BAB I
KEWIRAUSAHAAN
A. Pengertian Kewirausahaan
Wirausaha dari segi etimologi berasal dari kata wira dan usaha. Wira, berarti
pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan
berwatak agung. Usaha, berarti perbuatan amal, berbuat sesuatu. Sedangkan
Wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahan-
perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru
tersebut bisa dalam bentuk : (1) memperkenalkan produk baru, (2)
memperkenalkan metode produksi baru, (3) membuka pasar yang baru (new
market), (4) memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru,
atau (5) menjalankan organisasi baru pada suatu industri (Kambali, 2015).
Dari arti wirausaha dan wirausahawan tersebut, maka pengertian
kewirausahaan dapat diartikan sebagai berikut :
a. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang
dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan
hasil bisnis.
b. Kewirausahaan adalah Wirausaha atau enterpreneur adalah orang yang
memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan kesempatan bisnis
mengumpulkan sumber sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil
keuntungan daripadanya serta mengambil tindakan yang tepat, guna
memastikan kesuksesan.
c. Kewirausahaan adalah Enterpreneur atau wirausaha adalah seseorang yang
mengambil risiko yang diperlukan untuk mengorganisasikan dan mengelola
suatu bisnis menerima imbalan jasa berupa profit nonfinancial.
d. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha
(starup phase) dan perkembangan usaha (venture growth).
e. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang
dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari,
menciptakan, serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan
2
B. Etika Wirausaha
Suatu kegiatan haruslah dilakukan dengan etika atau norma-norma yang
berlaku di masyarakat bisnis. Etika atau norma-norma ini digunakan agar para
pengusaha tidak melanggar aturan yang telah ditetapkan dan usaha yang telah
dijalankan memperoleh simpati dari berbagai pihak. Pada akhirnya, etika tersebut
ikut membentuk pengusaha yang bersih dan dapat memajukan serta membesarkan
usaha yang dijalankan dalam waktu yang relatif lebih lama. Dalam etika berusaha
perlu ada ketentuan yang mengaturnya. Adapun ketentuan yang diatur dalam etika
wirausaha secara umum adalah sebagai berikut :
a. Sikap dan perilaku seorang pengusaha harus mengikuti norma yang berlaku
dalam suatu negara atau masyarakat.
b. Penampilan yang ditunjukan seseorang pengusaha harus selalu apik, sopan,
terutama dalam menghadapi situasi atau acara-acara tertentu.
c. Cara berpakain pengusaha juga harus sopan dan sesuai dengan tempat dan
waktu yang berlaku.
d. Cara berbicara seorang pengusaha juga mencerminkan usahanya, sopan, penuh
tata krama, tidak menyinggung atau mencela orang lain.
e. Gerak-gerik pengusaha juga dapat menyenangkan orang lain, hindarkan gerak-
gerik yang dapat mencurigakan.
Kemudian, etika atau norma yang harus ada dalam benak dan jiwa setiap
pengusaha adalah sebagai berikut :
a. Kejujuran Seorang pengusaha harus selalu bersikap jujur, baik, dalam berbicara
maupun bertindak. Jujur ini perlu agar berbagai pihak percaya terhadap apa
3
yang akan dilakukan. Tanpa kejujuran, usaha tidak akan maju dan tidak di
percaya konsumen atau mitra kerjanya.
b. Bertanggung Jawab Pengusaha harus bertangungjawab terhadap segala
kegiatan yang dilakukan dalam bidang sahanya. Kewajiban terhadap berbagai
pihak harus segera diselesaikan. Tanggung jawab tidak hanya terbatas pada
kewajiban, tetapi juga kepada seluruh karyawannya, masyarakat dan
pemerintah.
c. Menepati Janji Pengusaha dituntut untuk selalu menepati janji, misalnya dalam
hal pembayaran, pengiriman barang atau penggantian. Sekali seorang
pengusaha ingkar janji hilanglah kepercayaan pihak lain terhadapnya.
