TINJAUAN PUSTAKA
1.1.1 Definisi
1
darah. Meskipun sangat jarang terjadi, emboli bisa terbentuk dari
cairan ketuban (Nugraha, 2012).
1.1.2 Etiologi
2
dampak fatal yang disebabkan oleh benda asing yang masuk dan
menggangu sistem sirkulasi darah di dalam paru-paru dan juga
jantung. Emboli air ketuban belum bisa ditangani dengan baik
dikarenakan tidak adanya penatalaksanaan spesifik (Irianto, 2014).
1.1.3 Patofisiologi
3
hankins dkk., 1993; Stolte dkk., 1967). Setelah suatu fase awal
hipertensi paru dan sistemik yang singkat, terjadi penurunnan
resistensi vaskular sistemik dan indeks kerja pulsasi ventrikel kiri
(Clark dkk., 1988). Pada fase awal sering dijumpai desaturasi
oksigen transien tetapi mencolok sehingga sebagian besar pasien
yang selamat mengalami cedera neurologis (Harvey dkk., 1996).
Pada wanita yang bertahan hidup melewati fase kolaps
kardiovaskular awal, sering terjadi fase sekunder berupa cedera
paru dan koagulopati.
1.1.4 Diagnosis
4
ekstensif dan setelah itu pun debris sering tidak ditemukan. Di
National Registry, elemen-elemen janin terdeteksi pada 75 persen
autopsi dan 50 persen spesimen yang dibuat dari aspirat buffy coat
pekat yang diambil dari katerisasi arteri pulmonalis sebelum pasien
meninggal. Selain itu beberapa penelitian memperlihatkan bahwa
sel skuamosa, trofoblas, dan debris lain yang bersal dari janin
mungkin sering ditemukan di sirkulasi sentral wanita denan dondisi
selain emboli cairan amnion. Dengan demikian, temuan ini tidak
sensitif atau spesifik dan diagnosa umumnya ditegakkan
berdasarkan gejala dan tanda klinis yang khas, pada kasus-kasus
yang kurang khas, diagnosa didasarkan pada eksklusi kausa lain.
(Cunningham dkk., 2005).
5
Squama janin telah ditemukan di dahak ibu dalam beberapa
kasus. Alat diagnostik tambahan untuk konfirmasi emboli cairan
ketuban yang dicurigai secara klinis meliputi :
6
1.1.5 Penatalaksanaan
7
meringankan sisi kanan jantung, kembangkan antara tekanan
sistolik dan diastolik, kalau perlu pasang vena sakti, tidak boleh
diberikan vasoprosesor (Lockhart, 2014)
Penanganan
1.1.6 Prognosis
8
merupakan masuknya cairan ketuban dan komponen-komponenya
kedalam sirkulasi darah ibu. Komponen tersebut berupa unsur-
unsur yang ada dalam air ketuban, misalnya lapisan kulit janinn
terlepas, lanugo, lapisan lemak janin, dan musin atau cairan kental
(Cunningham dkk., 2005).
1.1.7 Komplikasi
9
plasenta. Kekurangan oksigen dan terjadinya metabolisme
anaerobic dalam otot uterus menyebabkan atonia uteri sehingga
terjadi perdarahan. Kedua komponen ini dapat menimbulkan
syok dan terjadi kematian dalam waktu sangat singkat sebelum
sempat memberikan pertolongan adekuat.
b. Kolaps Kardiovaskuler
Air ketuban yang terhisap dengan benda padatnya (
rambut lanugo, lemah, dan lainnya ) menyambut kapiler paru
sehingga terjadi hipertensi arteri pulmonum, edema paru, dan
gangguan pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Akibat
hipertensi pulmonum menybabkan tekanan atrium kiri turun,
curah jantung menurun, terjadi penurunan tekanan darah
sistemik yang mengakibatkan syok berat. Gangguan pertukaran
oksigen dan karbon monoksida menyebabkan sesak nafas,
sianosis,dan gangguan pengaliran oksigen ke jaringan yang
mengakibatkan asidosis metabolic dan metabolisme anaerobic.
10
BAB II
KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
PADA EMBOLI CAIRAN KETUBAN
1. Pengkajian
a. Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. (Untuk mengetahui siapa yang
melakukan pengkajian, kapan, dan dimana pengkajian dilaksanakan )
Tanggal :
Pukul :
Tempat :
1). Identitas
a) Nama
b) Usia
c) Pendidikan
Untuk memudahkan bidan dalam memberikan konseling sesuai
dengan tingkat pendidikan klien
d) Alamat
Untuk mengetahui tempat tinggal pasien agar memudahkan bidan
untuk memberikan informasi pada keluarga jika sewaktu – waktu ada
keadaan darurat.
