Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TENTANG PRINSIP DASAR BIO KIMIA DALAM KEPERAWATAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan +


Profesi Ners Jurusan Keperawatan

Disusun Oleh :

Jordan Richard Runtu Mangare 711430122066


Efraim Angel Tampi 711430122064
Shannon Priscilla Watuseke 711430122005
Luciana Maria Koroh 711430122015
Angel Gracia Ohy 711430122022
Maranethe Chelsea Ngato 711430122070
Omega Angela Gracia Koraag 711430122047

Dosen Pengajar :

MAYKEL ALFIAN KILING, Ns, M.Kep

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO


PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN + PROFESI NERS
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang telah
ditentukan.

Besar harapan kami agar makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
mahasiswa dan juga pembaca lain pada umumnya, sebagai salah satu sumber
informasi dan materi pembelajaran tentang prinsip dasar biokimia dalam
keperawatan yang berada di lingkungan Poltekkes Kemenkes Manado.

Dalam hal ini kami sebagai penyusun menyadari bahwa masih banyak
kendala dan tantangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu kami
sebagai penyusun meminta maaf jika masih banyak keterbatasan dan kesalahan
dalam makalah ini, untuk itu kami dengan senang hati menerima segala saran dan
masukan untuk meningkatkan kualitas makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………..


DAFTAR ISI ……………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………............................................
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………….........................................
1.3 Tujuan……………………………………………………….............................................….

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Enzim dan coenzim.....................................................................................
2.2 Oksidasi biologi………………………………………………......................................….
2.3 Metabolisme ; karbohidrat, lemak, protein………………............………...........
2.4 Pengaturan hormonal dalam metabolisme.......……............…………………….
2.5 Pengaturan Suhu……………………………………………........................……............

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan…………………………………………………….............................…............
3.2 Saran...........................................................................................................

DAFTAR PUSAKA ................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Biokimia ialah ilmu yang menghubungkan, bahkan menjadi perekat antara
disiplin ilmu hayati dan kimia yang memanfaatkan hukum aturan fisika dan kimia
untuk menjelaskan proses kehidupan. Biokimia menyelidiki proses kehidupan
yang dimulai asal sel, karena sel adalah satuan terkecil dari kehidupan. Sel
menjadi satuan terkecil kehidupan mempunyai struktur dan organisasi yang unik.
Keunikan sel itulah yang akan dijelaskan oleh biokimia berdasarkan kaidah-
kaidah biologi serta kimia. Secara simultan,
Biokimia menelaah aspek hayati dan kimiawi senyawa-senyawa penyusun sel.

1.2 Rumusan masalah


Biokimia yang berlangsung pada sel. Hal ini sangat menunjang
perkembangan biokimia, baik pemahaman atas struktur senyawa-senyawa
biokimia, juga identifikasi reaksi metabolisme pada sel. Meskipun demikian
masih banyak proses kimia kehidupan yang belum bisa dijelaskan.
Perkembangan biokimia juga tidak terlepas asal
perkembangan yang terjadi pada bidang pengetahuan genetika.
Gagasan tentang adanya gen, yakni unit pembawa sifat-
sifat yang diturunkan oleh individu, muncul berasal Gregor
Mendel di pertengahan Abad XIX dan lalu menjelang Abad XX diketahui bahwa
gen tadi
ada pada kromosom. namun sampai pertengahan Abad XX, belum ada
seorangpun yang dapat mengisolasi gen dan mengetahui struktur
kimianya. sudah diketahui bahwa kromosom itu terdiri dari protein serta asam
nukleat. Struktur kimia berasal protein dan
asam nukleat belum diketahui meskipun di tahun 1869 asam
nukleat sudah diisolasi Friedrich Miescher. pada awal Abad XX
kebanyakan pakar biokimia beropini bahwa hanya
protein dengan struktrur yang kompleks yang membawa gosip genetika,
sedangkan asam nukleat dicermati menjadi senyawa yang sederhana dalam sel.

