Anda di halaman 1dari 2

Siklon Tropis Adalah

Mengutip laman Pusat Meteorologi Maritim, siklon tropis adalah badai besar yang terbentuk
di atas lautan hangat dengan kecepatan angin kencang yang berputar di sekitar pusatnya.
Didefinisikan sebagai sistem tekanan rendah non-frontal yang tumbuh di atas perairan
hangat dengan wilayah perawanan konvektif dan kecepatan angin maksimum setidaknya
mencapai 34 knot.

Siklon tropis memiliki mata siklon di pusatnya, yang dikelilingi oleh dinding mata yang
merupakan wilayah dengan kecepatan angin tertinggi dan curah hujan terbesar. Masa
hidupnya berkisar antara 3 hingga 18 hari, dan akan melemah ketika bergerak ke perairan
dingin atau daratan.

Terdapat beberapa istilah lain untuk menyebut siklon tropis, yaitu badai tropis, typhoon,
topan, siklon, cyclone, atau hurricane. Penyebutan yang berlainan ini tergantung pada
wilayah terbentuknya.

Penyebab Siklon Tropis


Berdasarkan informasi dari laman resmi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, siklon
tropis akan terbentuk jika seluruh penyebab ini terpenuhi.

Suhu laut yang minimal mencapai 26,5 °C hingga ke kedalaman 60 meter.


Kondisi atmosfer yang tidak stabil, memungkinkan terbentuknya awan Cumulonimbus, yang
menjadi indikator wilayah konvektif kuat.
Kadar kelembaban yang relatif tinggi di atmosfer paras menengah, yaitu sekitar 5 km. Hal ini
penting karena atmosfer kering di ketinggian tersebut tidak mendukung perkembangan
badai guntur dalam siklon tropis.
Siklon tropis biasanya terbentuk pada jarak minimal sekitar 500 km dari khatulistiwa,
meskipun terbentuknya di dekat ekuator tidak umum.
Adanya gangguan atmosfer di dekat permukaan bumi berupa angin yang berputar dan
penumpukan angin.
Perubahan kondisi angin terhadap ketinggian harus relatif stabil, karena perubahan yang
besar dapat mengganggu perkembangan badai guntur.
Proses Terjadinya Siklon Tropis
Siklon tropis memiliki siklus hidup yang meliputi beberapa tahapan, dimulai dari
pembentukan hingga punahnya. Tahap-tahap tersebut dapat dibagi menjadi empat bagian:

1. Tahap Pembentukan
Pada tahap ini, terjadi gangguan atmosfer yang ditandai dengan wilayah konvektif yang
terlihat pada citra satelit cuaca. Meskipun pusat sirkulasi belum sepenuhnya terbentuk,
seringkali terlihat ujung sabuk awan yang membentuk spiral.

2. Tahap Belum Matang


Wilayah konvektif yang kuat mulai terbentuk lebih teratur, membentuk sabuk awan
melingkar atau wilayah yang relatif bulat. Intensitasnya meningkat bersamaan dengan
penurunan tekanan udara permukaan dan peningkatan kecepatan angin maksimum hingga
mencapai gale force wind. Pusat sirkulasi mulai tampak terbentuk, dan angin dengan
kecepatan maksimum terkonsentrasi pada cincin di sekitarnya.

3. Tahap Matang
Pada tahap ini, bentuk siklon tropis cenderung stabil dengan tekanan udara minimum di
pusatnya dan angin maksimum yang tidak banyak fluktuasi. Sirkulasi siklonik dan wilayah
dengan gale force wind meluas.

Pada siklon yang lebih kuat, mata siklon dapat terlihat jelas. Fenomena ini ditandai dengan
wilayah bersuhu paling hangat di tengah sistem perawanan, dikelilingi oleh dinding
perawanan konvektif.

4. Tahap Pelemahan
Terakhir, pusat siklon yang hangat mulai menghilang, tekanan udara meningkat, dan
wilayah dengan kecepatan angin maksimum melebar menjauh dari pusat siklon. Tahap ini
dapat terjadi cepat jika siklon tropis masuk ke wilayah yang tidak mendukung
pertumbuhannya, seperti memasuki perairan lintang tinggi atau daratan.

Waktu rata-rata yang diperlukan sebuah siklon tropis dari pembentukan hingga punah
adalah sekitar tujuh hari, meskipun variasinya dapat mencapai 1 hingga 30 hari.

Dampak Siklon Tropis


Dampak dari siklon tropis terbagi menjadi dua jenis, yaitu langsung dan tidak langsung.

1. Dampak Langsung
Dampak langsung dari siklon tropis meliputi gelombang tinggi, badai, storm surge, hujan
deras, dan angin kencang di daerah yang dilaluinya. Contohnya, siklon tropis Kirrily pada
tahun 2009 menyebabkan rusaknya rumah, terendamnya puluhan rumah, kerusakan jalan
raya, dan gelombang tinggi di Kepulauan Kai, Laut Banda.

2. Dampak Tidak Langsung


Sementara itu, dampak tidak langsung siklon tropis terjadi melalui perubahan pola cuaca
yang mempengaruhi Indonesia, seperti terbentuknya daerah pumpunan angin dan daerah
belokan angin.

Daerah pumpunan angin, misalnya, dapat mengakibatkan hujan lebat di daerah Jawa Timur
hingga Nusa Tenggara Timur, seperti yang terjadi saat siklon tropis George pada tahun
2007.

Daerah belokan angin, di sisi lain, dapat menyebabkan hujan lebat di sekitar Sumatera
bagian Selatan atau Jawa bagian Barat. Selain itu, adanya siklon tropis di sekitar perairan
utara Sulawesi atau Laut Cina Selatan dapat menyebabkan berkurangnya curah hujan di
wilayah Sulawesi bagian utara atau Kalimantan karena menyerap udara lembab di
sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai