Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

Kehamilan merupakan suatu peristiwa yang penting bagi seorang wanita


terutama bagi wanita yang telah berkeluarga dan mengharapkan kehadiran seorang
anak. Namun bahkah kita bahwa saat hamil pertama merupakan saat dimana seorang
wanita mengalami perubahan yang sangat signifikan baik dari segi fisik seperti perut
yang membuncit dan payudara membesar ataupun dari segi psikologisnya seperti
lebih sensitif, ingin perhatian yang lebih dari orang-orang disekitarnya, atau bahkan
mengalami gangguan body image karena perubahan fisik yang dialaminya.
Perubahan-perubahan tersebut tidak jarang menimbulkan syok terutama pada wanita
yang baru pertama mengalami kehamilan (primigravida), meskipun terkadang pada
wanita yang telah hamil lebih dari satu (multigravida) pun sering terjadi namun
segera dapat diatasi karena telah memiliki pengalaman pada saat hamil sebelumnya. 1

Tingkat kekhawatiran akan kesehatan janin, proses persalinan atau kecacatan


yang dialami sang bayi pada primigravida mungkin akan lebih besar dibanding yang
dirasakan oleh multigravida. Bertolak dari perbedaan-perbedaan tersebut tim
penyusun tertarik untuk membahas mengenai fisiologi kehamilan dan proses
mendiagnosis suatu kehamilan itu sendiri. Untuk terjadi kehamilan harus ada
spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi), dan nidasi (implantasi) hasil
konsepsi. 1,2

1
BAB II
FISIOLOGI KEHAMILAN

1. Definisi fisologi kehamilan


Menurut Federasi Obstertri dan Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Dihitung dari saat fertilisasi sampai
kelahiran bayi, kehamilan normal biasanya berlangsung dalam waktu 40 minggu.
Usia kehamilan tersebut dibagi menjadi 3 trimester yang masing-masing berlangsung
dalam beberapa minggu. Trimester 1 selama 12 minggu, trimester 2 selama 15
minggu (minggu ke-13 sampai minggu ke-27), dan trimester 3 selama 13 minggu
(minggu ke- 28 sampai minggu ke-40).1,2

2. Fertilisasi ovum dan pembelahan zigot


Untuk terjadi kehamilan harus ada spermatozoa , ovum, pembuahan ovum
(konsepsi), dan nidasi (implantasi) hasil konsepsi. Setiap spermatozoa terdiri atas 3
bagian yaitu kaput atau kepala yang berbentuk lonjong agak gepeng dan mengandung
bahan nucleus, ekor, dan bagian yang silindrik (leher) menghubungkan kepala dengan
ekor. Dengan getaran ekornya spermatozoa dapat bergerak cepat. Ovulasi
membebaskan oosit sekunder dan sel aderen pada kompleks oosit cumulus dari
ovarium. Meskipun secara teknis ini massa sel dilepaskan ke dalam rongga
peritoneum, oosit cepat ditelan oleh fimbriae infundibulum dari tuba fallopi.
Transportasi lebih lanjut melalui saluran telur dilakukan dengan gerakan arah silia
dan peristaltik tuba. Ovum dilingkari oleh zona pelusida. Diluar zona pelusida ini
ditemukan sel-sel korona radiata dan didalamnya terdapat perivititelina, tempat
benda-benda kutub. Bahan-bahan dari sel-sel korona dapat disalurkan ke ovum
melalui saluran saluran halus di zona pelusida. Jumlah sel-sel korona radiata di dalam
perjalanan ovum di ampula tuba makin berkurang, sehingga ovum hanya dilingkari

2
oleh zona pelusida pada waktu berada dekat pada perbatasan ampula dan isthmus
tuba, tempat pembuahan umumnya terjadi.1,2,3,4
Jutaan spermatozoa ditumpahkan di forniks vagina dan disekitar porsio pada
waktu koitus. Hanya beberapa ratus ribu spermatozoa dapat terus ke kavum uteri dan
tuba, dan hanya beberapa ratus dapat sampai ke bagian ampula tuba dimana
spermatozoa dapat memasuki ovum yang telah siap untuk dibuahi. Hanya satu
spermatozoa yang mempunyai kemampuan (kapasitasi) untuk membuahi. Pada
spermatozoa ditemukan peningkatan konsentrasi DNA di nukleusnya, dan kaputnya
lebih mudah menembus dinding ovum oleh karena diduga dapat melepaskan
hialuronidase.1,2,4

Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dan


spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampula tuba. Fertilisasi meliputi penetrasi
spermatozoa ke dalam ovum, fusi spermatozoa dan ovum diakhiri dengan fusi materi
genetic. Hanya satu spermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi mampu
melakukan penetrasi membran sel ovum. Untuk mencapai ovum, spermatozoa harus
melewati korona radiata (lapisan luar sel ovum) dan zona pelusida (suatu bentuk
glikoprotein ekstraseluler), yaitu dua lapisan yang menutupi dan mencegah ovum
mengalami fertilisasi lebih dari satuGambar 1. ProsesSuatu
spermatozoa. Fertilisasi
molekul komplemen khusus