11
2). Keluhan utama
Untuk mengetahui apa yang terjadi pada ibu saat pengkajian. Pada
kasus ini biasanya pasien gelisah, sesak nafas, merasakan mual dan
nyeri dada serta mengeluarkan perdarahan dari alat kelamin.
b. Data Objektif
1) Keadaan umum
Keadaan umum pada ibu yang mengalami emboli air ketuban biasanya
lemah hingga syok.
2) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu. Kesadaran pada ibu dengan
kasus emboli air ketuban biasanya sebagai berikut :
Somnolen
Kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah
dibangunkan tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban
verbal
Sopor
12
Keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri
Coma
Tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun
3) Tanda vital
Tekanan darah
Batas normal tekanan darah adalah 90/60 – 140/90mmHg. Pada kasus
emboli biasanya terjadi hipotensi yaitu sistole < 90 mmHg dan
diastole < 60 mmHg
Suhu tubuh
- Pada kasus ini biasanya terjadi hipotermia yaitu suhu kurang dari
36o C.
Nadi
Untuk mengetahui denyut nadi klien dengan menghitung dalam 1
menit, normalnya denyut nadi dalam 1 menit adalah 60-100 x/menit.
Pada kasus ini, biasanya terjadi takikardia / nadi cepat yaitu lebih dari
100x/menit.
Pernafasan
Untuk mengetahui pernafasan klien dengan menghitung dalam waktu
1 menit. Normalnya pernafasan dalam 1 menit adalah 16- 20x/menit.
Pada kasus ini, biasanya terjadi nafas cepat yaitu lebih dari 30 x/menit
2. Pemeriksaan fisik
Kepala
- Muka : pucat
- Konjungtiva : pucat
13
Abdomen
- TFU biasanya sesuai dengan usia kehamilan atau bisa lebih karena
bayi besar (makrosomia)
- His : Kontraksi uterus yang terlalu kuat dengan hampir tidak terdapat
fase relaksasi dapat memicu terjadinya emboli air ketuban. Kontraksi
tersebut biasanya terjadi pada persalinan dengan oksitosin drip.
Kontraksi uterus yang sangat kuat dapat memungkinkan terjadinya
laserasi atau rupture uteri, hal ini juga menggambarkan pembukaan
vena, dengan pembukaan vena, maka cairan ketuban dengan mudah
masuk ke pembuluh darah ibu, yang nantinya akan menyumbat
aliran darah.
- DJJ -> bisa turun hingga kurang dari 110 x/menit. Jika penurunan ini
berlangsung selama 10 menit atau lebih, hal ini merupakan
bradicardia.
Genitalia
3. Pemeriksaan penunjang
14
Gambaran koagulasi biasanya abnormal, menunjukkan koagulasi
intravaskular diseminata
b. Masalah aktual :
- Pecahnya ketuban
15
- Perdarahan pervaginam yang hebat dan koagulopati
Masalah potensial :
16
V. Intervensi
Perencanaan yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan adalah secara Mandiri,
Kolaborasi atau Rujukan.
1) Mandiri :
Beritahu keluarga mengenai kondisi ibu
R/ Informasi tentang keadaan ibu sangat diperlukan keluarga untuk
mengetahui sejauh mana keadaan ibu.
17
Berikan terapi oksigen
2) Kolaborasi
3) Rujukan:
18
Siapkan manajemen rujukan dengan BAKSOKUDA
VI. Implementasi
Kegiatan yang dilakukan di rencana Asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah sebelumnya, dilaksanakan secara efisien dan
aman (Purwoastuti, 2014).
1) Mandiri :
2) Kolaborasi :
3) Rujukan:
19
Menyiapkan manajemen rujukan dengan BAKSOKUDA
VII Evaluasi
Merupakan langkah akhir dari proses asuhan kebidanan. Asuhan
manajemen kebidanan dilakukan secara kontiniu sehingga perlu dievaluasi
setiap tindakan yang telah diberikan agar lebih efektif. Kemungkinan hasil
evaluasi yang ditemukan pada ibu dengan emboli cairan ketuban adalah
ttercapai seluruh perencanaan tindakan dan tercapai sebagian dari
perencanaan tindakan sehingga dibutuhkan revisi.
20
DAFTAR PUSTAKA
Hani, Ummi., Kusbandiyah, Jiarti., Marjati Yulifah, Rita. 2014. Asuhan Kebidanan Pada
Kehamilan Fisiologis. Jakarta : Salemba Medika.
21