1.3 Tujuan

Tujuan menyelidiki biokimia secara umum yaitu mendiskripsikan struktur,


organisasi serta fungsi zat hayati di taraf molekul yang terkait dengan bagaimana
suatu organisme membentuk struktur “supramolekul” yang dimulai dari taraf sel,
jaringan, organ, serta sistem organ. Selain itu, biokimia juga membahas
bagaimana mekanisme reaksi-reaksi kimia pada pada sel berlangsung dan reaksi-
reaksi kimia apa saja yang berkaitan menggunakan proses reproduksi,
pertumbuhan dan kematian suatu sel atau organisme, dan bagaimana organisme
menyimpan serta menyalurkan informasi genetik dengan sangat sempurna serta
seksama, proses metabolism sel, termasuk reaksi-reaksi yg menggunakan enzim,
yaitu biokatalis yang meningkatkan kecepatan berlangsungnya reaksi biokimia
tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Enzim dan co-enzim

Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai biokatalisator, senyawa yang


meningkatkan kecepatan reaksi kimia. Enzim merupakan biokatalisator organik
yang dihasilkan organisme hidup di dalam protoplasma, yang terdiri atas protein
atau suatu senyawa yang berikatan dengan protein. Suatu enzim bekerja secara
khas terhadap suatu substrat tertentu dan inilah yang menjadi cirri khas enzim147.
Enzim disintesis dalam bentuk calon enzim yang tidak aktif, kemudian diaktifkan
dalam lingkungan pada kondisi yang tepat. Misalnya, tripsinogen yang disintesis
dalam pankreas, diaktifkan dengan memecah salah satu peptidanya untuk
membentuk enzim tripsin yang aktif. Bentuk enzim yang tidak aktif ini disebut
zimogen. Enzim merupakan katalisator pada semua reaksi yang terjadi di dalam
sel.

Sifat enzim sebagai katalis, yaitu :


a. Enzim hanya mengubah kecepatan reaksi. Artinya enzim tidak
b. Efektif, kecepatan reaksi lebih tinggi dengan faktor 106-1012 kali.
c. Tepat, kerja enzim memiliki kapasitas pengaturan yang baik.
d. Spesifik, substrat dan produk yang sihasilkan spesifik dan tanpa terjadinya
reaksi maupun produk samping. Enzim bekerja secara spesifik Artinya enzim
hanya mempengaruhi substrat tertentu saja.
e. Enzim merupakan protein. Oleh karena itu, enzim memiliki sifat seperti protein.
Antara lain bekerja pada suhu optimum, umumnya pada suhu kamar. Enzim akan
kehilangan aktivitasnya karena pH yang terlalu asam atau basa kuat, dan pelarut
organik. Selain itu, panas yang terlalu tinggi akan membuat enzim terdenaturasi
sehingga tidak dapat berfungsi sebagai mana mestinya.
f. Enzim diperlukan dalam jumlah sedikit. Sesuai dengan fungsinya sebagai
katalisator, enzim diperlukan dalam jumlah yang sedikit.
g. Enzim bekerja secara bolak-balik. Reaksi-reaksi yang dikendalikan enzim dapat
berbalik, artinya enzim tidak menentukan arah reaksi tetapi hanya mempercepat
laju reaksi sehingga tercapai keseimbangan. Enzim dapat menguraikan suatu
senyawa menjadi senyawa-senyawa lain. Atau sebaliknya, menyusun senyawa-
senyawa menjadi senyawa tertentu.

Koenzim merupakan sebuah ko-faktor, yaitu sebuah molekul organik kecil


yang sebenarnya adalah bagian dari enzim itu sendiri yang tahan dalam keadaan
panas, mengandung fosfat dan juga ribose, dapat larut dalam air serta dapat
menyatu dengan apoenzim untuk membentuk holoenzim.

Fungsi utama dari koenzim adalah sebagai pengangkut sementara dari produk
setengah reaksi. Yang mana koenzim-koenzim tersebut biasanya akan ikut serta
dalam terjadinya interaksi antara substrat dengan enzim yang mana dilakukan
dengan cara menerima ataupun melepaskan gugus kimia tertentu.