3
di permukaan kepala spermatozoa kemudian mengikat ZP3 glikoprotein di zona
pelusida. Pengikatan ini memicu akrosom melepaskan enzim yang membantu
spermatozoa menembus zona pelusida.1,2,3,4
Pada saat spermatozoa menembus zona pelusida terjadi reaksi korteks ovum.
Granula korteks di dalam ovum (oosit sekunder) berfusi dengan mebran plasma sel,
sehingga enzim di dalam granula-granula dikeluarkan secara eksositosis ke zona
pelusida. Hal ini yang menyebabkan glikoprotein di zona pelusida berikatan satu
sama lain membentuk suatu materi yang keras dan tidak dapat ditembus spermatozoa.
Proses ini mencegah ovum dibuahi lebih dari satu sperma.1,2
Pembuahan ini akan membentuk zigot yang terdiri dari bahan genetik dari
perempuan dan laki-laki. Pada manusia terdapat 46 kromosom otosom dan 2
kromosom kelamin; pada seorang laki-laki satu X dan satu Y. Sesudah pembelahan
kematangan, maka ovum matang mempunyai 22 kromosom otosom dan 1 kromosom
X atau 22 kromosom otosom serta 1 kromosom Y. Zigot sebagai hasil pembuahan
yang memiliki 44 kromosom otosom serta 2 kromosom X maka tumbuh sebagai janin
perempuan, sedangkan yang memiliki 44 kromosom otosom serta 1 kromosom X dan
1 kromosom Y akan tumbuh sebagai janin laki-laki. 1,2
Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot. Hal
ini dapat berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam
amino dan enzim. Segera setelah pembelahan ini terjadi, pembelahan-pembelahan
selanjutnya berjalan dengan lancar, dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel yang
sama besarnya. Hasil konsepsi berada dalam stadium morula dimana kelompok sel
tersebut menyerupai buah murbei. Dalam morula terbentuk suatu rongga yang disebut
eksoselom. Rongga ini terletak tidak tidak ditengah-tengah, tetapi eksentris. Dengan
demikian sel morula saat ini terbagi menjaadi 2 jenis. 1) sel-sel yang terletak di
sebelah luar, yang merupakan dinding dari telur disebut trofoblast. Fungsi trofoblast
ini adalah untuk mencari makanan bagi sel telur 2) sel-sel yang terletak disebelah
dalam, yang merupakan kelompok sel, disebut bintik benih atau nodus embrionale.
Bayi akan terbentuk dari sel ini. Kemudian hasil konsepsi disalurkan ke pars ismika

4
dan pars interstitialis tuba (bagian-bagian tuba yang sempit) dan terus disalurkan
kearah kavum uteri oleh arus getaran silia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi
tuba. 1,2,3,4

Gambar 2. Pembelahan zigot

3. Nidasi
Selanjutnya pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula yang
disebut blastokista, suatu bentuk yang dibagian luarnya adalah trofoblast dan dibagian
dalamnya disebut masa inner cell. Massa inner cell ini berkembang menjadi janin dan
trofoblast akan berkembang menjadi plasenta. Dengan demikian, blastokista
diselubungi oleh suatu simpai yang disebut trofoblast. Trofoblast ini sangat kritis
untuk keberhasilan kehamilan terkait dengan keberhasilan nidasi (implantasi),
produksi hormone kehamilan, proteksi imunitas bagi janin, peningkatan aliran darah
maternal ke dalam plasenta dan kelahiran bayi. Sejak trofoblast terbentuk, produksi
hormone human chorionic gonadotropin (hCG) dimulai, suatu hormone yang

5
memastikan bahwa endometrium akan menerima (reseptif) dalam proses implantasi
embrio. 1,2,3,5

Trofoblast yang mempunyai kemampuan menghancurkan dan mencairkan


jaringan menemukan endometrium dalam masa sekresi, dengan sel-sel
desidua yang besar-besar dan mengandung lebih banyak glikogen serta mudah
dihancurkan oleh trofoblast. Nidasi diatur oleh suatu proses yang kompleks
antara trofoblas dan endometrium. Di satu sisi trofoblast mempunyai
kemampuan invasi yang kuat, disisi lain endometrium mengontrol trofoblast
dengan menyekresikan faktor-faktor yang aktif lokal yaitu inhibitor cytokines
dan protease. Keberhasilan nidasi dan plasentasi yang normal adalah hasil
keseimbangan proses antara trofoblast dan endometrium.

Blasokisata dengan bagian yang mengandung massa inner cell aktif


mudah masuk ke dalam lapisan desidua dan luka desidua kemudian menutup
kembali. Luka yang kadang-kadang terjadi pada lapisan desidua ini sewaktu
nidasi disebut tanda Hartman. Umumnya nidasi terjadi pada dinding anterior
atau posterior uterus, dekat pada fundus uteri. Proses inilah yang disebut
implantasi. Setelah masuk kedalam endometrium, trofoblas akan mengalmi
diferensisasi menjadi 3 jenis, yaitu (1) sinsitiotrofoblas yang aktif
menghasilkan hormon, (2) trofoblas jangkar ekstravili yang akan menempel
2
pada endometrium, dan (3) trofoblas yang invasif.

6
Gambar 3. Trofoblast ekstraseluler yang mengilingi arteri spiral.
Kelainan dalam optimalisasi aktivitas trofoblast dalam proses nidasi akan
berlanjut dengan berbagai penyakit dalam kehamilan. Apabila invasi trofoblast ke
arteri spiralis maternal lemah atau tidak terjadi, maka arus darah uteroplasenta rendah
dan menimbulkan sindrom preeklampsia. Kondisi ini akan menginduksi plasenta
menyekresikan substansi vasoaktif yang memicu hipertensi maternal. Kenaikan
tekanan darah ibu dapat merusak arteri spiralis dan tersumbat, sehingga terjadi infark
plasenta. Sebaliknya, invasi trofoblast yang tidak terkontrol akan menimbulkan
penyakit trofoblast gestational seperti mola hidatidosa dan koriokarsinoma. 1,2
Dalam tingkat nidasi, trofoblast antara lain menghasilkan hormon hCG.
Produksi hormone hCG meningkat sampai kurang lebi hari ke-60 kehamilan untuk
kemudian turun lagi. Diduga bahwa fungsinya ialah mempengaruhi korpus luteum
untuk tumbuh terus dan menghasilkan terus progesterone, sampai plasenta dapat
membuat cukup progesterone sendiri. Hormon korionik gonadotropin inilah yang
khas untuk menentukan ada tidaknya kehamilan. Hormone tersebut dapat ditemukan
dalam air kemih ibu hamil. 1,2,3\
Nidasi terjadi 6 atau 7 hari pascafertilisasi. Pada umumnya blastokista masuk
di endometrium dengan bagian di mana massa inner-cell berlokasi. Dikemukakan
bahwa hal inilah yang menyebabkan tali pusat berpangkal sentral atau parasentral.
Bila sebaliknya dengan bagian lain blastokista memasuki endometrium, maka
terdapatlah tali pusat dengan insersio velamentosa. Umumnya nidasi terjadi di

