OLEH
OLEH
Tim Penguji:
1. Prof. Dr. Ir. Dewita Buchari, MS
2. Dr. Ir. Suparmi, M. Si
UNIVERSITAS RIAU
Konsentrasi Berbeda
Nama Yoga Rakasiwi Pratama
Nomor Mahasiswa 1704111302
Jurusan Teknologi Hasil Perikanan
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan
Disetujui Oleh
Dekan, Pembimbing I,
Prof. Dr. Ir. Bintal Amin, M. Sc Prof. Dr. Ir. Dewita Buchari, MS
NIP. 19630403 198803 1 003 NIP. 19570522 198603 2 001
Pembimbing II
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
penelitian ini. Usulan penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Uniersitas
Riau. Adapun judul dari usulan proposal penelitian ini adalah “Studi Penerimaan
ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Ir. Dewita Buchari MS,
sebagai pembimbing I dan Ibu Dr. Ir. Suparmi, M.Si sebagai pembimbing II atas
proposal penelitian ini. Dan juga kepada rekan-rekan yang sudah banyak
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan oleh sebab itu penulis sangat
DAFTAR ISI
Isi Halaman
RINGKASAN........................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
DAFTAR TABEL.................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ vi
I. PENDAHULUAN
1.1.1. Latar Belakang................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................... 3
1.3. Tujuan dan Manfaat..................................................................... 3
1.4. Hipotesis...................................................................................... 4
I. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi dan Deskripsi Ikan Patin (Pangasius sp.).................. 5
2.2. Komposisi Kimia Ikan Patin (Pangasius sp.).............................. 7
2.3. Fishball........................................................................................ 7
2.4. Tepung......................................................................................... 8
2.4.1. Tepung Tapioka................................................................. 9
2.4.2. Tepung Sagu (Metrroxylon sago rottb)............................. 11
2.5. Uji Organoleptik.......................................................................... 13
III. METODE PELAKSANAAN
3.1. Waktu dan Tempat....................................................................... 15
3.2. Bahan dan Alat............................................................................ 15
3.3. Metode Penelitian........................................................................ 15
3.4. Prosedur Penelitian...................................................................... 16
3.4.1. Preparasi Bahan..................................................... 16
3.4.2. Pembuatan Fishball............................................... 17
3.5. Pengamatan.................................................................................. 19
3.5.1. Uji Kesukaan..................................................................... 19
3.5.2. Analisis Proksimat............................................................ 19
3.5.2.1. Analisis Kadar Air......................................................... 19
3.5.2.2. Analisis Kadar Abu....................................................... 20
3.5.2.3. Analisis Kadar Lemak................................................... 20
3.5.2.4. Analisis Kadar Protein.................................................. 21
3.5.2.5. Analisis Kadar Karbohidrat........................................... 22
xii
LAMPIRAN............................................................................................. 27
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
2. Jadwal Penelitian................................................................................. 29
3. Outline Sementara............................................................................... 30
5. Anggaran Biaya................................................................................... 33
1
I. PENDAHULUAN
Ikan patin (Pangasius sp.) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang
Menurut Ghufran (2010), ikan patin merupakan ikan air tawar yang memiliki nilai
ekonomis yang tinggi untuk dikembangkan. Ikan patin memiliki nilai gizi yang
tergolong cukup tinggi dengan nilai protein sekitar 68,6%, lemak 5,8%, abu 3,5%,
Produksi ikan patin pada tahun 2017 mencapai 23.190,40 ton dan meningkat
pada tahun 2018 menjadi 36.668,60 ton (Statistik, 2020). Tingginya angka
menjadi produk baru seperti nugget ikan patin, kerupuk ikan patin, bakso ikan
perikanan yang memiliki nilai gizi yang cukup tinggi. Fishball ikan patin
memiliki bentuk bulat seperti bakso pada umumnya tetapi memiliki perbedaan
pada proses akhir dimana pada fishball dilakukan penambahan tepung panir
Bakso ikan merupakan salah satu bentuk diversifikasi hasil perikanan yang
memiliki nilai ekonomis tinggi. Muttaqin et al., (2016) menyebutkan bahwa bakso
ikan adalah olahan yang terbuat dari lumatan daging yang ditambahkan bumbu-
Bahan baku pembuatan fishball ikan patin adalah bagian daging dari ikan
patin yang ditambahkan tepung tapioka sebagai pengikat. Menurut Lestari (2013),
produk yang dibuat dengan tepung tapioka cenderung memiliki tekstur yang
renyah, bersifat larut dalam air biasanya digunakan sebagai bahan pengisi dan
pengikat yang menghasilkan tekstur yang plastis, dan kompak pada industri
makanan seperti pada pembuatan dodol. Menurut Kusnadi et al., (2012), tingkat
kekenyalan bakso yang berkualitas baik yaitu bakso memiliki kemampuan untuk
pecah akibat adanya gaya tekanan, dan kandungan nutrisi yang terdapat pada
bakso berkualitas baik yaitu memiliki kandungan nutrisi yang cukup untuk
yang dominan seperti tepung tapioka yaitu kandungan karbohidrat yang tinggi.
