifampisin.
b. Spektrum sempit (aktivitas sempit) : Antibiotik yang bersifat aktif bekerja
hanya terhadap beberapa jenis mikroba saja, bakteri gram positif atau gram
negative saja. Contohnya eritromisin, klindamisin, kanamisin, hanya bekerja
terhadap mikroba gram-positif. Sedang streptomisin, gentamisin, hanya
bekerja terhadap kuman gram-negatif.

Cara utama dalam menemukan antibiotika yaitu melalui screening.


Dengan pendekatan tersebut, sejumlah isolat yang kemungkinan mikroorganisme
penghasil-antibiotika yang diperoleh dari alam dalam kultur murni, selanjutnya
isolat tersebut diuji untuk produksi antibiotika dengan bahan yang diffusible ,
yang menghambat pertumbuhan bakteri uji. Bakteri yang digunakan untuk
pengujian, dipilih dari berbagai tipe, dan mewakili atau berhubungan dengan
bakteri patogen.
Screening adalah sejenis tes yang digunakan untuk mendeteksi adanya
antibodi spesifik atau mikroorganisme dalam sejumlah besar spesimen. Tes
skrining relatif mudah dan tidak mahal (peralatan yang dibutuhkan tidak terlalu
rumit). Beberapa tes skrining masih dapat dilanjutkan dengan tes lain yang lebih
spesifik. (Singleton, 2001).

Contoh Cara Kerja Isolasi Bakteri Tanah Penghasil Antibiotik


a. Pengambilan sampel tanah, air sungai, dan air laut
Sampel tanah tersebut diambil dengan menggunakan sendok stainless steel
yang telah disemprot dengan alkohol 70 % dari kedalaman 15 cm dari
permukaan tanah.
b. Seleksi dan isolasi biakan
Setelah diinkubasi dilakukan pengamatan terhadap koloni yang tumbuh
yang memperlihatkan adanya hambatan berupa daerah bening
disekelilingnya. Koloni ini selanjutnya diidolasi dan dipindahkan pada
medium yang sama. Isolat yang diperoleh dimurnikan dengan metode
kuadran. Biakan murni tersebut lalu dipindahkan pada agar miring sebagai
stok.
c. Fermentasi biakan murni
Koloni biakan murni diambil 1 ose, diinokulasikan dalam medium NA
miring lalu diinkubasi pada suhu 37o C selama 1 x 24 jam, kemudian
disuspensikan dengan 2,5 ml larutan NaCl fisiologis dan diinokulasikan
dalam 50 medium pembenihan cair maltose yeast ekstrak broth lalu

10
diinkubasi pada suhu kamar selama 1 x 24 jam dan dikocok dengan
menggunakan shaker dengan kecepatan 200 rpm.
d. Pemeriksaan aktivitas antibiotika
Medium NA dicairkan dituang secara spesifik ke dalam vial kemudian
ditambahkan suspense mikroba uji dihomogenkan, kemudian dimasukkan
kedalamcawan petri steril sebanyak 10 ml dan dibiarkan memadat. Disc
blank secara aseptik dimasukkan fermentat, direndam 30 60 menit. Disc
yang telah berisi fermentat dikeringkan dilekatkan pada media agar yang
telah memadat,kemudian diinkubasi lalu diamati zona hambatan yang
terbentuk.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

11
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat
kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan.
Mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme
seringkali bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler).
Isolasi bakteri merupakan suatu cara untuk memisahkan atau memindahkan
mikroba tertentu dari lingkungan sehingga diperoleh kultur atau biakan
murni.
Isolasi antibiotik merupakan suatu cara untuk memisahkan suatu
mikroorganisme dari lingkungannya. Organisme tersebut memiliki suatu
senyawa yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme lain
(utamanya yang bersifat pathogen pada manusia) yang disebut sebagai
antibiotik, sehingga diperoleh biakan murni dari mikroorganisme.
Salah satu contoh dari bakteri penghasil antibiotik adalah spesies Bacillus
adalah gram positif, membentuk endospora

DAFTAR PUSTAKA

Alam, M.S, Sarjono P.R, Aminin, A.L.N. 2013. Isolasi Bakteri Selulolitik
Termofilik Kompos Pertanian Desa Bayat, Klaten, Jawa Tengah. Chem
Info. No.1(1) :190-195.

12
Black J G. 1999. Microbiology : Principles and Explorations. New Jersey :
Prentince Hall.
Budiyanto, M.A.K. 2004. Mikrobiologi Terapan. Malang: UMM-Press
Burrow, W.1959. Textbook of Microbiology. W.B. Saunders Company.
Philadelphia, pp.150.
Hugo.2004. Pharmaceutical Microbiology seventh edition. Blackwell science: UK
Jutono. 1973. Dasar-dasar Mikrobiologi untuk Perguruan Tinggi. Fakultas
Pertanian UGM. Yogyakarta.
Karlen D.L., E.G. Hurley, and A.P.Mallarino. 2006. Crop rotation on soil quality
at three northern corn/soybean belt location. J. Agron.
Madigan, M. T., Martinko, J. M., Parker, J. 2000. Brock Biology of
Microorganisms, Ninth Edition. Prentice-Hall, London
Pelczar, M.J dan E.C.S Chan, 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Terjemahan R.S.
Pratiwi, dkk. 2007. Biologi untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.
Rahmaningsih, S, dkk. 2012. Bakteri Patogen dari Perairan Pantai dan Kawasan
Tambak diKecamatan Jenu Kabupaten Tuban.
Saraswati Rasti, Edi Husen, Simanungkalit R.D.M. 2007. Metode Analisis Biologi
Tanah. Balai Besar LITBANG Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor
Sarles, William Bowen, et al. 1956. Microbiology: General and Applied, second
editon. New York: Harper & Brothers
Sastrahidayat, I.R. 1990. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional, Surabaya.
366 hal.
Shurtleff, W. Dan A. Aoyagi. 1979. The Book of Tempeh. New York. Harper and
Row Publisher.
Singleton, P., dan Sainbury, D. 2001. Dictionary of Microbiology and Molecular
Biologi, 3rd Edition. John Wisey & Sons, LTD. New York.
Soetarto, E.S., T.T. Suharni, S.Y. Nastiti, dan L.Sembiring, 2010.Petunjuk
Praktikum Mikrobiologi. Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Biologi
Universitas Gadjah Mada. Jogjakarta, hal. 4-11.
Talaro K.P. and A. Talaro, 1999. Foundation in Microbiology Third Edition.
McGraw Hill Company. Boston, p.61.
Waites,M.J., Neil,M, John,S.R.,dan Gary,H. 2008.Industrial Microbiology : A
Introduction. Blacwell Science.London,UK
Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta
Winarno. 1994. Sterilisasi Komersial Produk-produk Pangan. Jakarta: Gramedia.

13

Anda mungkin juga menyukai