Anda di halaman 1dari 42

STUDI PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP FISHBALL IKAN

PATIN (Pangasius sp.) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG SAGU


(Metrroxylon sago rottb) KONSENTRASI BERBEDA

OLEH

YOGA RAKASIWI PRATAMA

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
USULAN PENELITIAN

STUDI PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP FISHBALL IKAN


PATIN (Pangasius sp.) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG SAGU
(Metrroxylon sago rottb) KONSENTRASI BERBEDA

Dalam Bidang Teknologi Hasil Perikanan

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana


pada Fakultas Perikanan dan Kelautan

OLEH

YOGA RAKASIWI PRATAMA


NIM.1704111302

Tim Penguji:
1. Prof. Dr. Ir. Dewita Buchari, MS
2. Dr. Ir. Suparmi, M. Si

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS RIAU
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

PENGESAHAN USULAN PENELITIAN

Judul : Studi Penerimaan Konsumen Terhadap Fishball


Ikan Patin (Pangasius sp.) Dengan Penambahan
Tepung Sagu (Metrroxylon sago rottb)
Konsentrasi Berbeda
Nama : Yoga Rakasiwi Pratama
Nomor Mahasiswa : 1704111302
Jurusan : Teknologi Hasil Perikanan
Program Studi : Teknologi Hasil Perikanan

Disetujui Oleh

Dekan, Pembimbing I,

Prof. Dr. Ir. Bintal Amin, M. Sc Prof. Dr. Ir. Dewita Buchari, MS
NIP. 19630403 198803 1 003 NIP. 19570522 198603 2 001

Pembimbing II

Dr. Ir. Suparmi, M. Si


NIP. 19580810 198803 2 001
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan proposal

penelitian ini. Usulan penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Uniersitas

Riau. Adapun judul dari usulan proposal penelitian ini adalah “Studi Penerimaan

Konsumen Terhadap Fishball Ikan Patin (Pangasius sp.) Dengan Penambahan

Tepung Sagu (Metrroxylon sago rottb) Konsentrasi Berbeda”. Pada Kesempatan

ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Ir. Dewita Buchari MS,

sebagai pembimbing I dan Ibu Dr. Ir. Suparmi, M.Si sebagai pembimbing II atas

kesediannya untuk menjadi pembimbing penulis dalam melakukan usulan

proposal penelitian ini. Dan juga kepada rekan-rekan yang sudah banyak

membantu jalannya pembuatan usulan proposal penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan usulan penelitian ini masih

terdapat banyak kesalahan dan kekurangan oleh sebab itu penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran guna membangun kesempurnaan dalam penulisan

usulan proposal penelitian ini.

Pekanbaru, September 2021

Yoga Rakasiwi Pratama


28

DAFTAR ISI

Isi Halaman

RINGKASAN........................................................................................... i

KATA PENGANTAR............................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................ iii

DAFTAR TABEL.................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR............................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ vi

I. PENDAHULUAN
1.1.1. Latar Belakang................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................... 3
1.3. Tujuan dan Manfaat..................................................................... 3
1.4. Hipotesis...................................................................................... 4
I. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi dan Deskripsi Ikan Patin (Pangasius sp.).................. 5
2.2. Komposisi Kimia Ikan Patin (Pangasius sp.).............................. 7
2.3. Fishball........................................................................................ 7
2.4. Tepung......................................................................................... 8
2.4.1. Tepung Tapioka................................................................. 9
2.4.2. Tepung Sagu (Metrroxylon sago rottb)............................. 11
2.5. Uji Organoleptik.......................................................................... 13
III. METODE PELAKSANAAN
3.1. Waktu dan Tempat....................................................................... 15
3.2. Bahan dan Alat............................................................................ 15
3.3. Metode Penelitian........................................................................ 15
3.4. Prosedur Penelitian...................................................................... 16
3.4.1. Preparasi Bahan................................................................. 16
3.4.2. Pembuatan Fishball........................................................... 17
3.5. Pengamatan.................................................................................. 19
3.5.1. Uji Kesukaan..................................................................... 19
3.5.2. Analisis Proksimat............................................................ 19
3.5.2.1. Analisis Kadar Air......................................................... 19
3.5.2.2. Analisis Kadar Abu....................................................... 20
3.5.2.3. Analisis Kadar Lemak................................................... 20
3.5.2.4. Analisis Kadar Protein.................................................. 21
3.5.2.5. Analisis Kadar Karbohidrat........................................... 22
xii

3.6. Analisis Data............................................................................. . 22


3.7. Asumsi........................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 24

LAMPIRAN............................................................................................. 27
xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi Kimia Ikan Patin (Pangasius sp.)..................................... 7

2. Komposisi Kimia Tepung Tapioka per 100 gram.............................. 10

3. Komposisi Kimia Tepung Sagu per 100 gram................................... 12


xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ikan Patin (Pangasius sp.).................................................................... 5

2. Bagan alir tahapan penelitian................................................................ 18


xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Score Sheet Uji Hedonik...................................................................... 28

2. Jadwal Penelitian................................................................................. 29

3. Outline Sementara............................................................................... 30

4. Biodata Pribadi dan Dosen Pembimbing............................................. 32

5. Anggaran Biaya................................................................................... 33
1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan patin (Pangasius sp.) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang

banyak ditemukan di perairan Indonesia salah satunya terdapat di Provinsi Riau.

Menurut Ghufran (2010), ikan patin merupakan ikan air tawar yang memiliki nilai

ekonomis yang tinggi untuk dikembangkan. Ikan patin memiliki nilai gizi yang

tergolong cukup tinggi dengan nilai protein sekitar 68,6%, lemak 5,8%, abu 3,5%,

serta air sekitar 59,3% (Saparinto dan Susiana, 2014).

Produksi ikan patin pada tahun 2017 mencapai 23.190,40 ton dan

meningkat pada tahun 2018 menjadi 36.668,60 ton (Statistik, 2020). Tingginya

angka produksi tersebut menyebabkan ikan patin banyak dimanfaatkan atau diolah

menjadi produk baru seperti nugget ikan patin, kerupuk ikan patin, bakso ikan

patin dan fishball ikan patin.