Pengusaha juga harus konsisten terhadap apa yang telah dibuat dan disepakati
sebelumnya.
d. Disiplin Pengusaha dituntut untuk selalu disiplin dalam berbagai kegiatan yang
berkaitan dengan usahanya, misalnya dalam hal waktu pembayaran atau
pelaporan kegiatan usahanya.
e. Taat Hukum Pengusaha harus selalu patuh dan menaati hukum yang berlaku,
baik yang berkaitan dengan masyarakat ataupun pemerintah. Pelanggaran
terhadap hukum dan peraturan telah dibuatkan berakibat fatal dikemudian hari.
Bahkan, hal itu akan menjadi beban moral bagi pengusaha apabila tidak
diselesaikan segera.
f. Suka Membantu Pengusaha secara moral harus sanggup membantu berbagai
pihak yang memerlukan bantuan. Sikap ringan tangan ini dapat ditunjukan
kepada masyarakat dalam berbagai cara. Pengusaha yang terkesan pelit akan
dimusuhi oleh banyak orang.
g. Komitmen dan Menghormati Pengusaha harus komitmen dengan apa yang
mereka jalankan dan menghargai komitmen dengan pihak-pihak lain.
Pengusaha yang menjungjung komitmen terhadap apa yang telah diucapkan
atau disepakati akan dihargai oleh berbagai pihak.
h. Mengejar Prestasi Pengusaha yang sukses harus selalu berusaha mengejar
prestasi setinggi mungkin tujuannya agar perusahaan dapat terus bertahan dari
waktu ke waktu. Prestasi yang berhasil dicapai perlu terus ditingkatkan. Di
4
samping itu, perusaha juga harus tahan mental tidak mudah putus asa terhadap
berbagai kondisi dan situasi yang dihadapi.
Etika yang berlakukan oleh pengusaha terhadap berbagai pihak memiliki
tujuan-tujuan tertentu. Tujuan etika tersebut harus sejalan dengan tujuan
perusahaan. Di samping memiliki tujuan, etika juga sangat bermanfaat bagi
perusahaan apabila dilakukan secara sungguh-sungguh.
c. Mengerikan contoh bagaimana harus bekerja keras, tekun dan memiliki pribagi
yang unggul yang patut untuk diteladani
d. Berusaha menidik karyawannya menjadi orang yang mnadiri, disiplin, tekun
dan jujur dalam menghadapi pekerjaan
e. Berusaha menididik masyarakat agar hidup secara efisien, tidak foya foya dan
tidak boros.
Sikap dan perilaku Wirausahawan: Seorang wirausahawan harus
mempunyai beberapa sikap, yaitu:
a. Mampu berfikir dan bertindak kreatif dan inovatif
b. Mampu bekerja tekun, teliti dan dan produktif
c. Mampu berkarya berlandaskan etika bisnis yang sehat
d. Mampu berkarya dengan semnagat dan kemandirian
e. Mampu memecahkan masalah dan mengambil keputusan secara sistematis dan
berani mengambil resiko.
Sedangkan perilaku yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha adalah:
a. Memiliki rasa percaya diri (teguh pendirian, tidak tergantung pada orang lain,
berkepribadian yang baik, optimis terhadap pekerjaannya)
b. Berorientasi pada tugas dan hasil (haus akan prestasi, berorintasi pada laba,
tekun dan tabah, mempunyai motivasi tinggi dan kerja keras)
c. Pengambil resiko (energik dan berinisiatif, mempu mengambil resiko, suka
pada tantangan, bertingkah laku sebagi pemimpin, dapat menanggapi saran dan
kritik)
d. Keorisinilan ( inovatif, kreatif dan fleksibel, serba bisa dan mengetahui banyak
hal)
e. Berorientasi pada masa depan (optimis pada masa depan)
Di samping harus memiliki sikap dan perlaku tersebut diatas seorang
wirausaha harus juga memiliki ketrampilan untuk menunjang keberhasilannya,
yaitu keterampilan dasar dan keterampilan khusus. Keterampilan dasar:
a. Memiliki sikap mental dan spiritual yang tinggi
b. Memiliki kepribadian yang unggul
c. Pandai berinisiatif
d. Dapat mengkoordinasikan kegiatan usaha Ketrampilan khusus:
6
BAB II
PERANAN PERGURUAN TINGGI DALAM PENDIDIKAN
KEWIRAUSAHAAN
pelayanan atau yang lainnya. Bila kedua kelebihan itu ada pada diri kita dan apa
yang kita wujudkan itu mendatangkan kemanfaatan bagi civitas akademika
kampus dan keuntungan bagi kita, maka kita adalah wirausaha.
