Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOTOKSIKOLOGI

UJI TOKSISITAS LIMBAH CAIR TERHADAP


KELANGSUNGAN HIDUP IKAN NILA
(Orechromis niloticus)

OLEH :

NAMA : NADIA IZATUNISA


NIM : 08041382025088
KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN : MEUTHEA NAJLAA

LABORATORIUM FISIOLOGI DAN BIOSISTEMATIKA HEWAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Toksisitas (toxicity) adalah suatu kemampuan yang melekat pada suatu
bahan kimia untuk menimbulkan keracunan atau kerusakan. Toksisitas biasanya
dinyatakan dalam suatu nilai yang dikenal sebagai dosis atau konsentrasi
mematikan pada hewan coba dinyatakan dengan lethal dose (LD) atau lethal
concentration (LC) (Yurianto, 2012).
Kebutuhan terhadap air yang memiliki kualitas yang layak digunakan oleh
mahkluk hidup semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk
dunia dan perkembangan industri. Keadaan tersebut berpengaruh terhadap
tuntutan akan ketersediaan air bersih dan resiko terhadap kualitas lingkungan
hidup akibat kualitas limbah yang rendah namun diproduksi sebagai hasil samping
dengan kuantitas yang semakin tinggi. Air limbah yang tidak diolah dengan baik
masih mengandung berbagai polutan dapat mengontaminasi sistem ekologi
termasuk sumber air terbuka seperti laut, sungai dan danau, termasuk sistem
ekologi di wilayah udara dan tanah (Martini et al., 2020).
Limbah cair merupakan air bekas pakai dari berbagai proses penggunaan
yang telah mengandung bahan pencemar atau polutan berupa senyawa organik
dan anorganik. Pada umumnya, air limbah atau limbah cair memiliki kuantitas
yang lebih besar dibandingkan limbah jenis lainnya dan memiliki tipikal
kandungan polutan yang lebih beragam, antara lain; minyak, alkohol, fenol,
pewarna sintetis, dan logam berat. Standar kualitas air layak pakai biasanya
memiliki karakteristik yang bervariasi dan sesuaikan dengan peruntukannya,
seperti untuk keperluan air minum, air irigasi, atau air proses yang dimanfaatkan
untuk kebutuhan proses industri tertentu (Beulah dan Muthukumaran, 2020).

1.2. Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk menguji toksisitas berbagai macam limbah
terhadap kelangsungan hidup ikan nila dan membedakan toksisitas masing-masing
limbah.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Limbah Cair


Limbah adalah bahan buangan atau bahan sisa yang tidak digunakan lagi
dari hasil kegiatan manusia baik pada skala rumah tangga, industri, maupun
pertambangan. Pada konsentrasi tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak
negatif terhadap lingkungan dan terhadap kesehatan manusia, sehingga perlu
dilakukan penanganan yang tepat terhadap limbah. Limbah rumah tangga adalah
limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah
tangga dan kotoran manusia (Elvi, 2019).
Limbah cair adalah bahan sisa dari kegiatan perumahan maupun industri
yang memakai bahan baku air dan mempunyai suatu karakteristik yang ditentukan
oleh sifat fisik, kimia dan biologi limbah. Limbah cair atau disebut air buangan
dibedakan atas dua macam yakni air buangan industri, adalah air buangan yang
berasal dari industri sebagai akibat dari proses produksi. Dan air buangan rumah
tangga, adalah air buangan yang bukan berasal dari industri, melainkan berasal
dari rumah tinggal, hotel, restoran, tempat ibadah, pasar, dll (Irianto, 2016).

2.2. Ikan Nila (Orechromis niloticus)


Ikan nila merupakan ikan yang mempunyai tingkat sensitivitas yang tinggi
terhadap material beracun dan perubahan lingkungan. Ikan nila juga banyak hidup
bebas di sungai tempat dibuangnya efluen limbah cair. Insang secara langsung
berkontak dengan air saat melakukan proses pernapasan, sehingga apapun
perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan perairan akan secara langsung
dan tidak langsung berdampak kepada struktur dan fungsi insang serta
hemoglobinnya (Soemirat, 2009).
Salah satu cara mengetahui dampak toksik yang ditimbulkan oleh
pencemaran di suatu perairan pada organisme air seperti ikan dapat diketahui dari
kerusakan yang terjadi pada jaringan insang. Kerusakan yang dapat terjadi pada
insang adalah edema, hiperplasia pada basal proksimal, fusi, hiperplasia pada
seluruh lamela sekunder dan nekrosis (Edwin et al., 2018).