Fishball ikan patin merupakan salah satu diversifikasi produk hasil

perikanan yang memiliki nilai gizi yang cukup tinggi. Fishball ikan patin

memiliki bentuk bulat seperti bakso pada umumnya tetapi memiliki perbedaan

pada proses akhir dimana pada fishball dilakukan penambahan tepung panir

sebagai ciri khas dari produk tersebut.

Bahan baku pembuatan fishball ikan patin adalah bagian daging dari ikan

patin yang ditambahkan tepung tapioka sebagai pengikat. Tepung tapioka

merupakan komponen penting dalam pembuatan fishball ikan patin. Produk yang

dibuat dengan tepung tapioka cenderung memiliki tekstur yang renyah, bersifat

larut dalam air biasanya digunakan sebagai bahan pengisi dan pengikat yang
2

menghasilkan tekstur yang plastis, dan kompak pada industri makanan seperti

pada pembuatan dodol (Lestari, 2013).

Pembuatan Fishball yang dikenal pada saat ini umumnya berasal dari

tepung tapioka, namun juga dapat diganti dengan tepung sagu sebagai bahan

pengikat untuk memperbaiki tekstur, meningkatkan daya ikat air dan menurunkan

penyusutan akibat pemasakan. Haryanto dan Pangloli (1992) menyatakan, pati

sagu mempunyai komponen yang dominan seperti tepung tapioka yaitu

kandungan karbohidrat yang tinggi. Hal ini memungkinkan pati sagu dapat juga

digunakan sebagai bahan pengisi pada pembuatan fishball. Menambahkan pati

sagu dalam pembuatan bakso akan menghasilkan bakso dengan tekstur lebih

kenyal dan padat (Sudarwati, 2007).

Tepung sagu juga memiliki kandungan amilopektin dan visikositas tinggi

dibandingkan dengan pati jenis lainnya yang berperan dalam membentuk

kekenyalan pada produk sehingga dapat memperbaiki tekstur dari bakso

(Wibowo, 2000). Kemampuan mengikat tepung sagu berasal dari kandungan pati

yang tinggi, kandungan pati sagu mengandung komponen bahan kering amilosa

27%, amilopektin 73%, protein 0,1%, lemak 0,1 %, abu 0,2 %, fosfor 0,02%

(Swinkels 1985 dalam Singhal et al,, 2008).

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Studi Penerimaan Konsumen Terhadap Fishball Ikan Patin

(Pangasius sp.) dengan Penambahan Tepung Sagu (Metrroxylon sago rottb)

Konsentrasi Berbeda ” agar dapat diketahui karakteristik produk yang dihasilkan

dari setiap konsentrasi tepung sagu (Metrroxylon sago rottb) yang digunakan.
3

1.2. Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang dapat diambil pada penilitian ini adalah:

1. Berapa jumlah penggunaan konsentrasi tepung sagu (Metrroxylon sago

rottb) yang baik terhadap karakteristik fishball ikan patin (Pangasius

sp.).

2. Bagaimana karakteristik fishball ikan patin (Pangasius sp.) yang

dihasilkan dengan menggunakan tambahan tepung sagu (Metrroxylon

sago rottb).

1.3. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui jumlah penggunaan konsentrasi tepung sagu

(Metrroxylon sago rottb) yang baik terhadap karakteristik fishball ikan

patin (Pangasius sp.).

2. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik fishball ikan patin

(Pangasius sp.) yang dihasilkan dengan menggunakan tambahan tepung

sagu (Metrroxylon sago rottb).

Sedangkan manfaat dalam penelitian ini dapat memberikan informasi

tentang karakteristik fishball ikan patin (Pangasius sp.) dengan penambahan

tepung sagu (Metrroxylon sago rottb) konsentrasi berbeda dan mengetahui pada

konsentrasi berapa karakteristik fishball ikan patin (Pangasius sp.) yang paling

bagus serta dapat menghasilkan produk fishball ikan patin (Pangasius sp.) dengan

karakteristik yang baik.


4

1.4. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penilitian ini adalah:

H0 : Tidak adanya pengaruh tepung sagu (Metrroxylon sago rottb) terhadap

karakteristik fishball ikan patin (Pangasius sp.).

H1 : Terdapat perngaruh tepung sagu (Metrroxylon sago rottb) terhadap

karakteristik fishball ikan patin (Pangasius sp.).


5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Deskripsi Ikan Patin

Klasifikasi ikan patin (Pangasius sp.) menurut Saanin (1984) dalam

Hernowo (2001) adalah sebagai berikut: Filum: Chordata, Sub Filum: Vertebrata,

Kelas: Pisces, Sub Kelas: Teleostei, Ordo: Ostariophysi, Sub Ordo: Siluroidea,

Famili: Pangasidae, Genus: Pangasius Species: Pangasius sp.

Gambar 1. Ikan Patin (Pangasius sp.) (Sumber: Armanda, 2019).

Ikan patin (Pangasius sp.) adalah salah satu ikan asli perairan indonesia

yang telah berhasil didomestikasi. Ada banyak jenis ikan patin yang terdapat di

Indonesia, seperti Pangasius pangasius, Pangsius djambal, Pangasius humeralis,

Pangasius lithostoma, Pangasius nasutus, Pangasius polyuranodon, Pangasius

niewenhuisii, Pangasius sutchi dan Pangasius hypophtalamus.

Ikan patin tidak memiliki sisik, memiliki kepala yang relatif kecil dengan

mulut yang terletak di ujung kepala. Ikan patin memiliki bentuk tubuh yang

memanjang, warna tubuh putih sedikit perak dengan punggung berwarna kebiru-

biruan. Panjang tubuh ikan patin dapat mencapai 120 cm. Pada pembudidayaan
6

dalam umur 6 bulan ikan patin dapat mencapai ukuran 35-40 cm (Susanto dan

Amri, 2002).

