Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM ARUS LAUT

MODUL 4
ARUS GEOSTROPIK

Oleh:
Theodorus Karel Elang 26050119130084 Ose B
Koordinator Praktikum:
Dr. Kunarso, ST, MSi.
NIP. 19690525 199603 1 002
Tim Asisten :
Aryobimo Bharadian Ariputro 26050118130054
Salsabila Rahidah 26050118140070
Elsa Mayora J. P. 26050118120011
Lisa Khumaeroh 26050118120022
Rofiatul Mutmainah 26050118130030
Mochamad Rafif Rabbani 26050117170001
Ezikri Yasra 26050118140114
Galang Sandi Timur 26050118140083
Ferdian Agung Baskoro 26050118120025
Yustinus Wijanarko 26050118140103
Fransiska Krisna W. N. P. 26050118130072
Mar’ah Nida Kholawati 26050118120015
Dhany Ajiperwata 26050118120006
Audria Izza Nadira 26050118120021
DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
Lembar Pengesahan
Modul 4 : Arus Geostropik
No Keterangan Nilai
1 Pendahuluan
2 Tinjauan Pustaka
3 Materi Metode
4 Hasil
5 Pembahasan
6 Penutup
7 Daftar pustaka
Total 87

Semarang, 21 Maret 2021

Asisten Praktikan

Galang Sandi Timur Theodorus Karel Elang Mahardhika


26050118140083 26050119130084

Mengetahui,
Koordinator Mata Kuliah
Arus Laut

Dr. Kunarso, ST, MSi.


NIP. 19690525 199603 1 002
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sirkulasi atau dinamika pada air laut selalu terjadi secara kontinu. Sirkulasi dapat terjadi di
permukaan maupun di kedalaman. Salah satu bentuk dari sirkulasi tersebut adalah arus laut. Arus
laut adalah pergerakan massa air laut secara horizontal maupun vertikal dari satu lokasi ke lokasi
lain untuk mencapai kesetimbangan dan terjadi secara kontinu. Gerakan massa air laut tersebut
timbul akibat pengaruh dari resultan gaya-gaya yang bekerja dan faktor yang mempengaruhinya.
Berdasarkan gaya-gaya yang mempengaruhinya, arus laut terdiri dari: arus geostropik, arus
termohalin, arus pasang surut, arus ekman dan arus bentukan angin.
Arus geostropik adalah arus yang terjadi di permukaan laut akibat pengaruh gaya gradien
tekanan mendatar dan diseimbangkan oleh gaya coriolis Arus geostropik tidak dipengaruhi oleh
pergerakan angin (gesekan antara angin dan udara), sehingga arus geostropik digolongkan ke
dalam arus tanpa gesekan.Arus geostropik untuk mendeteksi dan memahami fenomena yang
terjadi di perairan seperti: arus eddy, upwelling dan downwelling. Analisis selanjutnya arus
geostropik bermanfaat untuk sektor perikanan yaitu mendeteksi zona yang berpotensi untuk
daerah penangkapan ikan. Sistem satelit merupakan salah satu pemecahan permasalahan untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan dalam mempelajari fenomena lautan secara global. Maka
diluncurkan satelit yang sesuai dengan tujuan tersebut yaitu satelit altimetri.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui apa itu arus geostropik.
2. Mengetahui pendekatan yang digunakan dalam emenentukan suatu arus geostropik
3. Mengetahui nilai kecepatan relative arus geostropik
1.3 Manfaat
1. Praktikan mengetahui apa itu arus geostropik.
2. Praktikan mengetahui pendekatan yang digunakan dalam emenentukan suatu arus geostropik
3. Praktikan mengetahui nilai kecepatan relative arus geostropik
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Arus Geostropik
Menurut Aziz (2006), arus geostrpoik adalah arus yang terjadi karena adanya
keseimbangan geostropik yang disebabkan oleh adanya gradien tekanan mendatar/horizontal
yang bekerja pada massa air yag bergerak, dan diseimbangkan oleh gaya. Arus geostropik
digambarkan sebagai arus gradien atau slope current yang disebabkan oleh adanya kemiringan
bidang isobar dan bidang datar (level surface). Kemiringan tersebut terjadi akibat adanya
penumpukan massa air di tempat tertentu karena adanya hembusan aning yang berhembus terus
menerus. Penumpukan massa air ini menyebabkan adanya perbedaan tekanan pada permukaan
laut, meskipun tekanan tersebut kecil tapi karena sifat air yang selalu mencari keseimbangan,
maka terjadilah pergerakan air secara mendatar. Selain itu, pengaruh angin dan perbedaan
tekanan atmosfer di permukaan laut berperan dalam pembentukan slope muka laut (slope isobar).
Menurut Alawiyah et al (2018), arus ini merupakan salah satu komponen utama dari arus
permukaan laut. Di wilayah ekuator, efek gaya coriolis menghilang dan tidak ada keseimbangan
geostropik. Arus geostropik berkaitan dengan kelerengan (slope) paras laut, arus ini tidak
dipengaruhi oleh pergerakan angin (gesekan antara angin dan udara), sehingga arus geostropik
digolongkan ke dalam arus tanpa gesekan. Arus yang timbul sebagai akibat kesetimbangan gaya
gradien tekanan dan gaya coriolis disebut arus "geostropik". Kecepatan arus geostropik
berkurang dengan bertambahnya kedalaman. Kecepatan arus ini sama dengan nol di suatu
kedalaman yang cukup besar (di bawah 1500 m) dimana tidak terdapat lagi variasi densitas air
laut. Level atau kedalaman dimana kecepatan arus sama dengan nol disebut "no motion level"
(level tanpa gerakan). Ahli oseanografi dapat menghitung kecepatan arus geostropik relatif
terhadap level tanpa gerakan ini (level referensi) dari distribusi horisontal dan vertikal densitas di
laut.