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, 21 September 2022 pada pukul
10.00 sampai dengan selesai. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium
Fisiologi dan Biosistematika Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah baskom,sedangkan bahan
yang digunakan yaitu Oreochromis niloticus, air bersih, limbah air cucian beras,
limbah air cucian piring, limbah air pemutih pakaian, limbah air AC, limbah air
selokan dan air limbah insektisida.

3.3. Cara Kerja


Pada percobaan pengujian limbah cair pada ikan nila dengan cara
cerja ,menyiapkan baskom, lalu masukkan limbah cair limbah dengan konsentrasi
yang telah ditentukan kedalam baskom kemudian masukkan ikan nila ,terakhir
amati perubahan morfologi pada ikan setiap 10 menit sekali semala 30 menit atau
dengan 3 kali pengamatan dalam 30 menit dan amati tingkah laku ikan serta catat
waktu berapa lama ikan nila mampu bertahan hidup.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN DESKRIPSI

4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan pada pengamatan uji
toksisitas limbah cair pada ikan nila didapatkan hasil sebagai berikut.
4.1.1. Limbah Air Cucian Beras
Gambar Pengamatan Keterangan
10 menit pertama Berenang dengan sangat
aktf, pergerakan
operculum lambat,

10 menit kedua Berenang aktif, mulai


tenggelam, overculum
lambat

10 menit ketiga Posisi badan miring,


pergerakan operculum
lambat, Pingsan

4.1.2. Limbah Air Cucian Piring


Gambar Pengamatan Keterangan
10 menit pertama Badan ikan mulai
miring, insang mulai
melemah.

Universitas Sriwijaya
10 menit kedua Badan ikan masih
miring, operkulum mulai
menurun, insang makin
melemah, dan diakhir
menit pingsan setengah
sadar.

10 menit ketiga Operkulum makin


melemah, badan kaku,
aktivitas ikan menurun,
dan detik di menit
terakhir mati.

4.1.3. Limbah Air Pemutih Pakaian Pakaian


Gambar Pengamatan Keterangan
10 menit pertama Diam, operculum tidak
terbuka sirip tidak
bergerak

10 menit kedua Mulai miring, diam,


operculum tidak
membuka, beberapa saat
sudah mulai pada semula

10 menit ketiga Diam, operculum


membuka sedikit
bergerak lambat (lemas),
posisi badan miring, mati.

Universitas Sriwijaya
4.1.4. Limbah Air AC
Gambar Pengamatan Keterangan
10 menit pertama Ikan tidak mengalami
pergerakan namun ikan
masih hidup.

10 menit kedua Operkulum bergerak


namun pergerakannya
lebih cepat, tubuhnya
miring, ikan masih
hidup.

10 menit ketiga Operkulum bergerak


cepat, ikan berenang
kepermukaan, warna
sisik ikan lebih pucat,
ikan memuntahkan
sesuatu dari mulutnya,
masih hidup.

4.1.5. Limbah Air Selokan


Gambar Pengamatan Keterangan
10 menit pertama Overculum bergerak
normal dan badan mulai
melemah

Universitas Sriwijaya
10 menit kedua Overculum bergarak
cepat tetapi badan sudah
tidak berdiri lagi

10 menit ketiga Overculum mulai


melambat dan ikan
sudah dalam keadaan
tertidur (pingsan) dan
pada akhirnya ikan mati

4.1.6. Limbah Cair Insektisida


Gambar Pengamatan Keterangan
10 menit pertama Pada 4 menit pertama,
ikan sudah dalam posisi
miring mencari oksigen.
Pada 5 menit pertama,
ikan telah mati.