Ikan patin memiliki dua pasang kumis pendek pada sudut mulutnya yang

berfungsi sebagai alat peraba. Ikan patin memiliki sirip ekor yang membentuk

seperti cagak dengan bentuk simetris. Sirip dubur pada ikan patin memliki 30-33

jari-jari lunak, sirip perut terdiri dari 6 jari-jari lunak. Sirip punggung memiliki

sebuah jari-jari keras yang dapat berubah menjadi patil yang besar dan bergerigi

dibelakangnya, sedangkan jari-jari lunak pada sirip punggungnya terdapat 6-7

buah (Kordi, 2005). Sedangkan sirip dada terdapat sebuah jari-jari keras yang

berubah menjadi senjata yang dikenal sebagai patil dan memiliki 12-13 jari-jari

lunak (Susanto dan Khairul, 2007).

Dalam menjalani hidupnya, ikan patin mengalami perkembangan atau fase

yang akan dijalani selama beberapa waktu sampai akhirnya dapat dikonsumsi

ataupun dijadikan induk untuk menghasilkan benih-benih yang berkualitas. Ikan

patin memiliki fase kehidupan yaitu telur, larva, benih dan dewasa (Lusac dan

Southgate, 2012).

Ikan patin memiliki habitat di tepi sungai-sungai besar, muara-muara

sungai serta danau. Dilihat dari bentuk mulut ikan patin yang letaknya sedikit

agak ke bawah, maka ikan patin termasuk ikan yang hidup di dasar perairan. Pada

habitat aslinya ikan patin hidup di sungai yang dalam, agak keruh dan dasar yang

berlumpur. Ikan patin bersifat nocturnal atau melakukan aktivitas di malam hari

sebagaimana umumnya ikan catfish lainnya (Susanto dan Amri, 2002).


7

2.2. Komposisi Kimia Ikan Patin

Komposisi kimia ikan bervariasi tergantung dari spesies, jenis kelamin,

umur, musim penangkapan, kondisi ikan dan habitat (Zaitsev et al., 1969).

Komposisi kimia ikan patin per 100 gram dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi kimia ikan patin per 100 gram


No Komposisi Kimia %bb
1 Air 74.4
2 Protein 17
3 Lemak 6.6
4 Abu 0.9
Sumber: Depkes RI (2001)
Berdasarkan Tabel 1. dapat dilihat bahwa kandungan protein ikan patin

sebesar 17% dan kandungan lemak 6.6%. Bila dilihat dari kandungan

komposisi protein dan lemaknya, ikan patin tergolong ikan berprotein tinggi

dan berlemak sedang.

2.3. Fishball

Fishball merupakan makanan populer di sebagian besar wilayah Asia.

Fishball merupakan makanan dengan kelembapan yang tergolong tinggi

(>80%) sehingga memiliki umur simpan yang singkat (Yu et al., 2004).

Menurut Chairita (2008) menyatakan bahwa daya simpan fishball dapat

diperpanjang dengan penyimanan pada suhu rendah (dingin/beku).

Bahan baku pembuatan fishball pada umumnya terdiri dari bahan baku

utama dan bahan baku tambahan. Bahan baku utama untuk pembuatan fishball

adalah daging ikan, sedangkan bahan baku tambahannya adalah bahan pengisi

yaitu tapung tapioka, garam, bumbu-bumbu, dan es (Wibowo, 2005).

Astuti et al., (2014) menyebutkan bahwa bahan pengisi yang

ditambahkan dalam pengolahan fishball seperti tepung tapioka belum cukup

meningkatkan kekuatan gel. Beberapa jenis bahan tambahan pangan dapat


8

dijadikan bahan pengikat yang bertujuan untuk meningkatkan daya ikat air

dan minyak, menstabilkan emulsi serta membantu mempertahankan struktur

pada produk olahan daging ikan. Selain itu fishball juga dapat didefinisikan

sebagai produk makanan berbentuk bulat yang diperoleh dari campuran

daging ikan dan pati dengan atau tanpa penambahan makanan yang diizinkan

(Badan Standar Nasional, 1995).

2.4. Tepung

Tepung merupakan bahan pengikat yang dapat digunakan pada pembuatan

suatu produk. Menurut Chandra (2010) menyatakan bahwasannya fungsi bahan

pengikat adalah untuk menurunkan penyusutan akibat pemasakan, memberi warna

yang terang, meningkatkan elastisitas produk, membentuk tekstur yang padat, dan

menarik air dari adonan. Tepung memiliki berbegai macam jenis dengan manfaat

yang berbeda-beda tergantung dari jenis produk apa yang dibuat serta bahan baku

yang digunakan pada pembuatan suatu produk tersebut.

Tepung merupakan bentuk alternatif produk setengah jadi yang

dianjurkan, karena dapat bertahan lama ketika disimpan, mudah dicampur dan

lebih cepat ketika dimasak. Tepung memiliki kadar air yang rendah sehingga

membuat tepung dapat bertahan dalam waktu yang lama. Tepung dibuat dengan

kadar air yang sangat rendah sekitar 2%-10%. Hal ini menunjukkan bahwa tepung

memiliki daya simpan yang lebih lama (Subagio, 2006).

Tepung termasuk hasil pengolahan bahan dengan cara pengilingan atau

penepungan. Tepung juga memiliki proses dan metode dalam pembuatan sebelum

akhirnya tepung dijadikan sebagai bahan baku untuk pembuatan produk olahan

baru. Selain itu tepung memiliki perbedaannya masing-masing tergantung dari


9

jenis bahan apa yang dijadikan sebagai bahan dasar tepung. Menurut Suryanti

(2011) menyatakan bahwasannya tahapan proses pengolahan tepung pada

umumnya terdiri dari pemilihan bahan, pembersihan, pengecilan ukuran,

pengeringan, penggilingan/penepungan, dan penyaringan.

2.4.1. Tepung Tapioka

Tapioka adalah tepung pati yang diekstrak dari umbi akar ketela atau

dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan singkong. Tapioka sendiri memiliki

nama lain seperti tepung aci atau yang paling dikenal dengan istilah tepung kanji.

