Anda di halaman 1dari 4

Manifestasi Klinis Fetal distress

1. Penurunan pergerakan janin didalam rahim

gerakan janin di dalam rahim merupakan indikator penting kesehatan janin. Gerakan janin
dapat dideteksi oleh pemeriksaan USG sejak usia kehamilan 7-8 minggu namun baru dirasakan oleh
ibu pada usia kehamilan rata-rata 16-24 minggu. Ibu dapat melakukan pemantauan dengan cara
menghitung gerakan janin, normalnya ibu merasakan gerakan janin sedikitnya 10 gerakan dalam 2
jam. Beberapa jeda teratur dalam gerakan adalah normal karena janin tidur di dalam rahim (tidak
lebih dari 4 jam). Namun, jika janin menjadi kurang aktif atau benar-benar berhenti bergerak, hal ini
menandakan adanya kemungkinan fetal distress.

2. Denyut Jantung Janin abnormal

Pemantauan denyut jantung janin (DJJ) dalam persalinan bertujuan untuk mencegah morbiditas
dan mortalitas janin yang dapat terjadi akibat asidosis metabolik atau hipoksia serebral selama
persalinan. Keadaan janin yang buruk dapat terjadi selama kehamilan dan persalinan. Pemantauan
DJJ dapat mendeteksi dini kondisi fetal distress (gawat janin), sehingga kehamilan dan persalinan
dapat segera diakhiri untuk mencegah komplikasi pada janin. Pemantauan DJJ intrapartum selalu
dihubungkan dengan kontraksi rahim dengan pencatatan kardiotokografi (CTG) yang disebut juga
elektronic fetal monitoring, sedangkan pemantauan antepartum biasanya dihubungkan dengan
gerakan janin yang dilakukan dengan uji tanpa beban (NST) atau uji dengan beban (CST)

CTG dapat menggunakan perangkat pemantauan janin eksternal atau internal. Pemantauan
eksternal dapat menggunakan ultrasound doppler dan elektroda jantung yang ditempatkan tepat di
tempat terdengarnya denyut jantung janin disekitar perut ibu, sementara pemantauan internal
melibatkan pemasangan elektroda ke kulit kepala bayi. Dalam persalinan yang normal, detak jantung
janin akan turun sedikit selama kontraksi, dan kemudian dengan cepat kembali normal setelah
kontraksi berakhir. Gambaran CTG yang patologis menunjukan adanya fetal distress sehingga
memerlukan intervensi medis lebih lanjut diantaranya :

 Takikardi abnormal
 Bradikardi abnormal
 Deselerasi variabel
 Deselerasi lambat
BRADIKARDI DJJ BASAL < 110 dpm TAKIKARDI DJJ BASAL < 110 dpm

DESELERASI VARIABEL DESELERASI LAMBAT

Internal Fetal Monitor

External Fetak Monitor


Saat NST, seorang profesional medis melihat bagaimana denyut jantung bayi berubah ketika
janin bergerak. NST normal disebut "reaktif," yang berarti bahwa detak jantung bayi naik dan turun
seperti yang diharapkan. "Non-reaktif" berarti bahwa detak jantung janin tidak cukup meningkat
pada suatu waktu. Sedangkan CST membantu memprediksi bagaimana janin akan mengatasi
hipoksia selama proses persalinan, dan menentukan apakah aman untuk melanjutkan persalinan
pervaginam. Kontraksi uterus sementara dapat membatasi aliran oksigen, ini merupakan sesuatu hal
yang bisa ditoleransi oleh janin yang sehat, tetapi mungkin sangat berbahaya bagi janin dengan fetal
distress. Selama CST, dokter mencatat denyut jantung bayi sebagai respons terhadap kontraksi. Jika
melakukan CST pada seorang wanita yang belum melahirkan, dokter dapat memberinya Pitocin
(oksitosin sintetis), untuk membuat rahim berkontraksi. Penting untuk dicatat bahwa ada risiko
tertentu yang terkait dengan ini. Pitocin dapat menyebabkan takisistol uterus (kontraksi yang terlalu
kuat, sering, atau panjang); ini sangat membatasi aliran oksigen ke bayi dan kadang-kadang
menyebabkan ruptur uterus.