Tholaq : 2)〃. Tawakkal adalah suatu sifat penyerahan diri kepada Allah secara
aktif, tidak cepat menyerah. Adalah sudah lumrah dalam dunia bisnis mengalami
jatuh bangun sebelum berhasil. Dunia bisnis sangat kompleks, persaingan sangat
tajam. Di sinilah perlu sifat tawakkal, seperti dijaminkan Allah, yaitu bila kita
tawakkal Allah akan memberi rizki seperti burung- burung yang keluar dari
sangkar di pagi hari dan pulang dengan perut kenyang.
b. Jujur
Dalam suatu hadits dinyatakan: kejujuran itu akan membawa ketenangan dan
ketidakjujuran akan menimbulkan keragu-raguan (Assuyuti, tanpa tahun : 15,
lebih lanjut dapat dilihat pada lampiran 1, rujukan hadits nomor 6). Jujur dalam
kegiatan berbisnis/wirausaha, menimbang, mengukur, membagi, berjanji,
membayar hutang, jujur dalam berhubungan dengan orang lain, semuanya akan
membuat ketenangan lahir dan batin.
12
Rasulullah mengajarkan kepada kita agar mulai bekerja sejak pagi hari, selesai
shalat shubuh, janganlah kamu tidur, bergeraklah, carilah rizki dari Tuhanmu.
Para malaikat akan turun dan membagikan rizki sejak terbit fajar sampai terbenam
matahari.
4. Toleransi
Toleransi, tenggang rasa, tepo seliro (Jawa), harus dianut oleh orang-orang
yang bergerak di bidang usaha/ bisnis. Dengan demikian tampak bahwa orang
bisnis itu supel, mudah bergaul, komunikatif, praktis, tidak banyak teori, fleksibel,
pandai melihat situasi dan kondisi dan tidak kaku.
a) Berzakat dan Berinfaq
Berzakat dan berinfaq harus menjadi budaya muslim yang bergerak dalam
bidang wirausaha/bisnis. Harta yang dikelola, laba yang diperoleh, harus
disisihkan sebagian untuk membantu anggota masyarakat yang membutuhkan.
Dalam ajaran Islam sudah jelas bahwa harta yang dizakatkan dan
diinfaqkan di jalan Allah tidak akan hilang, melainkan menjadi tabungan kita
yang berlipat ganda, baik di dunia maupun di akhirat. Sebuah hadits Rasulullah
SAW menyatakan bahwa: Tidaklah harta itu akan berkurang karena disedekahkan
dan Allah tidak akan menambahkan orang yang suka memberi maaf kecuali
kemuliaan. Dan tidaklah seorang yang suka merendahkan diri karena Allah,
melainkan Allah akan meninggikan derajatnya (Assuyuti, tanpa tahun : 153, lebih
lanjut dapat dilihat pada lampiran 1, rujukan hadits nomor 7).
b) Silaturrahmi
1. Pelatihan
Pelatihan ini diarahkan agar setiap peserta mendapatkan motivasi yang kuat
untuk menjadi wirausaha dan dapat memahami konsep-konsep kewirausahaan
dengan segala macam seluk beluk permasalahan yang ada di dalamnya. Oleh
karena itu dalam latihan ini para pelaku wirausaha dihadirkan untuk memberikan
ceramah mengenai filosofi usahanya serta kiat-kiatnya untuk mencapai sukses
usahanya, sedangkan ketrampilan dan penguasaan mengenai teknis manajemen
usaha dapat diberikan oleh tenaga profesional di bidangnya.