Tepung tapioka merupakan salah satu bahan pengisi yang paling sering digunakan

pada pembuatan bakso. Menurut Lestari (2013) menyatakan bahwa produk yang

dibuat dengan tepung tapioka cenderung memiliki tekstur yang renyah, bersifat

larut dalam air biasanya digunakan sebagai bahan pengisi dan pengikat yang

menghasilkan tekstur yang plastis, dan kompak pada industri makanan seperti

pada pembuatan dodol.

Menurut Moorthy (2004), granula tepung tapioka menunjukkan variasi

yang besar yaitu sekitar 5-40 µm dengan bentuk bulat dan oval. Selain itu tapioka

memiliki sifat tekstur yang plastis, kompak, dapat meningkatkan emulsi, serta

dapat mengurangi kerapuhan. Tapioka memiliki banyak kelebihan yaitu banyak

digunakan sebagai bahan pengisi pada suatu makanan dan juga dapat memberikan

dekstrin dengan kelarutan yang baik serta memiliki harga yang relatif terjangkau.

Hal tersebut dikarenakan kadar amilopektin pada tapioka yang sangat tinggi.

Menurut Tjokroadikoesomo (1993) menyatakan bahwasannya tepung

tapioka mempunyai kandungan amilopektin yang tinggi sehingga mempunyai

sifat tidak mudah menggumpal, mempunyai daya lekat yang tinggi, tidak mudah
10

pecah atau rusak dan suhu gelatinisasinya relatif rendah antara 52-64ºC.

Komposisi kimia tepung tapioka per 100 gram dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi kimia tepung tapioka per 100 gram


No Komposisi Kimia Kadar
1 Energi 362 kkal
2 Protein 0,5 g
3 Lemak 0,3 g
4 Karbohidrat 86,9 g
5 Kalsium (Ca) 0 mg
6 Besi Fe 0 mg
7 Fosfor P 0 mg
8 Vitamin A 0 mg
9 Vitamin B1 0 mg
10 Vitamin C 0 mg
11 Air 12 g

Sumber: Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi DIY (2012)

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwasannya tepung tapioka

tergolong jenis tepung berkarbohidrat tinggi sehingga membuat tepung tapioka

sangat berperan penting, baik sebagai bahan pengisi pada makanan maupun

sebagai bahan baku dalam pembuatan suatu produk olahan baru.

2.4.2. Tepung Sagu (Metrroxylon sago rottb)

Tanaman sagu merupakan tanaman yang menyerupai tanaman kelapa yang

memiliki batang berwawrna cokelat dengan daun berwarna hijau tua. Pohon yang

sudah tua dan tumbuh dengan sempurna kulit luarnya mengeras dan membentuk
11

lapisan kayu disekeliling batangnya dengan ketebalan antara 2-4 cm (Ruddle et

al., 1978).

Batang dari tanaman sagu dapat menghasilkan pati dan digunakan

langsung sebagai bahan pangan. Tepung sagu memegang peranan penting dalam

industri pengolahan pangan secara luas seperti mie sagu, sagu mutiara dan lain-

lain (Koswara, 2009). Pati merupakan butiran granula yang berwarna putih

mengkilap, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa. Menurut Griffin (1997),

kisaran ukuran granula pati sagu adalah 5-80 µm dengan rata-rata sekitar 30 µm.

Pada umumnya 90% ukuran granula pati sagu sekitar 20-40 µm. Besarnya ukuran

granula pati sagu relatif mudah diendapkan (Purwani, dkk., 2006).

Sebagian besar pati sagu memiliki warna putih, namun ada juga yang

secara genetik berwarna kemerahan yang disebabkan oleh senyawa phenolik

(Purwani, dkk., 2006). Tepung sagu dapat dimanfaatkan sebagai diversifikasi

pangan sumber karbohidrat, secara nasional sagu paling rendah pemanfaatannya

dibandingkan komoditas pangan non beras lainnya seperti singkong, ubi jalar,

kentang dan jagung. Kadar karbohidrat sagu setara dengan karbohidrat yang

terdapat pada tepung beras, singkong dan kentang, bahkan dibandingkan dengan

tepung jagung dan terigu kandungan karbohidrat tepung sagu relatif lebih tinggi

(Fadila, 2011).

Selain berfungsi sebagai karbohidrat, Kemampuan mengikat tepung sagu

berasal dari kandungan pati yang tinggi, kandungan pati sagu mengandung

komponen bahan kering amilosa 27%, amilopektin 73%, protein 0,1%, lemak

0,1%, abu 0,2%, fosfor 0,02% (Swinkels 1985 dalam Singhal et al., 2008).
12

Kandungan gizi yang terdapat dalam 100 gram tepung sagu terdiri dari 355

kalori, protein 0,7 gram, lemak 0,2 gram, karbohidrat 84,7 gram, air 14 gram,

fosfor 13 mg, kalsium 11 mg, besi 1,5 gram (DKBM, 2005). Komposisi kimia pati

sagu dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi kimia tepung sagu per 100 gram


Komponen Jumlah (%)
Air (g) 14,0
Protein (g) 0,7
Karbohidrat (g) 84,7*
Abu (g) 0,1
Lemak (g) 3,0**
Fosfor (mg) 13.0*
Kalsium (mg) 11.0*
Besi (mg) 1.5*
Serat (g) 0,2
Amilosa 22,97**
Amilopektin 62,11**
Sumber: Laboratorium Kimia Pangan (2009)
*Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan (1979)
**Richana, dkk., (2000) dalam Anonim (2009b)

Amilosa mempunyai struktur lurus dengan ikatan (1–4) α – glukosa,

sedangkan amilopektin mempunyai ikatan (1–4) α – glukosa dengan cabang yang

ikatannya (1–6) α – glukosa. Jumlah unit glukosa yang berada dalam amilosa

berkisar antara 500 – 1.000 unit, sebanding dengan berat molekul antara 80.000

-240.000. Sedangkan glukosa yang terdapat dalam amilo pektin jumlahnya jauh

lebih besar, yaitu antara 5.000 – 40.000 unit, sebanding dengan berat molekul

800.000 sampai jutaan (Haryanto dan Pangloli, 1992).

