GENETIKA
OLEH:
LABORATORIUM GENETIKA
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
Universitas Sriwijaya
LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA
Universitas Sriwijaya
IV. Cara Kerja
Botol kultur yang sudah berisi medium disediakan. Lalu diletakan botol
kultur tersebut ditempat yang banyak terdapat Drosophila, misalnya dekat sampah
atau dekat buah-buah yang ranum. Apabila jumlah lalat yang masuk hanya sedikit,
gunakanlah kantung plastik yang agak besar dan ditempatkan dengan mulut
dibawah pada bak sampah/buah-buahan ranum yang dihinggapi Drosophila, dan
ketuklah/bak sampah tersebut, hingga lalat Drosophila berterbangan masuk
kedalam kantung plastik. Kemudian dipindahkan kedalam botol medium.
Diusahakan agar terdapat sekitar 20 pasang Drosophila. Berilah catatan pada
botol tersebut mengenai waktu dan tempat serta alamat lalat tersebut ditangkap.
Selanjutnya amati perubahan yang terjadi pada medium, dan catatlah kapan mulai
melihat adanya telur, larva dari setiap instar hingga terbentuk imago dengan
pengamatan secara periodik sekitar 4 – 6 jam sekali. Dicatat apabila dalam biakan
terdapat lebih dari satu spesies Drosophila. Dilaporkan hasil yang telah diperoleh.
Universitas Sriwijaya
V. Hasil Pengamatan
No. Tanggal Kemajuan Foto
Pengamatan
1. 17 September 2021 Membuat medium dan
mendapat 10 drosophila
lalu menaruh drosophila
kedalam medium
Universitas Sriwijaya
6. 29 September 2021 Medium mengeras
seperti roti dan sedikit
berlendir dan drosophila
mati
Universitas Sriwijaya
VI. Pembahasan
Berdasarkan Pengamatan Siklus Hidup Drosophila sp. didapatkan hasil
bahwa yang telah diketahui siklus hidup pada Drosophila sp. itu sangat pendek.
Menurut Suryo (2010), menyatakan bahwa Drosophila melanogaster digunakan
sebagai organisme model, yaitu karena Drosophila melanogaster memiliki
bentuk tubuh yang kecil, mudah diatur dan mudah dipahami, praktis, siklus
hidupnya pendek hanya dua minggu, ekonomis dan mudah pemeliharaannya
dalam jumlah banyak.
Pengamatan Siklus Hidup Drosophila sp. kali ini gagal karena Drosophila sp.
mati dan tidak sempat bertelur. Menurut Mohapatra (2018), menyatakan bahwa
ada beberapa faktor yang mempengaruhi siklus hidup Drosophila melanogaster,
yaitu: suhu lingkungan, ketersediaan makanan, tingkat kepadatan botol
pemeliharaan, dan intensitas cahaya. Kultur Drosophila melanogaster sebaiknya
dijaga pada suhu ruangan yaitu tidak kurang dari 20°C dan tidak lebih dari 25°C.
Drosophila melanogaster masih dapat mentoleransi suhu 25°C sampai 29°C.
Lingkungan dengan suhu rendah dapat memperpanjang siklus hidup Drosophila
melanogaster. Pada suhu di atas 30°C, D. melanogaster dapat menjadi steril atau
bahkan mati dan memperpanjang siklus.
Suhu kultur D. melanogaster harus dijaga konstan, karena dengan suhu yang
berfluktuasi kemungkinan kematian Drosophila melanogaster lebih besar
daripada dengan suhu konstan. Selain itu, fluktuasi suhu lingkungan (20°C - 30°C)
dapat mempengaruhi kesuburan Drosophila melanogaster. Sedangkan menurut
Raven et al. (2014), siklus hidup lalat ini akan semakin pendek apabila suhu
lingkungan mencapai 28°C.
Menurut Siwi (2005), menyatakan bahwa Drosophila melanogaster yang
dikembangbiakan di dalam botol kultur baiknya jangan terlalu banyak.
Drosophila melanogaster dengan suhu optimal dan tersedia cukup ruang (tidak
terlalu padat) individu dewasa dapat hidup sampai kurang lebih 40 hari. Namun
apabila kondisi botol kultur terlalu padat akan menyebabkan menurunnya
produksi telur dan meningkatnya jumlah kematian pada individu dewasa.
Intensitas cahaya dapat mempengaruhi aktivitas lalat betina saat makan, bertelur
dan kopulasi. Lalat aktif dalam kondisi terang, yaitu pada siang hari, dan
Universitas Sriwijaya
bersanggama dalam cahaya redup. Selain itu, lalat betina yang banyak
mendapatkan sinar akan lebih cepat menghasilkan telur.
Menurut James (2001), menyatakan bahwa Drosophila melanogaster
memiliki empat fase dalam siklus hidupnya, yaitu: telur, larva, pupa, dan dewasa.
Siklus hidup tersebut dilalui dalam 9-10 hari. Siklus hidup dimulai dari telur, satu
hari kemudian menjadi larva dan pada tahap larva melewati dua tahap, tiga hari
kemudian larva menjadi kepompong. Setelah delapan hingga sebelas hari, pupa
berubah menjadi imago. Imago inilah yang disebut lalat buah dewasa. Beberapa
waktu kemudian imago akan bertelur kembali. Siklus hidup Drosophila
melanogaster disebut metamorfosis sempurna.