14
2. Pemagangan
Oleh karena itu pemagangan ini sebaiknya diadakan dengan format yang jelas
dan pilihan bidang usaha yang sesuai. Misalnya seseorang yang memilih dan
menentukan usahanya untuk membuka restoran, maka peserta tersebut harus
magang pada tempat yang sesuai dengan pilihannnya itu, yaitu magang di restoran
juga. Tujuan dari pemagangan ini supaya peserta memperoleh kesempatan untuk
melakukan pendalaman usaha sehingga dapat memiliki gambaran yang nyata
tentang usahanya melalui pengalaman langsung, sehingga ketika kelak ia
membuka usahanya dapat dihindari kerugian yang mengakibatkan jatuh usahanya.
3. Penyusunan Proposal
4. Permodalan.
5. Pendampingan
15
teknologi yang diperoleh, menjadi wujud nyata dan dapat memuaskan orang lain.
Oleh karena, itu salah satu kebijaksanaan Departemen Tenaga Kerja yang paling
berkaitan dengan penciptaan kesempatan kerja serta peningkatan wawasan
kewirausahaan bagi angkatan kerja muda, terutama peran serta perguruan tinggi
adalah program pembentukan Tenaga Kerja Pemuda Mandiri Profesional
(TKPMP). Alasan mendasar dari dijadikannya lulusan perguruan tinggi sebagai
sasaran utama adalah karena lulusan perguruan tinggi memiliki intelektualitas,
wawasan yang lebih luas, sehingga mempunyai profitabilitas yang lebih besar
untuk dikembangkan menjadi wirausahawan mandiri yang profesional dan
diharapkan sekaligus mampu menggerakkan orang lain, sehingga mereka dapat
menjadi katalisator dan dinamisator bagi masyarakat lainnya.
BAB III
KONSEP KEWIRAUSAHAAN
DALAM KONTEKS PILIHAN KARIR
A. Pendahuluan
Keterbatasan terserapnya lulusan perguruan tinggi di sektor pemerintah
menyebabkan perhatian beralih pada peluang bekerja pada sektor swasta, namun
beratnya persyaratan yang ditetapkan kadang membuat peluang untuk bekerja di
sektor swasta juga semakin terbatas. Satu-satunya peluang yang besar adalah
bekerja dengan memulai usaha mandiri. Hanya saja, jarang kita temukan
seseorang sarjana yang mau mengawali kehidupannya setelah lulus dari perguruan
tinggi dengan memulai mendirikan usaha. Adanya kecenderungan yang demikian
berakibat pada tingginya residu angkatan kerja berupa pengangguran terdidik.
Jumlah lulusan perguruan tinggi dalam setiap tahun semakin meningkat tidak
sebanding dengan peningkatan ketersediaan kesempatan kerja yang akan
menampung mereka.