2.2 Gaya Gradien Tekanan


Menurut Aziz (2006), gaya akibat perbedaan tekanan disebut "gaya gradien tekanan" dan
gaya ini diimbangi oleh gaya coriolis yang timbul akibat rotasi bumi. Arus yang timbul sebagai
akibat kesetimbangan gaya gradien tekanan dan gaya coriolis disebut arus "geostropik".
Kecepatan arus geostropik berkurang dengan bertambahnya kedalaman. Kecepatan arus ini sama
dengan nol di suatu kedalaman yang cukup besar (di bawah 1500 m) dimana tidak terdapat lagi
variasi densitas air laut. Level atau kedalaman dimana kecepatan arus sama dengan nol disebut
"no motion level" (level tanpa gerakan). Ahli oseanografi dapat menghitung kecepatan arus
geostropik relatif terhadap level tanpa gerakan ini (level referensi) dari distribusi horisontal dan
vertikal densitas di laut. Profil atau distribusi densitas ini ditentukan dan dibuat dari hasil
pengukuran suhu dan salinitas yang diperoleh dalam suatu pelayaran untuk penelitian
oseanografi.
Menurut Prarikeslan (2016), gradient tekanan timbul akibat adanya perbedaan tekanan pada
suatu layer air. Gaya ini berperan dalam pembentukan arus geostropik. Awalnya akan timbul
suatu gaya gradient densitas horizontak yang akan menghasilkan slope. Kemudian akibat adanya
slope ini, maka arus akan mengalir menuruni slope dimana akan mengakibatkan penumpukan
massa air dan menghasilkan gaya gradient tekanan horizontal. Gaya gradient tekanan ini nantinya
akan diseimbangi oleh gaya Coriolis untuk menghasilkan arus geostropik.
2.3 Gaya Coriolis
Menurut Suryanto dan Luthfian (2019), Gaya Coriolis merupakan gaya yang timbul akibat
adanya proses rotasi bumi, Gaya inilah yang menyebabkan angina yang bertiup arahnya tidak
pernah sejajar dengan gradient tekanan. Gaya Coriolis itu sendiri bekerja dengan membelokan
arah angina yang ada. Gaya Coriolis membelokkan benda yang sedang bergerak kea rah
manapun. Pada belahan bumi utara, gerakan benda dibelokkan ke kanan dan dibelahan bumi
selaran benda dibelokkan kea rah kiri. Gaya Coriolis kecil dan terlihat efeknya ketika bekerja
pada system cuaca skala besar.
Menurut Prarikeslan (2016), gaya Coriolis merupakan suatu gaya yang diakibatkan oleh
pengaruh rotasi bumi dalam pembelokkan arah arus. Gaya Coriolis membentuk suatu putaran
arus yang berlawanan arah dengan jarum jamdan memiliki tinggi muka air yang rendah. Hal ini
mengakibatkan arus yang bergerak sesuai dan searah dengan jarum jam. Gradien densitas
horizontal akan menimp=bulkan slope, kemudian arus akan menuruni slope dimana
menghasilkan penumpukan massa air sehingga menimbulkan gradient tekanan horizontal.
Gerakan massa air ini yang akan mengakibatkan timbulnya gaya Coriolis, dimana gerakan massa
ini yang menimbulkan gaya Coriolis yang akan menyem=imbangkan massa air tersebut, dimana
yang akhirnya menghasilkan arus geostropik.
2.4 Spiral Ekman
Menurut Prarikeslan (2016), spiral Ekman merupakan hasil dari tubrukan antarmolekul air
dan tubtukan antarmolekul udara pada lapisan permukaan laut karena angina menimbulkan
gesekan di lapisan permukaan laut yang menyebabkan arus permukaan. Pergerakan massa air
permukaan diikuti juga oleh massa air yang ada pada lapisan bawahnya. Hal ini disebabkan
adanya gaya friksi bekerja. Apabila angina mengalir secara konstan dalam waktu yang lama,
maka gerakan massa air atau arus akan terjadi pada kolom air yang lebih dalam. Hal ini
menyebabkan semakin dalam kekuatan arus makin mellemah karena kekuatan angina yang
melemah juga. Semakin dalam, arah arus juga akan berubah yang diakibatkan oleh pengaruh
Coriolis.
Menurut Aziz (2006), variasi dari arus yang dibangkitkan oleh angin terhadap kedalaman
diterangkan secara teoritik oleh Ekman (1905) melalui persamaan matematis sebagai berikut:

dimana Az = koefisien eddy arah vertikal; ñ = densitas perairan; u,v = komponen kecepatan
horisontal; f = gaya coriolis dan z = kedalaman perairan yang ditinjau. Solusi dari persamaan ini
menggambarkan struktur atau distribusi kecepatan horizontal arus yang ditimbulkan oleh angin
dalam kolom air yang ditinjau. Struktur dari kecepatan horisontal dari solusi ini menunjukan
spiral teoritik yang dikenal dengan spiral Ekman.

Gambar 1. Spiral Ekman yang digerakkan angina 10 m/s di BBU


(sumber: Aziz, 2006)
2.5 Upwelling
Menurut Kantun (2018), upwelling adalah naiknya air dingin dari lapisan dalam ke
permukaan laut. Dalam kasus upwelling akan terjadi penurunan suhu permukaan laut dan
terjadinya peningkatan salinitas. Upwelling terjadi karena adanya kekosongan massa air di
lapisan permukaan dan massa air di lapisan dalam akan naik. Tingginya produktivitas di aut
terbuka yang mengalamu upwelling disebabkan karena adanya proses pengangkatan massa air
dalam. Upwelling memperbesar jumlah plankton di laut karena pada daerah upwelling merupakan
daerah yang subur dan kaya akan unsur hara.
Menurut Amri dkk (2013), upwelling adalah proses penaikan assa air dari lapisan dalam ke
lapisan permukaan. Massa air dsari lapisan dalam ini memiliki sebaran SPL dan kandungan
oksigen yang lebih rendah, sehingga nilai sebaran salinitasnya tinggi. Massa air upwelling kaya
akan nutrient yang ditandai dengan nilai sebaran klorofil-a yang tinggi. Daerah upwelling
terhitung sebagai zona yang subur karena kaya akan fitoplankton. Apabila terdapat zona bersuhu
rendah dibandingkan dengan daerah perairan sekitarnya, hal tersebut dapat diakibatkan oleh
upwelling.
III. MATERI DAN METODE
3.1 Materi
Hari, tanggal : Sabtu, 17 April 2021
Waktu : 13.00-14.00 WIB
Tempat : Secara daring menggunakan Microsoft Teams