Hal ini memungkinkan pati sagu dapat juga digunakan sebagai bahan pengisi pada
menghasilkan bakso dengan tekstur lebih kenyal dan padat (Sudarwati, 2007).
Tepung sagu sendiri bisa didapatkan di berbagai macam pasar lokal yang
ada di Indonesia. Menurut Flach (1983), luasan hutan sagu di Indonesia mencapai
1.114.000 ha, sebagian besar yaitu 95,9% tersebar di kawasan timur Indonesia dan
hanya 4,1% di kawasan barat Indonesia. Potensi sagu yang tersebar di Indonesia
sangat besar, khususnya Irian Jaya dengan potensi 980.000 ha, Maluku dan
Sulawesi Selatan dengan potensi 30.000 ha, dan Riau dengan potensi 32.000 ha
(Wibowo, 2000). Kemampuan mengikat tepung sagu berasal dari kandungan pati
yang tinggi, kandungan pati sagu mengandung komponen bahan kering amilosa
27%, amilopektin 73%, protein 0,1%, lemak 0,1 %, abu 0,2 %, fosfor 0,02%
Disamping sifat dan kandungan gizi yang dimilikinya, tepung sagu juga
terjangkau oleh masyarakat luas. Tercatat sampai dengan bulan Mei 2011 harga
Pembuatan Fishball yang dikenal pada saat ini umumnya berasal dari
tepung tapioka, namun juga dapat diganti dengan tepung sagu yang memiliki
ikat air dan menurunkan penyusutan akibat pemasakan. Penambahan tepung sagu
dalam pembuatan fishball yang paling ideal adalah yang tidak melebihi 50% dari
Berbeda ”.
Adapun perumusan masalah yang dapat diambil pada penilitian ini adalah:
berbeda.
tentang pengaruh fishball ikan patin (Pangasius sp.) dan konsentrasi terbaik
fishball ikan patin (Pangasius sp.) dengan penambahan tepung sagu (Metrroxylon
1.4. Hipotesis
Hernowo (2001) adalah sebagai berikut: Filum: Chordata, Sub Filum: Vertebrata,
Kelas: Pisces, Sub Kelas: Teleostei, Ordo: Ostariophysi, Sub Ordo: Siluroidea,
Ikan patin (Pangasius sp.) adalah salah satu ikan asli perairan indonesia
yang telah berhasil didomestikasi. Ada banyak jenis ikan patin yang terdapat di
Ikan patin tidak memiliki sisik, memiliki kepala yang relatif kecil dengan
mulut yang terletak di ujung kepala. Ikan patin memiliki bentuk tubuh yang
memanjang, warna tubuh putih sedikit perak dengan punggung berwarna kebiru-
biruan. Panjang tubuh ikan patin dapat mencapai 120 cm. Pada pembudidayaan
6
dalam umur 6 bulan ikan patin dapat mencapai ukuran 35-40 cm (Susanto dan
Amri, 2002).
