EKOTOKSIKOLOGI
OLEH :
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rodentisida
Rodentisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan
tikus, yang digolongkan atas rodentisida fumigan dan umpan beracun. Umpan
beracun ini dapat berupa racun akut dan racun kronis. Segala jenis rodentisida
yang digunakan sangat tergantung pada bahan aktif yang digunakan. Selain itu,
keefektifan penggunaan rodentisida dalam pengendalian tikus dapat dilihat pada
daya tarik umpan yang digunakan (Supriyo et al., 2019).
Tikus memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi dan dapat menghindar
terhadap setiap tindakan pengendalian. Oleh karena itu rodentisida yang efektif
biasanya dalam bentuk cair, Menurut rodentisida cair mempunyai sifat tidak
berbau, tidak berasa, dan slow acting artinya membunuh tikus secara perlahan-
lahan. Prinsipnya dalam pengendalian ini menggunakan bahan-bahan kimia untuk
membunuh atau mengganggu aktivitas tikus. Pengendalian secara kimia dapat
dibagi menjadi empat bagian, yaitu fumigasi (asap beracaun), repellent (bahan
kimia pengusir tikus) dan attractant (bahan kimia pengikat tikus), dan chemo-
sterilant (bahan kimia yang dapat memandulkan tikus) (Priyambodo, 2003).
Teknologi rodentisida masih banyak digunakan petani untuk
mengendalikan hama tikus sawah. Rodentisida yang dipasarkan umumnya dalam
bentuk siap pakai, atau mencampur sendiri dengan bahan umpan dan digolongkan
menjadi racun akut dan racun kronis (antikoagulan). Rodentisida akut dapat
membunuh tikus langsung di tempat dalam hitungan menit setelah makan umpan.
Kematian tikus sesaat di dekat umpan rodentisida dapat menyebabkan tikus
lain jera umpan (Supriyo et al., 2019).
Rodentisida akut yang banyak digunakan petani adalah zinc phosphide
(Zn3P2), berupa bubuk warna abu-abu atau hitam dan penggunaannya dicampur
terlebih dahulu dengan umpan seperti beras pecah kulit. Racun akut (zink
phosphide) sangat berbahaya dan tidak memiliki antidot yang spesifik. Oleh
karena itu, jenis rodentisida ini dibatasi penggunaannya di beberapa negara dan
hanya diizinkan secara terbatas (Chandra dan Palupi, 2006).
Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN DESKRIPSI
4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan pada uji toksisitas
rodentisida terhadap organisme rodentia didapatkan hasil sebagai berikut.
4.1.1. Tabel Konsumsi Umpan terhadap Tikus Sawah, Rumah dan Pohon
4.1.2. Uji Efikasi Daya Bunuh Rodentisida pada Tikus Sawah, Rumah dan
Pohon
Universitas Sriwijaya
4.3. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada percobaan di jurnal
tentang uji toksisitas rodentisida terhadap organisme rodentia didapatkan hasil
bahwa makanan yang disukai oleh tikus, baik tikus rumah, sawah maupun pohon
yaitu ikan kemudian gabah dan wortel. Pada uji efikasi tidak ada satupun tikus
yang mati, baru pingsan pada konsentrasi bahan aktif 0,075%, setelah umpan ikan
dimakan oleh tikus sawah dan pohon. Bahan aktif insektisida belum dapat
digunakan sebagai rodentisida dalam membunuh tikus karena masih diperlukan
penelitian lanjutan dengan penambahan dosis lebih besar. Menurut Chandra dan
Palupi, rodentisida pada dasarnya adalah umpan makanan, dimana beberapa
digunakan dalam bentuk padat, cair, dan tepung.
Rodentisida yang diujikan pada penelitian ini yakni rodentisida yang siap
pakai berbahan aktif malathion dan permentrin yang berbentuk cair hasil
formulasi. Mekanisme kerja rodentisida yang dipakai pada penelitian ini bertindak
sebagai racun perut karena rodentisida yang digunakan dicampur pada umpan
tikus. Menurut Priyambodo (2003) menyatakan bahwa berdasarkan cara kerjanya,
rodentisida dibagi menjadi dua jenis yaitu rodentisida akut dan rodentisida kronis
(antikoagulan). Pada rodentisida akut, sistem kerjanya bertindak cepat, dengan
menggunakan dosis tunggal. Pada rodentisida kronis (antikoagulan), sistem
kerjanya bertindak lambat dan menyebabkan kematian akibat pendarahan internal
yang kronis.
Efek rodentisida pada penelitian ini menimbulkan tanda-tanda keracunan,
pingsan ataupun kematian akibat bahan aktif yang terkandung dalam rodentisida
terhadap tikus pohon, tikus rumah, maupun juga pada tikus sawah. Gejala
kematian pada tikus yang telah terkena racun rodentisida ditandai dengan
penurunan aktivitas seperti tikus lebih banyak diam daripada bergerak.
Berdasarkan pendapat Nasution (2022), rodentisida akut adalah racun yang
bekerja cepat dengan merusak sistem syaraf tikus. Rodentisida kronis
(antikoagulan), bekerja dengan menghambat proses penggumpalan darah serta
memecah pembuluh darah kapiler. Kematian tikus terjadi beberapa hari setelah
memakan racun ini, sehingga tidak menimbulkan jera umpan.
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, L. 2022. Buku Ajar Pestisida dan Teknik Aplikasi. Medan: UMSU
Press.
Supriyo, E., Isti, P., Wisnu, B., dan Fahmi, A. 2019. Uji Efikasi Formulasi
Rodentisida Cair dengan Bahan Aktif Permentrin dan Malathion pada
Tikus Sawah, Tikus Rumah Dan Tikus Pohon Dalam Mencegah Penyakit
Leptospirosis. Gema Teknologi. 20(4): 130-133.
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
Universitas Sriwijaya