Anda di halaman 1dari 5

REVIEW JURNAL

NAMA : SUMITRO U. THALIB


NIM : 1131421012

Judul Jurnal 1 :
OVERFISHING PADA PERIKANAN PUKAT
CINCIN SEMI INDUSTRI DI LAUT JAWA
DAN IMPLIKASI PENGOLAHANNYA

Jurnal 2 :
PENERAPAN TEKNOLOGI PANEL SURYA
PADA BAGAN TANCAP UNTUK
PENINGKATAN TANGKAPAN IKAN DI
TELUK JOR, KABUPATEN LOMBOK
TIMUR.

Jurnal 3 :
PERUBAHAN DAERAH PENANGKAPAN,
TARGET TANGKAPAN DAN TEKNOLOGI
ARMADA PUKAT CINCIN LAUT JAWA
YANG DIOPERASIKAN DI SAMUDERA
PASIFIK

Penulis Jurnal 1 :
Suherman Banon Atmaja

Jurnal 2 :
Dewi Putri Lestari

Jurnal 3 :
Agustinus Anung Widodo
Terbitan Jurnal 1 :
Tahun 2011

Jurnal 2 :
Tahun 2020

Jurnal 3 :
Tahun 2012

Isi Jurnal 1 :
Overfishing merupakan suatu istilah atau status
yang diberikan kepada suatu kawasan perairan
yang sumber daya ikannya telah mengalami
tangkap lebih. Tangkap lebih yang dimaksud
adalah jika laju penangkapan yang dilakukan telah
melampaui kemampuan sumber daya ikan
tersebut untuk pulih. Konsep tradisional
overfishing yang diturunkan dari dinamika
populasi dan pendugaan stok spesies tunggal,
yaitu growth overfishing, recruitment overfishing,
maximum sustainable yield, dan maximum
economic yield. Secara implisit, konsep ini
termasuk atribut ekosistem seperti asumsi pada
pertumbuhan fungsi logistik dalam model surplus
produksi atau pemasukkan mortalitas alami dalam
model dynamic pool (yield per recruit), tetapi
nasihat pengelolaan terutama ditujukan untuk
spesies tunggal dan kasus perikanan tunggal.
Malthusian overfishing pada perikanan pukat
cincin semi industri, nelayan yang memasuki
perikanan tangkap akan berhadapan dengan hasil
tangkapan yang cenderung menurun. Untuk
memperoleh hasil tangkapan yang memadai
berkorban tinggal di laut yang lama. Apabila
sekiranya ada alternatif lapangan pekerjaan yang
lebih baik, tentu tidak memilih menjadi anak buah
kapal pukat cincin semi industri dengan hasil yang
tidak menentu. Sementara biological overfishing,
terutama recruitment overfishing dapat
diperdebatan lebih lanjut. Recruitment

2
overfishing akibat sebagian besar ikan yang
tertangkap belum matang seksual yang terjadi
bertahun-tahun dan rantaian progresif lemahnya
pengelolaan, yang telah mengurangi stok induk
ikan (spawning stock). Widodo (1989)
menyimpulkan berdasarkan atas hasil simulasi
pengaruh ukuran mata jaring 10, 15, dan 20 mm
dari aplikasi model Beverton dan Holt,
peningkatan ukuran mata jaring dari 15 mm
menjadi 20 mm akan menurunkan hasil
tangkapan, penurunan ukuran mata jaring dari 15
mm menjadi 10 mm selain akan meningkatan
hasil tangkapan, juga akan menyebabkan
terjadinya growth overfishing di mana banyak
ikan-ikan berukuran kecil dan ikan-ikan muda
tertangkap.

Jurnal 2 :
Kawasan Teluk Jor, Kecamatan Jerowaru,
Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu
sentral penghasil komoditas perikanan baik
perikanan tangkap maupun perikanan budidaya.
Perikanan tangkap yang dikembangkan oleh
nelayan berupa penangkapan ikan dengan perahu
ketingting maupun perahu modern. Selain itu juga
dikembangkan penangkapan ikan dengan teknik
bagan tancap yang dilakukan oleh nelayan
tradisional dengan teknologi yang sangat
sederhana. Selain perikanan tangkap, tentunya
terdapat juga perikanan budidaya. Teluk Jor
terkenal sebagai kawasan penghasil lobster, bawal
dan bandeng yang dipasarkan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat di Pulau Lombok.
Pemanfaatan energi surya pada setiap waktu
semakin meningkat seiring dengan pengetahuan
yang kita dapatkan. Salah satu pemanfaatan
energi surya adalah Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS) yang memanfaatkan energi foton
cahaya matahari menjadi energi listrik. Indonesia
sendiri, sebuah negara yang dilewati oleh garis
khatulistiwa dan menerima panas matahari yang
lebih banyak daripada negara lain, mempunyai
potensi yang sangat besar untuk mengembangkan
pembangkit listrik tenaga surya sebagai alternatif
batubara dan diesel sebagai pengganti bahan