Ikan patin memiliki dua pasang kumis pendek pada sudut mulutnya yang
berfungsi sebagai alat peraba. Ikan patin memiliki sirip ekor yang membentuk
seperti cagak dengan bentuk simetris. Sirip dubur pada ikan patin memliki 30-33
jari-jari lunak, sirip perut terdiri dari 6 jari-jari lunak. Sirip punggung memiliki
sebuah jari-jari keras yang dapat berubah menjadi patil yang besar dan bergerigi
buah (Kordi, 2005). Sedangkan sirip dada terdapat sebuah jari-jari keras yang
berubah menjadi senjata yang dikenal sebagai patil dan memiliki 12-13 jari-jari
yang akan dijalani selama beberapa waktu sampai akhirnya dapat dikonsumsi
patin memiliki fase kehidupan yaitu telur, larva, benih dan dewasa (Lusac dan
Southgate, 2012).
serta danau. Dilihat dari bentuk mulut ikan patin yang letaknya sedikit agak ke
bawah, maka ikan patin termasuk ikan yang hidup di dasar perairan. Pada habitat
aslinya ikan patin hidup di sungai yang dalam, agak keruh dan dasar yang
berlumpur. Ikan patin bersifat nocturnal atau melakukan aktivitas di malam hari
umur, musim penangkapan, kondisi ikan dan habitat (Zaitsev et al., 1969).
Komposisi kimia ikan patin per 100 gram dapat dilihat pada Tabel 1.
sebesar 17% dan kandungan lemak 6.6%. Bila dilihat dari kandungan
komposisi protein dan lemaknya, ikan patin tergolong ikan berprotein tinggi
2.3. Fishball
(>80%) sehingga memiliki umur simpan yang singkat (Yu et al., 2004).
Bahan baku pembuatan fishball pada umumnya terdiri dari bahan baku
utama dan bahan baku tambahan. Bahan baku utama untuk pembuatan fishball
adalah daging ikan, sedangkan bahan baku tambahannya adalah bahan pengisi
dijadikan bahan pengikat yang bertujuan untuk meningkatkan daya ikat air
pada produk olahan daging ikan. Selain itu fishball juga dapat didefinisikan
daging ikan dan pati dengan atau tanpa penambahan makanan yang diizinkan
2.4. Tepung
yang terang, meningkatkan elastisitas produk, membentuk tekstur yang padat, dan
menarik air dari adonan. Tepung memiliki berbegai macam jenis dengan manfaat
yang berbeda-beda tergantung dari jenis produk apa yang dibuat serta bahan baku
karena dapat bertahan lama ketika disimpan, mudah dicampur dan lebih cepat
ketika dimasak. Tepung memiliki kadar air yang rendah sehingga membuat
tepung dapat bertahan dalam waktu yang lama. Tepung dibuat dengan kadar air
yang sangat rendah sekitar 2%-10%. Hal ini menunjukkan bahwa tepung memiliki
penepungan. Tepung juga memiliki proses dan metode dalam pembuatan sebelum
akhirnya tepung dijadikan sebagai bahan baku untuk pembuatan produk olahan
jenis bahan apa yang dijadikan sebagai bahan dasar tepung. Menurut Suryanti
Tapioka adalah tepung pati yang diekstrak dari umbi akar ketela atau dalam
bahasa Indonesia sering disebut dengan singkong. Tapioka sendiri memiliki nama
lain seperti tepung aci atau yang paling dikenal dengan istilah tepung kanji.
Tepung tapioka merupakan salah satu bahan pengisi yang paling sering digunakan
pada pembuatan bakso. Menurut Lestari (2013) menyatakan bahwa produk yang
dibuat dengan tepung tapioka cenderung memiliki tekstur yang renyah, bersifat
larut dalam air biasanya digunakan sebagai bahan pengisi dan pengikat yang
menghasilkan tekstur yang plastis, dan kompak pada industri makanan seperti
besar yaitu sekitar 5-40 µm dengan bentuk bulat dan oval. Selain itu tapioka
memiliki sifat tekstur yang plastis, kompak, dapat meningkatkan emulsi, serta
digunakan sebagai bahan pengisi pada suatu makanan dan juga dapat memberikan
dekstrin dengan kelarutan yang baik serta memiliki harga yang relatif terjangkau.
Hal tersebut dikarenakan kadar amilopektin pada tapioka yang sangat tinggi.
sifat tidak mudah menggumpal, mempunyai daya lekat yang tinggi, tidak mudah
10
pecah atau rusak dan suhu gelatinisasinya relatif rendah antara 52-64ºC.
Komposisi kimia tepung tapioka per 100 gram dapat dilihat pada Tabel 2.
berperan penting, baik sebagai bahan pengisi pada makanan maupun sebagai
memiliki batang berwawrna cokelat dengan daun berwarna hijau tua. Pohon yang
sudah tua dan tumbuh dengan sempurna kulit luarnya mengeras dan membentuk
11
al., 1978).
