I. Pengertian
Emboli cairan ketuban adalah gangguan dimana sejumlah besar cairan ketuban tiba – tiba
memasuki aliran darah. Cairan ketuban berisi sampah yang dapat menghambat pembuluh
darah dan mencairkan darah yang mempengaruhikoagulasi.
Emboli cairan ketuban menurut dr. Irsjad Bustaman, SPOG adalah masuknya cairan
ketuban serta komponennya ke dalam sirkulasi darah ibu. Yang termasuk komponen
dalam air ketuban adalah lapisan kulit janin yang terlepas, rambut janin, lapiasan lemak
janin.Dua tempat utama masuknya cairan ketuban kedalam sirkulasi darah maternal
adalalah vena endocervical ( yang dapat terobek sekalipun pada persalinan normal )dan
daerah utero plasenta. Ruputra uteri meningkat kemungkinan masuknya cairan ketuban .
Abruption plasenta merupakan peristiwa yang sering di jumpai.
II. Etiologi
III.Patofisiologi
Perjalanan cairan amnion memasuki sirkulasi ibu tidak jelas, mungkin melalui laserasi pada
vena endoservikalis selama diatasi serviks, sinus vena subplasenta, dan laserasi pada segmen
uterus bagian bawah. Kemungkinan saat persalinan, selaput ketuban pecah dan pembuluh darah
ibu (terutama vena) terbuka. Akibat tekanan yang tinggi, antara lain karena rasa mulas yang luar
biasa, air ketuban beserta komponennya berkemungkinan masuk ke dalam sirkulasi darah.
Walaupun cairan amnion dapat masuk sirkulasi darah tanpa mengakibatkan masalah tapi pada
beberapa ibu dapat terjadi respon inflamasi yang mengakibatkan kolaps cepat yang sama dengan
syok anafilaksi atau syok sepsis.
Selain itu, jika air ketuban tadi dapat menyumbat pembuluh darah di paru-paru ibu dan
sumbatan di paru-paru meluas, lama kelamaan bisa menyumbat aliran darah ke jantung.
Akibatnya, timbul dua gangguan sekaligus, yaitu pada jantung dan paru-paru.
Pada fase I, akibat dari menumpuknya air ketuban di paru-paru terjadi vasospasme arteri
koroner dan arteri pulmonalis. Sehingga menyebabkan aliran darah ke jantung kiri berkurang dan
curah jantung menurun akibat iskemia myocardium. Mengakibatkan gagal jantung kiri dan
gangguan pernafasan.
Perempuan yang selamat dari peristiwa ini mungkin memasuki fase II. Ini adalah fase
perdarahan yang ditandai dengan pendarahan besar dengan rahim atony dan Coagulation
Intaravakuler Diseminata ( DIC ). Masalah koagulasi sekunder mempengaruhi sekitar 40% ibu
yang bertahan hidup dalam kejadian awal. Dalam hal ini masih belum jelas cara cairan amnion
mencetuskan pembekuan. Kemungkinan terjadi akibat dari embolisme air ketuban atau
kontaminasi dengan mekonium atau sel-sel gepeng menginduksi koagulasi intravaskuler.
IV. Pathway
V. Manifestasi Klinis
1. Tekanan darah turun secara signifikan dengan hilangnya diastolik pada saat pengukuran
( Hipotensi )
2. Dyspnea
3. Batuk
4. Sianosis perifer dan perubahan pada membran mukosa akibat dari hipoksia.
5. Janin Bradycardia sebagai respon terhadap hipoksia, denyut jantung janin dapat turun
hingga kurang dari 110 denyut per menit (dpm). Jika penurunan ini berlangsung selama
10 menit atau lebih, itu adalah Bradycardia. Sebuah tingkat 60 bpm atau kurang lebih 3-5
menit mungkin menunjukkan Bradycardia terminal.
6. Pulmonary edema.
7. Cardiac arrest.
8. Rahim atony: atony uterus biasanya mengakibatkan pendarahan yang berlebihan setelah
melahirkan.Kegagalan rahim untuk menjadi perusahaan dengan pijat bimanual
diagnostik.