7
dinding depan atau belakang uterus, dekat pada fundus uteri. Jika nidasi ini terjadi
barulah dapat disebut adanya kehamilan. 1,2,5

Gambar 4. Implantasi blastokista

Setelah nidasi berhasil, selanjutnya hasil konsepsi akan bertumbuh dan


berkembang di dalam endometrium. Kemudian terjadi diferensiasi sel-sel blastokista.
Dalam blastokista terdapat suatu embryonal plate yang dibentuk antara 2 ruangan,
yakni ruang amnion dan yolk sac. Pertumbuhan embrio terjadi dari embryonal plate
yang selanjutnya terdiri atas tiga unsur lapisan, yakni sel-sel ectoderm, mesoderm dan
entoderm. Ruangan amnion kelak akan menjadi besar dan meliputi seluruh embrio.
Dalam ruangan inilah embrio akan tumbuh. Sel-sel yang membatasi ruangan ini
disebut ectoderm yang akan membentuk kulit, rambut, kuku gigi dan susunan saraf.
Sel-sel yang berada disekitar yolk sac disebut entoderm. Dari entoderm terbentuk
usus, saluran pernapasan, kandung kencing dan hati. Kemudian timbul lapisan sel
yang lain, yang masuk antara lapisan ektoderm dan entoderm yang menghasilkan
jaringan otot, tulang, jaringan ikat, jantung dan pembuluh-pembuluh darah maupun
pembuluh limfe. Sistem kardiovaskular janin dibentuk kira-kira minggu ke-10.
Organogenesis diperkirakan selesai pada minggu ke-12, disusul masa fetal dan
perinatal. 1,2

8
4. Plasentasi

Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. Setelah nidasi
embrio ke dalam embrio ke dalam endometrium, plasentasi dimulai. Pada manusia
plasentasi berlangsung sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi. Dalam 2 minggu
pertama perkembangan hasil konsepsi, trofoblast invasif telah melakukan penetrasi ke
pembuluh darah endometrium. Terbentuklah sinus intertrofoblastik yaitu ruangan-
ruangan yang berisi darah maternal dari pembuluh-pembuluh darah yang
dihancurkan. Pertumbuhan ini berjalan terus, sehingga timbul ruangan-ruangan
interviler dimana vili korialis seolah terapung-apung diantara ruangan-ruangan
tersebut sampai terbentuknya plasenta. 1,2,3,4
Tiga minggu pasca fertilisasi sirkulasi darah janin dini dapat diidentifikasi dan
dimulai pembentukan vili korialis. Sirkulasi darah janin ini berakhir di lengkung
kapilar di dalam vili korialis yang ruang intervilinya dipenuhi dengan darah maternal
yang dipasok oleh arteri spiralis dan dikeluarkan melalui vena uterine. Vili korialis ini
akan tumbuh menjadi suatu massa jaringan yaitu plasenta. Darah ibu dan janin
dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan korion yang dinamakan plasenta
hemokorial. 1,2,4
Plasenta merupakan organ penting bagi janin, karena sebagai alat pertukaran zat
antara ibu dan bayi atau sebaliknya. Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan
diameter 15-20 cm dan tebal ± 2,5 cm, berat rata-rata 500 gram. Plasenta terletak di depan
atau di belakang dinding uterus, agak ke atas kearah fundus uteri, dikarenakan
alasan fisiologis, permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak
tempat untuk berimplementasi. Plasenta berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu
villi koriales atau jonjot chorion dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua
basalis. 2

9
Gambar 5. Uterus dan Plasenta

Plasenta mempunyai dua permukaan, yaitu permukaan fetal dan maternal.


Permukaan fetal adalah permukaan yang menghadap ke janin, warnanya keputih-putihan
dan licin. Hal ini disebabkan karena permukaan fetal tertutup oleh amnion, di bawah tampak
pembuluh-pembuluh darah. Permukaan maternal adalah permukaan yang menghadap dinding
rahim, berwarna merah dan terbagi oleh celah-celah yang berasal dari jaringan ibu. Jumlah
celah pada plasenta dibagi menjadi 16-20 kotiledon. 2,6
 Fungsi Plasenta1,2
1. Nutrisi: tempat pertukaran zat dan pengambilan bahan nutrisi untuk tumbuh
kembang janin
2. Respirasi: memberikan O2 dan mengeluarkan CO2 janin
3. Ekskresi: mengeluarkan sisa metabolisme janin ke sistem peredaran ibu yang
selanjutnya akan dibuang keluar tubuh.
4. Endokrin: sebagai penghasil hormon-hormon kehamilan seperti esterogen,
progesterone, HCG, Human plasental lactogen hormone (HPL), Human chorionic
corticotropin hormone, parathyroid hormone related protein (PTP-RP), Chorionic
Adrenocorticotropin Hormon (ACTH), Chorionic Thyrotropine Hormon (CTH),
TSH, LH,FSH.
5. Proteksi: barier terhadap infeksi bakteri dan virus, zat toksik