D. Motivasi Berwirausaha
Salah satu kunci sukses untuk berhasil menjadi wirausahawan adalah
adanya motivasi yang kuat untuk berwirausaha. Motivasi untuk menjadi seseorang
yang berguna bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakatnya melalui pencapaian
prestasi kerja sebagai seorang wirausahawan. Apabila seseorang memiliki
23
keyakinan bahwa bisnis yang (akan) digelutinya itu sangat bermakna bagi
hidupnya, maka dia akan berjuang lebih keras untuk sukses. Beberapa manfaat
yang dapat diperoleh melalui berwirausaha yang mungkin saja sulit atau bahkan
tidak dapat diperoleh jika memilih berkarir atau bekerja pada lembaga/instansi
milik orang lain atau pemerintah. Manfaat tersebut terdiri dari manfaat
bagi diri sendiri dan bagi masyarakat, sebagaimana yang diuraikan berikut ini:
a. Memiliki kebebasan untuk mengaktualisasikan potensi diri yang dimiliki
b. Memiliki peluang untuk berperan bagi masyarakat
Terkait dengan motivasi untuk berwirausaha, setidaknya terdapat enam
“tingkat” motivasi berwirausaha dan tentunya masing-masing memiliki indikator
kesuksesan yang berbeda-beda, yaitu:
a. Motivasi material, mencari nafkah untuk memperoleh pendapatan atau
kekayaan.
b. Motivasi rasional-intelektual, mengenali peluang dan potensialitas pasar,
menggagas
produk atau jasa untuk meresponnya.
c. Motivasi emosional-ekosistemik, menciptakan nilai tambah serta memelihara
kelestarian
sumberdaya lingkungan.
d. Motivasi emosional-sosial, menjalin hubungan dengan atau melayani
kebutuhan
sesama manusia.
e. Motivasi emosional-intrapersonal (psiko-personal), aktualisasi jatidiri dan/atau
potensi-potensi diri dalam wujud suatu produk atau jasa yang layak pasar.
f. Motivasi spiritual, mewujudkan dan menyebarkan nilai-nilai transendental,
memaknainya sebagai modus beribadah kepada Tuhan.
E. Kewirausahaan Eksistensial
Konsep kewirausahaan eksistensial memfokuskan pemahaman
kewirausahaan yang berorientasi pada aktualisasi jati diri dan potensi-potensi diri
sebagai pembelajar kewirausahaan. Kata eksistensial dalam hal ini memiliki tiga
arti, yaitu:
24
(1) keberadaan manusia itu sendiri, atau, cara khusus manusia dalami menjalani
hidupnya;
(2) makna hidup; dan
(3) perjuangan manusia untuk menemukan makna yang konkrit di dalam
hidupnya, dengan kata lain, keinginan seseorang untuk mencari makna hidup.
25
BAB IV
MEMBANGUN JIWA ENTREPRENEUR
lingkungan. Sekolah sebagai sebuah sistem terdiri dari input, proses, dan output.
Salah satu input sekolah adalah kurikulum. Kurikulum pada pendidikan kejuruan
sangat menentukan kualitas lulusan, maka peranan guru dan sekolah sangatlah
penting dalam mengembangkan kurikulum sekolah. Kepada para guru perlu
diberikan kebebasan dalam mengembangkan skema kerja (scheme of work) untuk
setiap proses pembelajaran yang harus dilakukan.
Menurut Sarbiran (2006) bahwa komponenkomponen kurikulum perlu
dikembangkan kembali yang didalamnya terdapat pendidikan (educational,
creativity, multiple entelegence), jenis bidang pekerjaan/okupasi (occupation,
vocational subject matter) dan kewirausahaan/entrepreneurship. Ketiga bidang
tersebut seharusnya seimbang pada kurikulum pendidikan kejuruan. Tetapi
kenyataannya, komposisi pembelajaran kewirausahaan di SMK sangatlah kurang.
Oleh karena itu, hal ini belum memungkinkan mendorong kemandirian (self
confidence-building), dan hal ini jelas belum dapat menanamkan jiwa
entrepreneur bagi para lulusan SMK. Oleh sebab itu, desain pembelajaran
kewirausahaan di SMK perlu dikaji ulang, mulai dari kurikulum, materi, strategi
pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran dan guru yang
mengajarkan kewirausahaan.