Suatu koenzim akan selalu memperoleh bentuk aslinya kembali walaupun selama
reaksi sudah mengalami perubahan. Dalam hal ini seperti vitamin B yang
memiliki fungsi penting yang berperan sebagai koenzim yang penting untuk
membantu pembentukan lemak, protein, serta karbohidrat.
Dalam membantu proses meningkatkan berbagai reaksi metabolisme,
koenzim ini adalah salah satu dari beberapa senyawa organik yang dapat
menyebar bebas karena fungsinya sebagai kofaktor. Selain itu koenzim juga
berperan dalam katalisis enzim stoikiometri. Untuk mengembalikan dalam
bentuk asal, bisa jadi memerlukan reaksi katalisis lain selama modifikasi
berlangsung.

Dalam hal ini contohnya adalah nikotinamida adenin dinukleotida  atau NAD
yang dapat menerima hidrogen serta memberikannya dalam bentuk reaksi lain
dan juga ATP. Sebagian besar dari vitamin B adalah koenzim yang memiliki

fungsi penting untuk memberikan fasilitas transfer atom.

2.2 Oksidasi biologi

Oksidasi adalah pengeluaran elektron dan reduksi adalah pemerolehan


elektron.Dengan demikian oksidasi akan selalu disertai reduksi akseptor elektron.

1. Oksidase
Enzim oksidase mengkatalisis pengeluaran hidrogen dari substrat dengan
menggunakan oksigen sebagai akseptor hidrogen. Enzim-enzim tersebut
membentuk air atau hidrogen peroksida. Contoh peran enzim tersebut
dilukiskan pada Gambar 3.4
Gambar 3.4 Oksidasi metabolit yang dikatalisis oleh enzim oksidase

Termasuk sebagai oksidase antara lain sitokrom oksidase, oksidase asam L-


amino, xantin oksidase, glukosa oksidase.

2. Dehidrogenase
Dehidrogenase tidak dapat menggunakan oksigen sebagai akseptor hidrogen.
Enzim-enzim ini memiliki 2 fungsi utama yaitu:
Pertama, berperan dalam pemindahan hidrogen dari substrat yang satu ke
substrat yang lain dalam reaksi reduksi-oksidasi berpasangan.
Kedua, sebagai komponen dalam rantai respirasi pengangkutan elektron dari
substrat ke oksigen.

Gambar 3.5 Oksidasi suatu metabolit yang dikatalisis oleh enzim-enzim


dehidrogenase

Contoh dari enzim dehidrogenase adalah suksinat dehidrogenase, asil-KoA


dehidrogenase, gliserol-3-fosfat dehidrogenase, semua sitokrom kecuali
sitokrom oksidase.

3. Hidroperoksidase
Enzim hidroperoksidase menggunakan hidrogen peroksida atau peroksida
organik sebagai substrat. Ada 2 tipe enzim yang masuk ke dalam kategori ini
yaitu peroksidase dan katalase. Enzim hidroperoksidase melindungi tubuh
terhadap senyawa-senyawa peroksida yang berbahaya. Penumpukan peroksida
menghasilkan radikal bebas yang dapat merusak membran sel dan
menimbulkan kanker serta aterosklerosis.

4. Oksigenase
Oksigenase mengkatalisis pemindahan langsung dan inkorporasi oksigen ke
dalam molekul substrat. Enzim ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu
monooksigenase dan dioksigenase.

2.3 Metabolisme ; karbohidrat, lemak, protein

Metabolisme adalah suatu proses komplek perubahan makanan menjadi


energi dan panas melalui proses fisika dan kimia, berupa proses pembentukan
dan penguraian zat didalam tubuh organisme untuk kelangsungan hidupnya.
Metabolisme merupakan rangkaian reaksi kimia yang diawali oleh substrat
awal dan diakhiri dengan produk akhir, yang terjadi dalam sel. reaksi tersebut
meliputi reaksi penyusunan energi (anabolisme) dan reaksi penggunaan energi
(katabolisme). Dalam reaksi biokimia terjadi perubahan energi dari satu
bentuk ke bentuk yang lain, misalnya energi kimia dalam bentuk senyawa
Adenosin Trifosfat (ATP) diubah menjadi energi gerak untuk melakukan suatu
aktivitas seperti bekerja, berlari, jalan, dan lain-lain (Kistinnah, 2009).