3. Jumlah cairan ketuban yang abnormal

Jumlah cairan ketuban dapat ditentukan menggunakan ultrasonografi (USG) dengan beberapa
cara yaitu pengukuran diameter terbesar pada salah satu kantung amnion yang tidak mengandung
bagian-bagian tubuh janin atau tali pusat (SDP) dan pengukuran indeks cairan amnion (AFI) AFI
dihitung dengan mengukur kedalaman cairan ketuban di empat kuadran dan hasilnya dijumlahkan
untuk menghitung indeks cairan amnion.

Fetal distress disebabkan oleh kondisi ketuban yang bermasasalah diantaranya oligohidramnion
polihidramnion dan ketuban yang bercampur dengan mekonium. Oligohidramnion adalah kondisi
dimana jumlah air ketuban lebih sedikit dari normal <500 cc dapat menyebabkan tali pusat tertekan
oleh bagian tubuh janin akibatnya aliran darah dari ibu ke janin berkurang sehingga janin mengalami
hipoksia hingga fetal distress dan berlanjut menjadi asfiksia neonatorum. Sedangkan pada kasus
hidramnion dimana jumlah air ketuban lebih banyak dari normal >2000 cc sering terjadi komplikasi
malpresentasi dan prolaps tali pusat. Pada prolaps tali pusat sangat membahayakan janin karena
tali pusat dapat tertekan antara bagian depan janin dengan dinding panggul yang akhirnya dapat
menyebabkan fetal disstress dan berlanjut ke asfiksia neonatorum.

Pada kondisi ketuban yang mengandung mekonium komplikasi yang paling sering terjadi adalah
sindrom aspirasi mekonium yaitu janin menghirup atau mengaspirasi mekonium. Mekonium yang
teraspirasi ini dapat mengiritasi sebagian atau seluruh jalan nafas janin sehingga janin kesulitan
bernafas. Hal ini akan menyebabkan fetal distress dan asfiksia pada neonatorum.

4. Hasil Profil Biofisik Janin yang Abnormal

Profil biofisik bayi (BPP) dilakukan jika hasil dari NST tidak meyakinkan. Selain memperhitungkan
hasil NST, BPP mencakup ultrasonografi untuk menilai pergerakan janin, pernapasan, tonus, dan
volume cairan ketuban. Tes non-stres dan masing-masing dari empat parameter USG diberi skor nol
atau dua poin (tidak ada satu poin). Skor total delapan atau lebih tinggi tanpa oligohidramnion
dianggap normal, sedangkan skor empat atau lebih rendah mengindikasikan gawat janin dan
membutuhkan tindakan segera.
5. Perdarahan pervaginam

Sebagian kecil perdarahan vagina cukup umum selama kehamilan. Namun, perdarahan
pervaginam bisa menjadi indikasi bahwa ada sesuatu yang salah dengan kehamilan. Salah satu
contoh yang sangat berbahaya adalah solusio plasenta, yang terjadi ketika plasenta terlepas dari
rahim. Hal ini dapat menyebabkan janin kekurangan oksigen sehingga menimbulkan fetal distress
dan kehamilan harus segera diterminasi secara perabdominal (SC)

6. Cramping / Nyeri perut

Kram/nyeri perut relatif normal selama kehamilan. Ini karena saat janin tumbuh, uterus perlu
mengembang. Namun, dalam beberapa kasus, kram/nyeriperut merupakan tanda dari sesuatu yang
lebih serius, seperti keguguran, solusio plasenta, preeklampsia, infeksi saluran kemih, atau
persalinan prematur. Sehingga jika tidak segera terdiagnosis dan ditangani hal ini akan menyebabkan
fetal distress.

7. Berat badan Ibu Abnormal (kurang/berlebih)

Jika seorang ibu mengalami berat badan kurang selama kehamilan kemungkinan janin mengalami
pembatasan pertumbuhan intrauterin (IUGR) yang meningkatkan resiko fetal distress. Kenaikan
berat badan ibu yang berlebihan dikaitkan dengan melahirkan bayi makrosomia. Makrosomia dapat
meningkatkan resiko disproporsi sefalopelvic (CPD), keadaan di mana panggul ibu terlalu kecil untuk
mengakomodasi ukuran kepala bayi atau distosia bahu yaitu ketika bahu bayi tersangkut di tulang
panggul ibu selama persalinan. Kedua Hal ini akan meningkatkan resiko fetal distress dan asfiksia
neonatorum.

Anda mungkin juga menyukai