3.2 Metode
1. Menghitung densitas pada tekanan atmosfer (σt)
2 3
σ o =−0 , 093+0 , 8149 s−0 , 000482 s +0 , 0000068 s
2. Menentukan nilai AT

A T =T ( 4 ,78670−0 , 098185 T +0 , 0010843 T 2 ) 10−3


3. Menentukan nilai BT

B T =T ( 18 , 030−0 , 8164 T +0 , 0166 T 2 ) 10−6


4. Menentukan nilai ∑T
2
−( T −3 , 98 ) T +283
ΣT=
503 , 570 T +67 , 26
5. σt diperoleh dari persamaan :
σ t =Σ T + ( σ o +0 , 1324 ) [ 1−A T + BT ( σ o −0 ,1334 ) ]

6. Menghitung faktor anomali densitas yang tidak bergantung pada tekanan (Δs,t)

10−3 σ t
Δ s ,t =0 ,02736−
( 1−10−3 σ t )
7. Menghitung faktor anomali densitas yang tidak bergantung pada temperatur (δs,p)
Nilai δs,p pada S=34,7129 dapat dicari dengan menggunakan interpolasi
34 -0,2
34,7129 δs,p
35 0
Contoh:

34 ,7129−34
δ s , p=
[( 35−34 ) ]
. ( 0−(−0,2 ) ) +(−0,2 ) . 10−5 =−5 , 742. 10−7

8. Menghitung anomali densitas yang tidak bergantung pada salinitas (δt,p)


Nilai δt,p pada T=16,8422 dapat dicari dengan menggunakan interpolasi
15 2,8
16,8422 δt,p
20 3,5
Contoh:

16 , 8422−15
δ t , p=
[( 20−15 ) ]
. ( 3,5−2,8 )+(2,8) . 10−5 =3 , 058. 10−5

9. Menghitung anomali densitas (δ)

δ=Δ s ,t +δ s , p +δ t , p

10. Menghitung anomali densitas rata-rata ( δ )


δ z + δ z+1
δ=
2
11. Menghitung gradien geopotensial ( ΔΦ )
ΔΦd =( Δδ . ΔP ) +ΔΦd −1
12. Menghitung selisih gradien geopotensial dua stasiun pada kedalaman yang sama

( ΔΦ 12−ΔΦ11 )
13. Menghitung kecepatan arus geostropik relatif diantara dua stasiun (
v 1 −v2 )
a. Menghitung jarak antara stasiun 11 dan stasiun 12

L= ( (lon sta 1−lonsta 2 ). 111 )2 + ( (lat sta 1−lat sta 2).111 )2



b. Menghitung sudut antara stasiun 11 dan stasiun 12
sin φ11 +sin φ12
sin φ=
2

c. Kecepatan relatif arus geostropik

1 1
v 1 −v2 = ΔΦ −ΔΦ A ) = ΔΦ −ΔΦ 11 )
fL ( B 2Ωsin φL ( 12
IV. HASIL
4.1 Perhitungan Manual
A. Stasiun 11
Kedalaman 200
Diketahui = T=13.3406 & S=34.44
1. Mencari nilai σt
σ t=Σ T + ( σ o +0,1324 ) [ 1− AT +B T ( σ o −0,1334 ) ]

σ t=−0.63973+ ( 27.6782276+0,1324 ) [ 1−0.0 48957705+0.00013465 ( 27.6782276−0,1334 ) ]


σ t = 25.912493
2. Mencari nilai AT

AT =T ( 4,78670−0,098185T +0,0010843 T 2 ) 1 0−3


AT =13.3406 ¿
AT =0.048957705
3. Mencari nilai BT

BT =T ( 18,030−0,8164 T +0,0166 T 2 ) 10−6


BT =13.3406 ¿
BT =0.00013465
4. Mencari Nilai ∑T

−( T −3,98 )2 T + 283
ΣT =
503,570 T +67,26
−( 13.3406−3,98 )2 13.3406+ 283
ΣT =
503,570 13.3406+ 67,26
ΣT =−0.639735
5. Mencari nilai ∆s,t

1 0−3 σ t
Δ s , t=0,02736−
( 1−10−3 σ t )
1 0−3 25.91249287
Δ s , t=0,02736− ( 1−10−3 25.91249287 )
Δ s , t=0.0008
6. Mencari nilai δs,p
34 -0.2
34.44 -0.112
35 0

δ s, p= ([ 34.44−34
35−34 ) ]
. ( 0−(−0,2) )+(−0,2) .10 −5
=¿ - 0.00000112

7. Mencari nilai δt,p

15 2.8
13.340
6 2.568
20 3.5
13.3406−15
δ t , p=
[( 20−15 ) ]
. ( 3,5−2,8 )+(2,8) .1 0−5=¿ 0.00002568

8. Mencari nilai δ
δ =Δ s , t +δ s , p + δ t , p
δ =0.0008+(−0.00000112)+0.00002568
δ =0.007827
9. Mencari nilai δrata2
δ z +δ z +1
δ=
2
0.0007827+0.00 06156
δ= =0.000699189
2
10. Mencari nilai δrata x ∆p
δrata∗( d 2−d 1 )
δ x ∆ p=
10 4
0.002197518∗( 150−100 )
δ x ∆ p= =0.109875886
10 4
11. Mencari nilai ∆ΦA
ΔΦ A (d=100)=δ x Δ p+ ΔΦ A(d+ 1)
ΔΦ A (d=100)=0.034959427+(-0.1889931)=-0.1 5403367
Kedalaman 500