Batang dari tanaman sagu dapat menghasilkan pati dan digunakan langsung
sebagai bahan pangan. Tepung sagu memegang peranan penting dalam industri
pengolahan pangan secara luas seperti mie sagu, sagu mutiara dan lain-lain
(Koswara, 2009). Pati merupakan butiran granula yang berwarna putih mengkilap,
tidak berbau dan tidak mempunyai rasa. Menurut Griffin (1997), kisaran ukuran
granula pati sagu adalah 5-80 µm dengan rata-rata sekitar 30 µm. Pada umumnya
90% ukuran granula pati sagu sekitar 20-40 µm. Besarnya ukuran granula pati
Sebagian besar pati sagu memiliki warna putih, namun ada juga yang secara
dibandingkan komoditas pangan non beras lainnya seperti singkong, ubi jalar,
kentang dan jagung. Kadar karbohidrat sagu setara dengan karbohidrat yang
terdapat pada tepung beras, singkong dan kentang, bahkan dibandingkan dengan
tepung jagung dan terigu kandungan karbohidrat tepung sagu relatif lebih tinggi
(Fadila, 2011).
berasal dari kandungan pati yang tinggi, kandungan pati sagu mengandung
komponen bahan kering amilosa 27%, amilopektin 73%, protein 0,1%, lemak
0,1%, abu 0,2%, fosfor 0,02% (Swinkels 1985 dalam Singhal et al., 2008).
12
Kandungan gizi yang terdapat dalam 100 gram tepung sagu terdiri dari 355
kalori, protein 0,7 gram, lemak 0,2 gram, karbohidrat 84,7 gram, air 14 gram,
fosfor 13 mg, kalsium 11 mg, besi 1,5 gram (DKBM, 2005). Komposisi kimia pati
ikatannya (1–6) α – glukosa. Jumlah unit glukosa yang berada dalam amilosa
berkisar antara 500 – 1.000 unit, sebanding dengan berat molekul antara 80.000
-240.000. Sedangkan glukosa yang terdapat dalam amilo pektin jumlahnya jauh
lebih besar, yaitu antara 5.000 – 40.000 unit, sebanding dengan berat molekul
melakukan suatu uji guna mengukur serta mengamati warna, tekstur, aaroma dan
rasa pada suatu olahan produk dengan menggunakan alat indera pada manusia.
13
(Ayustaningwarno, 2014).
produk yang telah diamati, dan menguraikan kembali sifat inderawi produk.
Dalam uji organoleptik harus dilakukan dengan cermat karena memiliki kelebihan
dan kelemahan. Uji organoleptik memiliki rrelevansi yang tinggi dengan mutu
produk karena berhubungan langsung dengan selera konsumen. Selain itu, metode
ini cukup mudah dan cepat untuk dilakukan hasil pengukuran dan pengamatan
beberapa sifat inderawi yang tidak dapat dideskripsikan manusia yang dijadikan
panelis terkadang dapat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan mental sehinga panelis
untuk menilai mutu dan analisa sifat-sifat sensorik suatu produk. Dalam
ini berbeda tergantung dari tujuan pengujian tersebut. Menurut Weaver dan
Daniel (2015), ada 3 tipe panel yang bisa digunakan dalam penilaian
organoleptik, yaitu panel terlatih (3-10 orang), semi-terlatih (8-25 orang) dan
sederhana dan perbedaan berarah), uji duo-trio, uji segitiga (triangle test), urutan
tidak terstruktur, skala rasio), ambang dan uji kesukaan (pilihan berpasangan,
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September 2021. Penelitian ini
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan patin yang
sudah di fillet yang diambil dari Pasar Selasa, Kecamatan Tampan, Pekanbaru.
Selain itu bahan tambahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu tepung sagu,
percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial
dengan 3 taraf perlakuan yang diberikan yaitu: FP1: 15% tepung sagu, FP2: 30%
tepung sagu, FP3: 45% tepung sagu, persentase tepung sagu di hitung dari berat
Parameter yang analisis adalah uji kesukaan dengan 80 orang panelis, dan
uji proksimat (kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, karbohidrat,
16
Keterangan:
Yij = nilai pengamatan dari ulangan ke-i yang memperoleh perlakuan ke-j
Tahap pembuatan fishball ikan patin mengacu pada penelitian Zamili et al.,
(2020) yang dimodifikasi terdiri dari 2 tahap yaitu: preparasi bahan dan
pembuatan fishball.