10
5. Selaput dan Cairan Amnion
Selaput amnion merupakan jaringan avascular yang lentur tetapi kuat. Bagian
dalam selaput yang berhubungan dengan cairan merupakan jaringan sel kuboid yang
asalnya ektoderm. Lapisan dalam amnion merupakan mikrovili yang berfungsi
mentransfer cairan dan metabolik. Bagian luar dari selaput ialah jaringan mesenkim
yang berasal dari mesoderm. Sel mesenkim berfungsi menghasilkan kolagen sehingga
selaput menjadi lentur dan kuat. Disamping itu, jaringan tersebut menghasilkan
sitokin IL-6, IL-8, MCP-1 yang bermanfaat melawan bakteri. Disamping itu, selaput
amnion menghasilkan zat vasoaktif yang menjadikan selaput amnion mengatur
peredaran darah dan tonus pembuluh lokal. 1,2
Kompartemen dari cairan amnion menyediakan ruang bagi janin untuk
tumbuh bergerak dan berkembang. Cairan amnion , normalnya berwarna putih , agak
keruh serta mempunyai bau yang khas agak amis dan manis.Volume cairan amnion
pada kehamilan aterm rata-rata adalah 800 ml, pH 7,2 dan masa jenis 1,0008. Setelah
20 minggu produksi cairan berasal dari urin janin. Tanpa cairan amnion rahim akan
mengerut dan menekan janin, pada kasus– kasus dimana tejadi kebocoran cairan
amnion pada awal trimester pertama janin dapat mengalami kelainan struktur
termasuk distrorsi muka, reduksi tungkai dan cacat dinding perut akibat kompresi
rahim. Selain itu cairan ini juga mempunyai peran protektif pada janin . Cairan ini
mengandung agen-agen anti bakteria dan bekerja menghambat pertumbuhan bakteri
yang memiliki potensi patogen. Cairan amnion juga dapat digunakan sebagai alat
diagnostik untuk melihat adanya kelainan kromosom dan kelainan DNA dari 12
minggu sampaai 20 minggu. Cairan amnion yang paling terbanyak adalah >2 liter
disebut dengan polihidramnion yang mungkin berkaitan dengan diabetes atau trisomy
18. Sebaliknya cairan yang kurang disebut oligohidramnion yang berkaitan dengan
kelaina ginjal janin, trisomy 21 atau 13 atau hipoksia janin. Pada cairan amnion
terdapat alfa feto protein yang berasal dari janin, jika kadar AFP rendah, estriol dan
kadar tinggi hCG merupakan penanda sindrom down.1,2

11
6. Fisiologi Janin
Secara klinik pada usia gestasi 4 minggu dengan USG akan tampak sebagai
kantong gestasi berdiameter 1 cm, tetapi embrio belum tampak. Pada minggu ke-6
haid terakhir embrio berukuran 5 mm, kantong gestasi berukuran 2-3 cm. Pada saat
itu akan tampak denyut jantung secara USG. Pada akhir minggu ke-8 usia gestasi
embrio berukuran 22-24 mm. pada saat itu akan tampak kepala yang besar tonjolan
jari. Berikut ini akan diungkapkan secara singkat perkembangan organ dan fisiologi
janin. 1,2
Tabel 1. Pembentukan Organ Janin
Usia Gestasi Organ
6 minggu Pembentukan hidung, dagu, palatum dan tonjolan paru. Jari-
jari telah berbentuk namun masih tergenggam. Jantung telah
terbentuk penuh.
7 minggu Mata tampak pada muka. Pembentukan alis dan lidah.
8 minggu Mirip bentuk manusia, mulai pembentukan genetalia
eksterna. Sirkulasi melalui tali pusat dimulai. Tulang mulai
terbentuk.
9 minggu Kepala meliputi separuh besar janin, terbentuk muka janin;
kelopak mata terbentuk namun tak akan membuka sampai
usia 28 minggu
13-16 minggu Janin berukuran 15 cm, ini merupakan awal dari trimester
ke-2. Kulit janin masih transparan, telah mulai tumbuh
lanugo (rambut janin). Janin bergerak aktif, yaitu menghisap
dan menelan air ketuban. Telah terbentuk mekonium (faeses)
dalam usus. Jantung berdenyut 120-150/menit.
17-24 minggu Komponen mata terbentuk penuh, juga sidik jari. Seluruh
tubuh diliputi oleh veniks kaseosa (lemak). Janin mempunyai
refleks.
25-28 minggu Saat ini disebut permulaan trimester ke-3, dimana terdapat
perkembangan otak yang cepat. Sistem saraf mengendalikan
gerakan dan fungsi tubuh, mata sudah membuka.

12
Kelangsungan hidup pada periode ini sangat sulit bila lahir
29-32 minggu Bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan hidup (50-70 %).
Tulang telah terbentuk sempurna, gerakan napas telah
regular, suhu relatif stabil.
33-36 minggu Berat janin 1500-2500 gram. Bulu kulit janin (lanugo) mulai
berkurang, pada saat 35 minggu telah matur. Janin akan
dapat hidup tanpa kesulitan.
38-40 minggu Sejak 38 minggu kehamilan disebut aterm, dimana bayi akan
meliputi seluruh uterus. Air ketuban mulai berkurang, tetapi
masih dalam batas normal.

13
Gambar 7. Perkembangan janin

14
 Sistem Kardiovaskuler1,2,3
Megingat semua kebutuhan janin disalurkan melalui vena umbilical, maka
sirkulasi menjadi khusus. Tali pusat beris satu vena dan 2 arteri. Vena ini
menyalurkan oksigen dan makanan ke plasenta ke janin. Sebaliknya, kedua
arteri menjadi pembuluh balik yang menyalurkan darah kearah plasenta untuk
dibersihkan dari sisa metabolisme.
Perjalanan darah dari plasenta melalui vena umbilical adalah sebagai berikut.
Setelah melewati dinding abdomen, pembuluh vena umbilical mengarah
keatas menuju hati membagi menjadi 2, yaitu sinus porta ke kanan memasok
darah kehati dan duktus venosus yang berdiameter lebih besar, akan
bergabung dengan vena kava inferior masuk keatrium kanan. Darah masuk ke
jantung kanan ini mempunyai kadar oksigen seperti arteri – meski bercampur
sedikit dengan darah dari vena kava.