3
bakar fosil, yang bersih, tidak berpolusi, aman dan
persediaannya tidak terbatas.
Metode penangkapan ikan yang menggunakan
alat bantu cahaya atau yang dikenal dengan
sebutan light fishing sudah dipakai sejak awal
tahun 1900-an di Norwegia, Jepang dan Cina.
Sementara, nelayan Indonesia baru mengenal
teknik ini sekitar tahun 1950-an. Teknik ini
pertama kali digunakan oleh nelayan di perairan
Sulawesi Selatan dengan menggunakan lampu
petromaks pada alat tangkap bagan tancap. Bagan
tancap merupakan kelompok jaring angkat (lift
net) yang dipasang menetap di perairan dengan
menggunakan rangka dari bambu. Lampu LED
bisa digunakan dalam perikanan bagan tangkap.
Hasilnya, bisa menghemat bahan bakar sekaligus
bisa meningkatkan kualitas tangkapan. Nelayan di
Indonesia menangkap ikan dengan berbagai jenis
alat tangkap, antara lain pancing, jaring, bubu, jala
serta penggunaan teknologi penangkapan ikan
dengan alat bantu cahaya.
Pelatihan penggunaan teknologi panel surya
kepada kelompok LPATJ dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan baik teoritis maupun
teknis dalam mengoperasionalisasikan peralatan
yang terpasang di bagan tancap. Strategi
keberlanjutan merupakan upaya yang dilakukan
dalam rangka menjaga kegiatan yang telah
dibangun agar dapat terus berlanjut tanpa adanya
dukungan pihak lain. Strategi yang dilakukan
berupa mengoptimalkan peran kelembagaan
kelompok LPATJ yang ada di Teluk Jor untuk
dapat mengelola bagan tancap yang telah dibuat
untuk kepentingan seluruh anggotanya.

Jurnal 3 :
Lebih tangkap (over fishing) dan ekses kapasitas
penangkapan (excess capacity) telah diketahui
sebagai dua isu serius yang dihadapi perikanan
pelagis kecil di Laut Jawa saat ini. menunjukkan
hanya tinggal 27,2% armada pukat cincin pelagis
kecil yang berbasis di Pekalongan dengan daerah
penangkapan di Laut Jawa dan sekitarnya yang
masih efisien secara teknis, sedangkan sisanya

4
72,8% sudah tidak efisien. Efisiensi penangkapan
dapat ditingkatkan dengan memindahkan daerah
operasi penangkapan (fishing ground)
konvensional ke perairan yang masih kaya
sumberdaya ikannya. Daerah penangkapan
konvensional armada pukat cincin yang berbasis
di Pekalongan yaitu: perairan sebelah utara Tegal
dan Pekalongan, sekitar kepulauan Karimunjawa,
sekitar P. Bawean, sekitar Kepulauan Masalembu,
sekitar P. Matasiri, sekitar P. Pejantan di Laut
Cina Selatan dan perairan LumuLumu di Selat
Makasar.
Penelitian dilakukan bulan Juni-Desember 2009
dan Januari-Desember 2010 di Bitung dengan
cara melakukan pengamatan terhadap kapal-kapal
pukat cincin yang sebelumnya dioperasikan di
laut Jawa dan saat ini dioperasikan di perairan
samudera Pasifik Indonesia. Jumlah hasil
tangkapan dicatat oleh enumerator dan data
tersebut berasal dari PT. Bintang Mandiri
Bersaudara (BMB) yaitu perusahaan
penangkapan ikan dengan menggunakan pukat
cincin yang berbasis di Bitung. Posisi daerah
penangkapan dicatat oleh nakhoda pukat cicncin
contoh berdasarkan posisi rumpon-rumpon atau
fish aggregating devices (FADs). Pada tahun
2010 tercatat 61 (enam puluh satu) unit armada
pukat cincin telah memindahkan daerah
penangkapnnya dari perairanlaut Jawa dan
sekitarnya ke perairan samudera Pasifik
Indonesia. Pada awalnya kapal-kapal tersebut
merupakan jenis kapal penangkap (catcher boat),
namun di daerah penangkapan baru beberapa
kapal diubah menjadi kapal pengangkut (carrier
boat), kapal pengumpul (collecting boat) dan
kapal lampu (light boat). Dari 61 unit armada,
yang tetap sebagai kapal penangkap sebanyak 36
unit, sedangkan 17 unit dialih fungsikan menjadi
kapal pengumpul atau pengangkut (carrier boat)
dan sebanyak 8 unit difungsikan sebagai kapal
lampu (light boat).

Anda mungkin juga menyukai