2.5. Uji Organoleptik

Pengujian organoleptik merupakan pengujian yang dilakukan dengan

melakukan suatu uji guna mengukur serta mengamati warna, tekstur, aaroma dan

rasa pada suatu olahan produk dengan menggunakan alat indera pada manusia.
13

Pengujian organoleptik berperan penting dalam pengembangan produk

(Ayustaningwarno, 2014).

Penilaian oragnoleptik terdiri dari enam tahapan yaitu menerima produk,

mengenali produk, mengadakan klarifikasi sifat-sifat produk, mengingat kembali

produk yang telah diamati, dan menguraikan kembali sifat inderawi produk.

Dalam uji organoleptik harus dilakukan dengan cermat karena memiliki kelebihan

dan kelemahan. Uji organoleptik memiliki rrelevansi yang tinggi dengan mutu

produk karena berhubungan langsung dengan selera konsumen. Selain itu, metode

ini cukup mudah dan cepat untuk dilakukan hasil pengukuran dan pengamatan

cepat diperoleh. Kelemahan dan keterbatasan uji organoleptik diakibatkan

beberapa sifat inderawi yang tidak dapat dideskripsikan manusia yang dijadikan

panelis terkadang dapat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan mental sehinga panelis

menjadi jenuh dan kepekaan menurun (Ayustaningwarno, 2014).

Menurut Ayustaningwarno (2014), panelis merupakan instrumen atau alat

untuk menilai mutu dan analisa sifat-sifat sensorik suatu produk. Dalam

pengujian organoleptik dikenal beberapa macam panel. Pengunaan panel-panel

ini berbeda tergantung dari tujuan pengujian tersebut. Menurut Weaver dan

Daniel (2015), ada 3 tipe panel yang bisa digunakan dalam penilaian

organoleptik, yaitu panel terlatih (3-10 orang), semi-terlatih (8-25 orang) dan

tidak terlatih (>80 orang).

Menurut Weaver dan Daniel (2015), pengujian organoleptik memiliki

berbagai macam uji yaitu uji perbedaan (perbandingan berpasangan: perbedaan

sederhana dan perbedaan berarah), uji duo-trio, uji segitiga (triangle test), urutan

peringkat, perbedaan peringkat, analisis deskriptif (skala kategorik terstruktur dan


14

tidak terstruktur, skala rasio), ambang dan uji kesukaan (pilihan berpasangan,

peringkat, skala penilaian hedonik).

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat


15

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September 2021. Penelitian

ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan dan

Laboratorium Kimia Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Kelautan,

Universitas Riau, Pekanbaru, Riau, Indonesia.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan patin yang

sudah di fillet yang diambil dari Pasar Selasa, Kecamatan Tampan, Pekanbaru.

Selain itu bahan tambahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu tepung sagu,

garam, merica, bawang putih dan es batu.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pisau, timbangan

digital, talenan, mesin penggiling, wadah perendaman, piring, sendok, Kompor,

Panci, dan kompor.

3.3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen,

dengan melakukan percobaan yakni pembuatan fishball iakn patin menggunakan

tepung sagu (Metrroxylon sago rottb) dengan konsentrasi berbeda. Rancangan

percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial

dengan 3 taraf perlakuan yang diberikan yaitu: FP1: 15% tepung sagu, FP2: 30%

tepung sagu, FP3: 45% tepung sagu, persentase tepung sagu di hitung dari berat

daging ikan patin yang diperoleh. Perlakuan di ulang sebanyak 3 kali.

Parameter yang analisis adalah uji kesukaan dengan 80 orang panelis, dan

uji proksimat (kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, karbohidrat,
16

vitamin, kalsium). Adapun model matematis yang diajukan menurut (Tanjung,

2014), adalah: Yij = µ + ti + ε ij

Keterangan:

Yij = nilai pengamatan dari ulangan ke-i yang memperoleh perlakuan ke-j

µ = nilai tengah umum

t1 = pengaruh perlakuan ke-i

ε ij = pengaruh galat ke-i yang memperoleh perlakuan ke-j).

3.4. Prosedur Penelitian

Tahap pembuatan fishball ikan patin mengacu pada penelitian Zamili et

al., (2020) yang dimodifikasi terdiri dari 2 tahap yaitu: preparasi bahan dan

pembuatan fishball.

3.4.1. Preparasi Bahan

Langkah awal yang dilakukan pada penelitian ini ialah melakukan

pencucian terhadap ikan patin (Pangasius sp.) dengan menggunakan air bersih

yang mengalir agar dapat membersikan kotoran yang ada pada bagian permukaan

daging yang akan diolah menjadi fishball.

Setelah dicuci, dilakukan pemisahan daging dan tulangnya dengan cara

menyayat memanjang di sepanjang tulang belakang dimulai dari belakang kepala

hingga mendekati bagian ekor. Hal tersebut dilakukan agar bagian dari daging

ikan tidak ada yang tersisa.

3.4.2. Pembuatan Fishball


17

Bagian daging ikan yang telah diperoleh kemudian dihaluskan

menggunakan mesin penggiling. Daging yang telah lumat diberi garam

secukupnya sedikit demi sedikit setelah itu ditambahkan dengan bawang putih

yang telah diparut. Untuk menanbah cita rasa fishball, ditambahkan bahan

penyedap yaitu royco dan lada putih. Setelah itu adonan fishball ditambahkan

perlakuan tepung sagu dengan konsentrasi berbeda yakni FP1: 15% tepung sagu,

FP2: 30% tepung sagu, FP3: 45% tepung sagu.

Untuk meningkatkan elastisitas adonan fishball diberi tambahan 1 butir

telur untuk setiap 500 gram adonan. Adonan fishball kemudian diaduk hingga

homogen dan tidak lengket ditangan. Proses pembentukan fishball yaitu mencetak

bola-bola dengan cara adonan diletakan pada telapak tangan, dikepal-kepal

kemudian ditekan sehingga keluar bola-bola dari sela-sela ibu jari dan jari

telunjuk lalu diangkat dengan sendok.