Gambar 6. Sirkulasi Janin


Darah ini akan langsung menyemprot melalui foramen ovale pada septum,
masuk ke atrium kiri dan selanjutnya melalui ventrikel kiri akan menuju aorta

15
dan seluruh tubuh. Darah yang berisi banyak oksigen itu terutama akan
memperdarahi organ vital jantung dan otak.
Adanya krista dividens sebagai pembatas pada vena kava memungkinkan
sebagian besr darah bersih dari duktus venosus langsung akan mengalir
kearah foramen ovale. Sebaliknya, sebagian kecil akan mengalir kearah
ventrikel kanan.
Darah dari ventrikel kanann akan mengakir kea rah paru. Karena paru belum
berkembang, sebagian besar dari jantung kanan melalui arteri pumonalis akan
dialirkan keaorta melalui suatu pembuluh duktus arteriosus. Darah itu akan
bergabung di aorta desending, bercampur dengan darah bersih yang akan
dialirkan keseluruh tubuh.
Darah balik akan melalui arteri hipogastrika, keluar melalui dinding abdomen
sebagai artei umbilical.
Setelah bayi lahir, semua pembuluh umbilical, duktus venosus dan duktus
arteriosus akan mengerut. Pada saat lahir akan terjadi perubahan sirkulasi,
dimana terjadi pengembangan paru dan penyempitan tali pusat. Akibat
peningkatan kadar oksigen pada sirkulasi paru dan vena pulmonalis, duktus
arteriosus akan menutup dalam 3 hari dan total pada minggu ke-2.
 Darah Janin1,2
Darah janin mengalami proses pembentukan yang unik yaitu bermula
diproduksi di yolk sac, kemudian di hati dan akhirnya di sum-sum tulang.
Ertitrosit janin relatif besar dan berinti. Hemoglobin mengalami peningkatan
dari 12 g/dl pada pertengahan kehamilan menjadi 18g/dl. Eritrosit pada janin
berbeda dengan eritrosit orang dewasa secara struktur dan metabolit yaitu
lebih lentur dan berada dalam viskositas tinggi dan mempunyai banyak enzim.
Eritopoesis janin dikendalikan oleh hormone eritropoetin janin. Volume darah
diperkirakan 78 ml/kg, sedangkan isi darah plasenta segera setelah
pemotongan tali pusat ialah 45 ml/kg

16
 Sistem Respirasi1,2
Gerakan napas janin telah dapat dilihat sejak kehamilan 12 minggu dan pada
34 minggu secara regular gerak napas ialah 40-60/menit dan diantara jeda
adalah periode apnea. Cairan ketuban akan masuk sampai bronkioli,
sementara di dalam alveolus terdapat cairan alveoli. Gerak napas janin
dirangsang oleh kondisi hiperkapnia dan peningkatan kadar glukosa.
Sebaliknya, kondisi hipoksia akan menurunkan frekuensi napas. Pada aterm
normal, gerak napas akan berkurang dan apnea selama 2 jam.
Alveoli terdiri atas dua lapis sel epitel yang mengandung sel tipe I dan II. Sel
tipe II membuat sekresi fosfolipid suatu surfaktan yang penting untuk fungsi
pengembangan napas. Surfaktan yang utama ialah sfingomielin dan lesiitin
serta fosfatidil gliserol. Produksi sfingomielin dan fosfatidil gliserol akan
memuncak pada 32 minggu, sekalipun sudah dihasilkan sejak 24 minggu.
Tidak hanya fosfoliid yang berperan pada proses pematangan selular.
Ternyata gerakan napas juga merangsang gen untuk aktif mematangkan sel
alveoli.
 Sistem Gastrointestinal1,2
Perkembangan dapat dilihat diatas 12 minggu dimana akan nyata ada
pemeriksaan USG. Pada 26 minggu enzim sudah terbentuk meskipun amylase
baru nyata pada periode neonatal. Janin meminum air ketuban dan akan
tampak gerakan peristaltik usus. Protein dan cairan amnion yang ditelan akan
menghasilkan mekonium dalam usus. Mekonium ini akan tetap tersimpan
sampai partus, kecuali pada kondisi hipoksia dan stress, akan tampak cairan
amnion bercampur mekonium
 Sistem Ginjal1,2,3
Pada 22 minggu akan tampak pembentukan korpuskel ginjal di zona
justaglomerularis yang berfungsi sebagai filtrasi. Ginjal terbentuk sempurna
pada minggu ke 36. Pada janin hanya 2% dari curah jantung mengalir ke

17
ginjal, mengingat sebagian besar sisa metabolism dialirkan ke plasenta.
Sementara itu tubuli juga mampu filtrasi sebelum glomerulus berfungsi
penuh. Urin janin menyumbang cukup banyak pada volume cairan amnion.
Bila terdapat kondisi oligohidramnion itu merupakan petanda penurunan
fungsi ginjal atau kelainan sirkulasi.
 Sistem Saraf1,2
Meilinisasi saraf spinal terbentuk pada pertengahan kehamilan dan berlanjut
sampai usia bayi 1 tahun. Fungsi saraf sudah tampak pada usia 10 minggu
yaitu janin bergerak, fleksi kaki; sedangkan genggaman tangan lengkap dapat
dilihat pada 4 bulan. Janin sudah dapat menelan pada 10 minggu, sedangkan
gerak respirasi 14-16 minggu.
Janin sudah mampu mendengar sejak 16 minggu atau 120 hari. Ia akan
mendengar suara ibunya karena rambut suara internal lebih baik dari suara
eksternal. Kemampuan melihat cahaya agaknya baru jelas pada akhir
kehamilan, sementara gerak bola mata sudah lebih awal.
 Pembentukan Kelamin1,2
Kelamin janin sudah ditentukan sejak konsepsi. Apabila terdapat kromosom
Y, akan terbentuk testis. Sel benih primordial yang berasal dari yolk sac
bermigrasi ke lekukan bakal gonad. Perkembangan testis akan diatur oleh gen
testis determinimg factor (TDF) atau disebut sex determining region (SRY).
Sebaliknya, apabila tidak terdapat testis akan terbentuk terbentuk gonad dan
fenotip perempuan. Pada kondisi janin perempuan, akibat terpapar androgen
berlebihan, akan timbul genetalia ambiguitas; misalnya pada hyperplasia
adrenal, luteoma, arenoblastoma atau pemakian steroid oleh ibu.