10 menit kedua -

10 menit ketiga -

Universitas Sriwijaya
4.2. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada percobaan uji toksisitas
limbah cair pada ikan nila (Orechromis niloticus) pada limbah air cucian piring
saat 10 menit pertama badan ikan mulai miring dan insang mulai melemah. 10
menit kedua badan ikan masih miring, operkulum mulai menurun, insang makin
melemah, dan diakhir menit pingsan setengah sadar. Ikan nila pada 10 menit
terakhir operkulum makin melemah, badan kaku, aktivitas ikan menurun, dan
detik di menit terakhir mati. Menurut Natsir et al. (2021) menyatakan bahwa
limbah grey water yang langsung dibuang ke selokan tanpa diolah terlebih dahulu
berpotensi mencemari air. Bahan polutan yang terkandung di dalam limbah juga
bisa menjadi sumber penyakit, seperti kolera, disentri, dan berbagai penyakit lain.
Limbah cair air cucian piring diketahui memiliki toksisitas tinggi bagi ikan
nila karena limbah air cucian piring mengandung zat-zat polutan yang membuat
ikan nila mati. Air limbah dapat juga mengandung zat anorganik seperti alkalin,
klor, nitrogen, fosfor, sulfur, hingga logam berat seperti timbah dan merkuri.
Menurut Ginting (2007) menyatakan bahwa limbah air cucian piring juga bersifat
toksik bagi kehidupan biota air sehingga menyebabkan kematian maupun
penurunan populasi biota air di badan air. Tingkat toksisitas dari limbah air cucian
piring dapat ditentukan dari nilai LC50. Nilai LC50 di perairan memiliki kriteria
untuk menentukan limbah tersebut bersifat toksik kuat, sedang atau non toksik.
Operkulum ikan nila (Orechromis niloticus) pada limbah cair air cucian
piring sudah bergerak lambat dari 10 menit pertama yang artinya toksisitas dari
limbah cair air cucian piring langsung bereaksi pada ikan nila yang membuat
aktivitas ikan nila menjadi melemah. Menurut Edwin et al. (2018) menyatakan
bahwa gerakan operkulum digunakan ikan untuk mengalirkan air pada permukaan
insang dalam pengambilan oksigen terlarut. Peningkatan gerakan operkulum
menunjukkan adanya tekanan fungsi pada ikan tersebut.
Tingkat toksik air limbah cair air cucian piring masih rendah jika
dibandingkan limbah insektisida karena di limbah insektisida, ikan nila sudah
mati pada 5 menit pertama. Menurut Rachmi (2020), menyatakan bahwa efek
negatif tersebut dapat bersifat akut atau kronis/subkronis, tergantung jangka waktu
pemaparan zat yang dapat mematikan 50% atau lebih populasi biota yang terpapar.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai


berikut:
1. Bahan polutan yang terkandung di dalam limbah juga bisa menjadi
sumber penyakit, seperti kolera, disentri, dan berbagai penyakit lain.
2. Tingkat toksisitas dari limbah air cucian piring dapat ditentukan dari
nilai LC50.
3. Limbah cair air cucian piring langsung bereaksi pada ikan nila yang
membuat aktivitas ikan nila menjadi melemah.
4. Peningkatan gerakan operkulum menunjukkan adanya tekanan fungsi
pada ikan tersebut.
5. Tingkat toksik air limbah cair air cucian piring masih rendah jika
dibandingkan limbah insektisida.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Beulah, S, S. dan Muthukumaran, K. 2020. Methodologies of Removal of Dyes


from Wastewater: A Review. International Research Journal of Pure and
Applied Chemistry. 21(11): 68-78.

Edwin, T., Taufiq, I., dan Rislah, L, A. 2018. Perubahan Jaringan pada Insang
Ikan Nila Akibat Paparan Limbah Cair Penyamakan Kulit. Seminar
Nasional Sains dan Teknologi Lingkungan III. 4(1): 1-5.

Elvi, S. 2019. Konsep Pengelolaan Limbah Rumah Tangga dalam Upaya


Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat.
5(1): 163.

Ginting, P. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Bandung:


Yrama Widya.

Irianto, K. 2016. Penanganan Limbah Cair. Denpasar: UWD Press.

Martini, S., Erna, Y., dan Dian, K. 2020. Pembuatan Teknologi Pengolahan
Limbah Cair Industri. Jurnal Distilasi. 5(2): 26-33.

Natsir, M, F., Amaludin, Astisa, A, L., dan Anzakiyah, D, F. 2021. Analisis


Kualitas BOD, COD, Dan TSS Limbah Cair Domestik (Grey Water) pada
Rumah Tangga di Kabupaten Maros 2021. Jurnal Nasional Ilmu
Kesehatan. 4(1): 20-25.

Rachmi, Z. 2020. Efek Toksisitas Deterjen dan Pestisida Terhadap Pertumbuhan


Ikan Nila (Oreochomis niloticus). Jurnal Faperta Uniki. 1(1): 28-34.

Soemirat. 2009. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University


Press.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

Bahan

Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3.


Orechromis niloticus Air limbah cucian piring Penuangan air limbah
pada Orechromis
niloticus

Hasil

Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6.


Menit 10 pertama Menit 10 kedua Menit 10 ketiga

Gambar 7. Keadaan terakhir ikan

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022)

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai