PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekologi diperkenalkan pertama kali pada tahun 1869. Ekologi adalah ilmu
ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi dari alam (Silaen, 2021).
Dalam ilmu ekologi, ada yang disebut dengan faktor pembatas atau limiting
factor. Faktor pembatas adalah keadaan yang mendekati atau melampaui ambang
batas toleransi suatu kondisi yang dapat dipahami dengan menggabungkan konsep
penelitian ini kami menggunakan ikan Lele Sangkuriang sebagai sampel. Ikan
Lele dipelihara selama 14 hari dengan kadar salinitas yang berbeda, kemudian
diamati bagaimana tingkah laku serta keberlangsungan hidup ikan Lele tersebut.
1. Bagaimana tingkah laku ikan Lele Sangkuriang pada salinitas air yang
berbeda?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sampai di mana faktor
pembatas bagi ikan Lele Sangkuriang ketika berada pada salinitas air yang
berbeda.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Salinitas
Salinitas adalah tingkat kadar garam dalam air. Salinitas ini berpengaruh
terhadap tekanan osmotik, yang mana semakin tinggi salinitas maka tekanan
kelangsungan hidup biota air karena setiap biota air memiliki toleransi terhadap
penguapan, curah hujan, jumlah air yang bermuara ke laut, dan konsentrasi zat
terlarut. Berkaitan dengan zat terlarut, semakin tinggi konsentrasi larutan maka
semakin tinggi tingkat kadar garam. Suatu perairan yang mempunyai tingkat
salinitas tinggi maka semakin besar pula tingkat tekanan osmotiknya. Kadar
garam dan tingkat tekanan osmotik sangat berpengaruh kelangsungan hidup dari
yang terlalu rendah (minimum) atau terlalu tinggi (maksimum). jumlah sedikit
batas toleransi suatu kondisi yang dapat dipahami dengan menggabungkan konsep
2
2.3 Ikan Lele Sangkuriang
Lele sangkuriang merupakan varietas yang diciptakan Balai Besar
perbaikan genetik yang dilakukan dengan cara perkawinan silang antara Lele
Dumbo betina generasi kedua dan Lele Dumbo jantan generasi keenam. Lele
tahunnya. Namun, benih Lele Sangkuriang tidak bagus jika dijadikan indukan,
Secara umum, ikan lele sangkuriang dikenal sebagai ikan yang berkumis
(catfish), tubuh berlendir dan tidak memiliki sisik serta mulut cukup lebar, yakni
¼ dari panjang tubuhnya. Ciri khas lele sangkuriang adalah memiliki empat
pasang sungut yang terdapat di mulutnya. Keempat pasang sungut tersebut terdiri
dari dua pasang sunggut rahang atas ( maxiral) dan dua pasang sungut bawah
3
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan dalam waktu 14 hari. Tempat penelitian yaitu di
rumah salah seorang anggota kelompok yang bertempat di Desa Toto selatan,
Masing-masing wadah bisa menampung air lebih dari 3 liter air. Sebelum wadah
diisi air sebanyak 3 liter dan diikuti dengan garam untuk meningkatkan salinitas
air.
Bahan terlarut seperti gula, garam, protein dan sebagainya bisa diukur
menggunakan alat ini. Cara kerja dari alat ini yaitu dengan memanfaatkan refraksi
4
dari cahaya yang masuk. Refraktometer ini digunakan untuk mengukur indeks
pembiasan cahaya yang digunakan untuk menentukan kadar garam pada cairan.
wadah dengan salinitas yang berbeda. Selanjutnya tingkah laku ikan diamati pada
10 menit pertama. Sifat ikan lele pada umumnya yaitu suka meloncat dan
berenang dengan gesit serta mengeluarkan lebih banyak lendir ketika merasa
dirinya terancam. Maka yang akan dilihat pada penelitian ini yaitu gerak renang
ikan setelah dimasukkan kedalam air dengan kadar salinitas yang berbeda.
Keterangan:
SR= Tingkat Kelangsungan Hidup (%)
Nt= Jumlah ikan yang hidup pada akhir pengamatan (ekor)
No= Jumlah ikan pada awal tebar (ekor)
5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Ada dua hasil yang kami dapatan dari penelitian ini yaitu tingkah laku ikan
dan kelangsungan hidup ikan. Uraian dari hasil tersebut adalah sebagai berikut:
salinitas menyebabkan perilaku ikan yang berbeda pula. Pada wadah pertama
dengan salinitas 0 ppt, ikan tampak diam sebentar kemudian berenang seperti
biasanya dan terlihat tidak mengalami stres. Pada wadah kedua dengan salinitas
10 ppt, ikan tampak berenang dengan cepat selama beberapa menit dan kemudian
berenang dengan normal. Pada wadah ketiga dengan salinitas 15 ppt, ikan tampak
berenang dengan cepat selama beberapa menit awal dan selanjutnya kembali
normal. Pada wadah keempat dengan salinitas 20 ppt, ikan tampak berenang
permukaan air.
6
10 3 ekor 3 ekor 3 ekor 0 ekor
11 3 ekor 3 ekor 3 ekor 0 ekor
12 3 ekor 3 ekor 3 ekor 0 ekor
13 3 ekor 3 ekor 3 ekor 0 ekor
14 3 ekor 3 ekor 3 ekor 0 ekor
4.2 Pembahasan
Dalam hasil penelitian ini kami mendapatkan fakta bahwa pada saat ikan Lele
Sangkuriang berada pada wadah pertama (0 ppt), ikan terlihat biasa dan bertahan
sampai hari terakhir. Tetapi pada wadah kedua, ketiga dan keempat, ikan
berenang dengan cepat karena ini bereaksi pada kadar salinitas yang berbeda dari
habitat aslinya. Pada salinitas 10-15 ppt, ikan Lele Sangkuriang ini memerlulam
bertahan hidup sampai hari terakhir. Akan tetapi ikan yang berada pada wadah
keempat tidak dapat beradaptasi dengan kadar salinitas pada wadah tersebut yang
7
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ikan Lele Sangkuriang ini bisa
bertahan hidup hingga salinitas 15 ppt. Tetapi ikan Lele Sangkuriang ini
salinitas sudah lebih dari 15 ppt, maka ikan akan mati seperti pada salinitas 20
ppt.
5.2 Saran
Saran dari kami untuk yang ingin membudidayakan ikan Lele Sangkuriang
ini, alangkah baiknya dibudidayakan pada air dengan salinitas 0 ppt atau jangan
8
DAFTAR PUSTAKA
9
LAMPIRAN
10