7. Endokrinologi dalam kehamilan


Endokrinologi kehamilan manusia melibatkan perubahan baik endokrin
maupun metabolik yang terjadi pada batas antara ibu dan janin yang dikenal sebagai

18
unit plasenta-janin. Struktur ini adalah merupakan tempat utama produksi dan sekresi
hormon steroid dan protein. Perubahan endokrin dan metabolik yang terjadi selama
kehamilan merupakan akibat langsung dari sinyal hormon yang dihasilkan unit
plasenta-janin.1,2,6
 Hormon-hormon polipeptida plasenta1,2,6,9,10
Gonadotropin Korion Manusia
Penanda pertama diferensiasi trofoblas dan produk plasenta pertama yang
dapat terukur adalah gonadotropin korion (hCG). hCG adalah suatu
glikoprotein yang terdiri dari 237 asam amino. Pada minggu-minggu pertama
kehamilan, kadar hCG meningkat dua kali lipat setiap 1,7-2 hari, dan
pengukuran serial akan memberikan suatu indeks yang peka untuk fungsi
trofoblas. Kadar hCG plasma ibu akan memuncak sekitar 100.000 mIU/mL
pada kehamilan sepuluh minggu dan kemudian lahan-lahan menurun hingga
10.000 mIU/mL pada trimester ketiga. Stimulasi produksi progesterone dalam
jumlah besar oleh sel-sel korpus luteum dipacu oleh kadar hCG yang makin
meningkat. hCG juga diproduksi oleh neoplasma trofoblastik seperti mola
hidatidosa dan koriokarsinoma, dan kadar hCG ataupun subunit betanya
dimanfaatkan sebagai pertanda tumor untuk diagnosis dan pemantauan
berhasil tidaknya kemoterapi.
Laktogen Plasenta Manusia
Hormon polipeptida plasenta kedua, yang juga homolog dengan suatu protein
hipofisis disebut human plasental lactogen (hPL) atau somatomamotropin
korion (hCS). hPL terdeteksi pada trofoblas muda, namun kadar serum yang
dapat dideteksi belum tercapai hingga minggu kehamilan ke-4-5. hPL adalah
suatu protein yang tersusun dari sekitar 190 asam amino di mana struktur
primer, sekunder dan tersier serupa dengan hormon pertumbuhan (GH).
Seperti GH, maka hPL bersifat diabetogenik. hPL juga memiliki ciri-ciri
struktural yang mirip dengan prolaktin (PRL). Fungsi HPL adalah untuk

19
lipolisis dan meningkatkan kadar asam lemak bebas sirkulasi serta
menginhibisi glukosa dan gluconeogenesis pada ibu sehingga dapat
menghemat glukosa.
 Hormon-hormon steroid plasenta1,2,7,8,9
Progesteron
Plasenta bergantung pada kolesterol ibu sebagai substratnya untuk produksi
progesteron. Enzim-enzim plasenta memisahkan rantai samping kolesterol,
menghasilkan pregnenolon yang selanjutnya mengalami isomerisasi parsial
menjadi progesteron; 250-350 mg progesteron diproduksi setiap harinya
sebelum trimester ketiga dan sebagian besar akan masuk ke dalam sirkulasi
ibu. Progesteron perlu untuk pemeliharaan kehamilan. Produksi progesteron
dari korpus luteum yang tidak mencukupi turut berperan dalam kegagalan
implantasi, dan defisiensi fase luteal telah dikaitkan dengan beberapa kasus
infertilitas dan keguguran berulang. Lebih jauh, progesteron juga berperanan
dalam mempertahankan keadaan miometrium yang relatif tenang. Progesteron
juga dapat berperan sebagai obat imunosupresif pada beberapa sistem dan
menghambat penolakan jaringan perantara sel T. Jadi kadar progesteron lokal
yang tinggi dapat membantu toleransi imunologik uterus terhadap jaringan
trofoblas embrio yang menginvasinya
Estrogen
Prekusor dasar estrogen adalah androgen dengan 19 atom karbon. Senyawa
androgen yang digunakan untuk sintesis estrogen pada awal kehamilan berasal
dari aliran darah ibu. Pada minggu ke 20 kehamilan, sebagian besar estrogen
yang dikeluarkan dalam estrogen yang dikeluarkan dalam urine ibu berasal
dari androgen janin. Produksi estrogen oleh plasenta juga bergantung pada
prekursor-prekursor dalam sirkulasi, namun pada keadaan ini baik steroid
janin ataupun ibu merupakan sumber-sumber yang penting. Kebanyakan
estrogen berasal dari androgen janin, terutama dehidroepiandrosteron sulfat