Sikap wirausaha ditandai oleh kemauan keras untuk mencapai tujuan dan
kebutuhan hidup, memiliki keyakinan kuat atas kekuatan diri, jujur dan tanggung
jawab, ketahanan fisik dan mental, ketekunan dan keuletan dalam bekerja dan
berusaha, pemikiran kreatif dan konstruktif, berorientasi ke masa depan, dan
berani mengambil resiko, serta dengan latihan nyata. Guru kewirausahaan dapat
merubah sikap peserta didik melalui berbagai contoh positif wirausawan yang
sukses saat ini dengan tetap terbuka dalam memberikan informasi tentang kendala
dan kegagalan yang juga bisa terjadi. Selanjutnya persepsi peserta didik tetap
didorong pada sesuatu yang positif.
Seseorang yang memiliki jiwa entrepreneur adalah manusia unggul yang
sangat potensial menatap masa depan yang didalam kepribadiannya telah
terinternalisasikan nilai-nilai kewirausahaan, yakni kepribadian yang memiliki
tindakan kreatif sebagai nilai, gemar berusaha, tegar dalam berbagai tantangan,
percaya diri, memiliki self determination atau locus of control, berkemampuan
27
hidupnya. Bagi mereka masa depan adalah kesuksesan dan keindahan yang
harus dicapai dalam hidupnya.
d. Memiliki jiwa kepemimpinan (berani tampil berbeda dan berani mengambil
resiko dengan penuh perhitungan). Leadership atau kepemimpinan
merupakan faktor kunci menjadi entrepreneur sukses. Berani tampil ke
depan menghadapi sesuatu yang baru walaupun penuh resiko. Keberanian
ini tentunya dilandasi perhitungan yang rasional.
e. Suka tantangan. Seseorang yang memiliki jiwa entrepreneur sangat suka
tantangan.
Dari sejumlah pendapat ahli yang telah dijelaskan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa: “Jiwa entrepreneur adalah seseorang yang memiliki sikap
kepemimpinan, motivasi berwiarausaha, pola pikir entrepreneur, nilai-nilai dan
perilaku entrepreneur yang dapat dijadikan sumber daya untuk melakukan hal-hal
kreatif, inovatif untuk mencapai hasil yang diinginkan”.
B. Mengembangkan Kreativitas
Pengertian kreativitas menurut Santrock (2008) adalah kemampuan berfikir
tentang sesuatu dengan cara baru dan tak biasa dan menghasilkan solusi yang unik
atas sesuatu problem. Sedangkan menurut Kuratko & Hodgetts (2007) bahwa
kreatif merupakan ide umum yang menghasilkan efisiensi atau efektivitas dalam
sebuah sistem (Kuratko & Hodgetts, 2007).
Kreativitas (creativity) menurut Suryana (2008) adalah kemampuan
mengembangkan ide dan cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan
menemukan peluang (thingking new thing). Sedangkan kreativitas (creativity)
yang disampaikan Zimmerer (2008) adalah kemampuan untuk mengembangkan
ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam melihat masalah dan
peluang. Selanjutnya, Buchari Alma (2008) menjelaskan bahwa modal utama
Entrepreneur adalah kreativitas, keuletan, semangat pantang menyerah. Semangat
pantang menyerah ini memandang kegagalan hanyalah keberhasilan yang
tertunda, meski terantuk dan jatuh, mereka akan bangkit kembali dengan gagah,
mereka tahan banting. Entrepreneur yang kreatif, tidak akan habis akal bila
mendapat tantangan, mereka akan merubahnya menjadi peluang. Entrepreneur
sejati bukan spekulan, tapi seseorang yang memiliki perhitungan cermat,
29
7. selalu mencari informasi yang tepat yang berhubungan dengan bisnis yang
ditekuni.