Diketahui = T=22,5869 & S=35,2714


1. Mencari nilai σt
σ t=Σ T + ( σ o +0,1324 ) [ 1− AT +B T ( σ o −0,1334 ) ]

σ t=−0.77494 ( 27.3971574+0,1324 ) [ 1−0.029578356+0.000 093187 ( 27.2971574−0,1334 ) ]


σ t = 26.707727
2. Mencari nilai AT

AT =T ( 4,78670−0,098185T +0,0010843 T 2 ) 1 0−3


AT =7.1434 ¿
AT =0.029578256
3. Mencari nilai BT

BT =T ( 18,030−0,8164 T +0,0166 T 2 ) 10−6


BT =7.1434 ¿
BT =0.000093187
4. Mencari Nilai ∑T

−( T −3,98 )2 T + 283
ΣT =
503,570 T +67,26
−( 7.1434−3,98 )2 7.1434+283
ΣT =
503,570 7.1434+67,26
ΣT =−0.07794
5. Mencari nilai ∆s,t

1 0−3 σ t
Δ s , t=0,02736−
( 1−10−3 σ t )
1 0−3 26.70772671
Δ s , t=0,02736− ( 1−10−3 26.7077671 )
Δ s , t=−0.0001
6. Mencari nilai δs,p
34 -0.2
34.091
-0.18176
2
35 0
34.0912−34
δ s, p=
[( 35−34 ) ]
. ( 0−(−0,2) ) +(−0,2) .1 0−5 =¿-0.000001817600

7. Mencari nilai δt,p


15 2.8
7.143
4 1.7
20 3.5
7.1434−15
δ t , p=
[( 20−15 ) ]
. ( 3,5−2,8 )+(2,8) .1 0−5=¿ 0.00001700

8. Mencari nilai δ
δ =Δ s , t +δ s , p + δ t , p
δ =−0.0001+ (−0.000001817600 ) ± 0.00001700
δ =−0.0000654
9. Mencari nilai δrata2
δ z +δ z +1
δ=
2
δ =−0.0000654+¿ ¿-0.000170909
10. Mencari nilai δrata x ∆p
δrata∗( d 2−d 1 )
δ x ∆ p=
10 4
0.000170909∗( 600−500 )
δ x ∆ p= =¿ -0.017090913
10 4

11. Mencari nilai ∆ΦA


ΔΦ A (d=100)=δ x Δ p+ ΔΦ A(d+ 1)
ΔΦ A (d=100)=−0.017090913+(- 0.23447101)=-0.25156192

Kedalaman 1000

Diketahui = T=3.7595 & S=34.4694


1. Mencari nilai σt
σ t=Σ T + ( σ o +0,1324 ) [ 1− AT +B T ( σ o −0,1334 ) ]

σ t=−0.00039 ( 27.6982945+0,1324 ) [ 1−0.0166655483+0.000057127 ( 27.6982945−0,1334 ) ]


σ t = 27.410318
2. Mencari nilai AT

AT =T ( 4,78670−0,098185T +0,0010843 T 2 ) 1 0−3


AT =3.7595 ¿
AT =0.16665843
3. Mencari nilai BT

BT =T ( 18,030−0,8164 T +0,0166 T 2 ) 10−6


BT =3.7595¿
BT =0.000057127
4. Mencari Nilai ∑T

−( T −3,98 )2 T + 283
ΣT =
503,570 T +67,26
−( 3.7595−3,98 )2 3.7595+283
ΣT =
503,570 3.7595+67,26
ΣT =−0.00039
5. Mencari nilai ∆s,t

1 0−3 σ t
Δ s , t=0,02736−
( 1−10−3 σ t )
1 0−3 27.41031767
Δ s , t=0,02736− ( 1−10−3 27.41031767 )
Δ s , t=−0.0008
6. Mencari nilai δs,p
34 -0.2
34.464
-0.10702
9
35 0

δ s, p=([ 354649−34
35−34 ) ]
. ( 0−(−0,2) ) +(−0,2) .1 0 −5
=−0.000001070200

7. Mencari nilai δt,p


15 2.8
3.759
5 1.226
20 3.5
3.7595−15
δ t , p=
[( 20−15 ) ]
. ( 3,5−2,8 ) +(2,8) .1 0−5=0.00001226

8. Mencari nilai δ
δ =Δ s , t +δ s , p + δ t , p
δ =−0.0008+(−0.000001070200)+0.00001226
δ =−0.0008116
9. Mencari nilai δrata2
δ z +δ z +1
δ=
2
10. Mencari nilai δrata x ∆p
δrata∗( d 2−d 1 )
δ x ∆ p=
10 4
11. Mencari nilai ∆ΦA
ΔΦ A (d=100)=δ x Δ p+ ΔΦ A(d+ 1)
B. Stasiun 12
Kedalaman 200
Diketahui = T=17.342 & S=34.953
1. Mencari nilai σt
σ t=Σ T + ( σ o +0,1324 ) [ 1− AT +B T ( σ o −0,1334 ) ]
σ t = 25.41788
2. Mencari nilai AT

AT =T ( 4,78670−0,098185T +0,0010843 T 2 ) 1 0−3


AT =0.059137
3. Mencari nilai BT

BT =T ( 18,030−0,8164 T +0,0166 T 2 ) 10−6


BT =0.000154
4. Mencari Nilai ∑T

−( T −3,98 )2 T + 283
ΣT =
503,570 T +67,26
ΣT =−1.258967
5. Mencari nilai ∆s,t

1 0−3 σ t
Δ s , t=0,02736−
( 1−10−3 σ t )
Δ s , t=0.0013
6. Mencari nilai δs,p
34 -0.2
34.95 - 0. 0093
3
35 0