Menurut Hotimah et al. (2017), menyatakan bahwa Drosophila melanogaster
mengalami metamorfosis sempurna, yang berarti siklus hidupnya terdiri dari telur,
larva, pupa dan imagfase atau imago. Fase larva dibagi lagi menjadi larva instar 1,
larva instar 2, dan larva instar 3. Siklus hidup Drosophila melanogaster dimulai
pada tahap telur. Pada suhu 25°C, telur menetas 24 jam setelah diletakkan. Telur
Drosophila melanogaster berbentuk lonjong dengan panjang ± 0,5 mm, pada
salah satu ujung telur terdapat sepasang filamen yang mencegah telur tenggelam
di tengah dan membantu respirasi D. melanogaster.
Setelah menetas larva akan mengalami 3 fase instar yaitu larva fase instar 1,
larva fase instar 2 dan larva fase instar 3. Larva fase instar 1 muncul setelah
menetas, keesokan harinya larva fase instar 1 akan berubah menjadi larva fase
instar 2 dan setelah satu hari larva fase instar 2 berkembang dari larva fase instar 2
menjadi instar 3. Selama makan, larva akan membuat saluran pada medium.
Aktivitas dalam membuat saluran pada medium dapat dijadikan indikator tentang
pertumbuhan dan perkembangan larva yang baik.
Larva makan dengan mulut mereka di bagian ventral segmen kepala dan
bernapas melalui spirakel anterior. Pada tahap larva terakhir, larva mencapai
panjang 4,5 mm pada tahap larva ketiga. Tubuh larva terdiri dari 12 ruas, yaitu: 1
ruas kepala, 3 ruas toraks, dan 8 ruas abdomen. Karena tubuhnya yang transparan,
beberapa organ dalam larva dapat terlihat. Lemak tubuh larva, usus yang terpilin,
gonad (organ seks) dan tabung malpighian kuning merupakan organ-organ yang
dapat dilihat. Testis pada D. melanogaster lebih besar daripada ovarium D.
Universitas Sriwijaya
melanogaster, sehingga kelamin larva D. melanogaster dapat dikenali. Sebelum
pupasi, larva instar 3 akan merayap pada bagian yang kering, biasanya pada
dinding botol atau pada kertas pupasi yang disediakan.
Larva kemudian membentuk tanduk kepompong, gerakan mereka terbatas,
dan mereka mulai menetap. Setelah +3,5 jam pupa akan sepenuhnya terpigmentasi.
Imago muncul dari puparium melalui operkulum. Operkulum terletak pada bagian
dorsal permukaan cangkang pupa. Ketika imago mendorong operculum, lapisan
operculum pecah. Tubuh imago muda lebih mini dan sayapnya belum melebar.
Dalam beberapa jam, tubuh imago menjadi lebih gelap dan bulat, sehingga sayap
D. melanogaster melebar. Betina dapat menyimpan sperma, yang kemudian dapat
digunakan untuk membuahi sel telur. Betina harus dipisahkan sebelum kawin
untuk mendapatkan betina perawan.
Komposisi bahan yang digunakan pada pembuatan medium ialah pisang,
agar, air, ragi, dan gula merah. Pisang dihancurkan lalu dicampur dengan gula
merah yang sudah dicairkan dengan air dan dimasak sampai mendidih lalu
dicampurkan agar agar medianya mengeras dan dicampur ragi yang sudah
dilarutkan. Kemudian masukkan media yang sudah jadi kedalam botol medium
yang sudah disterilkan. Menurut Menurut Safitri dan Bachtiat (2017), menyatakan
bahwa, ragi atau fermipan mengandung mikroorganisme yang digunakan untuk
fermentasi pada suatu media biakan.
Penambahan Fermipan dimaksudkan untuk meningkatkan kandungan unsur
hara atau nutrisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan lalat buah, dengan cara
mempercepat penguraian unsur hara atau nutrisi dalam media. Selain itu,
Fermipan digunakan untuk menaikkan suhu di dalam botol karena proses oksidasi
yang disebabkan oleh ragi. Hal ini digunakan agar terjadi proses perombakan zat-
zat dalam medium dalam proses fermentasi karbohidrat dan pisang yang akan
menghasilkan glukosa dan gas yang diperlukan untuk pertumbuhan lalat buah,
sedangkan komposisi yang lain digunakan untuk memberikan sumber nutrisi
untuk lalat buah.
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Raven, P, H., Singer, S., Mason, K, A., Johnson, G, B., dan Lasos, J. 2014.
Biology 10 Edition. USA: McGrow-Hill Higher Education.
Safitri, D dan Bachtiat, S. 2017. Pengaruh Penambahan Ragi pada Media terhadap
Perkembangbiakan Drosophila melanogaster. Jurnal Biology Science dan
Education. 6 (1): 45-52.
Suharsono dan Egi, N. 2019. Pengaruh Suhu Terhadap Siklus Hidup Lalat Buah
(Drosophila Melanogaster). Jurnal Bioeksperimen. 5(2) : 114-120.
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
Universitas Sriwijaya
Plagiarsm Dasar Teori
Plagiarsm Pembahasan
Universitas Sriwijaya