Kedua, Proses Inkubasi. Kreativitas individu muncul dengan melihat langsung
proses kegiatan usaha yang sejenis atau berhubungan (related). Dengan melihat
langsung akan bisa mengetahui proses bisnis yang akan ditekuni. Beberapa step
yang dapat dilakukan calon atau Entrepreneur guna mempercepat proses inkubasi:
1. Secara rutin melihat aktivitas dan melakukan proses secara bersama atau
menggambar produk yang dihasilkan,
2. Memecahkan persoalan yang terjadi dalam aktivitas bisnis tersebut,
3. Bermain, seperti olah raga, puzzles atau games,
4. Memikirkan proyek dan permasalahan sebelum tidur,
5. Melakukan perenungan terhadap permasalahan yang terjadi,
6. Kembali dan rileksasi ke permasalahan dasar.
Ketiga, Ide dan gagasan. Proses ide dan gagasan adalah menemukan sesuatu
yang baru dan berbeda dari pencarian yang terus menerus. Ide dan gagasan
adakalanya muncul bersamaan dengan proses akumulasi pengetahuan dan proses
inkubasi. Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mempercepat ide dan
gagasan:
1. membayangkan dan memimpikan (day dream) bisnis yang ditekuni,
2. pratikan dan hobi,
3. bekerja di luar maupun di dalam kantor,
4. ambil permasalahan dan coba pecahkan,
5. baca media, surat kabar yang berhubungan dengan permasalahan,
6. ambil keputusan dan kerjakan.
Keempat, Implementasi dan Evaluasi. Proses implementasi dan evaluasi
merupakan proses yang sulit dan berhubungan pelaksanaan ide dan evaluasi
terhadap ide yang diwujudkan dalam dunia nyata. Sukses seorang Entrepreneur
adalah ketika ide yang dilaksanakan dapat berhasil sesuai dengan keinginan.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk proses implementasi dan evaluasi:
1. belajar sendiri tentang proses perencanaan bisnis dan semua yang
berhubungan dengan bisnis yang ditekuni,
2. tes ide dengan orang yang memiliki pengetahuan yang sama,
31
Kedua, tahap imajinatif, dengan tiga langkah, yakni: (1) berikan ransangan.
Benih inovasi yang telah ditetapkan arahnya, perlu diberikan stimuli dengan
memperhatikan lingkungan eksternalnya seperti peluang pasar, teknologi, dan
situasi keuangan; (2) curahan gagasan. Setelah memberikan stimuli pada benih
inovasi, pilih dan tetapkan prioritas utama yang paling bernilai untuk ditindak
lanjuti; (3) identifikasi ide-ide yang berkembang. Kembangkan terus volue yang
telah ditemukan dengan terus membandingkan dengan ide-ide yang berkembang,
dan selanjutnya tetapkan ide yang potensial untuk mendukung proses inovasi.
Ketiga, tahap implementasi, terdiri dari tiga langka, yakni: (1) kembangkan
innovation roadmap. Langkah ini merupakan tahapan untuk bertindak lebih nyata.
Buatlah konsep inovasi menjadi sebuah rencana sesuai tujuan inovasi tersebut
serta kemungkinan akibat yang timbul terhadap organisasi; (2) dapatkan
komitmen. Komitmen dukungan terhadap inovasi perlu didapatkan agar tujuan
yang ingin dicapai dari inovasi tersebut ketika dipresentasikan dapat diterima
semua pihak yang terkait; (3) penerapan the innovation roadmap. Terapkan
rencana akhir inovasi tersebut ke dalam tindakan nyata. Lakukan koreksi dan
penyesuaian bila diperlukan dalam proses mendapatkan hasil maksimal.
D. Motivasi
Motivasi adalah serangkaian kekuatan yang menyebabkan orang berperilaku
dalam cara tertentu (Soeryanto S). Pengertian motivasi menurut Buhari Alma
(2008) adalah kemauan untuk berbuat sesuatu, sedangkan motif adalah kebutuhan,
keinginan, dorongan atau impuls. Motivasi seseorang tergantung kepada kekuatan
motifnya. Motif dengan kekuatan yang sangat besarlah yang akan menentukan
perilaku seseorang. Produktivitas sesuatu pekerjaan sangat tergantung kepada
kemampuan para pekerja untuk bekerja lebih giat. Agar pekerja lebih giat
melakukan pekerjaan, maka mereka perlu diberikan motivasi dengan berbagai
cara. Pada umumnya, tingkah laku manusia dilakukan secara sadar, artinya selalu
didorong oleh keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Disinilah letaknya peran
penting dari motivasi.