Secara umum definisi karbohidrat adalah senyawa organik yang


mengandung atom Karbon, Hidrogen dan Oksigen, dan pada umumnya unsur
Hidrogen clan oksigen dalam komposisi menghasilkan H2O. Di dalam tubuh
karbohidrat dapat dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian dari
gliserol lemak. Akan tetapi sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan
makanan yang dikonsumsi sehari-hari, terutama sumber bahan makan yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan (Hutahalung, 2004).
Sumber karbohidrat nabati dalam glikogen bentuk glikogen, hanya
dijumpai pada otot dan hati dan karbohidrat dalam bentuk laktosa hanya
dijumpai di dalam susu. Pada tumbuh-tumbuhan, karbohidrat di bentuk dari
basil reaksi CO2 dan H2O melalui proses foto sintese di dalam sel-sel
tumbuh-tumbuhan yang mengandung hijau daun (klorofil). Matahari
merupakan sumber dari seluruh kehidupan, tanpa matahari tanda-tanda dari
kehidupan tidak akan dijumpai (Hutagalung, 2004).
Karbohidrat atau Hidrat Arang adalah suatu zat gizi yang fungsi utamanya
sebagai penghasil enersi, dimana setiap gramnya menghasilkan 4 kalori.
Walaupun lemak menghasilkan enersi lebih besar, namun karbohidrat lebih
banyak di konsumsi sehari-hari sebagai bahan makanan pokok, terutama pada
negara sedang berkembang. Di negara sedang berkembang karbohidrat
dikonsumsi sekitar 70-80% dari total kalori, bahkan pada daerah-daerah
miskin bisa mencapai 90%. Sedangkan pada negara maju karbohidrat
dikonsumsi hanya sekitar 40-60%. Hal ini disebabkan sumber bahan makanan
yang mengandung karbohidrat lebih murah harganya dibandingkan sumber
bahan makanan kaya lemak maupun protein. Karbohidrat banyak ditemukan
pada serealia (beras, gandum, jagung, kentang dan sebagainya), serta pada
biji-bijian yang tersebar luas di alam (Hutagalung, 2004).

Lemak merupakan sumber nutrisi yang disimpan dari tubuh dan


berasal dari makanan yang dikonsumsi. Zat gizi ini menyumbangkan 60 %
dari total energi yang dibutuhkan pada saat beristirahat dan juga
dibutuhkan dalam jumlah lebih besar saatz berolahraga. Ketika
mengonsumsi makanan yang mengandung lemak, maka akan terjadi
penyimpanan dalam tubuh. Selain itu jika terdapat kelebihan konsumsi
protein dan karbohidrat, maka kedua zat ini akan dikonversi menjadi
lemak. Namun, reaksi ini tidak terjadi sebaliknya, lemak tidak dapat
diubah kembali menjadi protein dan karbohidrat. Lemak, disebut juga
lipid, adalah suatu zat yang kaya akan energi, berfungsi sebagai sumber
energi yang utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak yang beredar
di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari makanan dan hasil
produksi organ hati, yang bisa disimpan di dalam sel-sel lemak sebagai
cadangan energy (Tika, 2011).
Protein bersama karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi bagi
tubuh. Protein tersusun dari molekul-molekul yang disebut asam amino.
Di dalam tubuh mamalia asam amino terbagi menjadi dua bagian yaitu
asam amino esensial dan non esensial. Asam amino esensial ialah asam
amino yang tidak dapat disintesis oleh tubuh. Asam amino esensial dapat
disintesis oleh tubuh namun tetap diperlukan asupan dari makanan untuk
menjaga keseimbangan asam amino tersebut di dalam tubuh (Burnama,
2011).

2.4 Pengaturan hormonal dalam metabolisme

Metabolisme memungkinkan tubuh menggunakan energi dari makanan


dan minuman yang Anda konsumsi. Seperti kebanyakan proses lainnya
yang berlangsung di dalam tubuh, metabolisme juga melibatkan banyak
faktor, seperti pengaruh hormon
Hampir keseluruhan proses metabolisme manusia dipengaruhi oleh
hormon. Di antara beragam hormon yang bekerja dalam tubuh Anda,
berikut beberapa yang paling berperan dalam metabolisme.