δ s, p= ([ 34.953−34
35−34 ) ]
. ( 0−(−0,2) ) +(−0,2) .1 0 −5
=¿- 0.000000093

7. Mencari nilai δt,p

15 2.8
17.34
2 3.1279
20 3.5
17.342−15
δ t , p=
[( 20−15 ) ]
. ( 3,5−2,8 ) +( 2,8) .1 0−5 =¿ 0.000031279

8. Mencari nilai δ
δ =Δ s , t +δ s , p + δ t , p
δ =0.0013
9. Mencari nilai δrata2
δ z +δ z +1
δ=
2
δ =¿ 0.001142
10. Mencari nilai δrata x ∆p
δrata∗( d 2−d 1 )
δ x ∆ p=
10 4
δ x ∆ p=¿0.0571

11. Mencari nilai ∆ΦA


ΔΦ A (d=100)=δ x Δ p+ ΔΦ A(d+ 1)
ΔΦ A (d=100) ¿=¿-0.16253
Kedalaman 500
Diketahui = T=6.9609 & S=34.116
1. Mencari nilai σt
σ t=Σ T + ( σ o +0,1324 ) [ 1− AT +B T ( σ o −0,1334 ) ]
σ t = 26.75246
2. Mencari nilai AT

AT =T ( 4,78670−0,098185T +0,0010843 T 2 ) 1 0−3


AT =¿0.028928

3. Mencari nilai BT

BT =T ( 18,030−0,8164 T +0,0166 T 2 ) 10−6


BT =0.0000915
4. Mencari Nilai ∑T

−( T −3,98 )2 T + 283
ΣT =
503,570 T +67,26
ΣT =−¿0.06894
5. Mencari nilai ∆s,t

1 0−3 σ t
Δ s , t=0,02736−
( 1−10−3 σ t )
Δ s , t=¿ 0.0013
6. Mencari nilai δs,p
34 -0.2
34.11 -0.1768
6
35 0

34.953−34
δ s, p=
[( 35−34 ) ]
. ( 0−(−0,2) ) +(−0,2) .1 0−5=¿--0.000001768

7. Mencari nilai δt,p


15 2.8
6.960
9 1.6745
20 3.5
17.342−15
δ t , p=
[( 20−15 ) ]
. ( 3,5−2,8 ) +( 2,8) .1 0−5 =¿ 0.000016745

8. Mencari nilai δ
δ =Δ s , t +δ s , p + δ t , p
δ =¿ -0.0001
9. Mencari nilai δrata2
δ z +δ z +1
δ=
2
δ =¿ -0.00026
10. Mencari nilai δrata x ∆p
δrata∗( d 2−d 1 )
δ x ∆ p=
10 4
δ x ∆ p=¿-0.02561
11. Mencari nilai ∆ΦA
ΔΦ A (d=100)=δ x Δ p+ ΔΦ A(d+ 1)
ΔΦ A (d=100) ¿=¿ -0.29629
Kedalaman 1000
Diketahui = T=3.9602 & S=34.568
1. Mencari nilai σt
σ t=Σ T + ( σ o +0,1324 ) [ 1− AT +B T ( σ o −0,1334 ) ]
σ t = 27.47168
2. Mencari nilai AT

AT =T ( 4,78670−0,098185T +0,0010843 T 2 ) 1 0−3


AT =¿0.017484

3. Mencari nilai BT
BT =T ( 18,030−0,8164 T +0,0166 T 2 ) 10−6
BT =¿0.0000596
4. Mencari Nilai ∑T

−( T −3,98 )2 T + 283
ΣT =
503,570 T +67,26
ΣT =¿ -0.0000031
5. Mencari nilai ∆s,t

1 0−3 σ t
Δ s , t=0,02736−
( 1−10−3 σ t )
Δ s , t=¿ -0.0009

6. Mencari nilai δs,p


34 -0.2
34.56 - 0. 0864
8
35 0

34.953−34
δ s, p=
[( 35−34 ) ]
. ( 0−(−0,2) ) +(−0,2) .1 0−5=¿- 0.000000864

7. Mencari nilai δt,p

15 2.8
3.960
2 1.2544
20 3.5
17.342−15
δ t , p=
[( 20−15 ) ]
. ( 3,5−2,8 ) +( 2,8) .1 0−5 =¿ 0.000012544

8. Mencari nilai δ
δ =Δ s , t +δ s , p + δ t , p
δ =¿ -0.0009

9. Mencari nilai δrata2


δ z +δ z +1
δ=
2
10. Mencari nilai δrata x ∆p
δrata∗( d 2−d 1 )
δ x ∆ p=
10 4
11. Mencari nilai ∆ΦA
ΔΦ A (d=100)=δ x Δ p+ ΔΦ A(d+ 1)
C. Gabungan 11-12
1. Menghitung selisih gradien geopotensial

Kedalaman 200 m

ΔΦ B- ΔΦ A= ΔΦB−ΔΦA
ΔΦ B- ΔΦ A=0.0085

Kedalaman 500 m

ΔΦ B- ΔΦ A= ΔΦB−ΔΦA
ΔΦ B- ΔΦ A=0.0447

Kedalaman 1000m

ΔΦ B- ΔΦ A= ΔΦB−ΔΦA
ΔΦ B- ΔΦ A=0
2. Menghitung jarak antara stasiun 11 dan stasiun 12
2 2
√ √
L= ( ( LongitudeSta 14−LongitudeStas 15 ) .111 ) + ( ( LatitudeSta14−LatitudeSta15 ) .111 ) L= ( ( 41.556094444
¿ 163.6391386 km =163639.1386 m
3. Menghitung sudut antara stasiun 11 dan stasiun 12
0,125588307+0,125663956
sin φ= =¿0.125626131
2