3.4.1.Preparasi Bahan
pencucian terhadap ikan patin (Pangasius sp.) dengan menggunakan air bersih
yang mengalir agar dapat membersikan kotoran yang ada pada bagian permukaan
hingga mendekati bagian ekor. Hal tersebut dilakukan agar bagian dari daging
secukupnya sedikit demi sedikit setelah itu ditambahkan dengan bawang putih
yang telah diparut. Untuk menanbah cita rasa fishball, ditambahkan bahan
penyedap yaitu royco dan lada putih. Setelah itu adonan fishball ditambahkan
perlakuan tepung sagu dengan konsentrasi berbeda yakni FP1: 15% tepung sagu,
untuk setiap 500 gram adonan. Adonan fishball kemudian diaduk hingga
homogen dan tidak lengket ditangan. Proses pembentukan fishball yaitu mencetak
kemudian ditekan sehingga keluar bola-bola dari sela-sela ibu jari dan jari
dalam air mendidih hingga mengapung sebagai tanda telah matang. Angkat dan
Untuk lebih jelasnya, tahapan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
18
Ikan Patin
Pencucian
Pembersihan jeroan
Fillet
Penggilingan
Pengadukan adonan
Pencetakan adonan
Penggorengan
3.5. Pengamatan
mahasiswa Teknologi Hasil Perikanan dengan uji daya terima (uji organoleptik).
Jenis uji daya terima yang digunakan adalah uji kesukaan atau hedonik
menyatakan suka atau tidak sukanya terhadap produk. Uji hedonik adalah
dengan mempergunakan skala empat yaitu dengan skor yang paling rendah adalah
3.5.2.Analisis Proksimat
1. Cawan kosong yang bersih dikeringkan di dalam oven selama 1 jam, kemudian
gram).
kemudian cawan selanjutnya dibakar dalam tanur pengabuan dengan suhu 550
dalam oven dengan suhu 105°C selama 1 jam. Dinginkan sampel dan timbang
2. Labu lemak dikeringkan dalam oven selama 1 jam pada suhu 105°-110°C dan
4. Labu lemak dikeringkan dalam oven dengan suhu 105°C, kemudian labu
kompleks).
2. Campuran di desktruksi dalam lemari asam sampai berwarna hijau atau bening,
Indikator pp ditambahkan sebanyak 5-7 tetes serta NaOH 50% sampai alkalis
berwarna biru ditampung dan diikat dengan boraks (H2BO3) sampai terbentuk
5. Hasil destilasi dititrasi dengan larutan asam standar (HCl 0,1 N) yang telah
W = Bobot Sampel
V1 = Volume HCl 0,01 N yang dipergunakan penitaran blanko
V2 = Volume HCl 0,01 N yang dipergunakan penitaran sampel
N = Normalitas HCl
fp = Faktor pengenceran
fk = Faktor konversi untuk protein secara umum: 6,25
100% dengan kadar air, kadar abu, kadar lemak dan kadar protein sehingga kadar
sangat berpengaruh kepada zat gizi lainnya. Kadar karbohidrat dapat dihitunng
analisis variansi, jika F-Hitung < F-Tabel pada tingkat kepercayaan 95% maka
hipotesis diterima. Jika F-Hitung > F-Tabel pada tingkat kepercayaan 95% maka
3.7. Asumsi
DAFTAR PUSTAKA
Chairita. 2008. Karakteristik bakso ikan dari campuran surimi ikan layang
(Decapterus sp.) dan ikan kakap merah (Lutjanus sp.) pada
penyimpanan suhu dingin. Tesis. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
Chandra, F. 2010. Formulasi Snack Bar Tinggi Serat Berbasis Tepung Sorgum
(Sorghum bicolor L), Tepung Maizena, Dan Tepung Ampas Tahu.
Skripsi. Bogor. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas
Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.
DKBM. 2005. Daftar Komposisi Bahan Makan untuk Kalangan Sendiri. Program
Studi Gizi Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Surakarta.
Ghufran, M. dan Kordi. 2010. Panduan Lengkap Memelihara Ikan Air Tawar di
Kolam Terpal. Lily Publisher: Yogyakarta. Hal. 122-123.