1. Insulin
Insulin merupakan hormon dari sel beta pankreas yang mengatur kadar
gula darah (glukosa). Saat Anda makan, organ pankreas melepaskan
insulin untuk membantu mengubah glukosa menjadi energi dan
menyimpan cadangannya dalam bentuk glikogen.
Insulin berperan penting dalam metabolisme glukosa dan lemak. Cara
kerja utamanya ialah merangsang pengambilan glukosa (cadangan energi)
dari lemak, otot, dan hati (liver). Tujuannya agar tubuh memiliki energi
dan kadar gula darah tetap terkontrol.
Namun, fungsi insulin dapat menurun pada orang dengan obesitas. Begitu
sel tubuh tidak lagi merespons insulin dengan baik, inilah yang disebut
sebagai resistensi insulin. Lama-kelamaan, resistensi insulin bisa berujung
menjadi diabetes tipe 2.

2. Glukagon
Seperti halnya insulin, glukagon merupakan hormon yang berperan dalam
metabolisme dan pengaturan gula darah. Bedanya, glukagon dihasilkan
oleh sel alfa pankreas dan fungsinya menjaga agar gula darah tidak
menurun terlalu rendah.
Jika Anda tidak makan dalam waktu lama, tubuh akan kehabisan glukosa
yang menjadi sumber energi utama. Hormon glukagon merespons ini
dengan mengubah glikogen kembali menjadi glukosa. Dengan begitu,
tubuh akan kembali memiliki energi.
Apabila glikogen mulai habis, hormon glukagon akan membantu tubuh
mengubah asam amino menjadi glukosa melalui proses glukoneogenesis.
Selain membentuk glukosa, hormon ini membantu pemecahan jaringan
lemak untuk menjadikannya energi.

3. Hormon tiroid
Hormon tiroid merupakan salah satu hormon terpenting dalam
metabolisme. Ini karena hormon tiroid merangsang pembentukan energi
hingga skala yang paling kecil, yakni di dalam jaringan tubuh Anda.
Saat jumlah hormon tiroid meningkat, akan ada lebih banyak lemak yang
berpindah ke plasma darah. Selain itu, hormon tiroid juga membantu
mengubah asam lemak menjadi energi. Hal ini dapat menurunkan
kolesterol dan trigliserida sehingga baik bagi jantung.
Pada saat yang sama, hormon tiroid juga merangsang semua aktivitas yang
berkaitan dengan metabolisme glukosa. Misalnya, hormon ini merangsang
pembentukan glukosa dari berbagai sumber serta membantu sel tubuh
menggunakan glukosa dengan efektif.
4. Epinefrin
Epinefrin merupakan hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal
bagian tengah dan sel saraf tertentu. Hormon yang lebih dikenal sebagai
adrenalin ini memiliki beberapa fungsi, tapi yang utama yakni
mempersiapkan tubuh untuk merespons stres.
Tubuh memerlukan lebih banyak energi saat mengalami stres dan
menghadapi bahaya. Guna menyediakan energi tersebut, hormon epinefrin
akan membantu tubuh mengubah glikogen menjadi glukosa atau mencari
energi dari sumber lain (glukoneogenesis).
Seluruh proses ini berlangsung dengan cepat, yakni sekitar 2 – 3 menit
setelah Anda menghadapi stres. Begitu situasi penyebab stres berakhir,
sinyal saraf menuju kelenjar adrenal akan berkurang sehingga produksi
epinefrin pun menurun.
5. Glukokortikoid
Glukokortikoid yaitu hormon dari kelenjar adrenal yang memiliki sifat
antiradang dan mampu menekan kerja sistem imun. Selain fungsi tersebut,
glukokortikoid juga berperan dalam metabolisme, sistem kardiovaskular,
dan pembentukan perilaku.
Saat tubuh berada dalam kondisi puasa, hormon ini akan merangsang
beberapa proses untuk menjaga kadar glukosa darah tetap normal. Cara
kerja utamanya ialah dengan merangsang pembentukan glukosa dari asam
amino atau lemak.
Hormon glukokortikoid juga menghambat penggunaan glukosa oleh
jaringan lemak dan otot sehingga tubuh dapat menghemat glukosa. Untuk
menjaga ketersediaan energi, hormon ini juga membantu memecah
jaringan lemak menjadi asam lemak.
6. Estrogen
Estrogen mempunyai peran penting dalam berbagai sistem tubuh. Pada
metabolisme, hormon ini setidaknya berpengaruh terhadap asupan
makanan, sensitivitas insulin, berat badan, komposisi tubuh, peradangan,
dan pemecahan lemak.
Wanita menopause tidak lagi memproduksi banyak estrogen dari
ovariumnya. Sebagai gantinya, mereka menghasilkan estrogen dari
jaringan lemak. Kondisi ini pada akhirnya dapat menambah jumlah lemak
tubuh dan menyebabkan kenaikan berat badan.
Saat level estrogen rendah, tubuh juga tidak mampu memanfaatkan
glukosa dan pati (serat) dengan baik. Lagi-lagi, dampaknya yaitu jaringan
lemak yang bertambah dan berat badan yang sulit turun.
7. Hormon lainnya
Selain berbagai hormon yang telah disebutkan, ada hormon-hormon lain
yang turut memiliki peran penting dalam metabolisme. Contohnya hormon
leptin serta hormon pertumbuhan yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari di
otak.
Hormon leptin diproduksi oleh sel-sel lemak dan dilepaskan ke aliran
darah. Hormon ini dapat memengaruhi bagian tertentu pada otak yang
mengatur nafsu makan. Para ahli juga menemukan bahwa leptin
membantu mengatur penyimpanan lemak tubuh.
Sementara itu, hormon pertumbuhan dari kelenjar pituitari turut
menentukan seberapa cepat tubuh Anda membakar kalori. Pada beberapa
penelitian, diketahui bahwa jumlah hormon ini lebih rendah pada orang-
orang yang mengalami obesitas.