20
(DHEA sulfat). DHEA sulfat janin terutama dihasilkan oleh adrenal janin,
kemudian diubah oleh sulfatase plasenta menjadi dehidroepiandrosteron bebas
(DHEA), dan selanjutnya melalui jalur-jalur enzimatik yang lazim untuk
jaringan-jaringan penghasil steroid, menjadi androstenedion dan testosteron.
Androgen-androgen ini akhirnya mengalami aromatisasi dalam plasenta
menjadi berturut-turut estron dan estradiol. Sebagian besar DHEA sulfat
janin dimetabolisir membentuk suatu estrogen ketiga : estriol. Langkah kunci
dalam sintesis estriol adalah reaksi 16-hidroksilasi molekul steroid. Bahan
untuk reaksi ini terutama DHEA sulfat janin dan sebagian besar produksi 16-
-hidroksi-DHEA sulfat terjadi dalam hati dan adrenal janin, tidak pada
plasenta ataupun jaringan ibu.
Tidak seperti pengukuran kadar progesteron ataupun hPL, maka pengukuran
kadar estriol serum atau kemih mencerminkan tidak saja fungsi plasenta,
namun juga fungsi janin. Dengan demikian, produksi estriol normal
mencerminkan keutuhan sirkulasi dan metabolisme janin serta plasenta. Kadar
estriol serum atau kemih yang meninggi merupakan petunjuk biokimia
terbaik dari kesejahteraan janin. Dalam hubungan kehamilan estrogen
berfungsi untuk meningkatkan sintesis progesterone melalui peningkatan
uptake LDL dan aktivitas P450cc sinsisiotrofoblas. Estogen juga berpengaruh
terhadap sistem kardiovaskular maternal yaitu menyebabkan vasodilatasi
sirkulasi uteroplasenta, meningkatkan kontraktilitas uterus.
8. Perubahan anatomi dan fisiologi pada perempuan hamil
 Uterus1,2,10
Uterus yang semula besarnya hanya sebesar jempol  atau beratnya 30 gram
akan mengalami hipertrofi dan hiperpla-sia, sehingga menjadi seberat 1000
gram saat akhir kehamilan. Otot dalam rahim mengalami hiperplasia dan
hipertrofi menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim
karena pertumbuhan janin.

21
Bulan-bulan pertama pertumbuhan rahim disebut pertumbuhan aktif, karena
dinding rahim menjadi tebal disebabkan pengaruh hormone estrogen pada
otot-otot rahim. Pembesaran rahim juga terjadi, walaupun kehamilan terjadi
diluar kandungan. Pada sekitar bulan ke-IV, desidua kapsularis akan
menempel pada desidua vera sehingga rongga rahim tidak ada lagi. Mulai saat
ini pertumbuhan rahim, diregang oleh isinya, sehingga disebut pertumbuhan
pasif. Dinding rahim akan menjadi tipis karena regangan ini, ismus uteri juga
akan berangsur tertarik keatas karenanya, dan menjadi bagian terbawah
dinding rahim yang dikenal sebagai segmwn bawah rahim. Pada kehamilan
pertumbuhan uterus tidak merata, uterus lebih cepat tumbuh didaerah insersi
plasenta. Selain itu pertumbuhannya berubah, mula-mula berbentuk bola
lampu kemudian menjadi bundar dan setelah bulan IV sampai akhir
kehamilan berangsur-angsur menjadi lonjong yang memaksa anak untuk
berada dalam letak memanjang.
 Serviks1,2,10
Perubahan penting pada serviks dalam kehamilan ialah menjadi lunak dan
kebiruan satu bulan setelah konsepsi. Perubahan ini tejadi akibat penambahan
vaskularisasi dan terjadinya edema pada seluruh serviks, bersamaan dengan
terjadinya hipertropi dan hyperplasia pada kelenjar-kelenjar serviks. Pada
akhir kehamilan serviks menjadi lunak sekali, portio menjadi pendek sehingga
dapat dimasuki dengan mudah oleh satu jari. Serviks yang demikian disebut
serviks yang matang dan merupakan syarat untuk anjuran persalinan.
 Vagina1,2,10
Dalam kehamilan, pembuluh darah dinding vagina bertambah sehingga warna
selaput lendirnya membiru (tanda chadwick). Kekenyalan (elastisitas) vagina
bertambah, artinya daya regang bertambah sebagai persiapan persalinan.
Getah dalam vagina biasanya bertambah dalam kehamilan, reaksinya asam
dengan pH 3,5-6,0. Reaksi asam ini disebabkan oleh terbentuknya asam laktat

22
sebagai hasil penghancuran glikogen yang berada dalam sel-sel epitel vagina
oleh basil Doderlein. Reaksi asam ini mempunyai sifat bakterisida.
 Ovarium1,2
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru
juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium.
Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan
setelah itu akan berperan sebagai penghasil progesterone dalam jumlah relatif
minimal. Singkatnya sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh
plasenta, terutama fungsi produksi progesteron dan estrogen. Selama
kehamilan ovarium tenang/beristirahat. Tidak terjadi pembentukan dan
pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi, tidak terjadi siklus hormonal
menstruasi.
 Kulit1,2
Timbul striae gravidarum yang membentuk garis-garis memanjang atau
serong diperut selama kehamilan berlanjut, kadang-kadang juga terdapat pada
buah dada dan paha. Dapat juga timbul hiperpigmentasi antara lain pada
areola mamae, papilla mammae dan linea alba. Linea alba tampak hitam
disebut linea nigra. Hiperpigmentasi kadang –kadang terdapat pada kulit
muka disebut chloasma gravidarum.
 Payudara1,2
Akibat pengaruh estrogen terjadi hiperplasia sistem duktus dan jaringan
interstisial payudara. Hormon laktogenik plasenta (diantaranya
somatomammotropin) menyebabkan hipertrofi dan pertambahan sel-sel asinus
payudara, serta meningkatkan produksi zat-zat kasein, laktoalbumin,
laktoglobulin, sel-sel lemak, kolostrum. Mammae membesar dan tegang,
terjadi hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi kelenjar Montgomery, terutama
daerah areola dan papilla akibat pengaruh melanofor. Puting susu membesar
dan menonjol.