Selanjutnya, menurut Kristanto (2009) bahwa motivasi adalah suatu faktor
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan
tertentu, sehingga motivasi dapat diartikan sebagai pendorong perilaku seseorang.
35
membentuk suatu sistem yang memungkinkan para peserta didik melihat makna
di dalamnya, dan mengingat materi akademik.
Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi dianggap gagal
menghasilkan peserta didik yang aktif, kreatif, dan inovatif. Peserta didik berhasil
“mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali peserta didik
memecahkan persoalan hidup dalam jangka panjang. Oleh karena itu, perlu ada
perubahan pendekatan pembelajaran yang lebih bermakna sehingga dapat
membekali peserta didik dalam menghadapi permasalah hidup yang dihadapinya.
Landasan filosofi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah
konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak
hanya sekedar menghapal. Peserta didik harus mengkonstruksikan pengetahuan di
benak peserta didik sendiri. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi
fakta-fakta atau proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang
dapat diterapkan. Dalam konteks itu, peserta didik perlu mengerti apa makna
belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya.
Peserta didik perlu menyadari bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya
nanti. Pembelajaran kontekstual dikembangkan dengan tujuan membekali peserta
didik dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu
permasalahan ke permasalahan lainnya, dan dari satu konteks ke konteks lainnya.
Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu: (1)
Konstruktivisme (contructivism); (2) menemukan (inquiry); (3) bertanya
(questioning); (4) masyarakat belajar (learning community); (5) pemodelan
(modeling); (6) refleksi (reflection); dan (7) penilaian yang sebenarnya (authentic
assessment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika
pembelajaran kontektual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi
apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya.
Menurut Johnson B. Elaine (2010) bahwa system CTL mencakup 8 (delapan)
komponen, yakni: (1) Membuat keterkaitan-keterkaiatan yang bermakna; (2)
Melakukan pekerjaan yang berarti; (3) Melakukan pembelajaran yang diatur
sendiri; (4) Bekerjasama; (5) Berpikir kritis dan kreatif; (6) Membantu individu
untuk tumbuh dan berkembang; (7) Mencapai standar yang tinggi; dan (8)
Menggunakan penilaian autentik.
40
BAB V
A. Hakikat Motivasi
1. Definisi
Kata motivasi berasal dari Bahasa Latin,yaitu motive yaitu berarti dorongan,
daya penggerak, atau kekuatan yang terdapat dalam diri organisasi yang
bahasa Inggris, yaitu motivation berarti pemberian motif, penimbulan motif, atau
W.H. Haynes dan J.L. Massie dalam Manulang (2001: 165) mengatakan, “Motive
is a something within the individual which incities him to action.” Pengertian ini
senada dengan pendapat The Liang Gie yang menyatakan bahwa motif atau
Motivasi dapat pula berarti sebagai faktor yang mendorong orang untuk bertindak
dengan cara tertentu. Menurut Hasibuan (2001: 72), motivasi mempersoalkan cara
mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka bekerja keras dengan memberikan
2. Fungsi
Mendorong manusia untuk berbuat, dalam arti motivasi penggerak dari setiap
memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan
tujuannya;
tujuan tersebut.
3. Jenis Motivasi
Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang mengacu pada faktor-faktor dari dalam
Motivasi Ekstrinsik adalah motivasi yang mengacu pada factor dari luar dan
telah ditetapkan pada tugas ataupun pada diri peserta didik oleh dosen atau
orang lain.
tujuan dan perilaku tujuan berkelanjutan sampai kebutuhan yang dirasakan telah
berfluktuasi.