2.5 Pengaturan Suhu

Suhu tubuh adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu


zat. Dapat pula dikatakan sebagai ukuran panas/dinginnya suatu benda.
Sedangkan dalam bidang thermodinamika suhu adalah suatu ukuran
kecenderungan bentuk atau sistem untuk melepaskan tenaga secara
spontan (Arif, 2009). Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap
saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk
mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan
regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan
balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di
hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu
tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik.
Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati
batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap
(set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan
pada 37°C (Harold, 2005). Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik
tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian
mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan
produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu
kembali pada titik tetap. Upaya-upaya yang kita dilakukan 6 untuk
menurunkan suhu tubuh yaitu mengenakan pakaian yang tipis, banyak
minum, banyak istirahat, beri kompres, beri obat penurun panas (Harold,
2005). 2.1.2 Fisiologi pengaturan suhu tubuh Hipotalamus yang terletak
antara hemisfer serebral, mengontrol suhu tubuh. Suhu yang nyaman
adalah pada saat sistim panas beroperasi. Hipotalamus merasakan
perubahan ringan pada suhu tubuh, hipotalamus anterior mengontrol
pengeluaran panas, dan hipotalamus posterior mengontrol produksi panas.
Bila sel saraf di hipotalamus anterior menjadi panas melebihi set point
maka inpuls akan dikirim untuk menurunkan suhu tubuh Mekanisme
pengeluaran panas termasuk berkeringat, vasodilatasi atau pelebaran
pembuluh darah dan hambatan produksi panas. Darah didistribusi kembali
ke pembuluh darah permukaan untuk meningkatkan pengeluaran panas.
Jika hipotalamus posterior merasakan suhu tubuh lebih rendah dari set
point maka mekanisme konservasi panas bekerja. Vasokonstriksi
(penyempitan) pembuluh darah mengurangi aliran darah kekulit dan
extremitas. Kompensasi produksi panas distimulasi melalui kontraksi otot
volunter dan getaran atau menggigil pada otot. Bila vasokonstriksi tidak
efektif dalam pencegahan tambahan pengeluaran panas, tubuh mulai
menggigil. Lesi atau trauma pada hipotalamus atau korda spinalis yang
membawa pesan hipotalamus dapat menyebabkan perubahan yang serius
pada kontrol suhu (Potter,2005). Seperti banyak fungsi biologis lainnya,
suhu tubuh manusia memperlihatkan irama sirkadian. Mengenai batasan
“normal”, terdapat beberapa pendapat. Umumnya berkisar antara 36,1°C
atau lebih rendah pada dini hari sampai 37,4°C pada sore hari. Atau
36,5+0,7°C (Harold, 2005). Lebih lanjut 7 dijelaskan, suhu tubuh rata-rata
orang sehat 36,8+0,4°C, dengan titik terendah pada jam 06.00 pagi dan
tertinggi pada jam 16.00. Suhu normal maksimum (oral) pada jam 06.00
adalah 37,2°C dan suhu normal maksimum pada jam 16.00 adalah 37,7°C.
Dengan demikian, suhu tubuh >37,2°C pada pagi hari dan >37,7°C pada
sore hari disebut demam. Walaupun tidak ada batasan yang tegas, namun
dikatakan bahwa apabila terdapat variasi suhu tubuh harian yang lebih 1-
1,5°C adalah abnormal. Suhu tubuh dapat diukur melalui rektal, oral atau
aksila, dengan perbedaan kurang lebih 0,5- 0,6°C, serta suhu rektal
biasanya lebih tinggi (Harold, 2005). Nukleus pre-optik pada hipotalamus
anterior berfungsi sebagai pusat pengatur suhu dan bekerja
mempertahankan suhu tubuh pada suatu nilai yang sudah ditentukan, yang
disebut hypothalamus thermal set point (Harold, 2005). Peningkatan suhu
tubuh secara abnormal dapat terjadi dalam bentuk pireksia dan demam.
Pada pireksia, mekanisme pengaturan suhu gagal, sehingga produksi panas
melebihi pengeluaran panas. Sebaliknya, pada demam hypothalamic
thermal set point meningkat dan mekanisme pengaturan suhu yang utuh
bekerja meningkatkan suhu tubuh ke suhu tertentu yang baru. Tingginya
peningkatan suhu tubuh tidak dapat dipakai untuk membedakan pireksia