4. Kecepatan relatif arus geostropik

Kedalaman 200m

1
V 1 −V 2= [ ΔΦ B−ΔΦ A ] V 1−V 2
L 2Ωsin φ =0.0028

Kedalaman 500m

1
V 1 −V 2= [ ΔΦ B−ΔΦ A ]
L 2Ωsin φ
¿ 0.0149

Kedalaman 1000m

1
V 1 −V 2= ΔΦ −ΔΦ A ]
L 2Ωsin φ [ B
=0
4.2 Hasil Excel
4.2.1 Stasiun 11
δs,p δt,p δ δrata δrata x ∆p ∆ΦB
0.000000211200 0.00004183 0.0033568
0.003347657 0.033476567 0.720476197
0.000000204400 0.00004174 0.0033385
0.008720323 0.348812929 0.686999631
- 0.000031270800 0.00003411 0.0141022
0.007716651 0.385832552 0.338186701
- 0.000000406200 0.00003070 0.0013311
0.001200975 0.060048728 -0.047645851
- 0.000000762800 0.00002837 0.0010708
0.000926782 0.04633909 -0.107694579
- 0.000001120000 0.00002568 0.0007827
0.000699189 0.034959427 -0.154033668
- 0.000001253400 0.00002420 0.0006156
0.000527384 0.026369203 -0.188993096
- 0.000001513800 0.00002220 0.0004391
0.000366335 0.018316746 -0.215362299
- 0.000001578000 0.00002090 0.0002935
0.00023887 0.011943523 -0.233679045
- 0.000001650600 0.00001979 0.0001842
5.93936E-05 0.005939357 -0.245622567
- 0.000001817600 0.00001700 -0.0000654
-0.000170909 -0.017090913 -0.251561924
- 0.000001772200 0.00001508 -0.0002764
-0.000374769 -0.037476871 -0.234471011
- 0.000001597600 0.00001371 -0.0004731
-0.000534218 -0.053421813 -0.19699414
- 0.000001416000 0.00001316 -0.0005953
-0.00066378 -0.066377985 -0.143572327
- 0.000001202800 0.00001257 -0.0007323
-0.000771943 -0.077194342 -0.077194342
- 0.000001070200 0.00001226 -0.0008116

Tabel 1. Tabel Stasiun 11

4.2.2 Stasiun 12
p=d T S σt ∆s,t δs,p δt,p δ δrata δrata x ∆p ∆ΦA
0 26.368 35.318 23.18044 0.0036 0.000000635 0.000043916 0.0037
0.003671 0.036708 0.326785
10 26.35 35.318 23.18663 0.0036 0.000000636 0.000043889 0.0037
0.003407 0.136299 0.290077
50 24.715 35.304 23.68042 0.0031 0.000000608 0.000041601 0.0031
0.00273 0.136477 0.153779
100 22.114 35.349 24.47305 0.0023 0.000000699 0.000037960 0.0023
0.002049 0.102431 0.017302
150 19.935 35.223 24.97027 0.0018 0.000000445 0.000034908 0.0018
0.001548 0.0774 -0.08513
200 17.342 34.953 25.41788 0.0013 - 0.000000093 0.000031279 0.0013
0.001142 0.0571 -0.16253
250 14.835 34.616 25.73367 0.0009 - 0.000000768 0.000027769 0.0010
0.0008 0.040024 -0.21963
300 12.18 34.332 26.05818 0.0006 - 0.000001337 0.000024052 0.0006
0.000487 0.024341 -0.25965
350 10.344 34.239 26.32208 0.0003 - 0.000001522 0.000021481 0.0003
0.000235 0.011753 -0.28399
400 8.672 34.153 26.53058 0.0001 - 0.000001694 0.000019141 0.0001
5.48E-06 0.000548 -0.29575
500 6.9609 34.116 26.75246 -0.0001 - 0.000001768 0.000016745 -0.0001
-0.00026 -0.02561 -0.29629
600 5.3554 34.196 27.02177 -0.0004 - 0.000001607 0.000014498 -0.0004
-0.00048 -0.04775 -0.27069
700 4.9155 34.318 27.16942 -0.0006 - 0.000001364 0.000013882 -0.0006
-0.00064 -0.06354 -0.22293
800 4.5475 34.446 27.31993 -0.0007 - 0.000001108 0.000013367 -0.0007
-0.00076 -0.07567 -0.1594
900 4.315 34.523 27.39873 -0.0008 - 0.000000954 0.000013041 -0.0008
-0.00084 -0.08372 -0.08372
1000 3.9602 34.568 27.47168 -0.0009 - 0.000000864 0.000012544 -0.0009

Tabel 2. Tabel Stasiun 12


4.2.3 Gabungan Stasiun 11 dan 12
d ∆ΦB ∆ΦA ∆ΦB-∆ΦA V1-V2
0 0.720 0.327 0.3937 0.1314
-10 0.687 0.290 0.3969 0.1324
-50 0.338 0.154 0.1844 0.0615
-100 -0.048 0.017 -0.0649 -0.0217
-150 -0.108 -0.085 -0.0226 -0.0075
-200 -0.154 -0.163 0.0085 0.0028
-250 -0.189 -0.220 0.0306 0.0102
-300 -0.215 -0.260 0.0443 0.0148
-350 -0.234 -0.284 0.0503 0.0168
-400 -0.246 -0.296 0.0501 0.0167
-500 -0.252 -0.296 0.0447 0.0149
-600 -0.234 -0.271 0.0362 0.0121
-700 -0.197 -0.223 0.0259 0.0087
-800 -0.144 -0.159 0.0158 0.0053
-900 -0.077 -0.084 0.0065 0.0022
-1000 0.000 0.000 0 0