23
 Jantung1,2
Selama kehamilan, jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya
(cardiac output, curah jantung) meningkat sampai 30-50%. Peningkatan ini mulai
terjadi pada kehamilan 6 minggu dan mencapai puncaknya pada kehamilan 16-28
minggu.  1
Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan frekuensi denyut jantung dan volume
sekuncup. Denyut jantung meningkat dari 70 denyut permenit sebelum hamil
menjadi 78 denyut permenit saat usia kehamilan 20 minggu dengan puncaknya 85
denyut permenit pada akhir kehamilan. Volume sekuncup meningkat dari 64 mL
sampai 70mL pada pertengahan kehamilan tetapi pada akhir kehamilan volume
sekuncup berkurang sedangkan peningkatan curah jantung dipertahankan oleh
peningkatan frekuensi denyut jantung.4
Ketika melakukan aktivitas/olah raga, maka curah jantung, denyut jantung dan laju
pernafasan pada wanita hamil lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak
sedang hamil. Selama trimester kedua biasanya tekanan darah menurun tetapi akan
kembali normal pada trimester ketiga. 1
 Paru-paru1,2
Ruang yang diperlukan oleh rahim yang membesar dan meningkatnya
pembentukan hormon progesteron menyebabkan paru-paru berfungsi lain dari
biasanya. Wanita hamil bernafas lebih cepat dan lebih dalam karena
memerlukan lebih banyak oksigen untuk dirinya dan untuk janin. Lingkar
dada wanita hamil agak membesar. Lapisan saluran pernafasan menerima
lebih banyak darah dan menjadi agak tersumbat oleh penumpukan darah
(kongesti). Kadang hidung dan tenggorokan mengalami penyumbatan parsial
akibat kongesti ini.
 Pencernaan
Rahim yang semakin membesar akan menekan rektum dan usus bagian bawah
sehingga terjadi sembelit (konstipasi). Sembelit semakin berat karena gerakan
otot di dalam usus diperlambat oleh tingginya kadar progesteron.1

24
Wanita hamil sering mengalami heartburn (rasa panas di dada) dan sendawa,
yang kemungkinan terjadi karena makanan lebih lama berada di dalam
lambung dan karena relaksasi sfingter di esofagus bagian bawah yang
memungkinkan isi lambung mengalir kembali ke esofagus. 1
Ulkus gastrikum jarang ditemukan pada wanita hamil dan jika sebelumnya
menderita ulkus gastrikum biasanya akan membaik karena asam lambung
yang dihasilkan lebih sedikit.
 Ginjal1,2
Selama kehamilan, ginjal bekerja lebih berat. Ginjal menyaring darah yang
volumenya meningkat (sampai 30-50% atau lebih), yang puncaknya terjadi
pada kehamilan 16-24 minggu sampai sesaat sebelum persalinan (pada saat ini
aliran darah ke ginjal berkurang akibat penekanan rahim yang membesar). 1
Dalam keadaan normal, aktivitas ginjal meningkat ketika berbaring dan
menurun ketika berdiri. Keadaan ini semakin menguat pada saat kehamilan,
karena itu wanita hamil sering merasa ingin berkemih ketika mereka mencoba
untuk berbaring/ tidur.
Pada akhir kehamilan, peningkatan aktivitas ginjal yang lebih besar terjadi
pada wanita hamil yang tidur miring. Tidur miring mengurangi tekanan dari
rahim pada vena yang membawa darah dari tungkai sehingga terjadi
perbaikan aliran darah yang selanjutnya akan meningkatkan aktivitas ginjal
dan curah jantung

25
BAB III

KESIMPULAN

Tubuh perempuan sudah dirancang sedemikian rupa untuk


mempersiapkan sebuah kehamilan. Perubahan anatomi dan fisiologis pada
perempuan hamil sebagian besar sudah terjadi segera setelah frtilisasi dan
terus berlanjut selama kehamilan, perubahan yang terjadi ini merupakan
respon terhadap terhadap adanya janin didalam Rahim seorang ibu hamil.
Perubahan-perubahan yang terjadi selama kehamilan berlangsung secara
alamiah adan akan kembali menjadi bentuknya semula seperti sebelum hamil
setelah persalinan dan juga menyusui. Adaptasi yang terjadi meliputi adaptasi
anatomis, fisiologis, dan metabolisme, adaptassi ini sangat menentukan
keberhasilan kehamilan.
Mendiagnosis kehamilan dapat dilakukan dengan memerhatikan
tanda-tanda presumtif sesuai apa yang dirasakan oleh ibu, dan juga dapat
diperjelas dengan melakukan pemeriksaan untuk mencari adanya tanda-tanda
kemungkinan hamil dan juga tanda pastinya. Selain dari itu ada banyak
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium untuk menunjang
tegaknya sebuah kehamilan.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, et al. Williams obstetrics 24rd edition. McGraw and Hills.


United states of America:2014.
2. Prawirohardjo,S. ilmu kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta:2014.
3. Bobak, Irenne M.; Lowdermilk, Deltra Leonard; and Jensen, Margaret
Duncan. 2015. Medical Maternity. Edisi 4. Jakarta: EGC
4. Reeder; Martin; Koniak-Griffin. 2014. Kedokteran Maternitas: kesehatan
wanita, bayi, dan keluarga volume 1 edisi 18. Jakarta : EGC
5. Salimah; Rusmiati; Maryanah; Susanti Ni Nengah. 2015. Asuhan Kebidanan
Antenatal. Jakarta: EGC
6. Sastrawinata, Sulaiman. 2013. Obstetri Fisiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran : Bandung
7. Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri : Obstetri fisiologi, obstetri
patologi. Ed 2. EGC. Jakarta
8. Ida bagus Gde Manuaba. 2014. Pengantar kuliah obstetri. EGC. Jakarta
9. Sherwood L., Human Physiology From Cells To Systems, 8th Edition,
Thompson Brooks Cole, 2014.
10. Speroff, Leon and Fritz, Marc. Clinical Gynecologic Endocrinology &
Infertility, &&th Edition. United States: Lippincott Williams & Wilkins ;
2012. p. 540- 3.

27

Anda mungkin juga menyukai