dengan demam. Perbedaan antara demam dan pireksia lebih dari
perbedaan teoritis belaka (Harold, 2005). 2.1.3 Faktor yang mempengaruhi
suhu tubuh 1. Kecepatan metabolisme basal Kecepatan metabolisme basal
tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang
diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. 8 Sebagaimana disebutkan pada
uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolism (Arif, 2009).
Peningkatan pengeluaran hormon katabolik (stress hormon) yang
dimaksud adalah katekolamin, glukagon dan kortisol.Ketiga hormone ini
bekerja secara sinergistik dalam proses glukoneogenesis dalam hati
terutama berasal dari asam amino yang pada akhirnya menaikkan kadar
glukosa darah (hiperglikemia). Faktor lain yang menambah pengeluaran
hormon katabolik utamanya katekolamin ialah dilepaskannya pirogen
dapat merubah respon hiperkatabolisme dan juga merangsang timbulnya
panas (Arif, 2009). 2. Sirkulasi cerebral Pengaruh pireksia terhadap sawar
darah otak/ BBB adalah meningkatkan permeabilitas BBB yang berakibat
langsung baik secara partial maupun komplit dalam terjadinya edema
serebral. Selain itu pireksia meningkatkan metabolisme sehingga terjadi
lactic acidosis yang mempercepat kematian neuron (neuronal injury) dan
menambah adanya edema serebral (Arif, 2009). Edema serebral (ADO
Regional kurang dari 20 ml/ 100 gram/ menit) ini mempengaruhi tekanan
perfusi otak dan menghambat reperfusi adekuat dari otak, dimana kita
ketahui edema serebral memperbesar volume otak dan meningkatkan
resistensi serebral. Jika tekanan perfusi tidak cukup tinggi, aliran darah
otak akan menurun karena resistensi serebral meninggi (Arif, 2009).
Apabila edema serebral dapat diberantas dan tekanan perfusi bisa
terpelihara pada tingkat yang cukup tinggi, maka aliran darah otak dapat
bertambah. 9 Dengan demikian daerah perbatasan lesi vaskuler itu bisa
mendapat sirkulasi kolateral yang cukup aktif, kemudian darah akan
mengalir secara pasif ke tempat iskemik oleh karena terdapatnya
pembuluh darah yang berada dalam keadaan vasoparalisis. Melalui
mekanisme ini daerah iskemik sekeliling pusat yang mungkin nekrotik
(daerah penumbra) masih dapat diselamatkan, sehingga lesi vaskuler dapat
diperkecil sampai daerah pusat yang kecil saja yang tidak dapat
diselamatkan lagi/nekrotik (Arif, 2009). Apabila sirkulasi kolateral tidak
dimanfaatkan untuk menolong daerah perbatasan lesi iskemik, maka
daerah pusatnya yang sudah nekrotik akan meluas, sehingga lesi
irreversible mencakup juga daerah yang sebelumnya hanya iskemik saja
yang tentunya berkorelasi dengan cacat fungsional yang menetap,
sehingga dengan mencegah atau mengobati pireksia pada fase akut stroke
berarti kita dapat mengurangi ukuran infark dan edema serebral yang
berarti kita dapat memperbaiki kesembuhan fungsional (Arif, 2009). 3.
Rangsangan saraf simpatis Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan
kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu,
rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun
dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hampir seluruh metabolisme lemak
coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini
dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi
ephineprin dan norephineprin yang meningkatkan metabolisme (Arif,
2009). 10 4. Hormon pertumbuhan Hormon pertumbuhan (growth
hormone) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar
15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat (Arif, 2009).
Hormon tiroid Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir
semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin
dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% diatas normal
(Arif, 2009). 5. Hormon kelamin Hormon kelamin pria dapat
meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan
normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan,
fluktuasi suhu lebih berfariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran
hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar
0,3-0,6°C di atas suhu basal (Arif, 2009). 6. Demam (peradangan) Proses
peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme
sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C (Arif, 2009). 7. Status