9. Koagulopati atau pendarahan parah karena tidak adanya penjelasan lain (DIC terjadi di
83% pasien.)
2. Tekanan vena sentralis dapat meningkat, normal, atau subnormal tergantung pada
kuantitas hilangnya darah. Darah vena sentralis dapat mengandung debris selular
cairan amninon.
5. Keluaran urin dapat menurun, menunjukkan perfusi ginjal yang tidak adekuat.
6. Foto toraks biasanya tidak diagnostic tapi dapat menunjukkan infiltrate. Scan paru
dapat memperlihatkan defek perfusi yang sesuai dengan proses emboli paru.
VII. Penatalaksanaan
11. Untuk memperbaiki defek koagulasi dapat digunakan plasma beku segar dan
sedian trombosit.
13. Darah segar diberikan untuk memerangi kekurangan darah; perlu diperhatikan
agar tidak menimbulkan pembebanan berlebihan dalam sirkulasi darah.
VIII. Komplikasi
1. Edema paru yang luas dan akhirnya mengakibatkan kegagalan dan payah jantung
kanan.
IX. Prognosis
Sekalipun nortalitas tinggi, emboli cairan tidak selalu membawa kematian pada tiap kasus. 75%
wanita meninggal sebagai akibat langsung emboli. Sisanya meninggal akibat perdarahan yang
tidak terkendali. Mortalitas feral tinggi dan 50% kematian terjadi inutera.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Anamnesa,meliputi:
1. Identitas pasien
Biasanya hal ini terjadi pada ibu yang hamil berusia 30 tahun
3. Pemeriksaan Fisik
B. Diagnosa Keperawatan
3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan kadar oksigen dalam sirkulasi menurun
C. Intervensi
1.) Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan Vasospasme arteri pulmonalis
Tindakan/intervensi Rasional
Berguna dalam evaluasi derajat
1. Pantau frekuensi kedalaman distress pernapasan dan/atau
pernapasan. Catat penggunaan otot kronisnya proses penyakit.
aksesori, nafas bibir, tidakmampuan
bicara/ berbincang
2. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu Memudahkan pengiriman O2 dan latihan nafas
pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispnea
untuk bernapas. Dorong nafas perlahan dan kerja nafas.
atau nafas bibir sesuai kebutuhan atau
toleransi individu.
3. Awasi secara rutin kulit dan warna diagnosis sentral mengindikasikan beratnya
membrane mukosa. hipoksemia.
4. Auskultasi bunyi nafas, catat area Mengetahui adanya mengi ,mengindikasikan
penurunan aliran udara dan/atau bunyi secret. Krekel basah menyebar menunjukkan
tambahan. cairan pada intertisial/dekompensasi jantung.
5. Berikan oksigen tambahan yang sesuai Dapat memperbaiki/ mencegah memburuknya
dengan indikasi hasil GDA dan toleransi hypoxia.
pasien.
6. Bantu instubasi, berikan/ pertahankan Terjadinya suatu kegagalan nafas yang akan
ventilasi mekanik,dan pindahkan UPI datang memerlukan penyelamatan hidup.
sesuai instruksi pasien.
2.) Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan penurunan dalam udara inspirasi
Tindakan/intervensi Rasional
1. Berikan posisi fowler atau semi fowler Memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan
kerja pernapasan, dan menurunkan resiko
aspirasi
2. Ajarkan teknik napas dalam dan atau Membantu meningkatkan difusi gas dan
pernapasan bibir atau pernapasan ekspansi jalan napas kecil, memberika
diafragmatik abdomen bila diindikasikan pasien beberapa kontrol terhadap
pernapasan, membantu menurunkan
ansietas.
3. Obserfasi TTV (RR atau frekuensi Mengetahui keadekuatan frekuensi
permenit) pernapasan dan keefektifan jalan napas
3.) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan kadar oksigen dalam sirkulasi menurun
Tindakan/intervensi Rasional
Tindakan/intervensi Rasional
Tindakan/intervensi Rasional