Adonan yang telah berbentuk bola-bola kecil tersebut kemudian direbus

dalam air mendidih hingga mengapung sebagai tanda telah matang. Angkat dan

kemudian ditiriskan. Setelah itu, seluruh permukaan fishball kemudian diberi

penambahan tepung panir dan digoreng hingga berwarna golden brown.

Untuk lebih jelasnya, tahapan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
18

Tahap 1. Preparasi Bahan Baku

Ikan Patin

Pencucian

Pembersihan jeroan

Fillet

Penggilingan

Tahap 2. Pembuatan Fishball Ikan Patin (Pangasius sp.)


Pencampuran bahan

Penambahan Tepung Penambahan Tepung Penambahan Tepung


Sagu 15% Sagu 30% Sagu 45%

Pengadukan adonan

Pencetakan adonan

Perebusan dan penirisan adonan

Penambahan tepung panir

Penggorengan

Uji Organoleptik Uji Proksimat

Gambar 2. Diagram alir tahapan penelitian


19

3.5. Pengamatan
3.5.1. Uji Kesukaan

Untuk mengetahui hasil dari percobaan perlu dilaksanakan penilaian

kepada mahasiswa Teknologi Hasil Perikanan dengan uji daya terima (uji

organoleptik). Jenis uji daya terima yang digunakan adalah uji kesukaan atau

hedonik menyatakan suka atau tidak sukanya terhadap produk. Uji hedonik adalah

pengujian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat daya terima konsumen

dengan mempergunakan skala empat yaitu dengan skor yang paling rendah adalah

1 dan skor yang paling tinggi adalah 3.

3.5.2. Analisis Proksimat


3.5.2.1. Analisis Kadar Air (AOAC, 2005)

1. Cawan kosong yang bersih dikeringkan di dalam oven selama 1 jam,

kemudian cawan tersebut didinginkan menggunakan desikator selama

kurang lebih 15 menit. Cawan tersebut ditimbang beratnya (A gram).

2. Sampel ditimbang seberat 5 g dan dimasukkan ke dalam cawan (B gram).

Kemudian cawan dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 100oC-105oC

3. Didinginkan menggunakan desikator selama 30 menit dan ditimbang

beberapa kali hingga beratnya tetap (C gram).

Perhitungan kadar air dilakukan dengan rumus:


B-C
% Kadar Air = x 100%
B-A
Keterangan :

A = Berat cawan kosong (g)


B = Berat cawan yang diisi dengan sampel (g)
C = Berat cawan kosong dengan sampel yang sudah dikeringkan (g)
20

3.5.2.2. Analisis Kadar Abu (AOAC, 2005)

1. Cawan dibersihkan dan dikeringkan menggunakan oven selama ± 30

menit, kemudian cawan dimasukkan ke dalam desikator (30 menit) dan

ditimbang (A gram).

2. Sampel ditimbang seberat 5 g kemudian dimasukkan kedalam cawan (B

gram), kemudian cawan selanjutnya dibakar dalam tanur pengabuan

dengan suhu 550℃hingga mencapai pengabuan sempurna.

3. Cawan yang berisi sampel dimasukkan ke dalam desikator selama 30

menit dan suhu tanuh diturunkan sampai 200°C. Sampel dipanaskan

kembali ke dalam oven dengan suhu 105°C selama 1 jam. Dinginkan

sampel dan timbang beratnya sampai konstan (C gram).

Perhitungan kadar abu dilakukan dengan rumus:


C-A
% Kadar Abu = x 100%
B-A
Keterangan:

A = Berat cawan kososng (g)


B = Berat cawan dengan sampel (g)
C = Berat cawan dengan sampel yang sudah diabukan (g)

3.5.2.3. Analisis Kadar Lemak (AOAC, 2005)

1. Sampel ditimbang sebanyak 2 g (W1) dalam kertas saring dan

dimasukkan kedalam tabung soxhlet.

2. Labu lemak dikeringkan dalam oven selama 1 jam pada suhu 105°-110°C

dan ditimbang beratnya (W2) dan disambungkan dengan tabung soxhlet.

3. Tabung soxhlet dimasukkan ke dalam ruang ekstraktor tabung soxhlet

dan ditambah dengan 250 mL n-heksan, kemudian tabung dipasang pada

alat destilasi soxhlet lalu didestilasi selama 6 jam.


21

4. Labu lemak dikeringkan dalam oven dengan suhu 105°C, kemudian labu

didinginkan dalam desikator sampai beratnya konstan (W3)

Perhitungan kadar lemak dilakukan dengan rumus:


(W3 – W2)
% Kadar Lemak = x 100%
W1
Keterangan :

W1 = Berat sampel (g)


W2 = Berat labu lemak tanpa lemak (g)
W3 = Berat labu lemak dengan lemak (g)

3.5.2.4. Analisis Kadar Protein (AOAC, 2005)

1. Sampel ditimbang sebanyak 2 g dan dimasukkan ke dalam labu kjedahl.

Kemudian tambahkan 25 mL asam sulfat (H2SO4) dan 1 g katalis (Cu

kompleks).

2. Campuran di desktruksi dalam lemari asam sampai berwarna hijau atau

bening, kemudian dinginkan selama 30 menit. Pelarut kloroform dituang

sebanyak 1 mL ke dalam labu dengan ukuran soxhlet.

3. Larutan diencerkan dengan aquades 100 mL dalam labu ukur, kemudian

larutan tersebut diambil 25 mL dan dimasukkan ke dalam labu kjedahl.

Indikator pp ditambahkan sebanyak 5-7 tetes serta NaOH 50% sampai

alkalis sehingga terbentuk larutan yang berwarna merah muda.

4. Kemudian Erlenmeyer diisi dengan asam boraks (H2BO3) 2% sebanyak

25 mL dan menambahkan indikator campuran (metilen merah biru)

sehingga larutan berwarna biru ditampung dan diikat dengan boraks

(H2BO3) sampai terbentuk larutan hijau. Destilasi berlangsung lebih

kurang 15 menit.
22

5. Hasil destilasi dititrasi dengan larutan asam standar (HCl 0,1 N) yang

telah diketahui konsentrasinya hingga berwarna biru dengan cara yang

sama dilakukan untuk blangko tanpa sampel.

