Anda di halaman 1dari 1

1.

Geotermometer Kalsedon
Geotermometer ini didasarkan pada kelarutan kalsedon. Karingithi (2009) mengemukakan bahwa ada
ambiguitas dalam penggunaan geotermometer silika pada suhu di bawah 180°C, keberadaan kalsedon
sebagai pengontrol silika terlarut di beberapa tempat dan beberapa kuarsa. Temperatur, waktu dan
komposisi cairan semua mempengaruhi bentuk kristal dari berbagai silika. Dengan demikian, dalam
sistem lama, di mana air telah melakukan kontak dengan batu pada suhu tertentu untuk waktu yang
relatif lama, kuarsa mungkin menyebabkan silika yang terlarut turun pada suhu sampai 100°C. Dalam
sistem yang lebih muda, kalsedon mungkin menyebabkan silika terlarut pada temperatur sampai
180°C.Geotermometer kalsedon digunakan apabila geotermometer kuarsa dan geotermometer lainnya
menunjukkan hasil temperatur reservoar sebesar 120°C-180°C. Apabila geotermometer kalsedon
menunjukkan hasil temperatur 100°C- 120°C, maka temperatur tersebut merupakan temperatur yang
sebenarnya pada reservoar. Adapun perumusan geotermometer kalsedon menurut Arnorsson (Karingithi,
2009):

2. Geotermometer Silika Amorf


Geotermometer silika amorf digunakan apabila geotermometer kalsedon menunjukkan hasil temperatur
reservoar <100°C sehingga silika amorf menurut Fournier (Karingithi, 2009):

Anda mungkin juga menyukai