Kusnadi, D. C., V. P. Bintoro, dan A. N. Al-Baarri. 2012. Daya Ikat Air, Tingkat
Kekenyalan dan Kadar Protein pada Bakso Kombinasi Daging Sapi dan
Daging Kelinci. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 1(2): 28-31
Muttaqin, B., T. Surti, dan I. Wijayanti. 2016. Pengaruh Konsentrasi Egg White
Powder (EWP) Terhadap Kualitas Bakso dari Ikan Lele, Bandeng, dan
Kembung. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan, 5(3): 9-
16.
Ruddle, K., Jhonson, D., Townsend, P. K. And Rees, J. D. 1978. Palm Sago A
Tropical Strach From Marginal Lands. The University Press of Hawai,
Honolulu.
Saparinto, C., Susiana, R. 2014. Panduan Lengkap Budidaya dan Sayuran dengan
Sistem Akuaponik. Lily Publisher. Yogyakarta. 114 hlm. Girard, J. P.
1992. Smoking, dalam Technology of Meat and Meat Products. Ellis
Horwood. New York. Pp. : 165-201.
Suryanti. 2011. Membuat Tepung Umbi dan Variasi Olahannya. Agro. Media
Pustaka. Jakarta.
Susanto, H dan Amri, K. 2002. Budidaya Ikan Patin. Penebar Swadaya. Jakarta.
Susanto, H., dan Khairul A. 2007. Budidaya Ikan Patin. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Tjokroadikusumo PS. 1993. HFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya. PT. Gramedia.
Jakarta. Nur Her R dan Windi A. 2010. Diversifikasi dan Karakterisasi
Citarasa Bakso Ikan Tenggiri (Scomberomus commerson) Dengan
Penambahan Asap Cair Tempurung Kelapa. Jurnal Teknologi Hasil
Pertanian.
Wibowo, Singgih. 2000. Pembuatan Bakso Ikan dan Bakso Daging. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Wibowo, S. 2005. Budi Daya Bawang Putih, Merah, Bombay. Jakarta: Penebar
Swadaya. hal: 17-23.
Zaitsev et al., 1969. Fish Curing and Processing. MIR Publisher, Moscow.
Zamili S, Hulu M, Irmawati, Sihombing SF. 2020. Pembuatan Bakso Dari Daging
27
LAMPIRAN
Lampiran 1. Score Sheet Uji Hedonik
Umur :
Jenis Kelamin :
1. Beri tanda garis centang (√) pada kolom yang telah disediakan pada masing-
masing kategori pengukuran sesuai penilaian Anda.
2. Silahkan minum/berkumur terlebih dahulu sebelum Anda menilai sampel
berikutnya.
3. Mohon tidak membandingkan antar sampel.
Kode Sampel
Parameter Penilaian
FP1 FP2 FP3
Sangat suka
Suka
Penampakan Agak suka
Tidak suka
Sangat tidak suka
Sangat suka
Suka
Aroma Agak suka
Tidak suka
Sangat tidak suka
Sangat suka
Suka
Rasa Agak suka
Tidak suka
Sangat tidak suka
Sangat suka
Suka
Warna Agak suka
Tidak suka
Sangat tidak suka
Sangat suka
Suka
Tekstur Agak suka
Tidak suka
Sangat tidak suka
29
Usulan Judul
Persiapan
Proposal
Seminar
Proposal
Penelitian
Penyusunan
laporan
Seminar Hasil
Ujian Sarjana
SAMPUL DEPAN
SAMPUL DALAM
LEMBAR PENGESAHAN
30
RINGKASAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
31
1. PENELITI UTAMA
NIM : 1704111302
Jurusan : Teknologi Hasil PerikananFakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Riau
2. DOSEN PEMBIMBING I
3. DOSEN PEMBIMBING II
I. Persiapan
1.1. Pengetikan proposal Rp. 150.000,-
1.2. Perbanyak Proposal Rp. 150.000,-
1.3. Seminar Proposal Rp. 80.000,-
Rp. 380.000,-
II. Pelaksanaan
2.1. Peminjaman Alat Penelitian Rp. 1.500.000,-
2.2. Bahan Penelitian Rp. 500.000,-
2.3. Dokumentasi Rp. 200.000,-
Rp. 2.200.000,-