Perhitungan kadar protein dilakukan dengan rumus:


(V1 – V2) x N x 14 x fp x fk
% Kadar Protein = x 100%
W
Keterangan:

W = Bobot Sampel
V1 = Volume HCl 0,01 N yang dipergunakan penitaran blanko
V2 = Volume HCl 0,01 N yang dipergunakan penitaran sampel
N = Normalitas HCl
fp = Faktor pengenceran
fk = Faktor konversi untuk protein secara umum: 6,25

3.5.2.5. Analisis Kadar Karbohidrat (AOAC, 2005)

Kadar karbohidrat dilakukan secara by difference, yaitu hasil pengurangan

100% dengan kadar air, kadar abu, kadar lemak dan kadar protein sehingga kadar

karbohidrat tergantung pada faktor pengurangan. Hal ini dikarenakan karbohidrat

sangat berpengaruh kepada zat gizi lainnya. Kadar karbohidrat dapat dihitunng

dengan menggunakan rumus:

Karbohidrat = 100% - (%air + %abu + %lemak + %protein)

3.6. Analisis Data

Data yang diperoleh terlebih dahulu ditabulasikan ke dalam bentuk tabel

dan dianalisis secara stastistik dengan analisa variansi (anava). Berdasarkan

analisis variansi, jika F-Hitung < F-Tabel pada tingkat kepercayaan 95% maka

hipotesis diterima. Jika F-Hitung > F-Tabel pada tingkat kepercayaan 95% maka

hipotesis ditolak, kemudian dilakukan uji lanjut.


23

3.7. Asumsi

Dalam penelitian ini diajukan asumsi sebagai berikut:

1. Tingkat keterampilan peneliti selama penelitian dianggap sama.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi dianggap sama.


24

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Method of


Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Arlington:
The Association of Official Analytical Chemist, Inc.

Astuti, R. T., Y.S. Darmanto, dan I. Wijayanti. 2014. Pengaruh Penambahan


Isolat Protein Kedelai Terhadap Karakteristik Bakso dari Surimi Ikan
Swangi (Priacanthus tayenus). Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
Perikanan, 3(3): 47-54.
Ayustaningwarno, Fitriyono. 2014. Teknologi Pangan: Teori Praktis dan Aplikasi.
Graha Ilmu. Yogyakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 1995. SNI No : 01-3820-1995 : Sosis Daging.
Chairita. 2008. Karakteristik bakso ikan dari campuran surimi ikan layang
(Decapterus sp.) dan ikan kakap merah (Lutjanus sp.) pada
penyimpanan suhu dingin. Tesis. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
Chandra, F. 2010. Formulasi Snack Bar Tinggi Serat Berbasis Tepung Sorgum
(Sorghum bicolor L), Tepung Maizena, Dan Tepung Ampas Tahu.
Skripsi. Bogor. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas
Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.
DKBM. 2005. Daftar Komposisi Bahan Makan untuk Kalangan Sendiri. Program
Studi Gizi Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Surakarta
Fadila, I. 2011. Potensi Sagu dalam Upaya Diversifikasi Pangan. Universitas
Terbuka. Tanggerang Selatan.
Ghufran, M. dan Kordi. 2010. Panduan Lengkap Memelihara Ikan Air Tawar di
Kolam Terpal. Lily Publisher: Yogyakarta. Hal. 122-123.
Griffin, G.J.L.. 1997. Current Developments in Strach-Filled Plastics. Di dalam:
Tan, K. (Eds). Sago. Papers of The First International Sago Symposium.
University of Malaya Press: Kuala Lumpur.
Haryanto, B dan P. Pangloli. 1992. Potensi dan Pemanfaatan Sagu.
Kanisius.Yogyakarta.
Hernowo. 2001. Pembenihan Patin. Penebar Swadaya, Jakarta.
http://statistik.kkp.go.id/home.php?m=total&i=2#panel-footer diakses tanggal 21
Juni 2021 pukul 16.20 WIB.
25

Kordi, M. G. H. 2005. Budidaya Ikan Patin, Biologi, Pembenihan dan


Pembesaran. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.
Koswara S. 2009. Teknologi Modifikasi Pati. EbookPangan.com.
Lestari D. W. 2013. Pengaruh Subtitusi Tepung Tapioka Terhadap Tekstur Dan
Nilai Organoleptik Dodol Susu. Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas
Brawijaya, Malang.
Lucas, J. S. And Southgate, P. C. 2012. Aquaculture: Farming Aquatic Animals
and Plants, Second Edition. Blackwell Publishing Ltd. UK.
Moorthy, S. N. 2004. Tropical Source Of Strach. Florida: CRC Press.
Purwani, E.Y. dan N, Harimurti. 2006. Laporan Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Pengolahan Mi Sagu. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor.
Ruddle, K., Jhonson, D., Townsend, P. K. And Rees, J. D. 1978. Palm Sago A
Tropical Strach From Marginal Lands. The University Press of Hawai,
Honolulu.
Saanin H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Binacipta. Bandung.
Saparinto, C., Susiana, R. 2014. Panduan Lengkap Budidaya dan Sayuran dengan
Sistem Akuaponik. Lily Publisher. Yogyakarta. 114 hlm. Girard, J. P.
1992. Smoking, dalam Technology of Meat and Meat Products. Ellis
Horwood. New York. Pp. : 165-201.
Singhal, R. S., J. F. Kennedy., S. M. Gopalakrishnan., A. Kaczmareck., C. J.
Knill. P. F. Akmar. 2008. Industrial Production, Processing, and
Utilization of Sago Palm–Derived Products. Charbohydrate Polimers,
72:1-20.
Subagio, A. 2006. Ubi Kayu: Subtitusi Berbagai Tepung-Tepungan. Food
Review. Juli: 18-22.
Sudarwati. 2007. Pembuatan Bakso Daging Sapi Dengan Penambahan Kitosan.
Skripsi. Departemen Teknologi Pangan. Fakultas Pertanian. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Suryanti. 2011. Membuat Tepung Umbi dan Variasi Olahannya. Agro. Media
Pustaka. Jakarta.
Susanto, H dan Amri, K. 2002. Budidaya Ikan Patin. Penebar Swadaya. Jakarta.
Susanto, H., dan Khairul A. 2007. Budidaya Ikan Patin. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Tjokroadikusumo PS. 1993. HFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya. PT. Gramedia.
Jakarta. Nur Her R dan Windi A. 2010. Diversifikasi dan Karakterisasi
Citarasa Bakso Ikan Tenggiri (Scomberomus commerson) Dengan
26