Tabel 3. Tabel Gabungan Stasiun 11 dan Stasiun 12


4.3 Grafik
4.3.1 Profil Anomali gradien geopotensial stasiun 11 dan 12

Grafik 1. Grafik Profil Anomali Gradien Geopotensial Stasiun 11 dan 12


4.3.2 Profil Gradien Geopotensial Terhadap kedalaman

Grafik 2. Grafik Profil Gradien Geopotensial Terhadap kedalaman

4.3.3 Profil Kecepatan relatif arus geostropik Terhadap kedalaman


Grafik 3. Grafik Profil Kecepatan Relatif Arus Geostropik Terhadap kedalaman
V. PEMBAHASAN
5.1 Nilai dan Kondisi di Stasiun 11
Pada stasiun 11 ini, dapat dilihat bahwa nilai suhu tertinggi berada pada kedalaman yang
terendah yaiti pada 0m yang sebesar 24,8798. Nilai suhu semakin dalamnya perairan akan
semakin rendah. Perbedaan suhu ini diakibatkan oleh intensitas sinar matahari yang maksimum
pada permukaan dan semakin berkurang dengan bertambahnya kedalaman. Sedangkan untuk
nilai salinitas yang cukup tinggi pada 0 m dimana senilai 35,1056 dan nilainya semakin turun
kitaka menuju ke mixed layer, namun setelah masuk kedalam deep layer nilai dari salinitas mulai
berangsur naik lagi. Hal ini dibuktikan dengan nilai salinitas pada kedalaman 500 m yang senilai
34.0912 sedangkan saat sudah pada kedalaman 1000 m naik kembali menjadi 34,4649. Nilai
sigma-t digunakan untuk menghitung volume spesifik dari massa air di mana nilainya semakin
besar dengan bertambahnya kedalaman. Nilai sigma t pada kedalaman 0 m sebesar 23,480608
sedangkan terus meningkat hingga kedalaman 1000 m yang sebesar 27,410318. Hal ini
membuktikan juga bukti bahwa arus geostropik terkjadi disaat adanya penumpukan massa air
yang memiliki niali tekanan yang beragam sehingga mengakibatkan munculnya slope dan
menimbulkan gaya gradient horizontal yang kemudian menghasilkan gaya gradient horizontal
yang akan diseimbangi dengan adanya gaya Coriolis sehingga terbentuklah arus geostropik.
Dalam hal ini juga terlihat bahwa arus geostropik terjadi pada perairan yang tak dalam dan tak
dangkal, dimana dengan semakin tingginya sigma t menimbulkan percampuran antara air
bertekanan tinggi dan bertekanan rendah yang pada akhirnya akan menghasilkan arus geostropik.
5.2 Nilai dan Kondisi di Stasiun 12
Tidak jauh berbeda dengan stasiun 11, pada stasiun 12 ini, juga dapat dilihat bahwa nilai suhu
tertinggi berada pada kedalaman yang terendah yait0 pada 0m yang sebesar 26,368. Nilai suhu
semakin dalamnya perairan akan semakin rendah. Perbedaan suhu ini diakibatkan oleh intensitas
sinar matahari yang maksimum pada permukaan dan semakin berkurang dengan bertambahnya
kedalaman. Sedangkan untuk nilai salinitas yang cukup tinggi pada 0 m dimana senilai 35,318
dan nilainya semakin turun kitaka menuju ke mixed layer, namun setelah masuk kedalam deep
layer nilai dari salinitas mulai berangsur naik lagi. Hal ini dibuktikan dengan nilai salinitas pada
kedalaman 500 m yang senilai 34.116 sedangkan saat sudah pada kedalaman 1000 m naik
kembali menjadi 34,568. Nilai sigma-t digunakan untuk menghitung volume spesifik dari massa
air di mana nilainya semakin besar dengan bertambahnya kedalaman. Nilai sigma t pada
kedalaman 0 m sebesar 23,18044 sedangkan terus meningkat hingga kedalaman 1000 m yang
sebesar 26.75246. Hal ini membuktikan juga bukti bahwa arus geostropik terkjadi disaat adanya
penumpukan massa air yang memiliki niali tekanan yang beragam sehingga mengakibatkan
munculnya slope dan menimbulkan gaya gradient horizontal yang kemudian menghasilkan gaya
gradient horizontal yang akan diseimbangi dengan adanya gaya Coriolis sehingga terbentuklah
arus geostropik. Dalam hal ini juga terlihat bahwa arus geostropik terjadi pada perairan yang tak
dalam dan tak dangkal, dimana dengan semakin tingginya sigma t menimbulkan percampuran
antara air bertekanan tinggi dan bertekanan rendah yang pada akhirnya akan menghasilkan arus
geostropik.
5.3 Arus Geostropik Yang Terjadi Antar Kedua Stasiun
Perbandingan antara arus geostropik pada stasiun 11 dan 12 dapat dikaji berdasarkan
kecepatan relative arus geostropik dari masing-masing stasiun. Arus geostropik merupakan suatu
arus yang tidak dipengaruhi oleh pengaruh angina. Hal ini sesuai dengan hasil data yang telah
diolah pada excel, dimana arus geostropik hanya terjadi pada kolom perairan. Selisih
gradiengeoptensial pada masing masing stasiun dapat dilihat memiliki hasil yang naik dan turun
secara konstan. Pada kedalaman 0 m selisih gradient geopotensial senilai 0,3937 yang semakin
dalam akan semakin berkurang hingga pada kedalaman 200 m yang senilai 0,0085. Kemudian
akan kembali naik pada kedalaman 300 m yang senilai 0,0306 yang terus naik secara konstan
hingga kedalaman 500 m yang sebesar 0,0447 . Kemudian kembali turun paqda kedalaman 600
m yang bernilai 0,0362 hingga pada kedalaman 1000 m. Namun pada kedalaman 100 m
memilioki selisik gradient geopotensial senilai 0 diakibatkan kekosongan data pada kedalaman
dibawahnya.
5.4 Profil Anomali Gradien Geopotensial Stasiun 11 Dan 12
Profil anomaly gradient geopotensial untuk masing masing stasiun kurang lebih memiliki
perubahan hasil yang berbanding lurus. Dimana nilai tertinggi berada pada kedalaman 0 m yang
kemudian semakin menurutn hingga pada kedalaman 500 m. Dimana untuk stasiun 11 kedalaman
0 m memiliki nilai 0,327 dan stasiun 12 senilai 0,720 yang turun hingga kedalaman 500 m yang
pada stasiun 11 bernilai -0,296 dan stasiun12 senilai -0,252.. Kemudian kembali naik perlahan
sejak kedalaman 600 m hingga pada kedalaman 1000 m.
5.5 Profil Gradien Geopotensial terhadap Kedalaman
Berdasarkan grafik yang tertera dapat dilihat perubahan gradien geopotensial terhadap
kedalaman gradiengeoptensial pada masing masing stasiun dapat dilihat memiliki hasil yang naik
dan turun secara konstan. Pada kedalaman 0 m selisih gradient geopotensial senilai 0,3937 yang
semakin dalam akan semakin berkurang hingga pada kedalaman 200 m yang senilai 0,0085.
Kemudian akan kembali naik pada kedalaman 300 m yang senilai 0,0306 yang terus naik secara
konstan hingga kedalaman 500 m yang sebesar 0,0447 . Kemudian kembali turun paqda
kedalaman 600 m yang bernilai 0,0362 hingga pada kedalaman 1000 m. Namun pada kedalaman
100 m memiliki selisik gradient geopotensial senilai 0 diakibatkan kekosongan data pada
kedalaman dibawahnya.
5.6 Profil Kecepatan Relatif Arus Geostropik terhadap Kedalaman
Pada profil kecepatan relatif arus geostropik, dapat terlihat perubahan nilai yang kurang
lebih sama dengan anomaly geopotensial dan gradient geopotensial. Dapat dilihat pada
kedalaman 0 m emmiliki kecepatan relative sebesar 0,1314 m/s yang kemudian naik sesaat untuk
kedalaman 10 m yang memiliki nilai kecepatan relative sebesar 0,1324 m/s. Kemudian nilai
kecepatan relative arus geostropik turun secara konstan hinhgga pada kedalaman 200 yang
bernilai 0,0028 m/s yang kemudian mulai naik pada kedalaman 250 m yang memiliki kecepatan
relative sebesar 0,0102 m/s yang terus naik hingga kedalaman 350 m. Pada kedalaman 350 ini
memiliki nilai 0,0168 m/s yang kemudian kembali turun yang ditandai dari kedalaman 400 m
yang memiliki kecepatan relative sebesar 0,0167 m/s yang terus turun hingga kedalaman 100 m
yang memiliki nilai 0m/s.
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Arus geostrpoik adalah arus yang terjadi karena adanya keseimbangan geostropik yang
disebabkan oleh adanya gradien tekanan mendatar/horizontal yang bekerja pada massa air
yag bergerak, dan diseimbangkan oleh gaya. Arus geostropik digambarkan sebagai arus
gradien atau slope current yang disebabkan oleh adanya kemiringan bidang isobar dan
bidang datar (level surface).
2. Dalam pendekatan untuk memperoleh gambaran arus geostropik yang terjadi di laut adalah
dengan menganggap laut secara menegak tersusun menurut beberapa lapisan dengan
lapisan yang lebih ringan terdapat di permukaan, sedangkan lapisan yang lebih berat
terdapat di bawah permukaan. Struktur dan pola pemisahan lapisan tergantung dari
perbedaan densitas masing-masing lapisan. Sehingga, nilai ∆ΦA dan ∆ΦB digunakan
untuk menentukan kecepatan relatif arus geostropik pada setiap lapisan kedalaman.
3. Pada profil kecepatan relatif arus geostropik, dapat terlihat perubahan nilai yang kurang
lebih sama dengan anomaly geopotensial dan gradient geopotensial. Dapat dilihat pada
kedalaman 0 m emmiliki kecepatan relative sebesar 0,1314 m/s yang kemudian naik
sesaat untuk kedalaman 10 m yang memiliki nilai kecepatan relative sebesar 0,1324 m/s.
Kemudian nilai kecepatan relative arus geostropik turun secara konstan hinhgga pada
kedalaman 200 yang bernilai 0,0028 m/s yang kemudian mulai naik pada kedalaman 250
m yang memiliki kecepatan relative sebesar 0,0102 m/s yang terus naik hingga kedalaman
350 m. Pada kedalaman 350 ini memiliki nilai 0,0168 m/s yang kemudian kembali turun
yang ditandai dari kedalaman 400 m yang memiliki kecepatan relative sebesar 0,0167 m/s
yang terus turun hingga kedalaman 100 m yang memiliki nilai 0m/s.

