EKOTOKSIKOLOGI
OLEH :
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN DESKRIPSI
4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan pada pengamatan uji
toksisitas limbah cair pada ikan nila didapatkan hasil sebagai berikut.
4.1.1. Limbah Air Cucian Beras
Gambar Pengamatan Keterangan
10 menit pertama Berenang dengan sangat
aktf, pergerakan
operculum lambat,
Universitas Sriwijaya
10 menit kedua Badan ikan masih
miring, operkulum mulai
menurun, insang makin
melemah, dan diakhir
menit pingsan setengah
sadar.
Universitas Sriwijaya
4.1.4. Limbah Air AC
Gambar Pengamatan Keterangan
10 menit pertama Ikan tidak mengalami
pergerakan namun ikan
masih hidup.
Universitas Sriwijaya
10 menit kedua Overculum bergarak
cepat tetapi badan sudah
tidak berdiri lagi
10 menit kedua -
10 menit ketiga -
Universitas Sriwijaya
4.2. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada percobaan uji toksisitas
limbah cair pada ikan nila (Orechromis niloticus) pada limbah air cucian piring
saat 10 menit pertama badan ikan mulai miring dan insang mulai melemah. 10
menit kedua badan ikan masih miring, operkulum mulai menurun, insang makin
melemah, dan diakhir menit pingsan setengah sadar. Ikan nila pada 10 menit
terakhir operkulum makin melemah, badan kaku, aktivitas ikan menurun, dan
detik di menit terakhir mati. Menurut Natsir et al. (2021) menyatakan bahwa
limbah grey water yang langsung dibuang ke selokan tanpa diolah terlebih dahulu
berpotensi mencemari air. Bahan polutan yang terkandung di dalam limbah juga
bisa menjadi sumber penyakit, seperti kolera, disentri, dan berbagai penyakit lain.
Limbah cair air cucian piring diketahui memiliki toksisitas tinggi bagi ikan
nila karena limbah air cucian piring mengandung zat-zat polutan yang membuat
ikan nila mati. Air limbah dapat juga mengandung zat anorganik seperti alkalin,
klor, nitrogen, fosfor, sulfur, hingga logam berat seperti timbah dan merkuri.
Menurut Ginting (2007) menyatakan bahwa limbah air cucian piring juga bersifat
toksik bagi kehidupan biota air sehingga menyebabkan kematian maupun
penurunan populasi biota air di badan air. Tingkat toksisitas dari limbah air cucian
piring dapat ditentukan dari nilai LC50. Nilai LC50 di perairan memiliki kriteria
untuk menentukan limbah tersebut bersifat toksik kuat, sedang atau non toksik.
Operkulum ikan nila (Orechromis niloticus) pada limbah cair air cucian
piring sudah bergerak lambat dari 10 menit pertama yang artinya toksisitas dari
limbah cair air cucian piring langsung bereaksi pada ikan nila yang membuat
aktivitas ikan nila menjadi melemah. Menurut Edwin et al. (2018) menyatakan
bahwa gerakan operkulum digunakan ikan untuk mengalirkan air pada permukaan
insang dalam pengambilan oksigen terlarut. Peningkatan gerakan operkulum
menunjukkan adanya tekanan fungsi pada ikan tersebut.
Tingkat toksik air limbah cair air cucian piring masih rendah jika
dibandingkan limbah insektisida karena di limbah insektisida, ikan nila sudah
mati pada 5 menit pertama. Menurut Rachmi (2020), menyatakan bahwa efek
negatif tersebut dapat bersifat akut atau kronis/subkronis, tergantung jangka waktu
pemaparan zat yang dapat mematikan 50% atau lebih populasi biota yang terpapar.
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Edwin, T., Taufiq, I., dan Rislah, L, A. 2018. Perubahan Jaringan pada Insang
Ikan Nila Akibat Paparan Limbah Cair Penyamakan Kulit. Seminar
Nasional Sains dan Teknologi Lingkungan III. 4(1): 1-5.
Martini, S., Erna, Y., dan Dian, K. 2020. Pembuatan Teknologi Pengolahan
Limbah Cair Industri. Jurnal Distilasi. 5(2): 26-33.
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
Bahan
Hasil
Universitas Sriwijaya