Penambahan Asap Cair Tempurung Kelapa. Jurnal Teknologi Hasil


Pertanian.
Weaver, C. M dan Daniel J. R. 2015. Kimia Pangan Analisis Laboratorium.
Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.

Wibowo, Singgih. 2000. Pembuatan Bakso Ikan dan Bakso Daging. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Wibowo, S. 2005. Budi Daya Bawang Putih, Merah, Bombay. Jakarta: Penebar
Swadaya. hal: 17-23.
Yu, S. Y and C. C. Lee. 2004. Chilled Storage of Malaysian Fishball and
Hazards and CCP Analyses. University Pertanian Malaysia, 43400 UPM
Serdang. Malaysia.
Zaitsev et al., 1969. Fish Curing and Processing. MIR Publisher, Moscow.
Zamili S, Hulu M, Irmawati, Sihombing SF. 2020. Pembuatan Bakso Dari Daging
Ikan Tongkol (Euthynnus affinis). Journal of Chemistry, Education, and
Science. 4(1):14-18.
27

LAMPIRAN
Lampiran 1. Score Sheet Uji Hedonik

Nama Panelis : Tanggal :

Umur :

Jenis Kelamin :

1. Beri tanda garis centang (√) pada kolom yang telah disediakan pada masing-
masing kategori pengukuran sesuai penilaian Anda.
2. Silahkan minum/berkumur terlebih dahulu sebelum Anda menilai sampel
berikutnya.
3. Mohon tidak membandingkan antar sampel.
Kode Sampel
Parameter Penilaian Nilai
FP1 FP2 FP3
Sangat suka 5
Suka 4
Penampakan Agak suka 3
Tidak suka 2
Sangat tidak suka 1
Sangat suka 5
Suka 4
Aroma Agak suka 3
Tidak suka 2
Sangat tidak suka 1
Sangat suka 5
Suka 4
Rasa Agak suka 3
Tidak suka 2
Sangat tidak suka 1
Sangat suka 5
Suka 4
Warna Agak suka 3
Tidak suka 2
Sangat tidak suka 1
Sangat suka 5
Suka 4
Tekstur Agak suka 3
Tidak suka 2
Sangat tidak suka 1
29

Lmpiran 2. Jadwal Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September 2021. Adapun


jadwal penelitian ini sebagai berikut:

Bulan

Kegiatan Mei Juni Juli Agustus September Oktober

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Usulan Judul

Persiapan
Proposal

Seminar
Proposal

Penelitian

Penyusunan
laporan

Seminar Hasil

Ujian Sarjana

Lampiran 3. Outline Sementara


30

SAMPUL DEPAN

SAMPUL DALAM

LEMBAR PENGESAHAN

RINGKASAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan dan Manfaat
1.4. Hipotesis

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Deskripsi Ikan Patin (Pangasius sp.)


2.2. Komposisi Kimia Ikan Patin (Pangasius sp.)
2.3. Fishball
2.4. Tepung
2.4.1. Tepung Tapioka
2.4.2. Tepung Sagu (Metrroxylon sago rottb)
2.5. Uji Organoleptik

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat


3.2. Alat dan Bahan
3.3. Metode Penelitian
3.4. Prosedur Penelitian
3.4.1. Preparasi Bahan
3.4.2. Pembuatan Fishball
3.5. Pengamatan
3.5.1. Uji Kesukaan
31

3.5.2. Analisis Proksimat


3.5.2.1. Analisis Kadar Air
3.5.2.2. Analisis Kadar Abu
3.5.2.3. Analisis Kadar Lemak
3.5.2.4. Analisis Kadar Protein
3.5.2.5. Analisis Kadar Karbohidrat
3.6. Analisis Data
3.7. Asumsi

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 4. Biodata Pribadi dan Dosen Pembimbing


32

1. PENELITI UTAMA

Nama : Yoga Rakasiwi Pratama

NIM : 1704111302

Jurusan : Teknologi Hasil Perikanan

Fakultas Perikanan dan Kelautan

Universitas Riau

Alamat : Jalan Swakarya, Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan


Tampan, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau

2. DOSEN PEMBIMBING I

Nama : Prof. Dr. Ir. Dewita Buchari, MS

NIP : 19570522 198603 2 001

Jabatan : Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan

Alamat : Fakultas Perikanan dan Kelautan

3. DOSEN PEMBIMBING II

Nama : Dr. Ir. Suparmi, M. Si

NIP : 19580810 198803 2 001

Jabatan : Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau

Alamat : Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau


33

Lampiran 5. Anggaran Biaya

Rincian anggaran biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

I. Persiapan
1.1. Pengetikan proposal Rp. 150.000,-
1.2. Perbanyak Proposal Rp. 150.000,-
1.3. Seminar Proposal Rp. 80.000,-
Rp. 380.000,-

II. Pelaksanaan
2.1. Peminjaman Alat Penelitian Rp. 1.500.000,-
2.2. Bahan Penelitian Rp. 500.000,-
2.3. Dokumentasi Rp. 200.000,-
Rp. 2.200.000,-

III. Dan Lain-lain Rp. 200.000,-

Total Rp. 2.780.000-

Terbilang : “Dua Juta Tujuh Ratus Delapan Puluh Ribu Rupiah”

Anda mungkin juga menyukai