6.2 Saran
1. Efisiensi waktu dalam praktkum sudah cukup baik
2. Dalam pemberian video tutor mohon diberi suara agar dapat dimengerti
3. Dalam pemberian video tutor, diharapkan tidak melakukan pause saat pengerjaan yang
setelah di mulai lagi hasil dari suatu perhitungan langsung muncul, karena mengakibatkan
tidak dapat dimengerti.
DAFTAR PUSTAKA
Alawiyah, Esa Agustin., Sasmita, Bandi., dan Bashit, Nurhadi. 2018. Analisis Pola Arus
Geostropik Perairan Samudera Hindia untuk Identifikasi Upwelling Menggunakan Data
Satelit Altimetri. Jurnal Geodesi Undip 7(1O): 67-78.
Amri, K., Manurung, D., Gaol, J. L., & Baskoro, M. S. 2013. Karakteristik Suhu Permukaan
Laut dan Kejadian Upwelling Fase Indian Ocean Dipole Mode Positif di Barat Sumatera
dan Selatan Jawa Barat. Jurnal Segara, 9(1), 23-35.
Azis M Furqon. 2006. Gerak Air di Laut. Jurnal Oseana. Vol 31 (4).
Kantun, Wayan. 2018. Pengelolaan Perikanan Tuna. Gadjah Mada University Press:Yogyakarta.
Prarikeslan, Widya. 2016. Oseanografi. Jakarta: Kencana.
Suryantio, Wiwit dan Luthfian, Alutasyah. 2019. Pengantar Meteorologi. Yogyakarta:UGM
PRESS

Anda mungkin juga menyukai