gizi Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan
metabolisme 20- 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat
makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan
demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami
penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan
lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak
merupakan isolator yang 11 cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan
panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain (Arif,
2009). 8. Aktivitas Aktivitas selain merangsang peningkatan laju
metabolisme, mengakibatkan gesekan antar komponen otot/organ yang
menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu
tubuh hingga (Arif, 2009). 9. Gangguan organ Kerusakan organ seperti
trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme
regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang
dikeluarkan pada saat terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu
tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga
dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu (Arif,
2009). 10. Lingkungan Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan
lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat
lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat
mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan
lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit. Proses kehilangan panas
melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui pembuluh
darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui
anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan
aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai
30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti
tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan 12 demikian, kulit
merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.
(Arif, 2009). Pencemaran udara‟ adalah kehadiran satu atau lebih
substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat
membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu
estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara dapat
ditimbulkan oleh sumbersumber alami maupun kegiatan manusia.
Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau
polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara
mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan
lokal, regional, maupun global (Arif, 2009). Sumber Polusi Udara
Pencemar udara dibedakan menjadi dua yaitu, pencemar primer dan
pencemar sekunder. Pencemar primer adalah substansi pencemar yang
ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara. Karbon
monoksida]adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer karena ia
merupakan hasil dari pembakaran. Pencemar sekunder adalah substansi
pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di
atmosfer. Pembentukan ozon dalam smog fotokimia adalah sebuah contoh
dari pencemaran udara sekunder (Arif, 2009). 2.1.4 Gangguan status suhu
Kelelahan akibat panas terjadi bila diaphoresis yang banyak
mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan.
Disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas. Tanda dan gejala kurang
volume cairan adalah hal yang umum selama kelelahan akibat panas,
tindakan pertama yaitu 13 memindahkan klien kelingkungan yang lebih
dingin serta memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit (Arif, 2009).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dimana kita dapat mendiskusikan dasar biokimia dalam keperawatan


secara umum tentang kemampuan mahasiswa dalam mengidentifikasi latar
belakang perlunya enzim dan coenzim. Menggunakan prinsip dan konsep tersebut
dalam memahami proses kimiawi yang terjadi didalam tubuh, mengidentifikasi
proses dan komponen yang terlibat dalam oksidasi biologi. Kita dapat juga
memahami proses metabolism dan regulasi cairan elektrolit dalam tubuh.
Mengidentifikasi nutrisi yang di butuhkan tubuh dan mampu mengaplikasikan
konsep dan teori dalam memahami masalah keperawatan yang berhubungan
dengan nutrsi, menganalisis kegunaan air, vitamin, mineral, protein, kabohidrat,
dan lemak bagi tubuh.
Merasionalkan dan mengkaitkan sumber energi tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai